Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Mengungkap suatu kasus pemerkosaan pada tahap penyidikan akan dilakukan serangkaian tindakan pemeriksaan oleh penyidik untuk mendapatkan buti-bukti
yang terkait dengan tindak pidana yang terjadi. Adanya peranan ahli dalam membantu penyidikan dalam memberikan keterangan medis mengenai korban
pemerkosaan, hal ini merupakan upaya untuk mendapatkan bukti atau tanda pada diri korban yang dapat menunjukkan bahwa telah benar terjadi suatu tindak
pidana pemerkosaan. Keterangan dokter yang di maksud tersebut di tuangkan secara tertulis dalam bentuk surat hasil pemeriksaan medis yang di sebut dengan
visum et repertum. Visum et repertum adalah laporan tertulis untuk peradilan yang dibuat oleh dokter berdasarkan sumpah yang diucapkan pada waktu menerima
jabatan dokter, memuat pemberitaan tentang segala hal fakta yang dilihat dan ditemukan pada benda bukti berupa tubuh manusia yang diperiksa dengan
pengetahuan dan keterampilan yang sebaik-sebaiknya dan pendapat mengenai apa yang ditemukan sepanjang pemeriksaan tersebut.
5
Pada tahap pemeriksaan pendahuluan dimana dilakukan proses penyidikan atas suatu peristiwa yang diduga sebagai suatu tindak pidana, tahapan ini mempunyai
peran yang cukup penting bahkan menentukan untuk tahap pemeriksaan selanjutnya dari keseluruhan proses peradilan pidana. Tindakan penyidikan yang
dilakukan oleh pihak Kepolisian atau pihak lain yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan tindakan penyidikan, bertujuan untuk mencari
serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti tersebut dapat membuat terang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Berdasarkan hasil
5
Amri Amir, Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik, Edisi Kedua, Ramadhan, Medan, 2005, Hlm. 207.
yang didapat dari tindakan penyidikan suatu kasus pidana, hal ini selanjutnya akan diproses pada tahap penuntutan dan persidangan di pengadilan.
Peranan keterangan ahli untuk kelengkapan alat bukti yang berguna dalam mengungkap tindak pidana, sangat membantu dalam usaha untuk menambah
keyakinan hakim dalam hal pengambilan keputusan. Apabila ditinjau dari hukum acara pidana, maka peranan keterangan ahli diperlukan dalam setiap tahap proses
pemeriksaan, hal itu tergantung pada perlu tidaknya mereka dilibatkan dalam membantu tugas – tugas baik dari penyidik, jaksa, maupun hakim terhadap suatu
perkara pidana seperti yang banyak terjadi dalam perkara tindak pidana pembunuhan, penganiayaan, tindak pidana keasusilaan dan tindak pidana
kealpaan dan lain – lain. “Kondisi sekarang yang semakin modern, kebutuhan dari orang ahli semakin diperlukan kehadirannya seperti dalam tindak pidana
penyelundupan, kejahatan komputer dan komponen canggih, kejahatan perbankan, kejahatan korporasi, tindak pidana tentang hak atas kekayaan
intelektual HAKI, tindak pidana uang palsu dan surat berharga, tindak pidana narkotika dan obat-obat berbahaya narkoba tindak pidana lingkungan hidup dan
lain-lain yang salah satu hal berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi industri perdagangan, komunikasi, informasi dan sebagainya”.
6
pengusutan terhadap kasus dugaan Pemerkosaan oleh pihak Kepolisian telah menunjukkan betapa penting peran visum et repertum. Sebuah surat kabar memuat
berita mengenai kasus dugaan pemerkosaan yang terjadi di daerah Bandar Lampung, yang membebaskan pelaku pemerkosaan karena kurangnya alat bukti
6
R. Soeparmono, SH, Keterangan Ahli Dan Visum Et Repertum Dalam Aspek Hukum Acara Pidana, Mandar Maju Bandung 2002, Hlm. 2.
dari pihak korban dan melakukan visum et repertum pada beberapa tahun kemudian.
Fungsi visum et repertum dalam pengungkapan suatu kasus Pemerkosaan sebagaimana terjadi dalam pemberitaan surat kabar di atas, menunjukkan peran
yang cukup penting bagi tindakan pihak Kepolisian selaku aparat penyidik. Pembuktian terhadap unsur tindak pidana Pemerkosaan dari hasil pemeriksaan
yang termuat dalam visum et repertum, menentukan langkah yang diambil oleh pihak Kepolisian dalam mengusut suatu kasus pemerkosaan.
Kenyataannya, tidak jarang pihak Kepolisian mendapat laporan dan pengaduan terjadinya tindak pidana pemerkosaan yang telah berlangsung lama. Dalam kasus
yang demikian barang bukti yang terkait dengan tindak pidana pemerkosaan tentunya dapat mengalami perubahan dan dapat kehilangan sifat pembuktiannya.
Tidak hanya barang-barang bukti yang mengalami perubahan, keadaan korban juga dapat mengalami perubahan seperti telah hilangnya tanda-tanda kekerasan.
Mengungkap kasus pemerkosaan yang demikian, tentunya pihak Kepolisian selaku penyidik akan melakukan upaya- upaya lain yang lebih cermat agar dapat
ditemukan kebenaran materiil yang selengkap mungkin dalam perkara tersebut. Sehubungan dengan fungsi visum et repertum yang semakin penting dalam
pengungkapan suatu kasus pemerkosaan, pada kasus Pemerkosaan di mana pangaduan atau laporan kepada pihak Kepolisian baru dilakukan setelah tindak
pidana pemerkosaan berlangsung lama sehingga tidak lagi ditemukan tanda-tanda kekerasan pada diri korban, hasil pemeriksaan yang tercantum dalam visum et
repertum tentunya dapat berbeda dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan segera
setelah terjadinya tindak pidana pemerkosaan. Terhadap tanda-tanda kekerasan yang merupakan salah satu unsur penting untuk pembuktian tindak pidana
pemerkosaan, hal tersebut dapat tidak ditemukan pada hasil pemeriksaan yang tercantum dalam visum et repertum. Menghadapi keterbatasan hasil visum et
repertum yang demikian, maka akan dilakukan langkah-langkah lebih lanjut oleh pihak penyidik agar dapat diperoleh kebenaran materiil dalam perkara tersebut
dan terungkap secara jelas tindak pidana pemerkosaan yang terjadi. karena pentingnya penerapan hasil visum et repertum dalam pengungkapan suatu
kasus pemerkosaan pada tahap penyidikan sebagaimana terurai di atas, hal tersebut melatarbelakangi penulis
untuk mengangkatnya menjadi topik
pembahasan dalam penulisan skripsi dengan judul “Fungsi Visum Et Repertum
Pada Tahap Penyidikan Dalam Mengungkap Tindak Pidana Perkosaan Studi Di Polresta Bandar Lampung”.