FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SUB SEKTOR PERIKANAN

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SUB SEKTOR PERIKANAN

Rumahtangga adalah basis unit kegiatan produksi dan konsumsi dimana anggota rumahtangga merupakan sumberdaya manusia yang memiliki potensi sebagai tenaga kerja untuk menghasilkan pendapatan. Pada umumnya, anggota rumahtangga yang memiliki peran utama memikul tanggungjawab dalam memelihara kelangsungan hidup keluarga adalah suami dan istri. Salah satu bentuk tanggungjawab suami dan istri adalah memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan cara mencurahkan waktu dalam kegiatan yang memiliki nilai guna seperti bekerja untuk menghasilkan pendapatan.

6.1. Peluang Kerja Suami Di Luar Sub Sektor Perikanan

Peranan dan fungsi nelayan sebagai suami dalam suatu rumahtangga sangat penting yaitu sebagai kepala keluarga yang memiliki tanggungjawab untuk memimpin rumahtangga dan sebagai tulang punggung keluarga untuk memberi nafkah terhadap istri dan anak-anaknya. Nelayan mencurahkan waktunya untuk bekerja pada kegiatan di dalam sub sektor perikanan dan kegiatan di luar sub sektor perikanan. Nelayan mencurahkan waktunya untuk kegiatan di sektor perikanan, setiap hari pada saat musim panen dan setengah hari pada saat musim paceklik. Kegiatan menangkap ikan kegiatan di dalam sub sektor perikanan bergantung pada musim.karena ombak dan arus yang besar pada musim barat musim paceklik. Berdasarkan hasil penelitian, curahan waktu kerja nelayan di dalam kegiatan perikanan dan di luar perikanan dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Curahan Waktu Kerja Suami Di Dalam Sub Sektor Perikanan dan Di Luar Sub Sektor Perikanan. Musim Penangkapan Ikan Musim Panen Musim Paceklik Komponen Curahan Waktu Kerja Jambulan Jambulan Kegiatan Di Dalam Sub Sektor Perikanan 288 100.00 95.375 51.80 Kegiatan Di Luar Sub Sektor Perikanan 0.00 88.75 48.20 Total 288 100.00 184.125 100.00 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan rumahtangga nelayan tradisional mencurahkan seluruh waktunya 100 untuk kerja di dalam sub sektor perikanan pada saat musim panen. Sedangkan pada saat musim paceklik, nelayan mencurahkan waktu kerja tidak hanya pada sub sektor perikanan tapi juga di luar perikanan dimana curahan waktu nelayan untuk kerja di dalam sub sektor perikanan sebesar 51.80 dan curahan waktu kerja nelayan di luar sub sektor perikanan sebesar 48.20 . Pada saat musim paceklik, arus laut dan ombak besar sehingga nelayan memiliki resiko tinggi dalam melakukan tugasnya dan produksi ikan yang dihasilkan sedikit. Tidak mengherankan, jika dalam kondisi tersebut musim paceklik umumnya nelayan mencoba menambah beralih profesi pada jenis pekerjaan lain untuk menambah pendapatan. Fenomena pencaharian tambahan pendapatan di luar kegiatan sub sektor perikanan yang disebabkan oleh musim menunjukkan bahwa terdapat adanya peluang nelayan atau suami untuk bekerja di luar sub sektor perikanan dalam meningkatkan pendapatan rumahtangga pada saat musim paceklik. Peluang suami atau nelayan untuk bekerja di luar sub sektor perikanan dipengaruhi oleh faktor- faktor yang berasal dari karakteristik rumahtangga. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi peluang kerja kerja oleh suami atau nelayan di luar sub sektor perikanan pada musim paceklik adalah : Tabel 8. Hasil Regresi Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Peluang Kerja Suami Di Luar Sub Sektor Perikanan Variabel Parameter Odds Ratio Pr ChiSq Intersep -0.5565 0.7631 PS 0.000013 1.000 0.1820 d UMS -0.00897 0.991 0.8034 EDS 0.0612 1.063 0.5934 PKL -0.1699 0.844 0.2898 Keterangan : a berbeda nyata pada taraf uji α = 5 b berbeda nyata pada taraf uji α = 10 c berbeda nyata pada taraf uji α = 15 d berbeda nyata pada taraf uji α = 20 Pendapatan suami bertanda positif dan berpengaruh. Hal ini berarti apabila pendapatan suami semakin besar maka nelayan tradisional memiliki peluang lebih besar untuk bekerja terutama pada pekerjaan di luar sub sektor perikanan. nilai odds ratio variabel pendapatan suami sebesar 1.000 artinya peluang nelayan tradisional dengan pendapatan tinggi maupun rendah sama untuk bekerja. Hal ini disebabkan karena kegiatan diluar sub sektor perikanan yang dilakukan oleh nelayan hanya bersifat sementara yaitu hanya pada saat musim paceklik kegiatan di dalam sub sektor perikanan atau menangkap ikan di laut cenderung rendah sehingga perlu adanya upaya nelayan tradisional untuk menambah pendapatan mereka walaupun pendapatan yang dihasilkan tinggi atau rendah. Umur suami bertanda negatif artinya semakin bertambahnya umur nelayan tradisional maka peluang nelayan tradisional untuk bekerja pada musim paceklik semakin berkurang. Nilai odds ratio variabel umur nelayan tradisional sebesar 0.991 artinya peluang nelayan tradisional dengan bertambahnya umur untuk bekerja di luar sub sektor perikanan 0.991 kali lebih rendah karena semakin tua umur seseorang maka akan memiliki keterbatasan dalam berusaha mengingat, kondisi kesehatan yang semakin menurun. Pendidikan nelayan tradisional bertanda positif artinya dengan semakin lama pendidikan nelayan tradisional maka peluang nelayan untuk bekerja di luar sub sektor perikanan semakin meningkat pula. Nilai odds ratio variabel pendidikan nelayan tradisional sebesar 1.063 artinya peluang nelayan tradisional dengan pendidikan yang lebih tinggi untuk bekerja terutama kegiatan di luar sub sektor perikanan 1.063 kali lebih besar. Pendidikan yang dimiliki oleh nelayan tradisional diharapkan dapat membantu dalam mengembangkan kegiatan di luar sub sektor perikanan sehingga nelayan tradisional lebih cepat melakukan adopsi pada pekerjaan di luar sub sektor perikanan. Pengalaman nelayan tradisional di luar sub sektor perikanan bertanda negatif artinya semakin bertambahnya pengalaman kerja suami di luar sub sektor perikanan maka peluang nelayan tradisional untuk bekerja diluar sub sektor perikanan semakin menurun. Nilai odds ratio variabel pengalaman nelayan tradisional di luar sub sektor perikanan sebesar 0.844 artinya peluang nelayan tradisional dengan bertambahnya pengalaman kerja di luar sub sektor perikanan sebesar 0.844 maka akan memiliki peluang kerja di luar sub sektor perikanan yang rendah. Hal ini disebabkan pengalaman kerja yang lebih besar tidak menjamin tersedianya lapangan kerja yang dibutuhkan oleh nelayan pada musim paceklik.

6.2. Peluang Kerja Istri Di Luar Sub Sektor Perikanan

Peran dan fungsi istri dalam rumahtangga adalah pelaksana unsur rumahtangga selain kepala keluarga atau suami yang mengurus rumahtangga dan memelihara anak-anak. Dalam rumahtangga, peran istri tidak hanya sebagai istri, namun sebagai sumberdaya manusia yang memiliki potensi sebagai tenaga kerja yang dapat menghasilkan pendapatan sehingga pendapatan istri dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan total rumahtangga. Berdasarkan hasil penelitian, umumnya istri nelayan bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumahtangganya di luar sub sektor perikanan seperti menjadi buruh cuci, menjahit, buruh tani dan berdagang. Namun, jumlah responden yang bekerja membantu pendapatan suaminya hanya 16 0rang sedangkan 24 orang lainnya tidak bekerja dan tidak menghasilkan pendapatan. hal ini menyebabkan faktor peubah pendapatan dalam sub sektor perikanan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peluang istri nelayan untuk bekerja. Tabel 9. Hasil Regresi Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Peluang Kerja Istri Di Luar Sub Sektor Perikanan . Variabel Parameter Odds Ratio Pr ChiSq Intersep 3.9115 0.2050 UIT 0.2484 1.282 0.0755 a EDI 1.5054 0.222 0.0048 a JAB -1.2456 0.288 0.1480 c Keterangan : a berbeda nyata pada taraf uji α = 5 b berbeda nyata pada taraf uji α = 10 c berbeda nyata pada taraf uji α = 15 d berbeda nyata pada taraf uji α = 20 Tabel 9 menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap peluang istri bekerja di luar sub sektor perikanan adalah peubah umur istri, lama pendidikan istri, dan jumlah anak balita dimana variabel umur istri memiliki tanda positif artinya semakin tua maka peluang kerja istri akan semakin besar. Uji statistik menunjukkan bahwa variabel umur istri berpengaruh nyata positif pada  = 5 . Hal ini menunjukkan bahwa umur istri berpengaruh nyata terhadap peluang kerja istri nelayan untuk kerja. Nilai odds ratio variabel umur istri sebesar 1.282 Artinya peluang istri nelayan dengan umur yang lebih tua untuk bekerja 1.282 kali lebih besar daripada istri nelayan dengan umur yang lebih rendah. Apabila istri nelayan yang umurnya muda maka jumlah anak balita yang dimiliki lebih besar. Istri nelayan yang memiliki anak balita lebih banyak mencurahkan waktunya untuk mengurus anaknya daripada mencurahkan waktunya untuk bekerja secara produktif di pasar kerja. Selain itu, umur istri yang lebih tua lebih memiliki pengalaman yang lebih besar sehingga peluang kerja akan semakin besar. Variabel lama pendidikan istri memiliki tanda positif artinya semakin lama pendidikan istri nelayan maka peluang kerja istri kerja akan semakin besar. Uji statistik menunjukkan bahwa variabel lama pendidikan istri berpengaruh nyata positif pada  = 5 . Hal ini menunjukkan bahwa lama pendidikan istri berpengaruh nyata terhadap peluang kerja istri nelayan kerja. Nilai odds ratio variabel lama pendidikan istri sebesar 0.222. artinya peluang istri nelayan dengan pendidikan yang terbatas untuk bekerja 0.222 kali lebih kecil daripada istri nelayan dengan lama pendidikan yang lebih tinggi. Lama pendidikan merupakan modal yang penting bagi istri dalam mengembangkan potensi di pasar kerja terutama pada kegiatan kerja di luar sub sektor perikanan yang cenderung lebih variatif dan lebih kompetitif. Variabel jumlah anak balita memiliki tanda negatif artinya semakin besar jumlah anak balita yang dimiliki istri nelayan maka peluang kerja istri kerja akan semakin kecil. Uji statistik menunjukkan bahwa variabel jumlah anak balita berpengaruh nyata positif pada  = 5 . Hal ini menunjukkan bahwa jumlah anak balita berpengaruh nyata terhadap peluang kerja istri nelayan. Nilai odds ratio variabel umur istri sebesar 0.288 artinya peluang kerja istri nelayan dengan jumlah anak balita yang lebih kecil untuk bekerja 0.288 lebih besar daripada istri nelayan dengan jumlah anak balita yang sedikit. Jumlah anak balita terkait dengan fungsi istri dalam hal reproduksi. Apabila Istri nelayan memiliki anak balita lebih banyak maka istri akan mencurahkan waktunya untuk mengurus anaknya daripada mencurahkan waktunya untuk bekerja secara produktif di pasar kerja untuk menghasilkan pendapatan. Pada saat krisis ekonomi dan kemampuan pendapatan rumahtangga nelayan tradisional yang masih rendah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, maka perlu upaya istri untuk bekerja dipasar kerja. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah mengenai keluarga berencana yang membatasi jumlah anak perlu dilaksanakan oleh rumahtangga nelayan tradisional. Berdasarkan uraian di atas, anggota rumahtangga nelayan tradisional khususnya suami dan istri telah berusaha untuk mencurahkan waktu untuk kerja yakni melakukan kegiatan yang menghasilkan pendapatan. Hal tersebut merupakan peranan anggota rumahtangga sebagai suami dan istri dalam melaksanakan tanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Rata-rata curahan waktu kerja yang dilakukan oleh suami dan istri dalam rumahtangga nelayan tradisional adalah sebagai berikut : Tabel 10. Rata-rata Curahan Waktu Kerja Rumahtangga Nelayan Tradisional Musim Penangkapan Ikan Musim Panen Musim Paceklik Anggota Rumahtangga Jambulan Jambulan Suami 288 89.16 184.18 84.03 Istri 35 10.84 35 15.97 Total 323 100.00 219.18 100.00 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa curahan waktu kerja baik pada saat musim panen dan musim paceklik didominasi oleh nelayan atau suami daripada istri yakni pada saat musim panen, curahan waktu kerja yang dilakukan antara suami dan istri masing-masing 89.16 persen dan 10.84 persen. Sedangkan pada saat musim paceklik, curahan waktu kerja yang dilakukan antara suami dan istri masing-masing 84.03 persen dan 15.97 persen. Kontribusi pendapatan yang dihasilkan oleh rumahtangga dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Rata-rata Pendapatan Rumahtangga Nelayan tradisional Musim Penangkapan Ikan Musim Panen Musim Paceklik Anggota Rumahtangga Rupiahbulan Rupiahbulan Suami 481 013 94.16 205 576 88.25 Istri 27 375 5.84 27 375 11.75 Total 508 388 100.00 232 951 100.00 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada saat musim panen, kontribusi pendapatan suami memegang peranan penting dalam pendapatan total rumahtangga yakni masing-masing 94.16 persen dan 5.84 persen. Sedangkan pada saat musim paceklik, kontribusi pendapatan suami dan istri masing-masing 88.25 persen dan 11.75 persen. Nelayan sebagai suami atau kepala rumahtangga memberikan kontribusi terbesar dalam pendapatan rumahtangga dibandingkan dengan istri baik pada saat musim paceklik dan musim panen. Perbedaan curahan waktu kerja yang dilakukan oleh suami dan istri yang akhirnya berpengaruh terhadap perbedaan kontribusi pendapatan yang dihasilkan oleh anggota rumahtangga dalam rumahtangga nelayan tradisional yang diuraikan di atas terkait dengan konsep adanya perbedaan peranan antara laki-laki suami dan perempuan istri yang dibentuk oleh tata nilai sosial, budaya dan adat istiadat. Konsep ini merupakan konsep gender. Curahan waktu suami untuk kerja yang lebih besar daripada istri menunjukkan tingginya peranan suami sebagai kepala rumahtangga dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dibandingkan dengan istri. Sebagaimana konsep gender, hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh adat istiadat masyarakat pada daerah penelitian yang bersifat patriarki dimana laki-laki memiliki peranan yang lebih besar daripada perempuan karena adanya anggapan bahwa laki-laki merupakan penerus garis keturunan yang ditandai dengan marga dan laki-laki sebagai kepala rumahtangga memiliki peran utama untuk memberi nafkah dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pada daerah penelitian, hanya sebagian kecil istri nelayan mencurahkan waktunya kerja untuk meningkatkan pendapatan rumahtangga. Berdasarkan hasil analisis peluang kerja istri di luar sub sektor perikanan yang telah diuraikan, bahwa lama pendidikan yang rendah dapat menurunkan peluang kerja istri untuk kerja di luar sub sektor perikanan. Secara pandangan ilmu sosial, perempuan yang bekerja merupakan salah satu bentuk mobilitas sosial perempuan. Mobilitas sosial yang dilakukan berdasarkan kemampuan dan potensi diperoleh berdasarkan pendidikan. Umur yang masih muda dan jumlah anak balita yang besar mempangaruhi rendahnya peluang istri kerja di luar sub sektor perikanan. Umur yang masih muda memiliki hubungan yang erat dengan jumlah anak balita yaitu pada rumahtangga responden yang memiliki jumlah anak balita merupakan pasangan yang umurnya muda. Anak balita memerlukan perhatian dan waktu luang yang besar dari orangtuanya terutama ibu dalam hal pemeliharaan sehingga istri memiliki peluang yang rendah untuk mencurahkan waktunya dalam kerja. Hal ini terkait dengan peran perempuan setelah perkawinan adalah melahirkan, dimana peran ini dinamakan peran reproduktif. Peran ini tidak bisa diganti dengan oleh laki-laki karena sifatnya kodrati dan tidak bisa dihindari.

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN EKONOMI RUMAHTANGGA