Biologi Lamun Berdasarkan bioregion tersebut distribusi lamun di perairan laut Indonesia

12 Tabel 1 Komposisi jenis lamun dan kerapatan individu lamunm 2 . No Jenis Lamun Selat Sunda Teluk Banten Teluk Jakarta Lombok Flores 1 Enhalus acoroides 160 40-80 36-96 60-90 60-146 2 Cymodocea rotundata 38-756 690 26-1136 253-1400 220-1800 3 Cymodocea serrulata 48-1120 60-190 1056 362 115-1600 4 Hallophila ovalis 15-240 820 18-115 400-1855 100-2160 5 Halodule pinifolia - - - 7120 430-2260 6 Halodule uninervis 10-335 40-1160 604 80-160 360-5600 7 Sringodium isotifolium 630 124-3920 144-536 1160-2520 360-3740 8 Thalassia hemprichii 30-315 220-464 68-560 200-865 160-1820 9 Thalassodendron ciliatum - - - - 400-840 Sumber: Kiswara et al 1994 Jenis lamun di lokasi lain seperti di Pulau Sabangko, Salemo dan Sagara di Kabupaten Pangkep terdiri dari 7 jenis yaitu Enhalus acoroides, Cyamodocea rotundata, Cyamodocea serrulata, Halodule uninervis, Holodule pinifolia, Thalassia hemprichii dan Syringodium isotifolium Supriadi dan Arif 2006, dan jumlah yang sama ditemukan di Teluk Pelitajaya dan Kotania di Seram bagian barat dengan jenis Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halodule uninervis, Halophila ovalis, Syringodium isotifolium, Cymodocea rotundata dan Cymodocea serrulata Supriadi 2009. Pada perairan Teluk Toli-Toli dan pulau sekitarnya di Sulawesi Barat terdapat 8 jenis lamun yaitu Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halodule uninervis, Halodule pinifolia, Halophila ovalis, Syringodium isotifolium, Cymodocea rotundata dan Cymodocea serrulata Supriadi 2010, di Teluk Arun Lampung Selatan dapat ditemukan 4 jenis lamun yaitu Enhalus acoroides,Thalassia hemprichii, Halodule uninervis dan Halophila ovalis Supratomo 2000.

2.2 Biologi Lamun

Lamun adalah tumbuhan berbunga Angiospermae yang masuk dalam sub kelas Monocotiledoneae. Siklus reproduksi lamun secara seksual dilakukan di bawah air Marlin 2011 dan struktur reproduksi lamun secara seksual terdiri dari bunga dan buah. Selain reproduksi secara seksual lamun dapat melakukan reproduksi secara aseksual. Struktur morfologi lamun terdiri dari akar, batang dan daun. Fungsi dari tiap organ lamun adalah daun sebagai organ fotosintesis, sedangkan akar serta rhizoma berfungsi sebagai jangkar untuk menempel pada substrat dan menyerap nutrient dari lingkungan sekitar Rutledge dan Jorge 2009 . Selanjutnya dijelaskan hasil fotosintesis sebagian disimpan dalam bentuk karbohidrat dan akan digunakan pada kondisi lingkungan yang tidak 13 menguntungkan dan kemampuan lamun untuk menyimpan karbohidrat dapat dilihat dari pertumbuhan lamun. Lamun terdiri dari dua famili yaitu famili Potamogetonaceae dengan ciri-ciri morfologi seperti herba, sistem perakaran yang maju secara perlahan, bunganya kecil, uniseluler atau hermaprodit, buahnya kecil dengan satu biji dan famili Hydrocharitaceae dengan ciri-ciri memiliki sistem perakaran dengan ujung akar dan susunan daun jelas, dan telah mengalami diffrensiasi antara helai daun dan tangkai daun serta memiliki buah yang banyak dan tidak memiliki endosperm Fortes 1990, sedangkan Duarte 2008 in Marlin 2011 menyatakan lamun dapat dekelompokkan menjadi 4 famili yaitu famili Posidoniaceae, famili Zosteraceae famili Hydrocharitaceae dan famili Cyamodoceaceae. Adapun klasifikasi jenis lamun di perairan Indonesia seperti pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2 klasifikasi jenis lamun di perairan Indonesia Devisi: Anthophita Kelas: Angiospermae Subkelas: Monocotyledoneae Ordo: Helobiae Famili : Hydrocharitaceae Genus:Enhalus Spesies:Enhalus acoroides Genus Halophila Spesies: Halophila decipiens Halophila ovalis Halophila spinulosa Halophila minor Genus: Thalassia Spesies:Thalassia hemprichii Famili: Potamogentonaceae Genus: Cymodocea Spesies: Cymodocea rotundata Cymodocea serrulata Genus: Haludule Spesies: Halodule pinifolia Halodule uninervis Genus: Syringodium Spesies: Syringodium isoetifolium Genus: Thalassodendron Spesies: Thalassodendron ciliatum Sumber : Yulianda et al. 2008 14 Jenis-jenis lamun tersebut memiliki ciri-ciri secara lengkap seperti pada Tabel 3 di bawah ini. Tabel 3 Ciri-ciri spesies lamun yang ditemukan di perairan pesisir Indonesia. Famili Spesies Diskripsi 1. Potamoge tonaceae 1.1. Cymodocea rotundata Rhizoma berbentuk silinder, jumlah daun 3-4, panjang daun 4-15 cm dan lebar 2-4 mm, pada helai daun terdapat 7 -15 tulang daun, membulat dan tumpul, tiap fragmen node 1- 4, bunga tidak nampak dan tumbuh di intertidal 1.2. Cymodocea serrulata Rhizoma berbentuk silinder, rhizoma memiliki panjang 4-25 cm, dengan jumlah akar 1-3, Jumlah daun 3-5 dengan panjang 4 -16 cm dan lebar 4-6 mm dan ditemukan di daerah intertidal 1.3. Halodule pinifolia Rhizoma memiliki diameter 1mm, daun 2-3, panjang 15 cm dan lebar tidak lebih dari 1mm. dan umumnya dijumpai di substrat berlumpur 1.4. Halodule uninervis Tulang kurang dari 13, ujung daun seperti trisula, biasanya ditemukan pada substrat berpasir dan berlumpur atau di terumbu karang 1.5. Syringodium isoetifolium Rhizoma antar fragmen 1-5, panjang daun 16 cm dengan lebar 1-3 mm, memiliki bunga jantan dan betina 1.6. Thalassoden dron ciliatum Batang tumbuh tegak, jumlah daun 4-6 dan panjang 7-10 cm dan biasanya berasosiasi dengan terumbu karang 2. Hydrocha ritaceae 2.1.Enhalus acoroides Ukuran panjang lebih dari 1 meter, helai daun linier sejajar, buah berbentuk bulat, ujung daun membulat dan tumbuh pada substrat berlumpur. 2.2.Halophila ovalis Helai daun berbentuk bulat dan panjang antara 1- 4 cm dan lebar 0,5 – 2,0 cm, seperti semanggi dan mampu tumbuh sampai kedalaman 25 m. 2.3. Halophila spinulosa Daun berbentuk bulat panjang, tiap kumpulan daun 10 sampai 20 pasang. 2.4.Halophila decipiens Helai daun berbentuk oval atau elips, dengan panjang 1,0 – 2,5 cm dan lebar 5 mm dan memiliki daun yang berpasang-pasangan. 1.5.Halophila minor Daun berbentuk bulat panjang seperti telur dan panjang 0,5 – 1,5 cm dan tumbuh substrat berpasir dan berlumpur 2.6.Thalassia hemprichii Rhizoma tebal sampai 5 mm, pada umumnya panjang daun mencapai 40 cm dan lebar 0,4 – 1,0 cm, helai daun berbentuk pita. Sumber : Hutomo et al. 1988, Fortes 1989, Nienhuis et al 1989 dan Ertiemeijer 1993 in Dahuri 2003. Pertumbuhan lamun dibatasi oleh beberapa faktor lingkungan yaitu sumber karbon, suhu, cahaya, salinitas, perpindahan air dan nutrient Alongi 2000. Dahuri 2003 menyatakan bahwa parameter lingkungan yang dapat mempengaruhi distribusi dan pertumbuhan lamun adalah: kecerahan, temperatur, salinitas, substrat dan kecepatan arus. Koch dan Sven 1996 menyatakan aktivitas fotosintesis dari macrofita laut yaitu lamun sangat memungkinkan untuk mengembalikan keseimbangan gas CO 2 di atmosfir pada 15 skala global. Namun menurut Duarko dan Amanda 2009 level cahaya tidak menjadi faktor utama sebagai penghalang distribusi dari Halophila decipiens di daerah intertidal dan Carlos et al 2006 menjelaskan pengurangan cahaya pada lamun dapat berpengaruh secara tidak langsung terhadap laju pengurangan sulfat dan berdampak pada metabolisme lamun. Adapun pengaruh dari beberapa parameter lingkungan tersebut terhadap pertumbuhan dan perkembangan lamun adalah sebagai berikut: 1 Salinitas Tiap jenis lamun memiliki kemampuan toleransi yang berbeda terhadap salinitas, tetapi sebagian besar jenis lamun memiliki kisaran toleransi yang lebar terhadap salinitas pada kisaran antara 10 – 40 oo. Halophila ovalis dapat hidup pada salinitas yang rendah. Perubahan salinitas dapat menyebabkan kerusakan lamun. Manzanera et al. 2008 menyatakan Posidonia oceanica sangat sensitif terhadap peningkatan salinitas, dan kisaran salinitas yang pengaruhnya signifikan terhadap struktur dan vitalitas lamun berkisar antara 38. 4 oo – 39. 1 oo 2 Pergerakan Air Pergerakan air seperti kecepatan arus sekitar 0,5 mdetik, untuk jenis lamun dari Turtles grass Thalassia testudinum dapat tumbuh secara optimal, sedangkan laju optimal untuk fotosintesis dari Thalassia testudinum pada kecepatan arus 0,25 cmdet dan Cymodocea nodosa laju optimal fotosintesisnya terjadi pada kecepatan arus 0,64 cmdet Alongi 2000 3 Kecerahan Lamun membutuhkan intensitas cahaya yang cukup untuk aktivitas fotosisntesis. Kebutuhan cahaya secara umum untuk tumbuhan lamun pada kisaran 200 µmolm -2 sec -1 . Pada daerah intertidal kebutuhan cahaya pada 400- 600 µmolm -2 sec -1 dan di daerah subtidal pada kisaran 150 µ mol m -2 sec -1 - 250 µmolm -2 sec -1 , sedangkan pada perairan yang lebih dalam kurang dari 100 µmol m 2 sec -1 Alongi 2000. Pantoja-Reyes dan Susana 2005 menyatakan cahaya memiliki peranan yang cukup relevan dalam mengatur keseimbangan pertumbuhan lamun baik secara horizontal dan vertikal. 16 4 Temperatur Lamun yang tersebar secara geogrfais cukup luas dapat diindikasikan memiliki toleransi yang luas terhadap temperatur Dahuri 2003. Namun demikian pada kenyataanya spesies lamun di daerah tropis memiliki toleransi yang rendah terhadap perubahan temperatur. Kisaran temperatur yang optimal bagi spesies lamun adalah 28 C – 30 C. Temperatur dapat berpengaruh terhadap kemampuan fotosintesis lamun dan akan menurun jika temperatur berada diluar kisaran optimal tersebut. 5 Nutrien Produktivitas primer lamun ditentukan oleh dua parameter lingkungan utama yaitu 1 cahaya dan 2 nutrient. Nutrien yang ketersediaannya terbatas adalah nitrogen dan fosfat Tomascik et al, 1997. Ketersediaan nitrogen sebenarnya cukup banyak tetapi gas ini tidak dapat dimanfaatkan langsung oleh mahluk hidup Dugan 1972 in Effendi 2000. Selanjutnya dijelaskan bahwa nitrogen baru bisa dimanfaatkan oleh mahluk hidup tumbuhan dan hewan terlebih dahulu nitrogen mengalami proses fiksasi menjadi ammonia NH 3 , ammonium NH 4 dan nitrat NO 3 . Nitrogen di perairan dapat berupa nitrogen anorganik yaitu : ammonia NH 3 , ammonium NH 4 , nitrit NO 2 dan nitrat NO 3 Fosfat adalah bentuk fosfor yang dimanfaatkan oleh tumbuhan. Karakteristik fosfor berbeda dengan unsur-unsur utama lainya karena fosfor tidak ditemukan dalam keadaan bebas. Fosfor berbentuk kompleks dengan ion besi dan kalsium dan pada kondisi aerob bersifat tak larut serta dapat mengendap pada sedimen sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan aquatik Jeffries dan Mills, 1996 in Effendi 2000. Selanjutnya dijelaskan unsur fosfor di perairan ditemukan dalam bentuk anorganik yang terlarut yaitu ortofosfat trisodium fosfat, disodium fosfat, monosodium fosfat dan diamonium fosfat dan polifosfat sodium hexametafosfat, sodium trifolifosfat dan tetrasodium pirofosfat. , sedangkan nitrogen organik berupa protein, asam amino dan urea Effendi 2000. Nitrogen yang berlebihan dapat berdampak negatif terhadap lamun, karena dapat memicu pertumbuhan alga dan akan mengurangi cahaya yang masuk ke lamun. Ortofosfat adalah bentuk fosfor yang dimanfaatkan langsung oleh tumbuhan aquatik, sedangkan polifosfat harus mengalami perubahan dulu, menjadi bentuk ortofosfat sebelum dimanfaatkan sebagai sumber fosfor. Fosfat 17 anorganik setelah masuk ke tumbuhan seperti fitoplankton mengalami perubahan menjadi organofosfat yaitu fosfat yang berikatan dengan ferri Fe 2 PO 4 tidak larut dan mengendap di dasar perairan. Pada saat terjadi anaerob, ion besi valensi tiga ferri mengalami reduksi menjadi ion besi bervalensi dua ferro yang bersifat larut dan melepaskan fosfat ke perairan, sehingga meningkatkan keberadaan fosfat di perairan Broun, 1987 in Effendi 2000. 6 Substrat Lamun dapat tumbuh dan berkembang pada beberapa macam tipe substrat yaitu mulai dari yang berlumpur sampai sedimen dasar yang terdiri dari endapan lumpur halus sebesar 40 . Substrat memiliki peran yang cukup penting terutama sebagai: 1 pelindung dari pengaruh arus air laut dan 2 tempat pengolahan dan pemasok nutrient Dahuru 2003. Selanjutnya dijelaskan kedalaman sedimen yang cukup merupakan kebutuhan utama untuk pertumbuhan dan perkembangan habitat lamun.

2.3 Peran Ekologi Padang Lamun