Proses Dekomposisi Serasah TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Proses Dekomposisi Serasah

Menurut Hornby dkk., 1987, dekomposisi adalah kegiatan atau proses penguraian, pemisahan atau resolusi dari sesuatu menjadi bagian-bagian kecil constituent elements ; hancuran disintegration ; busuk putrescence. Menurut Satchell 1974 dekomposisi adalah kegiatan atau proses penguraian decomposing dan pemisahan separation bahan-bahan organik menjadi bagian-bagian hancur, busuk. Dekomposisi bisa berarti mekanisme penghancuran struktur tanaman mati dari tahap masih melekat pada kehidupan tumbuhan sampai menjadi tahap humus dengan struktur sel yang kasar menjadi bentuk yang hancur no longer recognizable. Mason 1977 membagi proses-proses dekomposisi menjadi tiga yaitu pelindihan leaching, penghawaan weathering dan aktivitas biologi. Ketiga proses tersebut berlangsung secara simultan. Leaching adalah mekanisme hilangnya bahan-bahan yang dapat larut dari serasah atau detritus organik oleh hujan atau aliran air. Weathering adalah mekanisme pelapukan oleh faktor-faktor fisik, seperti pengikisan dan penguapan air dari serasah oleh angin, es dan pergerakan gelombang. Aktivitas biologi adalah proses yang menghasilkan pecahan-pecahan detritus bahan organik secara bertahap oleh mahluk hidup. Mahluk hidup yang melakukan dekomposisi dikenal sebagai dekomposer, pengurai atau saproba. Serasah dalam ekologi digunakan untuk dua pengertian yaitu 1 lapisan bahan tumbuhan mati yang terdapat pada permukaan tanah dan 2 bahan- bahan tumbuhan mati yang tidak terikat lagi pada tumbuhan hidup. Daun-daun mangrove yang jatuh didefinisikan oleh Chapman 1976 sebagai bobot materi tumbuhan mati yang jatuh dalam satuan luas permukaan tanah dalam periode waktu tertentu. Brown 1984 mendefinisikan serasah sebagai guguran struktur vegetatif dan reproduktif yang jatuh disebabkan oleh faktor ketuaan senescence, stress oleh faktor mekanik misalnya angin, kombinasi antara keduanya, kematian serta kerusakan seluruh bagian tumbuhan oleh iklim. Produksi serasah dapat diketahui dengan memperkirakan komponen-komponen dari produksi primer bersih yang dapat terakumulasi pada lantai hutan yang selanjutnya mengalami remineralisasi melalui tahapan-tahapan dekomposisi. Serasah atau detritus organik yang berasal dari bahan tumbuhan yang telah mati setelah mengalami beberapa tahapan dekomposisi dapat menghasilkan energi potensial bagi kehidupan konsumer. Sebutan serasah biasanya digunakan untuk bahan dalam ekosistem daratan khususnya bahan yang berasal dari tumbuhan tingkat tinggi, sedang detritus digunakan untuk bahan dalam ekosistem perairan Mason, 1977. Serasah daun mangrove pada lingkungan estuaria merupakan suatu bahan dasar nutrisi penting. Walaupun miskin nutrisi ketika jatuh dari pohon, daun-daun mangrove menjadi nutrisi yang diperlukan untuk proses-proses pengkayaan enrichment mikroba Odum, 1971. Fell dan Masters 1973 yang mempelajari proses degradasi daun mangrove, mendapatkan 66 marga fungi dan melihat adanya suatu urutan infestasi. Pada minggu pertama setelah daun gugur, serasah kebanyakan diserang oleh Phycomycetes yang terdiri atas Thraustochytrium, Schizochytrium , Phytophthora vesicola, P. bahamensis , P. epistomium , P. mycoparasitica dan P. spinosa. Penyerang lainnya adalah Aspergillus, Penicillium, Trichoderma, Fusarium, Curvularia dan Drechslera. Setelah minggu kedua penyerangan dan dekomposisi serasah dilakukan oleh Lulworthia dan setelah tiga minggu terdapat Zalerion varium. Newel 1976 mendapatkan urutan infestasi pada anakan Rhizophora mangle Tabel 1. Jika dibandingkan penyerangan jenis fungi pada semai, daun dan kayu terlihat perbedaan dalam kemampuan dan jumlah jenis fungi yang melakukan penyerangan.

2.3. Peran Mikroorganisme dalam Proses Dekomposisi Serasah