Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pola Pengasuhan Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2015

1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POLA
PENGASUHAN BALITA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PADANG BULAN
MEDAN

Novita Susanti
145102178

KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS
KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015

2

3

4


Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Pengasuhan Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan
Medan Tahun 2015

ABSTRAK
Novita Susanti
Latar belakang : Pola asuh orang tua adalah bagaimana orang tua memperlakukan
anak, mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan anak dalam mencapai
kedewasaan hingga pada upaya pembentukan norma-norma yang diharapkan
masyarakat pada umumnya. Pola pengasuhan balita di pengaruhi oleh banyak
faktor salah satunya adalah pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.
Tujuan penelitian : Untuk mengetahui lebih jauh tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi pola pengasuhan balita .
Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan
Cross Sectional. Teknik dalam pengambilan sampel ini adalah dengan
menggunakan Teknik Total Sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah
adalah semua ibu-ibu yang mempunyai balita di Puskesmas yang berjumlah 85
orang. Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan
Medan.
Hasil : Hasil uji statistik penelitian ini menunjukkan bahwa pola asuh orang tua

yang diterapkan sebagian besar berkategori pola asuh otoriter sebanyak 49 orang
(57,6%).
Kesimpulan : Kesimpulan penelitian ini adalah pola asuh yang diterapkan orang
tua bukan menjadi faktor utama yang mempengaruhi pola pengasuhan balita.
Saran hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada orang tua tentang
pengasuhan balita.

Kata Kunci : Faktor, Pola, Pengasuhan, Balita

i

Factors That Affect Parenting Toddlers In Puskesmas Medan
Padang Bulan Year 2015

ABSTRACT
Novita Susanti
Background : Parenting parents is how parents treat children, educate, guide and
discipline children in attaining maturity so that the efforts to establish norms
expected by society at large. Parenting toddlers is influenced by many factors, one
of which is education, job retention and revenue.

Research Purposes : To learn more about the factors that affect parenting toddlers.
Methodology : This study used a descriptive design with Cross Sectional
approach. The sampling technique in this is to use the Total Sampling Technique.
The population in this experiment are all mothers who have children in health
centers amounted to 85 people. This research was conducted in Puskesmas Medan
Padang Bulan.
Result : Statistical test results of this study showed that parenting parents applied
largely categorized authoritarian parenting as much as 49 people (57.6%).
Conclusion : The conclusion of this study is applied parenting parents not be a
major factor affecting parenting toddlers. Suggestions results of this study can be
memberikn information to parents about parenting toddlers.

Keywords : Factor, Parenting, Toddlers

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI)

yang berjudul “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pola Pengasuhan Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2015”. Peneliti menyadari
bahwa penelitian ini masih jauh dari isi maupun susunan bahasa. Oleh karena itu,
peneliti mengharapkan adanya masukan dan saran untuk perbaikan di masa yang
akan datang. Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam
menyelesaikan penelitian ini yaitu :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi D-IV
Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Mula Tarigan, S.Kp, M.Kes selaku dosen pembimbing dalam penyusunan
proposal, yang telah membimbing peneliti hingga proposal penelitian ini
dapat selesai.
4. dr. Christoffel L Tobing, SpOG selaku dosen penguji I.
5. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji II.
6. Seluruh Dosen, Staff dan Pegawai Administrasi program D-IV Bidan
Pendidik Universitas Sumatera Utara.
7. Ayahanda tersayang Almarhum Riadi yang telah menanamkan prinsip
yang sangat berarti dan menjadi motivasi dalam hidup saya. Dan Ibunda


iii

tercinta Sulastri yang selalu memberikan semangat buat saya. Terima
Kasih atas do’a dan restu dari Almarhum Ayah dan Ibu Tercinta yang
selalu membimbing saya ke jalan-Nya.
8. Rekan – rekan mahasiswa Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan
dukungan, semangat dan masukan kepada peneliti.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini, baik dari segi isi maupun bahasa. Untuk itu saya
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun, agar menjadi lebih baik
dan bermanfaat. Atas segala bantuan dan didikan yang peneliti terima, peneliti
hanya dapat berdoa semoga kiranya mendapat imbalan dan rahmat dari Allah
SWT.

Medan,

06 Juli 2015
Peneliti


(Novita Susanti)

iv

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ....................................................................................

i

DAFTAR ISI ...................................................................................................

iii

DAFTAR TABEL ..........................................................................................

vi


DAFTAR SKEMA .........................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

viii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................

1

B. Perumusan Masalah ....................................................................

4

C. Tujuan Penelitian ........................................................................

4


1.

Tujuan Umum....................................................................

4

D. Manfaat Penelitian ......................................................................

4

1.

Bagi Peneliti ......................................................................

4

2.

Bagi Institusi Pendidikan...................................................


4

3.

Bagi Responden .................................................................

5

4.

Bagi Tempat Penelitian .....................................................

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Balita .........................................................................

6


1.

Definisi Balita....................................................................

6

2.

Karakteristik Balita............................................................

6

B. Pola Pengasuhan .........................................................................

7

1.

Defenisi Pola Pengasuhan .................................................


7

2.

Tujuan Pengasuhan............................................................

8

3.

Peran Orang Tua (Bunda & Ayah) ....................................

9

4.

Jenis - Jenis Pola Asuh ......................................................

9

C. Prinsip Dalam Mengasuh Dan Membimbing Anak ....................

13

1.

Mengasuh Dan Membimbing Anak Umur 0 - 1,5 Tahun .

v

13

2.

Mengasuh Dan Membimbing Anak Umur 1,5 - 3 Tahun .

14

3.

Mengasuh Dan Membimbing Anak Umur 3 – 6 Tahun ....

16

D. Ada 9 Kesalahan Dalam Mengasuh Anak ..................................

17

E. Pengaruh

Pola

Asuh

Orang

Tua

Pada

Pembentukan

Kepribadian Anak ........................................................................ .
1.

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Yang Bekerja Dengan
Yang Tidak Bekerja...........................................................

2.

21

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Yang Berpendidikan
Tinggi Dengan Yang Berpendidikan Rendah ...................

3.

21

21

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat
Ekonomi Rendah Dan Menengah Ke Bawah ....................

22

F. Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh .....................................

24

1.

Pendidikan .........................................................................

24

2.

Pekerjaan ...........................................................................

25

3.

Pendapatan.........................................................................

25

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. Kerangka Konsep ........................................................................

26

B. Defenisi Operasional...................................................................

27

BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ........................................................................

29

B. Populasi dan Sampel ...................................................................

29

C. Tempat Penelitian .......................................................................

29

D. Waktu Penelitian .........................................................................

30

E. Aspek Pengukuran ......................................................................

30

F. Pertimbangan Etik Penelitian......................................................

30

G. Instrumen Penelitian ...................................................................

31

H. Uji Validitas ................................................................................

32

I.

Cara Pengumpulan Data .............................................................

32

J.

Metode Pengolahan Data ............................................................

33

K. Analisa ........................................................................................

33

vi

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...........................................................................
1.

34

Analisis Univariat ..............................................................

34

1.1

Distribusi Karakteristik Responden .........................

34

1.2

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pola Pengasuhan
Balita ........................................................................

35

B. Pembahasan ................................................................................

36

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A.

Kesimpulan .................................................................................

38

B.

Saran ...........................................................................................

38

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1

Defenisi Operasional ......................................................................

Tabel 2

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Pendidikan,

27

Pekerjaan dan Pendapatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang
Bulan Medan Tahun 2015 ...............................................................
Tabel 3

34

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pola Pengasuhan Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2015........

viii

35

DAFTAR SKEMA

Skema 1

: Kerangka Konsep

Penelitian

Faktor



Faktor Yang

Mempengaruhi Pola Pengasuhan Balita .................................

ix

14

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

: Surat Permohonan Izin Penelitian Dari Universitas Sumatera
Utara Fakultas Keperawatan .

Lampiran 2

: Surat Balasan Dinas Kesehatan Puskesmas Padang Bulan
Medan.

Lampiran 3

: Lampiran Persetujuan Menjadi Responden.

Lampiran 4

: Kuisioner Penelitian.

Lampiran 5

: Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 6

: Master Tabel Penelitian

x

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Pengasuhan Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan
Medan Tahun 2015

ABSTRAK
Novita Susanti
Latar belakang : Pola asuh orang tua adalah bagaimana orang tua memperlakukan
anak, mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan anak dalam mencapai
kedewasaan hingga pada upaya pembentukan norma-norma yang diharapkan
masyarakat pada umumnya. Pola pengasuhan balita di pengaruhi oleh banyak
faktor salah satunya adalah pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.
Tujuan penelitian : Untuk mengetahui lebih jauh tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi pola pengasuhan balita .
Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan
Cross Sectional. Teknik dalam pengambilan sampel ini adalah dengan
menggunakan Teknik Total Sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah
adalah semua ibu-ibu yang mempunyai balita di Puskesmas yang berjumlah 85
orang. Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan
Medan.
Hasil : Hasil uji statistik penelitian ini menunjukkan bahwa pola asuh orang tua
yang diterapkan sebagian besar berkategori pola asuh otoriter sebanyak 49 orang
(57,6%).
Kesimpulan : Kesimpulan penelitian ini adalah pola asuh yang diterapkan orang
tua bukan menjadi faktor utama yang mempengaruhi pola pengasuhan balita.
Saran hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada orang tua tentang
pengasuhan balita.

Kata Kunci : Faktor, Pola, Pengasuhan, Balita

i

Factors That Affect Parenting Toddlers In Puskesmas Medan
Padang Bulan Year 2015

ABSTRACT
Novita Susanti
Background : Parenting parents is how parents treat children, educate, guide and
discipline children in attaining maturity so that the efforts to establish norms
expected by society at large. Parenting toddlers is influenced by many factors, one
of which is education, job retention and revenue.
Research Purposes : To learn more about the factors that affect parenting toddlers.
Methodology : This study used a descriptive design with Cross Sectional
approach. The sampling technique in this is to use the Total Sampling Technique.
The population in this experiment are all mothers who have children in health
centers amounted to 85 people. This research was conducted in Puskesmas Medan
Padang Bulan.
Result : Statistical test results of this study showed that parenting parents applied
largely categorized authoritarian parenting as much as 49 people (57.6%).
Conclusion : The conclusion of this study is applied parenting parents not be a
major factor affecting parenting toddlers. Suggestions results of this study can be
memberikn information to parents about parenting toddlers.

Keywords : Factor, Parenting, Toddlers

ii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya Kesehatan dilakukan sejak anak masih dalam kandungan sampai
lima tahun pertama untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, sekaligus
meningkatkan kualitas anak agar

mencapai tumbuh kembang yang optimal

(Depkes, 2005).
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik
yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Secara tidak
langsung dipengaruhi oleh pola asuh, ketersediaan pangan, faktor sosial ekonomi,
budaya dan politik. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan
suatu proses yang panjang dan berkesinambungan, harus dimulai sejak dini, yaitu
sejak manusia masih dalam kandungan. Dalam mempersiapkan peningkatan
kualitas sumber daya manusia yang sehat, cerdas, terampil, produktif dan kreatif
yang akan meneruskan pembangunan bangsa harus lebih memperhatikan aspek
tumbuh kembang balita, sehingga dalam jangka panjag tercipta kesehatan bangsa
Indonesia secara nyata (Depkes RI, 2010).
Pola asuh adalah cara orang tua mendidik anak dan membesarkan anak
yang dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor budaya, agama, kebiasaan
dan kepercayaan, serta kepribadian orang tua (orang tua sendiri atau orang yang
mengasuh anak). Macam-macam pola asuh yang biasa diterapkan antara lain
pelindung, penuntut, dominan, pemanja, permisif, rejektif, pengkritik, tidak

1

2

konsisten. Pola asuh pelindung membentuk anak menjadi penakut, tidak percaya
diri, merasa khawatir, ragu, tidak mandiri dan bila anak berontak akan melakukan
semua larangan orang tua . Pola asuh menuntut bila anak gagal memenuhi
tuntutan orang tua anak akan mengalami frustasi diikuti rasa bersalah dan dosa
serta bila anak berontak maka akan sengaja menggagalkan diri (Markum, 2007).
Perbedaan sifat dan perilaku anak menimbulkan respon orang tua yang
berbeda sehingga dapat dikatakan bahwa pengaruh anak terhadap orang tua
mempunyai peran yang sama pentingnya dengan pengaruh orang tua terhadap
anak. Keadaan perilaku akan mempengaruhi pola tumbuh kembang, perilaku yang
sudah tertanam pada masa anak akan terbawa dalam masa kehidupan selanjutnya.
Perubahan perilaku dan bentuk perilaku yang terjadi akibat pengaruh berbagai
faktor lingkungan yang akan mempunyai dampak luas terhadap sosialisasi dan
disiplin anak (Markum, 2007).
Pola asuh sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian serta
aspek-aspek pembentuk kepribadian diantaranya adalah emosi, sosial, motivasi,
intelektual, dan spritual. Orang tua juga harus menyesuaikan pola asuh dengan
situasi, kondisi, kemampuan dan kebutuhan anak. Banyak hal yang dapat
dilakukan untuk membentuk pola asuh anak agar perkembangan emosinya
berjalan normal. Namun, untuk mewujudkan hal tersebut orang tua yang pantas
diteladani anak dengan mencontohkan hal-hal positif dalam kehidupan sehari-hari.
Pengaruh pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang
mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan temantemannya, mampu menghadapi stres, mempunyai minat terhadap hal-hal yang
baru dan kooperatif terhadap orang lain. Sedangkan pengaruh pola asuh otoriter

3

akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak
berinsiatif, gemar menentang, suka melanggar norma-norma, berkepribadian
lemah, cemas, dan terkesan menarik diri. Serta pola asuh permisif akan
menghasilkan karakteristik anak-anak yang implusif, agresif, tidak patuh, manja,
kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang matang secara sosial dan kurang
percaya diri (Dewi, 2013).
Menurut Dewi L (2013) dari penelitian yang dilakukan di PG-TK Terpadu
Gabungan Tanon Sragen pada 15 Desember 2012 terdapat 32 murid. Melalui
wawancara dengan beberapa orang tua murid didapatkan data mengenai
karakteristik pola asuh. Dari 9 orang tua yang dilakukan wawancara terdapat 4
keluarga yaang menerapkan pola asuh yang otoriter dengan keluhan anak sering
marah tanpa alasan, perasaan takut atau kecemasan berlebihan, menghindari
teman-temannya. 3 keluarga yang menerapkan pola asuh permisif mengeluh
anaknya suka melanggar dan membantah, mudah teralih perhatiannya , nafsu
makan berkurang dan terkadang sulit tidur. Sedangkan 2 orang tua yang
menerapkan pola asuh demokratis mengeluh anaknya terkadang suka mengompol
dan dekat dengan orang tuanya. Hal tersebut merupakan salah satu diantara
permasalahan perilaku pada anak yang dapat mengalami masalah mental
emosional dimana salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah pola asuh
orang tua.
Berdasarkan hasil penelitian Harsiki (2002) bahwa pola pengasuhan anak
balita pada keluarga miskin pedesaan dan perkotaan di propinsi Aceh adalah 67,1 %
pada kategori kurang. Pola asuh anak yang kurang akan mempunyai resiko anak
balita KEP 1,5 kali dibandingkan dengan anak balita dengan pola asuh makan.

4

Daerah perkotaan sedikit lebih tinggi pola asuh anaknya daripada daerah
pedesaan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Pengasuhan
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2015”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah di atas maka rumusan penelitian ini adalah
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Pengasuhan Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2015?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi pola pengasuhan balita di Wilayah Kerja Puskesmas Padang
Bulan Medan Tahun 2015.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan, meningkatkan wawasan, serta salah satu
persyaratan untuk kelulusan dari D-IV Bidan Pendidik Fakultas
Keperawatan USU di Medan dan mengaplikasi ilmu yang diperoleh
selama perkuliahan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan informasi ilmu pengetahuan dan referensi tentang
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Pengasuhan Balita Di Wilayah
Kerja Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2015.

5

3. Bagi Responden
Untuk memberikan informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
pola pengasuhan balita sehingga tercapailah pola asuh yang baik
4. Bagi Tempat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi panduan dan bahan
perbandingan untuk melakukan penelitian yang akan datang demi
tercapainya hasil penelitian yang lebih sempurna.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Balita
1. Definisi Balita
Balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan karakteristik
pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun dimana umur 5 bulan
berat badan naik 2x berat badan lahir, dan 3x berat badan lahir pada umur 1 tahun
dan menjadi 4x pada umur 2 tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada masa
prasekolah dengan kenaikan berat badan kurang lebih 2 kg pertahun, kemudian
pertumbuhan konstan mulai berakhir (Septiari, 2012).
Balita merupakan kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan,
dan perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan, dan
perkembangan fisik contohnya kordinasi motorik halus dan motorik kasar juga
kecerdasan yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang
dilalui oleh anak. Usia balita dibagi dalam 3 tahap yaitu masa sebelum lahir, masa
bayi, dan masa awal kanak-kanak. Pada ketiga tahap tersebut banyak terjadi
perubahan, baik fisik maupun psikologi yang akan mempengaruhi tumbuh
kembang anak. Pembagian menurut tahapan tersebut sangat bergantung pada
faktor sosial yaitu tuntutan, dan harapan untuk menguasai proses perkembangan
yang harus dilampau anak dari lingkungannya (Septiari, 2012).
2. Karakteristik Balita
Karakteristik balita dibagi menjadi dua yaitu :
1. Anak usia 1-3 tahun.

6

7

2. Anak usia prasekolah 3-5 tahun.
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif artinya anak
menerima makanan dari apa yang disediakan orang tua. Laju pertumbuhan masa
balita lebih besar dari masa usia prasekolah, sehingga diperlukan jumlah makanan
yang relatif besar. Tetapi perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah
makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang
usianya lebih besar. Oleh sebab itu pola makan yang diberikan adalah porsi kecil
dengan frekuensi sering (Septiari, 2012).
Pada usia prasekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah
dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul dengan
lingkungannya atau bersekolah playgroup. Pada fase ini anak mencapai fase
gemar memprotes. Pada masa ini berat badan anak cenderung mengalami
penurunan, akibat dari aktivitas yang mulai banyak dan pemilihan maupun
penolakan terhadap makanan (Septiari, 2012).
B. Pola Pengasuhan
1. Definisi Pola Pengasuhan
Pola pengasuhan adalah asuhan yang diberikan ibu atau pengasuh lain
berupa sikap, dan perilaku dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan
makan, merawat, menjaga kebersihan, memberi kasih sayang, dan sebagainya.
Kesemuanya berhubungan dengan keadaan ibu dalam hal kesehatan fisik dan
mental, pendidikan umum, pengetahuan tentang pengasuhan anak yang baik,
peran dalam keluarga dan masyarakat, dan lain sebagainya (Soekirman, 2000).
Pola asuh orang tua adalah bagaimana orang tua memperlakukan anak,
mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan anak dalam mencapai kedewasaan

8

hingga pada upaya pembentukan norma-norma yang diharapkan masyarakat pada
umumnya (Casmini, 2007).
Sebenarnya, pola asuh hanya mengacu kepada dua kompenen, yaitu kasih
sayang dan tuntutan. Kasih sayang orang tua dalam mengasuh anak akan
mengarah pada pengembangan pribadi anak, kemampuan untuk merasa bahagia,
mengekspresikan kasih sayang kepada orang lain, serta mencintai dan bangga
terhadap dirinya sendiri. Di lain pihak, tuntutan adalah cara orang tua
mengarahkan anak untuk menuju kedewasaan atau menjadi manusia dewasa yang
bertanggung jawab, disiplin, persisten, dan konsisten . Itulah sebabnya, sangat
penting bagi orang tua untuk memahami pola asuh yang benar dan memiliki
kemampuan pengasuhan yang baik (Noe’man, 2012).
2.

Tujuan Pengasuhan
Selain menetapkan impian masa depan tentang keluarga secara bersamaan,

orang tua juga perlu menetapkan tujuan pengasuhan. Tujuan pengasuhan adalah
hasil (output) yang orang tua inginkan untuk anak. Secara umum, ada tiga
tingkatan tujuan pengasuhan (Noe’man, 2012) :
1. Orang tua ingin menumbuhkan anak yang tangguh dan memiliki
spritualitas yang tinggi.
2. Orang tua ingin menumbuhkan anak yang berprilaku baik.
3. Orang tua ingin menumbuhkan anak yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang tinggi.

9

3. Peran Orang Tua
1. Peran Ibu
b. Menumbuh perasaan mencintai dan mengasihi pada anak melalui
interaksi yang lebih melibatkan sentuhan lembut dan kasih sayang.
c. Menumbuhkan kemampuan berbahasa pada anak melalui kegiatan
bercerita dan mendogeng serta kegiatan yang lebih dekat ke anak,
yakni berbicara dari hati ke hati pada anak.
d. Mengajarkan tentang jenis kelamin perempuan tentang perilaku
seorang perempuan baik – baik sesuai ajaran agama (Noe’man,
2012).
2. Peran Ayah
a. Menumbuhkan rasa percaya diri dan kompetensi pada anak melalui
kegiatan bermain yang lebih melibatkan fisik, baik di dalam
maupun di luar ruangan.
b. Menumbuhkan kebutuhan akan hasrat berpretasi pada anak melalui
berbagai kisah tentang cita – cita.
c. Mengajarkan tentang peran jenis kelamin laki-laki, tentang perilaku
seorang laki – laki yang sesuai dengan ajaran agama (Noe’man,
2012).
4.

Jenis - Jenis Pola Asuh
Berdasarkan tingkat kasih sayang dan tuntutan orang tua dalam

pengasuhan dibedakan atas empat jenis yaitu: otoriter, demokratis, permisif dan
abai atau tidak peduli (Noe’man, 2012) :

10

1. Pola Asuh Otoriter adalah tipe pengasuhan dengan tuntutan yang tinggi,
tidak fleksibel atau kaku, tidak responsif, mendesak anak mengikuti
arahan-arahan orang tua, penerapan hukuman, dan menghargai kerja
keras. Orang tua tipe ini menempatkan batasan-batasan dan kontrol
yang tegas pada anak, sangat menekankan pada kepatuhan, dan
mengharapkan aturan-aturan mereka dipatuhi tanpa adanya penjelasan.
Biasanya, mereka hanya sedikit terlibat dalam komunikasi dengan anak,
tidak ada kompromi maupun negosiasi, serta tidak banyak memberikan
penjelasan mengenai aturan ataupun tindakan orang tua (Noe’man,
2012) .
Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter, biasanya
menyediakan lingkungan yang telah terstruktur dan disertai tata tertib.
Ciri utama dari pola asuh ini adalah arahan dari tuntutan yang tinggi
serta harapan yang tidak fleksibel dan tidak responsif. Orang tua yang
otoriter menganggap pengekspresian emosi bukanlah prioritas. Oleh
karena itu, mereka jarang menunjukkan empati serta membantu anak
dalam mengekspresikan emosinya secara tepat. Mereka juga tidak
mendorong anak untuk memerhatikan perasaaan dan keyakinan yang
dimiliki anak, ataupun membantu anak berpikir secara fleksibel
mengenai solusi-solusi terhadap masalah (Noe’man, 2012).
Umumnya, pengasuhan yang otoriter akan menghasilkan dua
jenis karakter anak, yaitu anak pemberontak yang bisa terlibat
kenakalan dan kejahatan atau anak yang tertutup, menarik diri, dan
menghindari konflik (Noe’man, 2012).

11

2. Pola Asuh Demokratis adalah pengasuhan yang memberikan tuntutan
kepada anak sekaligus responsif terhadap kemauan dan kehendak anak.
Orang tua yang demokratis akan bersikap asertif, yaitu membiarkan
anak untuk memilih apa yang menurutnya baik, mendorong anak untuk
bertanggung jawab atas pilihannya, tetapi masih menetapkan standar
dan batasan yang jelas pada anak serta selalu mengawasinya. Mereka
pun terlibat dalam komunikasi yang intensif dan hangat serta responsif
terhadap kebutuhan anak. Komunikasi yang hangat dan terbuka
memungkinkan adanya diskusi. Karena itu lah, dalam pola asuh
demokratis, setiap aturan dan tindakan orang tua selalu disertai
penjelasan dan respons yang baik terhadap pendapat anak. Orang tua
juga terlibat dalam pemecahan masalah bersama anak (Noe’man, 2012).
Dalam menerapkan kedisiplinan, orang tua demokratis akan
bersikap suportif. Artinya, ketika anak tidak mematuhi aturan orang tua
dan mampu menjelaskan alasannya, orang tua bersedia untuk
mendengar

dan

memahami.

Kendati

demikian,

aturan

tetap

dilaksanakan secara konsisten. Orang tua demokratis menyadari bahwa
mengembangkan sikap tanggung jawab, kemandirian, dan respek
merupakan sebuah proses yang harus dilalui secara bertahap. Selain itu,
orang tua tipe ini juga menghargai emosi dan membantu anak untuk
mengekspresikan emosinya secara tepat. Mereka juga membantu anak
untuk mengembangkan keyakinan-keyakinan dirinya yang positif
(Noe’man, 2012).

12

3. Pola Asuh Permisif adalah pengasuhan yang lebih mengedepankan
kasih sayang, tetapi tidak memberi batasan berupa tuntutan. Orang tua
yang permisif, biasanya sangat toleran, lembut, dan tidak menuntut
anak untuk berperilaku matang, mandiri, atau bertanggung jawab.
Mereka lebih suka menghindari konfrontasi dengan anak dan
membiarkan anak melakukan semua hal yang disukainya. Anak-anak
yang dibesarkan dengan pola asuh ini akan memiliki kemampuan yang
sangat rendah mengontrol diri dan cenderung menuntut setiap
keinginannya. Kelak, ketika dewasa, anak-anak permisif akan
menghalalkan segala cara untuk memenuhi keinginannya, termasuk
dengan dengan korupsi, menindas orang lain, atau berbagai bentuk
kejahatan lainnya (Noe’man, 2012).
4. Pola Asuh Abai (Tidak Peduli) adalah jenis pengasuhan dengan kasih
sayang dan tuntutan yang sangat sedikit / rendah terhadap anak.
Kemungkinan, cara pengasuhan ini diakibatkan oleh kurangnya waktu.
Banyak orang tua yang bekerja dari pagi sampai malam, sementara
anak-anak diasuh oleh baby sitter. Anak-anak pun tumbuh tanpa
bimbingan orang tua. Bahkan, pada kasus ekstrem, ada orang tua yang
cenderung mengabaikan anak karena sibuk mengurusi kepentingan
sendiri. Biasanya, orang tua seperti ini sudah merasa puas dengan
melimpahi materi kepada anak atau memasukkan anak ke sekolah –
sekolah mahal. Akibatnya, anak merasa dirinya tidak berharga. Mereka
akan tumbuh menjadi pribadi yang kurang memiliki kompetensi sosial,
kurang dapat mengontrol diri, serta tidak mandiri (Noe’man, 2012).

13

Dari keempat jenis pola asuh di atas, orang tua tentu sepakat bahwa pola
asuh demokratis adalah yang paling baik untuk diterapkan. Adapun ciri utama
pola asuh demokratis, yaitu sebagai berikut:
a. Orang tua suportif dan komunikatif.
b. Orang tua menerapkan disiplin yang konsisten.
c. Orang tua mengawasi.
d. Orang tua membantu anak untuk mengembangkan kesadaran,
pengekspresian dan kontrol emosional (Noe’man, 2012).
C. Prinsip Dalam Mengasuh Dan Membimbing Anak
Anak perlu di asuh, dan dibimbing karena mengalami proses pertumbuhan
dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan itu merupakan suatu proses.
Agar pertumbuhan dan perkembangan berjalan sebaik-baiknya anak perlu di asuh
dan dibimbing oleh orang dewasa, terutama dalam lingkungan kehidupan
keluarga. Peran orang tua adalah menciptakan lingkungan yang mendukung
perkembangan anak ke arah yang positif (Septiari, 2012).
1. Mengasuh Dan Membimbing Anak Umur 0 – 1,5 Tahun.
a. Ciri dan tuntutan perkembangan :
• Memperoleh rasa aman dan rasa percaya dari lingkungan
merupakan dasar yang penting dalam hubungan anak dengan
lingkungannya.
• Rasa aman ini diperolehnya melalui sentuhan fisik yang
menyenangkan dengan ibu nya, dan sedikit mungkin mengalami
hal-hal yang kurang menyenangkan (Septiari, 2012).

14

a. Sikap orang tua
• Penuh kasih sayang dalam merawat, dan mengasuh akan
menimbulkan perasaan aman serta percaya pada bayi.
• Kesiapan ibu pada setiap saat dibutuhkan oleh bayi,

juga

menimbulkan rasa aman dan percaya pada bayi.
• Berilah ASI sesuai dengan kebutuhan bayi. Jangan terlalu ketat
dengan

jadwal

pemberian

makanan.

Karena setiap

bayi

mempunyai kebutuhan berbeda.
• Bila ibu terpaksa memberikan susu botol, perlakukanlah seperti
bayi minum ASI, yaitu dengan cara memeluknya (Septiari, 2012).
b. Gangguan atau penyimpangan yang dapat timbul pada tahap ini
• Kesulitan makan.
• Mudah terangsang , marah, tersinggung.
• Menolak segala sesuatu yang baru (Septiari, 2012).
2. Mengasuh Dan Membimbing Anak Umur 1,5 – 3 Tahun.
a. Ciri dan tuntutan perkembangan
• Anak akan bergerak dan berbuat sesuatu sesuai dengan
kemampuannya sendiri. Sehingga dia seolah-olah ingin mencoba
apa yang dapat dilakukannya.
• Anak dapat menuntut atau menolak apa yang dia kehendaki atau
tidak dia kehendaki.
• Akan tertanam perasaan otonomi diri, yaitu kemampuan mengatur
badannya dan lingkungannya sendiri. Hal ini menjadi dasar

15

terbentuknya rasa yakin pada diri dan harga diri pada kemudian
hari (Septiari, 2012).
b. Sikap orang tua
• Doronglah agar anak dapat bergerak bebas dan berlatih melakukan
hal-hal yang diperkirakan mampu dia kerjakan, sehingga akan
menumbuhkan rasa kemampuan diri. Namun harus bersikap tegas
untuk melindungi dari bahaya, karena dorongan anak berbuat
belum diimbangi oleh kemampuan untuk

melaksanakannya

secara wajar dan rasional.
• Usahakan agar anak mau bermain dengan anak lainnya. Dengan
demikian

dia

akan

belajar

bagaimana

mengikuti

aturan

permainan. Tetapi jangan lupa bahwa dalam bermain atau
berhubungan dengan orang lain, anak masih bersifat egois yaitu
mementingkan diri sendiri, dan memperlakukan orang lain
sebagai obyek atau benda sesuai dengan kemauannya sendiri.
• Banyaklah berbicara dengan anak dalam kalimat pendek yang
mudah dimengerti (Septiari, 2012).
c. Gangguan atau penyimpangan yang dapat timbul pada tahap ini.
• Kesulitan makan.
• Suka ngambek atau tempertantrum.
• Tingkah laku yang menentang dan keras kepala.
• Gangguan dalam berhubungan dengan orang lain yang diwarnai
oleh sikap menyerang (Septiari, 2012).

16

3. Mengasuh Dan Membimbing Anak Umur 3 – 6 Tahun.
a. Ciri dan tuntutan perkembangan
• Anak bersifat ingin tahu, banyak bertanya berbagai macam dan
meniru kegiatan disekitarnya.
• Anak mulai melibatkan diri dalam kegiatan bersama, dan
menunjukkan inisiatif untuk mengerjakan sesuatu, tetapi dia tidak
mementingkn hasilnya. Pengalaman dalam melakukan aktivitas
ini amat penting artinya bagi anak.
• Sering kali kita melihat bahwa anak cenderung berpindah-pindah
dan meninggalkan tugas yang diberikan kepadanya untuk
melakukan yang lain. Hal ini dapat menimbulkan krisis baru
karena hal itu bertentangan dengan lingkungan yang semakin
menuntut, sehingga anak mengalami kekecewaan (Septiari, 2012).
b. Sikap orang tua
• Berilah kesempatan anak untuk menyalurkan inisiatifnya sehingga
dia mendapat kesempatan untuk membuat kesalahan dan belajar
dari kesalahan itu.
• Ikut sertakan anak dalam aktivitas keluarga misalnya menyapu,
berbelanja ke pasar, memasak, atau membetulkan mainan yang
rusak.
• Dengar dan hargailah pendapat serta usul yang dikemukakan oleh
anak.
• Jangan menuntut kemampuan yang melebihi anak (Septiari, 2012).
c. Gangguan atau penyimpangan yang dapat timbul pada tahap ini

17

• Kesulitan belajar.
• Masalah di sekolah (masalah pergaulan dengan teman).
• Anak pasif dan takut serta kurang kemauan dan kurang inisiatif
(Septiari, 2012).
D. Ada 9 Kesalahan Dalam Mengasuh Anak Balita
Berikut ini ada kesalahan yang umum dilakukan orang tua kepada anak
balitanya (Septiari, 2012) :
1. Tidak Konsisten
Anak balita harus mulai belajar mengenai konsekuensi sejak awal. Dia
harus mengetahui apa yang akan didapatkan jika tidak pergi mandi
atau tidur pada waktu seharusnya. Semakin konsisten dan dapat
ditebak apa yang akan dia alami jika peraturan tidak dipatuhi, semakin
mudah anak untuk diajak bekerja sama.
2. Terlalu Fokus Pada Waktu Keluarga
Menghabiskan waktu yang berkualitas bersama keluarga adalah hal
yang baik, tetapi ada keluarga tertentu yang terlalu mengusulkan hal
ini dan hal itu. Padahal ada kalanya si anak ingin merayakan waktu
pribadi dengan orang tua-nya hanya berduaan atau bertiga. Waktu
berduaan dan pribadi dapat menjadi hal menyenangkan bagi anak dan
orang tuanya karena tidak ada persaingan diantara saudara kandung.
Cara yang dapat mengikat hubungan orang tua dan anak adalah dengan
bermain bersama.

18

3. Terlalu Sering Menawarkan Bantuan
Beberapa orang tua menganggap si anak balita masih seperti bayi yang
belum mengerti banyak hal, sehingga mereka lebih sering memberikan
bantuan kepada anaknya, itu berarti dia tidak bisa melakukannya
sendiri. Dengan kata lain anak tidak kompeten. Orang tua yang
menawarkan terlalu banyak bantuan kepada nak balitanya dapat
menyabotase kemampuan anak untuk percaya akan kemampuan
dirinya sendiri.
4. Terlalu Banyak Bicara
Perlu diingat bahwa anak balita bukanlah orang dewasa dalam tubuh
kecil. Mereka belum paham bagaimana cara berfikir dalam logika.
Bayangkan, jika anak berusia 2 tahun meminta kue, dan orang tua
menjawab “tidak”, kemudian si anak merengek, si ibu menjelaskan
sudah saatnya makan malam, si ibu pun menarik kuenya lalu mencoba
menjelaskan lagi, si anak merampas lalu yang seharusnya dilakukan
orang tua adalah setelah memberitahu si anak untuk melakukan
sesuatu, jangan memaksa untuk menjelaskan segalanya atau mencoba
melakukan kontak mata. Jika si anak tidak mau mematuhi berikan
peringatan dengan kata-kata sedikit atau hitung hingga 3. Jika si anak
masih melanggar lakukan time out atau konsekuensi langsung tanpa
memberi penjelasan.
5. Hanya Menghidangkan Makanan Khusus Anak
Si kecil sulit diberikan makanan orang dewasa? Atau dia hanya mau
makan-makanan ringan untuk anak-anak?, hal ini dapat terjadi

19

kebiasaan. Cobalah mengajak anak mengkonsumsi apa yang anda
makan di meja makan, jika seharusnya sudah siap makan-makanan
berat. Banyak anak yang sudah mau mencoba makanan baru jika dia
melihat ayah atau ibunya menikmati makanan itu. Jika dia
menolaknya. Cobalah sodorkan kembali. Beberapa anak balita harus
mencoba banyak tipe makanan sehingga mereka memutuskan
menyukai makanan itu.
6. Terlalu Dini Menyingkirkan Tempat Tidur Bayi
Tempat tidur khusus bayi bukan hanya dibuat untuk menjaga
keamanan si bayi saat tertidur, tetapi juga untuk membuat kebiasaan
tidur yang sehat. Saat anak terlalu dini dipindahkan ke tempat tidur,
mereka dapat menjadi sulit tidur, kadang dipenghujung malam mereka
datang ke kamar orang tuanya minta untuk ditemani. Saat yang tepat
memindahkan anak ke tempat tidur besar adalah saat dia sudah mulai
memanjat ingin keluar dari tempat tidurnya atau saat dia sudah
meminta keluar dari tempat tidurnya atau saat dia sudah meminta
keluar dari tempat tidurnya tersebut. Kebanyakan anak sudah siap
pindah diantara rentang usia 2-3 tahun.
7. Memulai Latihan Menggunakan Toilet Terlalu Awal
Beberapa orang tua memaksa anaknya menggunakan toilet saat dirasa
si anak seharusnya sudah belajar, padahal bisa saja si anak belum siap,
dan belum mau, dan ini bisa mengakibatkan tarik ulur kekuatan. Anak
akan belajar menggunakan toilet saat mereka sudah siap, dan
prosesnya tidak harus terburu-buru. Namun anda siapkan langkah-

20

langkahnya, tunjukkan toilet kepada anak, beritahulah fungsinya, dan
cara penggunaannya, berilah pujian jika si anak mau mencoba
menggunakannya. Umumnya anak sudah siap melakukan toilet
training pada umur 2 tahun. Tetapi setiap anak berbedah karena
kemajuan tumbuh kembang anak yang satu dengan yang lain tidak
sama, ada yang tumbuh kembangnya lambat, dan ada juga yang cepat.
Sebagai orang tua haruslah perka terhadap anak apakah dia sudah siap
atu belum menggunakan toilet, jadi janganlah terlalu memaksa anak
untuk dapat melakukannya.
8. Tidak Membatassi Jam Menonton Televisi
Banyak anak balita menghabiskan waktunya untuk menonton televisi.
Hal ini dapat membuatnya sulit untuk belajar. Kebanyakan anak
dibawah usia 2 tahun belum paham apa yang ditayangkan di televisi
atau di monitor komputer. Cobalah membuat si kecil sibuk dengan
kegiatan lain seperti membaca bersama atau kegiatan kreatif lainnya.
Cobalah lakukan perbincangan dan mendengarkan agar si anak kecil
bisa belajar berkomunikasi.
9. Mencoba Menghentikan Rengekan Besar
Beberapa orang tua khawatir jika si anak yang tidak bisa diatur akan
membuatnya terlihat seperti orang tua yang tidak efektif. Tetapi ada
kalanya si anak melakukan rengekan besar. Ketika mereka melakukan
hal tersebut. Percuma kita meminta mereka berhenti melakukannya,
bahkan jika hal tersebut terjadi di depan banyak orang. Sebaiknya
orang tua menawarkan pelukan untuk si anak.

21

E. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Pada Pembentukan Kepribadian Anak
1. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Yang Bekerja Dengan Yang Tidak
Bekerja.
Pada kenyataan sekarang ini adalah berkurangnya perhatian orang tua
terhadap anaknya karena keduanya sama-sama bekerja. Hal ini mengakibatkan
terbatasnya interaksi antara anak dengan kedua orang tuanya. Keadaan ini
biasanya terjadi pada keluarga-keluarga muda yang semuanya bekerja. Anak-anak
kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang

tuanya karena

keduanya sama-sama sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Sedangkan pada
usia ini anak sangat membutuhkan perhatian lebih dari orang tua terutama untuk
perkembangan kepribadiannya. Anak yang ditinggal orang tuanya dan hanya
tinggal dengan seorang pengasuh yang dibayar oleh orang tua untuk menjaga dan
mengasuh, belum tentu si anak mendapatkan pengasuhan yang baik sesuai
perkembangannya dari seorang pengasuh. Anak yang ditingggal kedua orang
tuanya bekerja cenderung bersifat manja. Biasanya orang tua akan merasa
bersalah terhadap anak karena telah meninggalkan seharian. Sehingga orang tua
perkembangan kepribadian anak selanjutnya. Kurangnya perhatian dari kedua
orang tua akan mengakibatkan anak mencari perhatian dari luar baik dilingkungan
sekolah, dengan teman sebaya maupun dengan orang tua pada saat mereka ada di
rumah (Septiari, 2012).
2. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Yang Berpendidikan Tinggi Dengan Yang
Berpendidikan Rendah.
Latar belakang pendidikan orang tua mempunyai pengaruh yang besar
terhadap pembentukan kepribadian anak. Orang tua yang mempunyai latar

22

belakang pendidikan yang tinggi akan lebih memperhatikan segala perubahan dan
setiap perkembangan yang terjadi pada anaknya. Orang tua yang berpindidikan
tinggi umumnya mengetahui bagaimana tingkat perkembangan anak khususnya
untuk pembentukan kepribadian yang baik bagi anak. Orang tua yang
berpendidikan tinggi umumnya dapat mengajarkan sopan – santun kepada orang
lain, baik dalam berbicara ataupun dalam hal lain. Berbeda dengan orang tua yang
mempunyai latar belakang pendidikan rendah. Dalam pengasuhan anak umumnya
orang tua kurang memperhatikan memperhatikan tingkat perkembangan anak. Hal
ini dikarenakan orang tua yang masih awam, dan tidak mengetahui tingkat
perkembangan anak. Bagaimana anaknya berkembang dan dalam tahap apa anak
pada saat itu. Orang tua biasanya mengasuh anak dengan gaya dan cara mereka
sendiri. Apa yang menurut mereka baik untuk anaknya. Anak dengan pola asuh
orang tua yang seperti ini akan membentuk suatu kepribadian yang kurang baik
(Septiari, 2012).
3. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Ekonomi Rendah &
Menengah Ke Bawah.
Permasalahan ekonomi dalam keluarga merupakan masalah yang sering
dihadapi. Tanpa disadari bahwa permasalahan ekonomi dalam keluarga akan
berdampak pada anak. Orang tua terkadang melampiaskan kekesalan dalam
menghadapi permasalahan pada anak. Anak usia prasekolah

belum mengerti

tentang masalah perekonomian dalam keluarga hanya akan menjadi korban dari
orang tua. Dalam pola asuh yang diberikan oleh orang tua yang tingkat
perekonomiannya menengah ke atas dan orang tua yang tingkat perekonomiannya
menengah ke bawah berbeda.

Orang tua yang tingkat perekonomiannya

23

menengah ke atas dalam pengasuhannya biasanya orang tua memanjakan anak.
Apapun yang diinginkan oleh anak akan dipenuhi orang tua. Segala kebutuhan
anak dapat terpenuhi dengan kekayaan yang dimiliki orang tua. Pengasuhan anak
sebagian besar hanya sebatas materi. Perhatian dan kasih sayang orang tua
diwujudkan dalam materi atau pemenuhan kebutuhan anak (Septiari, 2012).
Anak yang terbiasa dengan pola asuh yang demikian maka akan
membentuk suatu kepribadian yang manja, serba menilai sesuatu dengan materi
dan tidak menutup kemungkinan anak akan sombong dengan kekayaan yang
dimiliki orang tua serta kurang menghormati orang yang lebih rendah darinya.
Sedangkan pada orang tua yang tingkat perekonomiannya menengah ke bawah
dalam cara pengasuhannya memang kurang dapat memenuhi kebutuhan anak
yang bersifat materi. Orang tua hanya dapat memenuhi kebutuhan yang benarbenar penting bagi anak. Perhatian dan kasih sayang orang tualah yang dapat
diberikan. Anak yang hidup dengan perekonomian menengah ke bawah terbiasa
hidup dengan segala kekurangan yang dialami keluarga. Sehingga anak terbentuk
kepribadian anak yang mandiri, mampu menyelesaikan permasalahan dan tidak
mudah stres dalam menghadapi suatu permasalahan dan anak dapat menghargai
usaha orang lain. Pada kenyataaannya terdapat juga anak yang minder dengan
keadaan ekonomi orang tua yang kurang. Oleh karena itu, peran orang tua dalam
hal ini sangatlah penting. Orang tua harus menyeimbangkan dengan pendidikan
agama pada anak. Sehingga anak mampu mensyukuri segala sesuatu yang telah
diberikan oleh Sang Pencipta (Septiari, 2012).

24

F. Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh
1. Pendidikan
Pendidikan dalam arti formal sebenarnya adalah suatu proses penyampaian
bahan-bahan atau materi pendidikan kepada sasaran pendidikan (anak didik) guna
mencapai perubahan tingkah laku atau tujuan. Pendidikan berkaitan dengan
transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek
kelakuan lainnya. Sikap individu pada umumnya menginginkan pendidikan,
makin banyak dan makin tinggi pendidikan seseorang maka makin baik tingkat
pengetahuan yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pendidikan adalah jenjang
sekolah yang pernah diikuti oleh seseorang, dimana jenjang tersebut telah diatur
menurut umur oleh dinas terkait dalam hal ini adalah Dinas Pendidikan Nasional.
Jenjang pendidikan yang telah diperbaharui sekarang ini adalah jenjang
pendidikan dasar dari tidak sekolah, sekolah dasar sampai dengan sekolah lanjutan
pertama, jenjang pendidikan menengah yaitu sekolah menengah atas sederajat
serta jenjang pendidikan tinggi meliputi perguruan tinggi dan sederajat (Azwar,
2005).
Menurut Sisdiknas

pendidikan kesehatan adalah penerapan konsep

pendidikan didalam bidang kesehatan. Pendidikan kesehatan penting untuk
menunjang program-program kesehatan. Apabila tingkat pendidikan seseorang
tinggi maka bisa memperbaiki pengetahuan, sikap dan perilaku orang tersebut
(Azwar, 2005).

25

2. Pekerjaan
Ibu-ibu yang bekerja dari pagi sampai sore tidak memiliki waktu yang
cukup bagi anak-anak dan keluarga. Dalam hal ini ibu mempunyai peran ganda
yaitu sebagai ibu rumah tangga dan wanita pekerja. Walaupun demikian ibu
dituntut tanggung jawabnya kepada suami dan anak-anaknya, khususnya
memelihara anak. Keadaan yang demikian dapat mempengaruhi keadaan keluarga
khususnya anak balita dan usia sekolah. Ibu-ibu yang bekerja tidak mempunyai
cukup waktu untuk memperhatikan makanan anak yang sesuai dengan kebutuhan
dan kecukupan serta kurang perhatian dan pengasuhan kepada anak (Jus’at, 2000).
3. Pendapatan
Pendapatan merupakan penghasilan seseorang atau keluarga yang
diperoleh dari sebuah kegiatan baik dilakukan di rumah atau di luar rumah
(Setiawan, 2003). Pendapatan menentukan besarnya pengeluaran sebuah keluarga
baik untuk pangan maupun non pangan. Semua aktivitas yang berhubungan
dengan pengeluaran dalam sebuah keluarga akan berimbas pada pendapatan.
Semakin tinggi pendapatan maka diyakini akan semakin baik pula tingkat
kesejahteraan keluarga tersebut demikian sebaliknya (Hardiansyah, 2007).
Menurut Upah Minimum regional (UMR) provinsi Sumatera Utara Tahun 2014
pendapatan dikategorikan:
a. Sesuai UMR, jika > Rp. 1.350.000,b. Di bawah UMR, jika < Rp. 1.350.00,-

BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah

suatu uraian dan visualisasi hubungan atau

kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang
satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoadmodjo,
2010).
Adapun kerangka konsep untuk penelitian dengan judul Faktor – Faktor
Yang Mempengaruhi Pola Pengasuhan Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Padang Bulan Medan Tahun 2015 seperti dibawah ini:
Variabel Independen

Variabel Dependen

Pendidikan:
- Dasar
- Menengah
- Tinggi

Pola Asuh Balita
-

Pekerjaan:

-

- Bekerja
- Tidak Bekerja

-

Pendapatan:
-

Sesuai UMR (Upah
Minimum Regional)
Dibawah UMR (Upah
Minimum Regional)

Pola Asuh
Otoriter
Pola Asuh
Demokratis
Pola Asuh
Permisif
Pola Asuh
Abai (Tidak
Peduli)

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

26

27

B. Defenisi Operasional
Tabel 1
Defenisi Operasional Beberapa Variabel Penelitian
Definisi
No

Skala
Cara Ukur

Operasional
1.

Alat

Variabel

Hasil Ukur

Ukur

Ukur

Dependen:

Pola perilaku

Pola Asuh

ibu dalam

skor dengan 20

Asuh

Balita

menangani

pertanyaan.

Otoriter

anaknya

- Jika jawaban ya,

- Pola

diberi skor 1

Asuh

sehari-hari.

Kuesioner Dengan menghitung

- Jika jawaban tidak,
diberi skor 0

- Pola

Nominal

Demokratis
- Pola
Asuh
Permisif
- Pola Asuh
Abai
(Tidak
Peduli)

1.

Independen:

Jenjang

Pendidikan

sekolah
formal yang
pernah

Kuesioner - Dasar: SD, SMP,
Sederajat.
- Menengah: SMA,
Sederajat.

diikuti oleh

- Perguruan Tinggi:

ibu sampai

Akademi, Sarjana.

dengan
sekarang.

- Dasar
-Menengah
- Tinggi

Ordinal

28

2.

Pekerjaan

Kegiatan

Kuesioner - Bekerja: (Petani,

menghasilka

PNS,

n pendapatan

Karyawan/Pegawai

rutin setiap

Swasta,

bulannya.

Berdagang/Wirasw

- Bekerja

Nominal

- Tidak
Bekerja

asta)
- T