Penggunaan Berbagai Dosis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Bibit Sukun (Artocarpuscommunis.Forst) Pada Dta Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

PENGGUNAAN BERBAGAI DOSIS PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUKUN
(Artocarpuscommunis.Forst) PADA DTA DANAU TOBA, KECAMATANHARANGGAOL HORISON
SKRIPSI
CHAERUL PARSAULIAN GINTING 111201052
BUDIDAYA HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

PENGGUNAAN BERBAGAI DOSIS PUPUK KANDANG TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUKUN
(Artocarpuscommunis.Forst) PADA DTA DANAU TOBA, KECAMATAN HARANGGAOL HORISON
SKRIPSI
Oleh: CHAERUL PARSAULIAN GINTING
111201052 BUDIDAYA HUTAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar sarjana di Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

LEMBAR PENGESAHAN

Judul


:Penggunaan Berbagai Dosis Pupuk Kandang Terhadap

Pertumbuhan Bibit Sukun(Artocarpus communis. Forst) pada

DTA Danau Toba Kecamatan Haranggaol Horison.

Nama

: ChaerulParsaulianGinting

NIM : 111201052

Program Studi : Kehutanan

Minat

: BudidayaHutan

DisetujuiOleh KomisiPembimbing


AfifuddinDalimunthe

Dr. Budi Utomo, SP. MPKetuaAnggota

Mengetahui,

SitiLatifah, S.Hut. M.Si. Ph.D Ketua Program Studi

Tanggal Lulus : 17 April 2015

ABSTRACT
CHAERUL PARSAULIAN GINTING. Use of Various Doses Manure on Growth Breadfruit (Artocarpuscommunis. Forst) in the catchment areaof Lake Toba Haranggaolhorison district. Guided by AfifuddinDalimunthe and Budi Utomo
This research aims to know thebest dose of fertilizer (chicken manure) in the growth of breadfruit as land rehabilitation efforts) in the catchment areaof Lake TobaHaranggaolhorison district. The method used in this study is a randomized block design (RBD) non factorial with 11 treatments and 4 replications. The parameters used in this study are as height, diameter, number of leaves, leaf area, crown area and leaf water content.
The resultsshowedthe addition ofmanure can provide good growth response to breadfruitplant. In various parameters showeddose of chickenmanure 700 and 800 gr give a better effect than the other doses. Analysisof variance ANOVA showed dose of chickenmanure does not provide significant effect on the growth ofbreadfruit plant.
Keywords: critical land, breadfruit, chicken manure, Lake Toba, the dose

ABSTRAK
CHAERUL PARSAULIAN GINTING. Penggunaan Berbagai Dosis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Bibit Sukun (Artocarpus communis. Forst) pada DTA Danau Toba Kecamatan Haranggaol Horison.Dibimbing oleh Afifuddin Dalimunthe dan Budi Utomo
Penelitian ini bertujuan untuk megetahui dosis pupuk kandang (kotoran ayam) terbaik dalam pertumbuhan bibit sukun sebagai upaya dalam rehabilitasi lahan kritis pada DTA Danau Toba Kecamatan Haranggaol Horison. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan 11 perlakuan dan 4 ulangan. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertambahan tinggi, diameter, jumlah daun, luas daun, luas tajuk dan kadar air daun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan pupuk kandang dapat memberikan respon pertumbuhan yang baik bagi bibit tanaman sukun. Pada berbagai parameter penelitian yang dilakukan didapatkan hasil takaran pupuk kandang sebanyak 700 dan 800 gr memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan dosis lainnya. Analisis ragam anova menunjukkan dosis pupuk kandang tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit sukun.

Kata kunci: lahan kritis, sukun, pupuk kandang, danau toba, dosis

RIWAYAT HIDUP
Chaerul Parsaulian Ginting dilahirkan di Medan, 25 September 1993 merupakan anak tunggal dari Alm. Indria Ginting Suka dan Lili Jumiati. Pada tahun 2005 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 060928 Medan Johor, pada tahun 2008 lulus dari SMP Negeri 2 Medan, selanjutnya pada tahun 2011 lulus dari SMA Negeri 2 Medan, dan pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian, Program Studi Kehutanan dengan bidang minat Budidaya Hutan.
Penulis melaksanakan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) pada bulan Agustus tahun2012 di Taman Hutan Raya Bukit Barisan Kabupaten Karo, dan melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) di Taman Nasional Komodo Nusa Tenggara Timur pada bulan Februari-Maret 2015.
Penulis melaksanakan penelitian pada bulan September-Desember 2015 dengan judul “Penggunaan Berbagai Dosis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Bibit Sukun (Artocarpus communis. Forst) pada DTA Danau Toba Kecamatan Haranggaol Horison” dibawah bimbingan Afifuddin Dalimunthe, SP, MP dan Dr. Budi Utomo, SP, MP

KATA PENGANTAR

Pujidansyukurpenulisucapkankepada

Allah

SWTyang

telahmemberikanrahmatkepadapenulissehinggapenulisdapatmenyelesaikanskripsi

yang

berjudul“PenggunaanBerbagaiDosisPupukKandangTerhadapPertumbuhanBibitSu


kun (ArtocarpusCommunis. Forst) Pada DTADanau Toba,

KecamatanHaranggaolHorison”

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkanterimakasihkepadaorang

tua penulis yang telah membesarkan dan mendidik penulis selama ini. Penulis

menyampaikan terima kasih kepada AfifuddinDalimuthe SP, MP. danDr. Budi

Utomo SP, MP selaku dosenpembimbingyang

telahmemberikanarahandanbimbingansertamemberimasukankepadapenulis mulai

dari penetapan judul, melakukan penelitian sampai dengan ujian akhir,

hinggapenulisanskripsiinidapatdiselesaikan. Penulis juga mengucapkan terima

kasi kepada penguji yaitu Dr. Muhdi S.Hut, M.Si dan Ridwanti Batubara S.Hut,


MP yang telah memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.

Akhir kata, penulismengucapkanterimakasihkepadapihak-pihak yang

telahmembantudalampenyelesaiantulisanini. Penulis mengucapkan terima kasih

kepada sahabat penulis Robby Saputra, Denny Prasetya, Dwi Nanto Herlambang,

Malrizky Fachmy, M. Zarkasyi Habiby dan terima kasih kepada tim penelitian

“Haranggaol” serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu

persatu yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi dapat bermanfaat.

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ..............................................................................................


i

ABSTRAK ................................................................................................

ii

KATA PENGANTAR.............................................................................. iii

DAFTAR ISI............................................................................................. iv

DAFTAR TABEL .................................................................................... vi

DAFTAR GRAFIK .................................................................................. vii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ viii

PENDAHULUAN LatarBelakang.................................................................................. TujuanPenelitian .............................................................................. HipotesisPenelitian .......................................................................... TujuanPenelitian ..............................................................................
TINJAUAN PUSTAKA DTA Danau Toba KecamatanHaraggaolHorison............................ LahanKritis ...................................................................................... TanamanSukun (Artocarpuscommunis) .......................................... Morfologi......................................................................................... Karakteristiksukun ............................................................. Syarattumbuhsukun............................................................ Kegunaandankandungangizisukun..................................... Faktor Yang MempengaruhiPertumbuhanTanaman ....................... Peran Air DalamPertumbuhan......................................................... Media Tanam Organik..................................................................... PupukKandangAyam....................................................................... PemupukanPadaTanaman................................................................ DosisPemupukan .............................................................................


1 3 3 3
4 5 6 6 6 7 8 9 11 12 12 15 16

METODE PENELITIAN WaktudanTempat............................................................................. AlatdanBahan .................................................................................. MetodePenelitian ............................................................................. ProsedurPenelitian ........................................................................... Parameter Pengamatan ....................................................................

17 17 17 18 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil.................................................................................................

21

Pembahasan .....................................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...................................................................................... Saran ................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
LAMPIRAN..............................................................................................

25
31 31 32 35

DAFTAR TABEL

No Halaman 1. Komposisi zat gizidari buah sukun ........................................................ 9 2. Kandunganunsurharabeberapajenispupukkandang ................................ 15 3. Hasil pengamatan pertumbuhan bibit sukun pada berbagai parameter.. 21 4. Warna daun untuk setiap ulangan .......................................................... 24 5. Hasil uji korelasi setiap parameter pengamatan..................................... 25

DAFTARGRAFIK
No Halaman 1. Grafik pertambahan tinggi selama pengamatan..................................... 23 2. Grafik pertambahan diameter selama pengamatan ................................ 23

DAFTARLAMPIRAN
No Halaman 1. Analisis rancangan percobaan pertambahan tinggi ............................... 35 2. Analisis rancangan percobaan pertambahan diameter ........................... 37 3. Analisis rancangan percobaan jumlah daun........................................... 40 4. Analisis rancangan percobaan luas daun................................................ 41 5. Analisis rancangan percobaan luas tajuk ............................................... 42 6. Analisis rancangan percobaan kadar air daun ........................................ 43 7. Dokumentasi penelitian.......................................................................... 44

ABSTRACT
CHAERUL PARSAULIAN GINTING. Use of Various Doses Manure on Growth Breadfruit (Artocarpuscommunis. Forst) in the catchment areaof Lake Toba Haranggaolhorison district. Guided by AfifuddinDalimunthe and Budi Utomo
This research aims to know thebest dose of fertilizer (chicken manure) in the growth of breadfruit as land rehabilitation efforts) in the catchment areaof Lake TobaHaranggaolhorison district. The method used in this study is a randomized block design (RBD) non factorial with 11 treatments and 4 replications. The parameters used in this study are as height, diameter, number of leaves, leaf area, crown area and leaf water content.
The resultsshowedthe addition ofmanure can provide good growth response to breadfruitplant. In various parameters showeddose of chickenmanure 700 and 800 gr give a better effect than the other doses. Analysisof variance ANOVA showed dose of chickenmanure does not provide significant effect on the growth ofbreadfruit plant.
Keywords: critical land, breadfruit, chicken manure, Lake Toba, the dose

ABSTRAK
CHAERUL PARSAULIAN GINTING. Penggunaan Berbagai Dosis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Bibit Sukun (Artocarpus communis. Forst) pada DTA Danau Toba Kecamatan Haranggaol Horison.Dibimbing oleh Afifuddin Dalimunthe dan Budi Utomo
Penelitian ini bertujuan untuk megetahui dosis pupuk kandang (kotoran ayam) terbaik dalam pertumbuhan bibit sukun sebagai upaya dalam rehabilitasi lahan kritis pada DTA Danau Toba Kecamatan Haranggaol Horison. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan 11 perlakuan dan 4 ulangan. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertambahan tinggi, diameter, jumlah daun, luas daun, luas tajuk dan kadar air daun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan pupuk kandang dapat memberikan respon pertumbuhan yang baik bagi bibit tanaman sukun. Pada berbagai parameter penelitian yang dilakukan didapatkan hasil takaran pupuk kandang sebanyak 700 dan 800 gr memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan dosis lainnya. Analisis ragam anova menunjukkan dosis pupuk kandang tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit sukun.
Kata kunci: lahan kritis, sukun, pupuk kandang, danau toba, dosis


PENDAHULUAN
Latar Belakang Tanah sebagai media tumbuh tanaman mempunyai fungsi menyediakan
air, udara dan unsur-unsur hara untuk pertumbuhan tanaman, namun demikian kemampuan tanah menyediakan unsur hara sangat terbatas.Hal ini terbukti dengan pemakaian tanah yang terus menerus secara intensif tanpa penambahan unsur hara mengakibatkan merosotnya produktivitas tanah, menurunnya hasil panen serta rusaknya sifat fisik, kimia dan bilogi tanah. Selain itu, usaha pertanian yang dilakukan manusia terjadi kehilangan unsur-unsur hara dari dalam tanah dalam bentuk penghanyutan hara (erosi) dan pencucian unsur-unsur hara (Damanik, dkk., 2009). Salah satu daerah yang mengalami penurunan produktivitas tanah secara besar-besaran adalah DTA Danau Toba.
Saat ini kawasan DTA Danau Toba mengalami kerusakan lingkungan yang cukup besar terutama sebagai akibat dari berbagai aktivitas masyarakat sekitarnya.DTA Danau Toba telah kehilangan lebih dari 16.000 ha kawasan hutan.Penyebab utamanya adalah konversi hutan secara ilegal menjadi lahan pertanian.Degradasi lingkungan DTA Danau Toba tidak saja mengancam kelestarian Danau Toba tetapi juga penghidupan masyarakat, baik masyarakat sekitar Danau Toba maupun seluruh Provinsi Sumatera Utara.(Simangunsong, dkk., 2013).
Selain hal tersebut, tidak adanya penanaman kembali pada lahan yang rusak dan tingkat kelerengan yang tinggi menyebabkan lahan pada DTA Danau toba menjadi lahan kritis. Faktor lereng terutama akan berpengaruh terhadap erosi yang terjadi, semakin besar presentase kemiringan pada suatu lereng akan

memberikan daya erosivitas pada hujan yang semakin besar (Arsyad, 2006). Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan suatu rehabilitasi lahan agar kondisi kesuburan tanah dapat pulih kembali.Diversifikasi tanaman dapat memberikan dampak positif pada ketahanan usaha tani, peningkatan pendapatan petani dan nilai tambah dari lahan yang ditanami.Jenis pohon yang ditanam untuk rehabilitasi lahan kritis harus memiliki nilai adaptasi yang tinggi, tidak memerlukan syarat tumbuh yang banyak dan memiliki pertumbuhan yang relative cepat, salah satunya adalah tanaman sukun (Artocarpus communis).
Tanaman sukun (Artocarpus communis) dapat tumbuh dengan baik sejak di dataran rendah hingga dataran tinggi.Tanaman sukun memiliki toleransi yang cukup baik terhadap rentang iklim.Sukun dapat tumbuh dengan baik di daerah beriklim basah maupun iklim kering.Tanaman sukun lebih suka tumbuh di tempat terbuka, dan mendapat sinar matahari penuh.Sukun juga memiliki toleransi terhadap ragam tanah. Tanah dengan kadar humus yang tinggi akan lebih menjamin tingkat pertumbuhan danproduksi buahnya (Widyatama, 2009).
Kehilangan unsur-unsur hara dari dalam tanah mendorong manusia untuk melestarikan kesuburan tanah agar didapatkan hasil yang lestari. Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan menambah suatu bahan yang bersifat organik maupun anorganik yang bila bila ditambahkan ke dalam tanah akan dapat memperbaiki sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi tanah yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman yang disebut dengan pemupukan. Salah satu pupuk yang sering digunakan adalah pupuk kandang ayam.
Pupuk kandang ayam pada saat ini sudah sangat luas digunakan petani, hal ini dikarenakan banyaknya peternakan ayam yang ada di Indonesia terutama

Sumatera Utara memberi peluang untuk memanfaatkan kotoran ayam sebagai pupuk. Pupuk ayam sampai saat ini diyakini memberi pegaruh yang lebih baik terhadap kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman dibandingkan dari pupuk kandang hewan besar (Damanik, dkk., 2009).
Sehubungan dengan hal diatas bahwa unsur hara merupakan faktor utama dalam pertumbuhan sukun. Untuk itu perlu diketahui berapa dosis yang tepat dari pupuk kandang ayam untuk memenuhi kebutuhan hara dari sukun. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian menguji pertumbuhan bibit sukun (A. communis) pada beberapa dosis pupuk kandang ayam pada DTA Danau Toba, Kecamatan Haranggaol.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis pupuk kandang ayam
yang tepat terhadap pertumbuhan bibit sukun (A. communis) pada DTA Danau Toba, Kecamatan Haranggaol.
Hipotesis Penelitian Dosis pupuk kandang ayam memberikan pengaruh nyata pertumbuhan
bibit sukun (A. communis).
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagi informasi untuk pihak-
pihak yang berkepentingan dalam budidaya sukun (A. communis) terkait tentang berapa banyak dosis pupuk kandang ayam yang tepat untuk menunjang pertumbuhan bibit sukun (A. communis) pada DTA Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison.


TINJAUAN PUSTAKA
DTA Danau Toba Kecamatan Haraggaol Horison Secara geografis Kawasan Danau Toba terletak di pegunungan Bukit
Barisan Propinsi Sumatera Utara pada titik koordinat 2021‘ 32‘‘– 20 56‘ 28‘‘ Lintang Utara dan 980 26‘ 35‘‘ – 990 15‘ 40‘‘ Bujur Timur. Permukaan danau berada pada ketinggian 903 meter dpl, dan Daerah Tangkapan Air (DTA) 1.981 meter dpl.Luas Perairan Danau Toba yaitu 1.130 Km2 dengan kedalaman maksimal danau 529 meter. Total luas Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba lebih kurang 4.311,58 Km2. Curah hujan tahunan yang terdapat di kawasan Daerah Tangkapan Air Danau Toba berkisar antara 1.700 sampai dengan 2.400 mm/tahun. Sedangkan puncak musim hujan terjadi pada bulan NopemberDesember dengan curah hujan antara 190 – 320 mm/bulan dan puncak musim kemarau terjadi selama bulan Juni-Juli dengan curah hujan berkisar 54 – 151 mm/bulan (Kementerian Lingkungan Hidup, 2011).
Saat ini kawasan DTA Danau Toba telah terancam dengan adanya beberapa lahan kritis di sekitar kawasan.Berdasarkan hasil analisis lahan kritis yang dilakukan oleh BPDAS Asahan Barumun tahun 2006, terdapat 377.834,81 Ha lahan yang berpotensi kritis hingga sangat kritis akibat klimatologi dan faktor kesengajaan manusia.Kebakaran hutan dan laju penebangan pohon di Daerah Tangkapan Air (DTA) sulit dihindari tanpa pemantauan dan pengendalian pemanfaatan ruang (Soedrajat, 2011).

Lahan Kritis Poerwowidodo(1990), mengemukakan bahwa lahan kritis adalah suatu
keadaan lahan yang terbuka atau tertutupi semak belukar, sebagai akibat dari solum tanah yang tipis dengan batuan bermunculan dipermukaan tanah akibat tererosi berat dan produktivitasnya rendah.
Kemiringan lereng merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan mengendalikan proses-proses pembentukan tanah. Kemiringan lereng juga merupakan salah satu gejala perkembangan tanah akibat pengaruh lingkungan fisik dan hayati. Faktor lereng terutama akan berpengaruh terhadap erosi yang terjadi, semakin besar presentase kemiringan pada suatu lereng akan memberikan daya erosivitas pada hujan yang semakin besar. Sehingga berbagai material kesuburan dan sifat fisika tanah pun akan terpengaruh dengan pelepasan yang terjadi dipermukaannya (Arsyad, 2006).
Lahan yang kritis memiliki potensi erosi yang sangat tinggi yang mengakibatkan lapisan-lapisan tanah tersebut terbawa hilang, sehingga dalam pelaksanaan konservasinya secara generatif harus menggunakan tanaman yang mampu menahan pengikisan tanah, meresapkan air dan mengembalikan totalitas daripada lahan kritis tersebut.Lahan kritis mempunyai keterbatasan seperti sifat fisik, kimia, dan biologi tanah yang tidak baik serta topografi lahan yang kurang mendukung dalam berusahatani. Untuk meningkatkan produktivitas lahan kering ada beberapa cara yang perlu dilakukan seperti pemakaian varietas tanaman unggul, penerapan pola tanam yang sesuai dengan curah hujan, perbaikan teknik budidaya tanaman, serta usaha konservasi lahan sehingga kelestarian lahan dapat dijaga (Suprapto, 2000).

Tanaman Sukun (Artocarpus communis, Forst)

morfologi

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan, tanaman sukun dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

Divisi


: Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Ordo

: Urticales

Suku

: Moraceae

Marga

: Artocarpus

Jenis

: Artocarpus communis Forst

Nama dagang : Sukun

(Departemen Kehutanan, 1998).

Karakteristik sukun (A. communis) Sukun adalah tumbuhan dari genus Artocarpus dalam famili Moraceae
yang banyak terdapat di kawasan tropik seperti Malaysia dan Indonesia.Ketinggian tanaman ini bisa mencapai 20 meter.Tanaman ini di pulau Jawa dijadikan tanaman budidaya oleh masyarakat. Buahnya terbentuk dari keseluruhan kelopak bunganya, berbentuk bulat atau sedikit bujur dan digunakan sebagai bahan makanan alternatif.Kulit buahnya berwarna hijau kekuningan dan terdapat segmen-segmen petak berbentuk poligonal.Segmen poligonal ini dapat menentukan tahap kematangan buah sukun (Mustafa, 1998).
Tanaman sukun memiliki habitus pohon yang tingginya dapat mencapai 30 meter, namun rata-rata tingginya hanya 12-15 meter.Jenis sukun dapat tumbuh

baik sepanjang tahun (evergreen) di daerah tropis basah dan bersifat semi deciduous serta di daerah yang beriklim monsoon.Batangnya memiliki kayu yang lunak, tajuknya rimbun dengan percabangan melebar ke arah samping, kulit batang berwarna hijau kecokelatan, berserat kasar dan pada semua bagian tanaman memiliki getah encer.Akar tanaman sukun mempunyai akar tunggang yang dalam dan akar samping yang dangkal. Apabila akar tersebut terluka atau terpotong akan memacu tumbuhnya tunas alam atau root shoots tunas yang sering digunakan untuk bibit (Sunarjono, 2008).
Syarat tumbuh sukun (A. communis) Menurut Sunarjono (2008) tempattumbuh tanaman sukun tersebar mulai
dari dataran rendah denganketinggian 700 meter di atas permukaan laut (dpl), namun kadang-kadangterdapat juga pada tempat yang memiliki ketinggian 1.500 meterdpl. Tanaman ini dapat tumbuh baik di daerah panas yang suhu rataratasekitar 20-40oC yang beriklim basah dengan curah hujan 2.0003.000mm/tahun dan kelembaban relatif 70-90 %.Tanaman sukun menyukai lahan terbuka dan banyak menerima sinarmatahari.Keberadaan tanaman sukun di suatu tempat merupakanindikator bahwa tanaman sukun bisa tumbuh dengan baik di daerahtersebut asal tidak berkabut.
Menurut Pitojo (1992) tanaman sukun dapat tumbuh pada semua jenis tanah seperti tanah podsolik merah kuning, tanah berkapur dan tanah berpasir (regosol), namun akan lebih baik apabila ditanam pada tanah alluvial yang gembur, bersolum dalam, banyak mengandung humus, tersedia air tanah yang cukup dangkal dan memiliki pH tanah sekitar 5-7. Umumnya pertumbuhan tanaman sukun tidak baik apabila ditanam pada tanah yang memiliki kadar garam

(NaCl) tinggi. Demikian pula penanaman sukun di daerah yang beriklim kering, di mana tanaman sering mengalami stress karena kekurangan air (drought stress) dapat menyebabkan perontokan buah.
Pembibitan sukun umumnya dilakukan dengan cara vegetatif yaitu melalui pemindahan tunas akar alami, pencangkokan, okulasi, stek akar, stek pucuk dan kultur jaringan. Teknik yang paling banyak yang digunakan adalah stek akar, karena dapat menghasilkan bibit dalam jumlah banyak, mudah dilakukan dan relatif murah.Daerah utama penghasil sukun di Indonesia diantaranya adalah Cilacap dan Kediri.Salah satu alternatif yang bisa dilakukan untuk meningkatkan jumlah produksi dan kualitasnya adalah dengan memadukan antara teknik stek akar dan stek pucuk, mengingat tunas-tunas yang tumbuh pada stek akar dapat dimanfaatkan untuk stek pucuk dengan tingkat keberhasilan tumbuh yang relatif baik (Adinugraha, 2011).
Kegunaan dan kandungan gizi tanaman sukun (A. communis) Adapun kegunaan dari tanaman sukun adalah sebagai berikut:
1. Buahnya dapat dipakai sebagai bahan pangan alternatif (pengganti nasi, keripik, tepung, dan lain-lain)
2. Kayu atau batang sukun dapat dipakai/digunakan untuk bahan pembuatan perabotan sederhana seperti meja, kursi,rak dan kayu bakar.
3. Diambon kulit pohon sukun digunakan sebagai campuran jamu, diberikan pada ibu yang baru melahirkan.
4. Getahnya setelah dicampur dengan santan lalu dimasak ternyata sangat lengket yang dapat dipakai untuk menangkap burung.

5. Daun sukun dibakar, abunya dicampur minyak kelapa dan kunyit dapat

sebagai obat penyakit kulit.

6. Bunga yang dibakar menjadi arang dapat digunakan sebagai obat sakit gigi

(Mustafa, 1998).

Dari hasil penelitian para ahli, ternyata buah sukun banyak mengandung

zat-zat yang mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi dan sangat bermanfaat bagi

kehidupan. Adapun kandungan buah sukun secara lengkap dapat dilihat pada

Tabel 1:

Tabel 1. Komposisi zat gizi dari buah sukun

Zat gizi Per 100 gram

Buah Sukun muda

Energi (kalori)

46

Air (g)

87,1

Protein (g)

2,0

Lemak (g)

0,7

Karbohidrat (g)

9,2

Serat (g)

2,2

Abu (g)

1,0

Kalsium (mg)

59

Fosfor (mg)

46

Besi (mg)

-

Vitamin B I (mg)

0,12

Vitamin B2 (mg)

0,06

Vitamin C (mg)

21

Buah Sukun tua 108 69,3 1,3 0,3 28,2 0,9 21 59 0,4 0,12 0,06 17

(BPDAS Pemali Jratun, 2010).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman Pertumbuhan tanaman merupakan hasil interaksi yang kompleks antara
faktor internal (dalam) dan eksternal (luar).Faktor internal meliputi faktor intrasel (sifat genetik/hereditas) dan intersel (hormonal dan enzim).Faktor eksternal meliputi air tanah dan mineral, kelembaban udara, suhu udara, cahaya dan sebagainya.

Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman: 1. Sifat Menurun atau Hereditas. Ukuran dan bentuk tumbuhan banyak
dipengaruhi oleh faktor genetik. Faktor genetik dapat digunakan sebagai dasar seleksi bibit unggul. 2. Hormon Pada Tumbuhan. Hormon merupakan hasil sekresi dalam tubuh yang dapat memacu pertumbuhan, tetapi adapula yang dapat menghambat pertumbuhan. Hormon-hormon pada tumbuhan yaitu auksin, giberilin, gas etilen, sitokinin, asam absisat dan kalin. Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman: 1. Cahaya Matahari. Cahaya jelas pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman. Cahaya merupakan sumber energi untuk fotosintesis. Daun dan batang tumbuhan yang tumbuh ditempat gelap akan kelihatan kuning pucat. Tumbuhan yang kekurangan cahaya menyebabkan batang tumbuh lebih panjang, lembek dan kurus, serta daun timbul tidak normal. Panjang penyinaran mempunyai pengaruh khusus bagi pertumbuhan dan reproduksi tumbuhan. 2. Temperatur. Temperatur mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi tumbuhan. Perubahan temperatur dari dingin atau panas mempengaruhi kemampuan fotosintesis, translokasi, respirasi dan transpirasi. Jika temperatur terlalu dingin atau terlalu tinggi pertumbuhan akan menjadi lambat atau terhenti sama sekali pada beberapa tumbuhan apabila lingkungan, air, temperatur, dan cahaya tidak memungkinkan untuk tumbuh.

3. Kelembaban atau Kadar Air. Tanah dan udara yang kurang lembab umumnya berpengaruh baik terhadap pertumbuhan karena meningkatkan penyerapan air dan menurunkan penguapan atau transpirasi.
4. Air dan Unsur Hara. Air merupakan senyawa yang sangat penting bagi tumbuhan. Fungsi air antara lain sebagai media reaksi enzimatis, berperan dalam fotosintesis, menjaga turgiditas sel dan kelembapan. Kandungan air dalam tanah mempengaruhi kelarutan unsur hara dan menjaga suhu tanah.
(Triwiyatno, 2003).
Peran Air Dalam Pertumbuhan Tanaman Kebutuhan air suatu tanaman dapat didefinisikan sebagai jumlah air yang
diperlukan untuk memenuhi kehilangan air melalui evapotranspirasi (ETtanaman).Tanaman yang sehat, tumbuh pada sebidang lahan yang luas dengan kondisi tanah yang tidak mempunyai kendala (kendala lengas tanah dan kesuburan tanah).Tanaman dapat mencapai potensi produksi penuh pada kondisi lingkungan tumbuh tertentu (Sumarno, 2004).
Kekurangan air pada tanaman terjadi karena ketersediaan air dalam media tidak cukup dan transpirasi yang berlebihan atau kombinasi kedua faktor tersebut.Di lapangan walaupun di dalam tanah air cukup tersedia, tanaman dapat mengalami cekaman (kekurangan air). Hal ini terjadi jika kecepatan absorbsi tidak dapat mengimbangi kehilangan air melalui proses transpirasi. Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang terusmenerusakan menyebabkan perubahan irreversibel (tidak dapat balik) dan pada gilirannya tanaman akan mati. Kebutuhan air bagi tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis

tanaman dalam hubungannya dengan tipe dan perkembangannya, kadar air tanah dan kondisi cuaca (Islami dan Utomo, 1995)
Media Tanam Organik Media tanam dikatakan sebagai media tanam organik karena media tanam
tersebut terbuat dari bahan-bahan organik, yakni bahan yang berasal dari sisa-sisa makhluk hidup. Makhluk hidup yang telah mati akan terurai oleh bakteri pengurai dan dirombak menjadi senyawa yang lebih sederhana. Senyawa inilah yang diserap oleh tanaman bersamaan dengan penyerapan air. Sifat bahan organik antara lain mudah menyerap air, biasanya bersifat gembur, dan dapt menyuburkan tanaman karena telah tersedia unsur hara yang penting bagi tanaman.
Media tanam yang terbuat dari bahan organik sangat mudah menyerap unsur hara dan cenderung menyimpan unsur hara tersebut dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan media tanam yang terbuat dari bahan anorganik mudah meloloskan unsur hara yang ditambahkan pada media tersebut dan sulit menyimpan unsur hara dalam jangka waktu yang lama. Hal ini terkait dengan karakteristik media tanam dalam menahan ataupun meloloskan air. Media tanam organik yang dapat berfungsi sebagai media penyimpaan air antara lain: kompos, pupuk kandang, arang, batang pisang, dan agar-agar (Lestariningsih, 2012).
Pupuk Kandang Ayam Pupuk organik mempunyai fungsi penting bagi tanah yaitu
untukmengemburkan lapisan tanah permukaan (top soil), meningkatkan populasi jasadrenik tanah, mempertinggi daya serap dan daya simpan air yang secarakeseluruhan akan meningkatkan kesuburan tanah. Salah satu pupuk organik

yaitu pupuk kandang.Pupuk kandang merupakan produk buangan dari binatang peliharaan seperti ayam, kambing, sapi dan kerbau yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Kualitas pupuk kandang sangat berpengaruh terhadap respon tanaman (Wulandari, 2011).
Pupuk kandang memiliki ciri-ciri yang ditentukan oleh berbagai faktor antara lain: jenis ternak dan umurnya, makanan hewan ternak, hasil hewan ternak, jumlah dan macam alas kandang, bentuk atau struktur kandang dan tempat peyimpanan pupuk. Pupuk kandang mempunyai sifat yang lebik baik dibandingkan dengan pupuk alam lainnya maupun dengan pupuk buatan. Walaupun cara kerjanya kalau dibandingkan dengan cara kerja pupuk buatan dapat dikatakan lambat karena harus mengalami proses perubahan terlebih dahulu sebelum dapat digunakan oleh tanaman (Sutedjo, 2010).
Jenis pupuk kandang dari kotoran unggas secara umum memberikan hasil yang lebih cepat dibanding kotoran sapi atau kambing.Karena unsur hara dalam pupuk kandang ayam tersedia dalam bentuk yang dapat langsung diserap tanaman. Sementara pada kotoran sapi dan kambing memerlukan proses penguraian terlebih dahulu. Pengunaan pupuk kandang ayam berfungsi untuk memperbaiki strukturfisik dan biologi tanah, menaikan daya serap tanah terhadap air. Pemberian pupukkandang berpengaruh dalam meningkatkan Al-dd dan menurunkan pH, hal inidisebabkan karena bahan organik dari pupuk kandang dapat menetralisir sumberkemasaman tanah. Pupuk kandang juga akan menyumbangkan sejumlah harakedalam tanah yang dapat berfungsi guna menunjang pertumbuhan danperkembangannya, seperti N, P, K.Secara umum

kandungan unsur hara tiap ton pupuk kandang ayam adalah 65.8 Kg N, 13.7 Kg P dan 12.8 Kg K(Risnandar, 2014).
Bahan organik mempunyai kemampuan menyerap air 80-90% dari berat totalnya. Penambahan bahan organik ke dalam tanah terutama pada tanah yang mempunyai kadar liat yang tinggi dapat memperbaiki struktur tanah yang menjadi lebih lemah, distribusi ruang pori menjadi lebih merata dan kapasitas memegang air meningkat. Pemberian pupuk kandang selain dapat menambah tersedianya unsur hara juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Beberapa sifat fisik tanah yangdapat dipengaruhi pupuk kandang antara lain kemantapan agregat, bobot volume total ruang pori, plastisitas dan daya pegang air (Musnamar, 2003).
Pengaruh bahan organik terhadap peningkatan porositas tanah di sampingberkaitan dengan aerasi tanah, juga berkaitan dengan status kadar air dalam tanah.Penambahan bahan organik akan meningkatkan kemampuan menahan air sehinggakemampuan menyediakan air tanah untuk pertumbuhan tanaman meningkat. Kadar airyang optimal bagi tanaman dan kehidupan mikroorganisme adalah sekitar kapasitaslapang. Penambahan bahan organik di tanah pasiran akan meningkatkan kadar air pada kapasitas lapang, akibat dari meningkatnya pori yang berukuran menengah (meso) dan menurunnya pori makro, sehingga daya menahan air meningkat, dan berdampak pada peningkatan ketersediaan air untuk pertumbuhan tanaman (Atmojo,2003).
Bila dihitung dari bobot badannya, kotoran ayam lebih besar dari kotoranternak lainnya, dimana setiap 1.000 Kg/tahun bobot ayam hidup, dapatmenghasilkan 2.140 Kg/tahun kotoran kering. Sedangkan kotoran sapi denganbobot badan yang sama menghasilkan kotoran kering hanya 1.890

kg/tahun.Demikian pula dilihat dari segi kandungan hara yang dihasilkan dimana

tiap tonkotoran ayam terdapat 65,8Kg N, 13,7 Kg P dan 12,8 Kg K. Sedangkan

kotoransapi dengan bobot kotoran yang sama mengandung 22 Kg N, 2,6 Kg P dan

13,7 KgK. Dengan demikian dapat dikatakan pemakaian pupuk kotoran unggas

akan jauhlebih baik dari pada kotoran ternak lainya (Wulandari, 2011).

Tabel 2. Kandungan unsur hara beberapa jenis pupuk kandang

Jenis ternak

N (%)

P2O5 (%)

Ayam

1,7

1,9

Sapi 0,3

0,2

Kuda

0,4

0,2

Domba

0,6

0,3

(Novizan, 2007)

K2O (%) 1,5 0,3 0,3 0,2

Pemupukan Pada Tanaman Ada beberapa alasan atau pertimbangan dalam melakukan pemupukan
yaitu: ketersediaan unsur hara yang rendah dalam tanah, mengganti unsur-unsur hara yang hilang dari tanah oleh karena pemanenan, pencucian hara dan tererosi, penggunaan tanaman varietas unggul atau hibrida dan peningkatan produksi tanaman. Untuk memperoleh efesiensi yang tinggi dari suatu pemupukan perlu diperhatikan beberapa faktor yang ikut menentukan efesiensi penggunaan pupuk yaitu: sifat dan ciri tanah, sifat tanaman dan kebutuhan tanaman, pola pertanian, jenis atau macam pupuk dan sifat-sifatnya, dosis pupuk, waktu pemupukan dan metode atau cara pemupukan (Damanik, dkk. 2010).
Pemilihan atau metode pemupukan yang terbaik, tergantung pada beberapa faktor diantaranya jenis tanah, kadar lengas, daya semat tanah terhadap berbagai hara, pengolahan, jenis tanaman, sistem perakaran tanaman, kemampuan tanaman mengekstraksi hara dalam tanah, jenis pupuk yang digunakan. Tanaman dapat menggunakan pupuk hanya pada perakaran aktif dan sukar menyerap hara dari

lapisan tanah yang agak kering.Oleh karena itu penempatan pupuk harus tepat agar tanaman mudah menyerapnya.Untuk tanaman pada barisan, pupuk diberikan menurut jalur ataupun dekat tanaman atau sepanjang barisan tanaman dengan jarak tertentu terhadap tanaman (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Dosis Pemupukan Dosis pupuk merupakan takaran atau banyaknya hara dari suatu unsur
pupuk dalam satuan kilogram persatuan luas lahan.Dosis pupuk dalam pemupukan haruslah tepat, artinya dosisnya tidak terlalu sedikit atau terlalu banyak yang dapat menyebabkan pemborosan atau dapat merusak akar tanaman. Bila dosis pupuk terlalu rendah, tidak akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Salah satu cara untuk menentukan dosis pupuk yang tepat adalah melakukan percobaan dosis pupuk di lapangan dengan dosis yang berbeda untuk tanah yang berbeda dan tanaman yang berbeda juga (Damanik, dkk. 2010).
Dosis pupuk ditentukan berdasarkan umur tanaman, jenis tanah, kondisi penutup tanah,kondisi visual tanaman. Pemupukan yang efektif dan efisien dapat dicapai dengan memperhatikan beberapa hal yaitu: jenis dan dosis pupuk, cara pemberian pupuk, waktu pemupukan, tempat dan aplikasi serta pengawasan dalam pelaksanaan pemupukan (Fitriani, 2012).

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai dengan bulan
Desember 2014.Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Haranggaol Horison, Kabupaten Simalungun.
Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, jangka sorong,
penggaris, alat tulis, kertas millimeter, pisau cutter, timbangan, benang, software imageJsoftware Microsofot excel dan kamera. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit tanaman sukun (A. communis) dengan umur seragam yaitu 3 bulan, media top soil, pupuk kandang ayam.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompk (RAK)
dengan 11 perlakuan yaitu: A0 = Dosis 0 guntuk setiap bibit A1 = Dosis 100 g untuk setiap bibit A2 = Dosis 200 g untuk setiap bibit A3 = Dosis 300 g untuk setiap bibit A4 = Dosis 400 g untuk setiap bibit A5 = Dosis 500 g untuk setiap bibit A6 = Dosis 600 g untuk setiap bibit A7 = Dosis 700 g untuk setiap bibit

A8 = Dosis 800 g untuk setiap bibit A9 = Dosis 900 g untuk setiap bibit A10 = Dosis 1000 g untuk setiap bibit
Setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak empat kali sehingga didapat jumlah bibit sukun sebanyak 44 bibit. Model linier Rancangan Acak Kelompok yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
Yij = µ + αi +βj + ij
Keterangan : Yij = Nilai hasil pengamatan tanaman sukun pada ulangan ke j yang mengalami
perlakuan i µ = Rataan umumpertumbuhan sukun αi = Pengaruh perlakuan pupuk kandang terhadap pertumbuhan bibit sukun βj = Pengaruh ulangan ke j
ij = Pengaruh galat percobaan pada ulangan ke-j dan perlakuan pupuk kandang
ke- i Pada pengolahan data dilakukan dengan uji F pada sistem Microsoft Excel.Jika ANOVA berpengaruh nyata terhadap uji F, maka dilanjutkan dengan uji lanjutan berdasarkan uji jarak DMRT (Duncan Multiple Range Test). Selanjutnya dilakukan uji korelasi antar perlakuan dengan ketentuan nilai R sebagai berikut: R : 0,01 – 0,25 = korelasi rendah R : 0,26 – 0,50 = korelasi cukup kuat R : 0,51 – 0,75 = korelasi kuat R : 0,76 – 0,99 = korelasi sangat kuat

Prosedur Penelitian 1. Penyiapan Bibit Sukun
Bibit sukun yang digunakan dalam penlitian ini merupakan bibit yang berasal dari daerah kota Medan. Bibit sukun yang digunakan merupakan hasil perbanyakan vegetatif stek akar.Bibit yang digunakan merupakan bibit yang memiliki umur seragam yaitu 3 bulan dan memiliki kesehatan serta keadaan fisik yang baik. 2. Penyiapan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat dengan ukuran 20cm x 20cm x 20cm dengan jarak tanam adalah 5m x 5m.Media tanah yang digunakan adalah top soil yang berasal dari DTA Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison.Media tanam yang telah dibuat harus sama-sama terkena sinar matahari penuh. 3. Penanaman Bibit Sukun
Bibit sukun kemudian ditanam sesuai dengan lubang tanam yang telah dibuat dan diberi label sesuai dengan perlakuan pada setiap bibit yang telah ditanam. 4. Pemberian Dosis Pupuk
Pupuk yang telah disiapkan sebelumnya kemudian diberikan secara merata pada setiap bibit tanaman sukun sesuai dengan dosis yang telah ditentukan sebelumnya. 5. Parameter Penelitian
a. Pertambahan tinggi bibit (cm)

Pengambilan data parameter tinggi tanaman dilakukan dua minggu sekali.Pengukuran dilakukan sejak hari pertama dilakukan penelitian.Pengukuran tinggi dilakukan dengan menggunakan benang yang kemudian diukur dengan penggaris.Pengukuran tinggi dilakukan 1 cm di atas titik awal pertumbuhan tunas, dan pada titik tersebut diberi tanda untuk memudahkan pengukuran.
b. Diameter bibit (cm) Pengambilan data parameter diameter tanaman dilakukan dua minggu
sekali.Pengukuran dilakukan sejak hari pertama dilakukan penelitian.Pengukuran tinggi dilakukan dengan menggunakan jangka sorong.Pengukuran tinggi dilakukan 1 cm di atas titik awal pertumbuhan tunas, dan pada titik tersebut diberi tanda untuk memudahkan pengukuran.
c. Jumlah daun (helai) Perhitungan jumlah daun dilakukan awal dan akhir penelitian ini
dilakukan. Daun yang dihitung adalah daun yang sudah terbuka sempurna. d.Luas daun (cm2) Pengukuran luas daun diambil saat pengambilan data terkahir dari setiap
bibit sukun.Daun digambar pada kertas millimeter kemudian hasilnya di-scan untuk mendapatkan pengukuran luas dengan menggunakan program imageJ.
e.Luas tajuk Pengukuran luas tajuk diambil saat pengambilan data terkahir dari setiap
bibit sukun.Tajuk diambil fotonya, kemudian hasilnya di-scan untuk mendapatkan pengukuran luas tajuk dengan menggunakan program imageJ.
f. Kadar air daun (%)

Pengukuran kadar air daun diambil dengan cara memanen daun ketiga

pada setiap ulangan kemudian dihitung dengan rumus

=





100%

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 90 hari dengan

parameter yaitu tinggi,diameter, jumlah daun, luas tajuk dan luas daun,dan kadar

air daun sehingga diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 3. Hasil pengamatan pertumbuhan bibit sukun pada berbagai parameter

Perlakuan

Tinggi Diameter Jumlah Luas Daun Luas Tajuk Kadar Air

(cm) (mm) Daun

(cm2)

(cm2)

Daun (%)

A0 (0 g)

7,10 1,12 6

48,423

198,769

77,67

A1 (100 g) 6,02 1,50 5

53,935

190,285

77,70

A2 (200 g) 4,80 1,50 5

36,181

121,929

71,10

A3 (300 g) 9,47 1,10 4

59,411

218,588

77,31

A4 (400 g) 9,22 2,17 5

63,720

226,588

78,67

A5 (500 g) 12,12

3,40 5

46,524

204,918

78,46

A6 (600 g) 7,77 2,47 5

58,723

233,815

77,90

A7 (700 g) 10,22

2,20 5

78,620

329,512

76,31

A8 (800 g) 12,15

3,37 6

69,683

249,733

80,81

A9 (900 g) 10,12

2,10 5

81,005

246,423

78,83

A10 (1000 g) 12,12

2,65 6

57,759

218,946

78,24

Total

101,15 23,60 57

653,988 2439,50 853,06

Rata-rata

9,15

2,14 5,18

59,453

221,772

77,55

Berdasarkan hasil pengukuran yang disajikan pada Tabel 3 terlihat adanya selisih dari setiap perlakuan yang diberikan, pertambahan tinggi bibit sukun tertinggi pada perlakuan A8(800 g) sebesar 12,15 cm, sedangkan rataan pertambahan tinggi terendah pada perlakuan A2(200 g) sebesar 4,8 cm. Dari gambar juga dapat dilihat bahwa perlakuan kontrol (tanpa pemberian pupuk kandang) ternyata memberikan pertambahan rataan tinggi bibit sukun yang lebih tinggi dari pada perlakuan A2 (200 g).

Pertambahan rataan diameter bibit sukun mulai dari minggu pertama sampai dengan minggu ke sepuluh yang disajikan pada tabel 3 dapat dilihat bahwa perlakuan A5 (500 g) menghasilkan pertambahan rataan dimeter bibit sukun tertinggi sebesar 3,4mm, sedangkan pertambahan rataan diameter bibit sukun terendah dari perlakuan A3(300 g) sebesar 1,1 mm.
Rataan jumlahdaun bibit sukun pada minggu ke-11 yang disajikan pada Tabel3 dapat dilihat bahwa jumlah daun sukun beragam untuk setiap perlakuan, rataan jumlah daun terbanyak adalah 6 helai yakni pada perlakuan A0, A8 dan A10. Sementara itu rataan jumlah daun paling sedikit adalah 4 helai yakni pada perlakuan A3.
Berdasarkan Tabel 3, luas tajuk bibit sukun pada minggu ke-11 dapat dilihat bahwa luas tajuk sukun beragam untuk setiap perlakuan. Rata-rata luas tajuk terbesar adalah 329,52 cm2 yakni pada perlakuan A7. Sementara itu ratarata luas tajuk paling kecil adalah 121,92 cm2 yakni pada perlakuan A2.
Luas daun bibit sukun yang disajikan pada Tabel3 dapat dilihat bahwa luas daun sukun beragam untuk setiap perlakuan. Rata-rata luas daun terbesar adalah 81 cm2 yakni pada perlakuan A9. Sementara itu rata-rata luas daun paling kecil adalah 36,18 cm2 yakni pada perlakuan A2.
Berdasarkan Tabel3, kadar air bibit sukun bahwa luas kadar air beragam untuk setiap perlakuan. Rata-rata kadar air terbesar adalah 80,81% yakni pada perlakuan A8. Sementara itu rata-rata kadar air daun paling kecil adalah 71,1% yakni pada perlakuan A2.

Pertambahan tinggi (cm)

14

12

10

8

6

4

2

0

III-I

V-I

VII-I

IX-I

XI-I

Pengamatan ke-

Gambar 1. Grafik pertambahan tinggi bibit selama pengamatan

A0 A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10

Pada Gambar 1 tampak bahwa pertambahan tinggi tanaman pada setiap

perlakuan menunjukkan kecenderungan yang sama. Pertambahan tinggi bibit sukun

yang diamati mulai dari pemberian perlakuan pupuk kandangminggu pertama hingga

minggu ke-11 dengan dosis yang sudah ditentukan tidak terlihat perbedaan

pertambahan tinggi yang signifikan antara perlakuan kontrol dengan yang diberikan

perlakuan lainnya.Perlakuan A8(800 g) memberikan pertambahan tinggi yang lebih

tinggi, sedangkan A2(200 g) pertambahan tinggi yang terendah.

Pertambahan diamter (mm)

4

3,5

3

2,5

2

1,5

1

0,5

0

III-I

V-I

VII-I

IX-I

XI-I

Pengamatan ke-

Gambar 2. Grafik pertambahan diameter selama pengamatan

A0 A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10

Pada Gambar 2 tampak bahwa untuk setiap pengamatan pertambahan

diameter batang menunjukkan kecenderungan yang sama. Perlakuan A5 (500

g)memberikan pertambahan diameter batang yang lebih tinggi setiap dilakukan

pengukuran, sedangkan perlakuan A3(300 g) mengalami pertambahan diameter

yang terendah.

Tabel 4. Warna daun untuk setiap ulangan No Perlakuan Warna daun Luas dauncm2

1 A0R2

48,423 (9)

2 A1R1 3 A2R2 4 A3R2 5 A4R2 6 A5R3 7 A6R4 8 A7R3 9 A8R4 10 A9R1 11 A10R4

53,935 (8) 36,181 (11) 59,411 (5) 63,720 (4) 46,524(10) 58,723 (6) 78,620 (2) 69,683 (3) 81,005 (1) 57,759 (7)

Dari Tabel 4. Dapat dilihat bahwa warna daun pada akhir pengamatan mulai dari hijau hingga hijau tua. Warna daun ini memiliki kaitan interaksi terhadap luas daun.

Tabel 5. Hasil uji korelasi setiap parameter pengamatan

Tinggi Diameter Jumlah Luas Daun (cm) (cm) Daun (cm2)

Tinggi (cm)

1

Diameter (mm)

0,745

1

Jumlah Daun Luas Daun (cm2) Luas Tajuk (cm2)

0,231 0,502 0,577

0,362 0,234 0,330

1 -0,030 0,017

1 0,870

Kadar Air Daun (%)

0,678

0,501 0,296

0,543

Luas Tajuk (cm2)
1 0,513

Kadar Air Daun (%)
1

Pembahasan Dari hasil pengamatan yang dilakukan dan hasil analisis sidik ragam
menunjukkan pupuk kandang (kotoran ayam) tidak berpengaruh nyata terhadap beberapa parameter pengamatan yaitu pertambahan tinggi, pertambahan diameter, jumlah daun, luas daun, luas tajuk dan kadar air daun. Hal ini di duga disebabkan oleh faktor-faktor pertumbuhan tanaman baik faktor internal maupun eksternal, hal ini sesuai dengan pernyataanTriwiyatno (2003), pertumbuhan tanaman yang berinteraksi kompleks dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal ini meliputi faktor intrasel (sifat genetik atau hereditas) dan intersel (hormon dan enzim).Faktor eksternal meliputi air tanah dan mineral, kelembaban udara, suhu udara, cahaya dan sebagainya.
Pada penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa pemberian dosis pupuk kandang (kotoran ayam) memberikan pengaruh yang berbeda-beda pada setiap pengamatan. Hal ini dikarenakan pupuk kandang yang diberikan memberikan efek yang berbeda pada bibit sukun. Setiap perlakuan pengamatan memiliki kebutuhan hara yang berbeda-beda, sehingga hasil yang didapatkan menjadi bebeda-beda juga. Hal ini didukung oleh pernyataan Purba (2014) yang menyatakan pupuk kandang dapat digunakan sebagai media penyimpan air terbaik dalam mendukung pertumbuhan bibit sukun pada sekitar Danau Toba

Pada paramater pengamatan yakni pertambahan tinggi, diameter dan luas daun unsur hara yang berperan penting yaitu unsur hara N, P dan K. Hal ini sesuai dengan pernyataan Damanikdkk (2009) yang menyatakan bahwa unsur hara N sangat berperan dalam pembentukan sel tanaman, jaringan dan organ tanaman. Unsur N sangat diperlukan pada saat tanaman memasuki fase pertumbuhan vegetatif. Unsur hara P berperan penting dalam daya serap tanaman terhadap nutrisi yang ada di dalam tanah. Unsur hara K berperan besar dalam proses fotosintesis dan translokasi karbohidrat dan juga mengatur distribusi air dalam tanaman. Kekurangan unsur K akan menyebabkan daun menjadi gugur.
Pada parameter pengamatan yaitu pertambahan tinggi, diameter, luas daun, luas tajuk, jumlah daun dan kadar air daun menunjukkan kecenderungan yang sama yaitu perlakuan A7(700 g) dan A8 (800 g) menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Dapat diduga bahwa pada kisaran pemberian pupuk kandang (kotoran ayam) dengan dosis antara 700 – 800 g dapat memberikan pertumbuhan yang lebih baik bagi bibit sukun. Hal ini didukung dengan penelitian Simanungkalit (2012) yang menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kandang (kotoran ayam) dengan dosis 750 g menunjukkan hasil pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan dosis lai

Dokumen yang terkait

Penggunaan Berbagai Jenis Kompos Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst ) Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

0 68 50

Penggunaan Berbagai Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst ) Pada DTA Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

2 69 56

Penggunaan Berbagai Dosis Kompos Pada Tanaman Sukun (Artocarpuscommunis)Di Daerah Tangkapan Air Danau Toba Kecamatan Haranggaol Horison Kabupaten Simalungun

0 42 58

Penggunaan Berbagai Jenis Kompos Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst ) Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

0 0 11

Penggunaan Berbagai Jenis Kompos Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst ) Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

0 0 2

Penggunaan Berbagai Jenis Kompos Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst ) Pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

0 0 9

Penggunaan Berbagai Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst ) Pada DTA Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

0 0 10

Penggunaan Berbagai Dosis Kompos Pada Tanaman Sukun (Artocarpuscommunis)Di Daerah Tangkapan Air Danau Toba Kecamatan Haranggaol Horison Kabupaten Simalungun

0 0 10

Penggunaan Berbagai Dosis Kompos Pada Tanaman Sukun (Artocarpuscommunis)Di Daerah Tangkapan Air Danau Toba Kecamatan Haranggaol Horison Kabupaten Simalungun

0 0 12

Penggunaan Berbagai Dosis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Bibit Sukun (Artocarpuscommunis.Forst) Pada Dta Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

0 0 13