Penggunaan Berbagai Dosis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Bibit Sukun (Artocarpuscommunis.Forst) Pada Dta Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

  DTA Danau Toba Kecamatan Haraggaol Horison

  Secara geografis Kawasan Danau Toba terletak di pegunungan Bukit Barisan Propinsi Sumatera Utara pada titik koordinat 2021‘ 32‘‘– 20 56‘ 28‘‘ Lintang Utara dan 980 26‘ 35‘‘ – 990 15‘ 40‘‘ Bujur Timur. Permukaan danau berada pada ketinggian 903 meter dpl, dan Daerah Tangkapan Air (DTA) 1.981

  2

  meter dpl.Luas Perairan Danau Toba yaitu 1.130 Km dengan kedalaman maksimal danau 529 meter. Total luas Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba

  2

  lebih kurang 4.311,58 Km . Curah hujan tahunan yang terdapat di kawasan Daerah Tangkapan Air Danau Toba berkisar antara 1.700 sampai dengan 2.400 mm/tahun. Sedangkan puncak musim hujan terjadi pada bulan Nopember- Desember dengan curah hujan antara 190 – 320 mm/bulan dan puncak musim kemarau terjadi selama bulan Juni-Juli dengan curah hujan berkisar 54 – 151 mm/bulan (Kementerian Lingkungan Hidup, 2011).

  Saat ini kawasan DTA Danau Toba telah terancam dengan adanya beberapa lahan kritis di sekitar kawasan.Berdasarkan hasil analisis lahan kritis yang dilakukan oleh BPDAS Asahan Barumun tahun 2006, terdapat 377.834,81 Ha lahan yang berpotensi kritis hingga sangat kritis akibat klimatologi dan faktor kesengajaan manusia.Kebakaran hutan dan laju penebangan pohon di Daerah Tangkapan Air (DTA) sulit dihindari tanpa pemantauan dan pengendalian pemanfaatan ruang (Soedrajat, 2011).

  Lahan Kritis

  Poerwowidodo(1990), mengemukakan bahwa lahan kritis adalah suatu keadaan lahan yang terbuka atau tertutupi semak belukar, sebagai akibat dari solum tanah yang tipis dengan batuan bermunculan dipermukaan tanah akibat

  Kemiringan lereng merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan mengendalikan proses-proses pembentukan tanah. Kemiringan lereng juga merupakan salah satu gejala perkembangan tanah akibat pengaruh lingkungan fisik dan hayati. Faktor lereng terutama akan berpengaruh terhadap erosi yang terjadi, semakin besar presentase kemiringan pada suatu lereng akan memberikan daya erosivitas pada hujan yang semakin besar. Sehingga berbagai material kesuburan dan sifat fisika tanah pun akan terpengaruh dengan pelepasan yang terjadi dipermukaannya (Arsyad, 2006).

  Lahan yang kritis memiliki potensi erosi yang sangat tinggi yang mengakibatkan lapisan-lapisan tanah tersebut terbawa hilang, sehingga dalam pelaksanaan konservasinya secara generatif harus menggunakan tanaman yang mampu menahan pengikisan tanah, meresapkan air dan mengembalikan totalitas daripada lahan kritis tersebut.Lahan kritis mempunyai keterbatasan seperti sifat fisik, kimia, dan biologi tanah yang tidak baik serta topografi lahan yang kurang mendukung dalam berusahatani. Untuk meningkatkan produktivitas lahan kering ada beberapa cara yang perlu dilakukan seperti pemakaian varietas tanaman unggul, penerapan pola tanam yang sesuai dengan curah hujan, perbaikan teknik budidaya tanaman, serta usaha konservasi lahan sehingga kelestarian lahan dapat dijaga (Suprapto, 2000).

  Tanaman Sukun (Artocarpus communis, Forst) morfologi

  Dalam sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan, tanaman sukun dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Urticales Suku : Moraceae Marga : Artocarpus Jenis : Artocarpus communis Forst Nama dagang : Sukun (Departemen Kehutanan, 1998).

  Karakteristik sukun (A. communis)

  Sukun adalah tumbuhan dari genus Artocarpus dalam famili Moraceae yang banyak terdapat di kawasan tropik seperti Malaysia dan Indonesia.Ketinggian tanaman ini bisa mencapai 20 meter.Tanaman ini di pulau Jawa dijadikan tanaman budidaya oleh masyarakat. Buahnya terbentuk dari keseluruhan kelopak bunganya, berbentuk bulat atau sedikit bujur dan digunakan sebagai bahan makanan alternatif.Kulit buahnya berwarna hijau kekuningan dan terdapat segmen-segmen petak berbentuk poligonal.Segmen poligonal ini dapat menentukan tahap kematangan buah sukun (Mustafa, 1998).

  Tanaman sukun memiliki habitus pohon yang tingginya dapat mencapai 30 meter, namun rata-rata tingginya hanya 12-15 meter.Jenis sukun dapat tumbuh baik sepanjang tahun (evergreen) di daerah tropis basah dan bersifat semi

  

deciduous serta di daerah yang beriklim monsoon.Batangnya memiliki kayu yang

  lunak, tajuknya rimbun dengan percabangan melebar ke arah samping, kulit batang berwarna hijau kecokelatan, berserat kasar dan pada semua bagian yang dalam dan akar samping yang dangkal. Apabila akar tersebut terluka atau terpotong akan memacu tumbuhnya tunas alam atau root shoots tunas yang sering digunakan untuk bibit (Sunarjono, 2008).

  Syarat tumbuh sukun (A. communis)

  Menurut Sunarjono (2008) tempattumbuh tanaman sukun tersebar mulai dari dataran rendah denganketinggian 700 meter di atas permukaan laut (dpl), namun kadang-kadangterdapat juga pada tempat yang memiliki ketinggian 1.500 meterdpl. Tanaman ini dapat tumbuh baik di daerah panas yang suhu rata-

  o

  ratasekitar 20-40 C yang beriklim basah dengan curah hujan 2.000- 3.000mm/tahun dan kelembaban relatif 70-90 %.Tanaman sukun menyukai lahan terbuka dan banyak menerima sinarmatahari.Keberadaan tanaman sukun di suatu tempat merupakanindikator bahwa tanaman sukun bisa tumbuh dengan baik di daerahtersebut asal tidak berkabut.

  Menurut Pitojo (1992) tanaman sukun dapat tumbuh pada semua jenis tanah seperti tanah podsolik merah kuning, tanah berkapur dan tanah berpasir (regosol), namun akan lebih baik apabila ditanam pada tanah alluvial yang gembur, bersolum dalam, banyak mengandung humus, tersedia air tanah yang cukup dangkal dan memiliki pH tanah sekitar 5-7. Umumnya pertumbuhan tanaman sukun tidak baik apabila ditanam pada tanah yang memiliki kadar garam

  (NaCl) tinggi. Demikian pula penanaman sukun di daerah yang beriklim kering, di mana tanaman sering mengalami stress karena kekurangan air (drought stress) dapat menyebabkan perontokan buah.

  Pembibitan sukun umumnya dilakukan dengan cara vegetatif yaitu melalui kultur jaringan. Teknik yang paling banyak yang digunakan adalah stek akar, karena dapat menghasilkan bibit dalam jumlah banyak, mudah dilakukan dan relatif murah.Daerah utama penghasil sukun di Indonesia diantaranya adalah Cilacap dan Kediri.Salah satu alternatif yang bisa dilakukan untuk meningkatkan jumlah produksi dan kualitasnya adalah dengan memadukan antara teknik stek akar dan stek pucuk, mengingat tunas-tunas yang tumbuh pada stek akar dapat dimanfaatkan untuk stek pucuk dengan tingkat keberhasilan tumbuh yang relatif baik (Adinugraha, 2011).

  Kegunaan dan kandungan gizi tanaman sukun (A. communis)

  Adapun kegunaan dari tanaman sukun adalah sebagai berikut: 1. Buahnya dapat dipakai sebagai bahan pangan alternatif (pengganti nasi, keripik, tepung, dan lain-lain)

  2. Kayu atau batang sukun dapat dipakai/digunakan untuk bahan pembuatan perabotan sederhana seperti meja, kursi,rak dan kayu bakar.

  3. Diambon kulit pohon sukun digunakan sebagai campuran jamu, diberikan pada ibu yang baru melahirkan.

  4. Getahnya setelah dicampur dengan santan lalu dimasak ternyata sangat lengket yang dapat dipakai untuk menangkap burung.

  5. Daun sukun dibakar, abunya dicampur minyak kelapa dan kunyit dapat sebagai obat penyakit kulit.

  6. Bunga yang dibakar menjadi arang dapat digunakan sebagai obat sakit gigi (Mustafa, 1998). zat-zat yang mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi dan sangat bermanfaat bagi kehidupan. Adapun kandungan buah sukun secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1:

  Tabel 1. Komposisi zat gizi dari buah sukun Zat gizi Per 100 gram Buah Sukun muda Buah Sukun tua Energi (kalori) 46 108 Air (g) 87,1 69,3 Protein (g) 2,0 1,3 Lemak (g) 0,7 0,3 Karbohidrat (g) 9,2 28,2 Serat (g) 2,2 - Abu (g) 1,0 0,9 Kalsium (mg)

  59

  21 Fosfor (mg)

  46

  59 Besi (mg) - 0,4 Vitamin B I (mg) 0,12 0,12 Vitamin B2 (mg) 0,06 0,06 Vitamin C (mg)

  21

  17 (BPDAS Pemali Jratun, 2010).

  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman

  Pertumbuhan tanaman merupakan hasil interaksi yang kompleks antara faktor internal (dalam) dan eksternal (luar).Faktor internal meliputi faktor intrasel (sifat genetik/hereditas) dan intersel (hormonal dan enzim).Faktor eksternal meliputi air tanah dan mineral, kelembaban udara, suhu udara, cahaya dan

  Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman: 1. Sifat Menurun atau Hereditas. Ukuran dan bentuk tumbuhan banyak dipengaruhi oleh faktor genetik. Faktor genetik dapat digunakan sebagai dasar seleksi bibit unggul. Hormon Pada Tumbuhan. Hormon merupakan hasil sekresi dalam tubuh yang dapat memacu pertumbuhan, tetapi adapula yang dapat menghambat pertumbuhan. Hormon-hormon pada tumbuhan yaitu auksin, giberilin, gas etilen, sitokinin, asam absisat dan kalin.

  Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman: 1. Cahaya Matahari. Cahaya jelas pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman. Cahaya merupakan sumber energi untuk fotosintesis. Daun dan batang tumbuhan yang tumbuh ditempat gelap akan kelihatan kuning pucat. Tumbuhan yang kekurangan cahaya menyebabkan batang tumbuh lebih panjang, lembek dan kurus, serta daun timbul tidak normal. Panjang penyinaran mempunyai pengaruh khusus bagi pertumbuhan dan reproduksi tumbuhan.

  2. Temperatur. Temperatur mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi tumbuhan. Perubahan temperatur dari dingin atau panas mempengaruhi kemampuan fotosintesis, translokasi, respirasi dan transpirasi. Jika temperatur terlalu dingin atau terlalu tinggi pertumbuhan akan menjadi lambat atau terhenti sama sekali pada beberapa tumbuhan apabila lingkungan, air, temperatur, dan cahaya tidak memungkinkan untuk tumbuh.

  3. Kelembaban atau Kadar Air. Tanah dan udara yang kurang lembab umumnya berpengaruh baik terhadap pertumbuhan karena meningkatkan penyerapan air dan menurunkan penguapan atau transpirasi.

  4. Air dan Unsur Hara. Air merupakan senyawa yang sangat penting bagi dalam fotosintesis, menjaga turgiditas sel dan kelembapan. Kandungan air dalam tanah mempengaruhi kelarutan unsur hara dan menjaga suhu tanah. (Triwiyatno, 2003).

  Peran Air Dalam Pertumbuhan Tanaman Kebutuhan air suatu tanaman dapat didefinisikan sebagai jumlah air yang

diperlukan untuk memenuhi kehilangan air melalui evapotranspirasi (ET-

tanaman).Tanaman yang sehat, tumbuh pada sebidang lahan yang luas dengan kondisi

tanah yang tidak mempunyai kendala (kendala lengas tanah dan kesuburan

tanah).Tanaman dapat mencapai potensi produksi penuh pada kondisi lingkungan

tumbuh tertentu (Sumarno, 2004).

  Kekurangan air pada tanaman terjadi karena ketersediaan air dalam media

tidak cukup dan transpirasi yang berlebihan atau kombinasi kedua faktor tersebut.Di

lapangan walaupun di dalam tanah air cukup tersedia, tanaman dapat mengalami

cekaman (kekurangan air). Hal ini terjadi jika kecepatan absorbsi tidak dapat

mengimbangi kehilangan air melalui proses transpirasi. Kekurangan air akan

mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis, sehingga mengakibatkan

terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang terusmenerusakan menyebabkan

perubahan irreversibel (tidak dapat balik) dan pada gilirannya tanaman akan mati.

  

Kebutuhan air bagi tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis tanaman dalam hubungannya dengan tipe dan perkembangannya, kadar air tanah dan kondisi cuaca (Islami dan Utomo, 1995) Media Tanam Organik

  Media tanam dikatakan sebagai media tanam organik karena media tanam tersebut terbuat dari bahan-bahan organik, yakni bahan yang berasal dari sisa-sisa makhluk hidup. Makhluk hidup yang telah mati akan terurai oleh bakteri pengurai dan dirombak menjadi senyawa yang lebih sederhana. Senyawa inilah yang diserap oleh tanaman bersamaan dengan penyerapan air. Sifat bahan organik antara lain mudah menyerap air, biasanya bersifat gembur, dan dapt menyuburkan tanaman karena telah tersedia unsur hara yang penting bagi tanaman.

  Media tanam yang terbuat dari bahan organik sangat mudah menyerap unsur hara dan cenderung menyimpan unsur hara tersebut dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan media tanam yang terbuat dari bahan anorganik mudah meloloskan unsur hara yang ditambahkan pada media tersebut dan sulit menyimpan unsur hara dalam jangka waktu yang lama. Hal ini terkait dengan karakteristik media tanam dalam menahan ataupun meloloskan air. Media tanam organik yang dapat berfungsi sebagai media penyimpaan air antara lain: kompos, pupuk kandang, arang, batang pisang, dan agar-agar (Lestariningsih, 2012).

  Pupuk Kandang Ayam

  Pupuk organik mempunyai fungsi penting bagi tanah yaitu untukmengemburkan lapisan tanah permukaan (top soil), meningkatkan populasi jasadrenik tanah, mempertinggi daya serap dan daya simpan air yang secarakeseluruhan akan meningkatkan kesuburan tanah. Salah satu pupuk organik yaitu pupuk kandang.Pupuk kandang merupakan produk buangan dari binatang peliharaan seperti ayam, kambing, sapi dan kerbau yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Kualitas pupuk kandang sangat berpengaruh terhadap respon tanaman (Wulandari, 2011). antara lain: jenis ternak dan umurnya, makanan hewan ternak, hasil hewan ternak, jumlah dan macam alas kandang, bentuk atau struktur kandang dan tempat peyimpanan pupuk. Pupuk kandang mempunyai sifat yang lebik baik dibandingkan dengan pupuk alam lainnya maupun dengan pupuk buatan.

  Walaupun cara kerjanya kalau dibandingkan dengan cara kerja pupuk buatan dapat dikatakan lambat karena harus mengalami proses perubahan terlebih dahulu sebelum dapat digunakan oleh tanaman (Sutedjo, 2010).

  Jenis pupuk kandang dari kotoran unggas secara umum memberikan hasil yang lebih cepat dibanding kotoran sapi atau kambing.Karena unsur hara dalam pupuk kandang ayam tersedia dalam bentuk yang dapat langsung diserap tanaman. Sementara pada kotoran sapi dan kambing memerlukan proses penguraian terlebih dahulu. Pengunaan pupuk kandang ayam berfungsi untuk memperbaiki strukturfisik dan biologi tanah, menaikan daya serap tanah terhadap air. Pemberian pupukkandang berpengaruh dalam meningkatkan Al-dd dan menurunkan pH, hal inidisebabkan karena bahan organik dari pupuk kandang dapat menetralisir sumberkemasaman tanah. Pupuk kandang juga akan menyumbangkan sejumlah harakedalam tanah yang dapat berfungsi guna menunjang pertumbuhan danperkembangannya, seperti N, P, K.Secara umum kandungan unsur hara tiap ton pupuk kandang ayam adalah 65.8 Kg N, 13.7 Kg P dan 12.8 Kg K(Risnandar, 2014).

  Bahan organik mempunyai kemampuan menyerap air 80-90% dari berat totalnya. Penambahan bahan organik ke dalam tanah terutama pada tanah yang lebih lemah, distribusi ruang pori menjadi lebih merata dan kapasitas memegang air meningkat. Pemberian pupuk kandang selain dapat menambah tersedianya unsur hara juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Beberapa sifat fisik tanah yangdapat dipengaruhi pupuk kandang antara lain kemantapan agregat, bobot volume total ruang pori, plastisitas dan daya pegang air (Musnamar, 2003).

  Pengaruh bahan organik terhadap peningkatan porositas tanah di sampingberkaitan dengan aerasi tanah, juga berkaitan dengan status kadar air dalam tanah.Penambahan bahan organik akan meningkatkan kemampuan menahan air sehinggakemampuan menyediakan air tanah untuk pertumbuhan tanaman meningkat. Kadar airyang optimal bagi tanaman dan kehidupan mikroorganisme adalah sekitar kapasitaslapang. Penambahan bahan organik di tanah pasiran akan meningkatkan kadar air pada kapasitas lapang, akibat dari meningkatnya pori yang berukuran menengah (meso) dan menurunnya pori makro, sehingga daya menahan air meningkat, dan berdampak pada peningkatan ketersediaan air untuk pertumbuhan tanaman (Atmojo,2003).

  Bila dihitung dari bobot badannya, kotoran ayam lebih besar dari kotoranternak lainnya, dimana setiap 1.000 Kg/tahun bobot ayam hidup, dapatmenghasilkan 2.140 Kg/tahun kotoran kering. Sedangkan kotoran sapi denganbobot badan yang sama menghasilkan kotoran kering hanya 1.890 kg/tahun.Demikian pula dilihat dari segi kandungan hara yang dihasilkan dimana tiap tonkotoran ayam terdapat 65,8Kg N, 13,7 Kg P dan 12,8 Kg K. Sedangkan kotoransapi dengan bobot kotoran yang sama mengandung 22 Kg N, 2,6 Kg P dan 13,7 KgK. Dengan demikian dapat dikatakan pemakaian pupuk kotoran unggas

  Tabel 2. Kandungan unsur hara beberapa jenis pupuk kandang

Jenis ternak N (%) P2O5 (%) K2O (%)

Ayam 1,7 1,9 1,5

  

Sapi 0,3 0,2 0,3

Kuda 0,4 0,2 0,3

Domba 0,6 0,3 0,2

  (Novizan, 2007)

  Pemupukan Pada Tanaman

  Ada beberapa alasan atau pertimbangan dalam melakukan pemupukan yaitu: ketersediaan unsur hara yang rendah dalam tanah, mengganti unsur-unsur hara yang hilang dari tanah oleh karena pemanenan, pencucian hara dan tererosi, penggunaan tanaman varietas unggul atau hibrida dan peningkatan produksi tanaman. Untuk memperoleh efesiensi yang tinggi dari suatu pemupukan perlu diperhatikan beberapa faktor yang ikut menentukan efesiensi penggunaan pupuk yaitu: sifat dan ciri tanah, sifat tanaman dan kebutuhan tanaman, pola pertanian, jenis atau macam pupuk dan sifat-sifatnya, dosis pupuk, waktu pemupukan dan metode atau cara pemupukan (Damanik, dkk. 2010).

  Pemilihan atau metode pemupukan yang terbaik, tergantung pada beberapa faktor diantaranya jenis tanah, kadar lengas, daya semat tanah terhadap berbagai hara, pengolahan, jenis tanaman, sistem perakaran tanaman, kemampuan tanaman mengekstraksi hara dalam tanah, jenis pupuk yang digunakan. Tanaman dapat menggunakan pupuk hanya pada perakaran aktif dan sukar menyerap hara dari lapisan tanah yang agak kering.Oleh karena itu penempatan pupuk harus tepat agar tanaman mudah menyerapnya.Untuk tanaman pada barisan, pupuk diberikan menurut jalur ataupun dekat tanaman atau sepanjang barisan tanaman dengan jarak tertentu terhadap tanaman (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

  Dosis Pemupukan

  Dosis pupuk merupakan takaran atau banyaknya hara dari suatu unsur pupuk dalam satuan kilogram persatuan luas lahan.Dosis pupuk dalam pemupukan haruslah tepat, artinya dosisnya tidak terlalu sedikit atau terlalu banyak yang dapat menyebabkan pemborosan atau dapat merusak akar tanaman.

  Bila dosis pupuk terlalu rendah, tidak akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Salah satu cara untuk menentukan dosis pupuk yang tepat adalah melakukan percobaan dosis pupuk di lapangan dengan dosis yang berbeda untuk tanah yang berbeda dan tanaman yang berbeda juga (Damanik, dkk. 2010).

  Dosis pupuk ditentukan berdasarkan umur tanaman, jenis tanah, kondisi penutup tanah,kondisi visual tanaman. Pemupukan yang efektif dan efisien dapat dicapai dengan memperhatikan beberapa hal yaitu: jenis dan dosis pupuk, cara pemberian pupuk, waktu pemupukan, tempat dan aplikasi serta pengawasan dalam pelaksanaan pemupukan (Fitriani, 2012).

Dokumen yang terkait

Pengaruh Viskositas Dan Laju Aliran Saliva Terhadap Pembentukan Kalkulus Pada Pasien Di Instalasi Periodonsia Rsgm Usu

0 0 13

Tinjauan Sosial Dan Ekonomi Keluarga Penambang Emas Di Tambang Emas Rakyat di Desa Hutabargot Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal

0 0 28

1 Bab I Pendahuluan - Tinjauan Sosial Dan Ekonomi Keluarga Penambang Emas Di Tambang Emas Rakyat di Desa Hutabargot Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal

0 0 10

Tinjauan Sosial Dan Ekonomi Keluarga Penambang Emas Di Tambang Emas Rakyat di Desa Hutabargot Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal

0 1 13

Sistem Infromasi Akuntansi Pemberian Kredit Multi Guna Pada Pt.Bank Sumut Kcp Setia Budi

0 0 23

Sistem Infromasi Akuntansi Pemberian Kredit Multi Guna Pada Pt.Bank Sumut Kcp Setia Budi

0 0 9

10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Peranan Pemerintah Daerah Dalam Memberikan Surat Izin Usaha Perdagangan (Suatu Studi Pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Gunungsitoli)

0 1 36

BAB II KERANGKA TEORI - Analisis Pengaruh Struktur Modal Dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan(Studi Pada Saham-Saham Lq 45 Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2014)

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Pengaruh Struktur Modal Dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan(Studi Pada Saham-Saham Lq 45 Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2014)

0 0 9

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Pada Saham-saham LQ 45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2008- 2014)

0 0 9