Pengaruh Biaya Produksi Dan Biaya Opersional Terhadap Laba Bersih (kasus Pada Perusahaan Industri Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Sub Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

(1)

cause these problems. The study aims to examine the factors that determines the increase in net income based on the cost of production and operational costs.

This study uses descriptive analysis and verification with quantitative approach that is 3 tobacco company listed on the Stock Exchange data obtained are secondary data from the annual publication of financial statements consists of income over 10 years, ie the year 2005 to 2014. Technical analysis of data used is the technique of multiple linear regression analysis.

Based on the results of this study showed that the cost of production and a significant positive effect on net income, which means very dominant Net Income is determined by the cost of production which is listed on the Stock Exchange. Production costs increased financing for determining the partial results in a positive direction, it means an increase in net income is determined by the cost of production is likely to increase. And showed a positive effect on costs operasioanl dab no significant effect on net income, that is very dominant Net Income is determined by operational cost.


(2)

untuk diteliti, faktor-faktor penyebab masalah tersebut. Penelitian bertujuan untuk menguji faktor yang menjadi penentu peningkatan laba bersih berdasarkan biaya produksi dan biaya operasional.

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif yaitu 3 perusahaan rokok yang terdaftar di BEI Data yang diperoleh adalah data sekunder berupa laporan keuangan publikasi tahunan terdiri laba rugi selama 10 tahun, yaitu tahun 2005-2014. Teknis analisis data yang dipergunakan adalah teknik analisis regresi linier berganda.

Berdasarankan hasil penelitian ini menunjukan bahwa biaya produksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba bersih yang artinya Laba Bersih sangat dominan ditentukan oleh Biaya Produksi yang terdaftar di BEI. Biaya Produksi menentukan peningkatan pembiayaan bagi hasil secara parsial dengan arah yang positif, artinya peningkatan laba bersih ditentukan oleh biaya produksi yang cenderung meningkat. Dan menunjukan biaya operasioanl berpengaruh positif dab tidak signifikan terhadap laba bersih, artinya Laba Bersih sangat dominan ditentukan oleh Biaya operasional.


(3)

In Indonesia Stock Exchange) Oleh:

FADILLAH ZAINNAH RAMADHAN 21111044

Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati Dra.,SE.,M.Si

Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia

ABSTRACT

The increase in production costs and operating costs, followed by net income increased from the previous year, the cigarette company listed on the Stock Exchange in the period 2005-2014 is an interesting phenomenon to be studied, the factors that cause these problems. The study aims to examine the factors that determines the increase in net income based on the cost of production and operational costs.

This study uses descriptive analysis and verification with quantitative approach that is 3 tobacco company listed on the Stock Exchange data obtained are secondary data from the annual publication of financial statements consists of income over 10 years, ie the year 2005 to 2014. Technical analysis of data used is the technique of multiple linear regression analysis.

Based on the results of this study showed that the cost of production and a significant positive effect on net income, which means very dominant Net Income is determined by the cost of production which is listed on the Stock Exchange. Production costs increased financing for determining the partial results in a positive direction, it means an increase in net income is determined by the cost of production is likely to increase. And showed a positive effect on costs operasioanl dab no significant effect on net income, that is very dominant Net Income is determined by operational cost.

Keywords: Production Costs, Operating Expenses and Net Income I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi sekarang ini tingkat persaingan dalam dunia usaha semakin tinggi dan hanya badan usaha yang memiliki kinerja atau performa yang baik yang akan bertahan. Dalam persaingan usaha yang semakin kompetitif perusahaan dituntut untuk semakin efisien dalam menjalankan aktivitasnya terlebih dalam kondisi ekonomi saat ini yang penuh dengan ketidakpastian dimana krisis ekonomi yang melanda Indonesia sangat berat dan merusak segala sektor dari perekonomian, sehingga perlu mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki.(wayan, 2014)

Tujuan perusahaan antara yang satu dengan yang lainnya belum tentu sama, tetapi secara umum tujuan perusahaan yaitu memperoleh laba yang sebesar-besarnya untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan agar segala kegiatan dalam perusahaan dapat berlangsung dengan baik.

Laba atau profit adalah salah satu tujuan utama berdirinya setiap badan usaha atau perusahan, jika tidak mendapatkan laba, perusahaan tidak dapat memenuhi tujuan yang lain, misalnya pertumbuhan yang terus menerus atau perkembangan perusahaan atau yang bisa disebut going concern serta tanggung jawab sosial atau corporate social responsibility. Dengan laba ini membuat perusahaan tumbuh dan berkembang, bisa menggunakan kemampuan yang lebih besar, bisa memberikan tingkat kepuasan yang lebih besar pada konsumen, dan perusahaan bisa memperkuat kondisi perekonomian secara keseluruhan (Basu Swastha, 2002).


(4)

sudah membatasi hasil produksinya dengan menyesuaikan pada biaya produksi yang harus dikeluarkan. Ketika hasil produk secara kuantitas berkurang tentunya juga berdampak pada laba yang diperoleh(Sadayy,2014).

Pentingnya menekan biaya produksi karena berpengaruh terhadap laba yang diperoleh perusahaan. Untuk mengetahui apakah pesanan tertentu mampu menghasilkan laba bruto atau mengakibatkan rugi bruto, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tertentu. (Mulyadi, 2005).

Sesuai dengan pendapat Jopie Jusuf (2006) bahwa, bila perusahaan dapat menekan biaya operasional, maka perusahaan akan dapat meningkatkan laba bersih, demikian juga sebaliknya, bila terjadi pemborosan biaya akan mengakibatkan menurunnya laba.

Industri rokok kretek sebagai salah satu industri yang ada di Indonesia telah memberikan konstribusi bagi negara Indonesia berupa masukan berbagai pajak. Seperti yang terdapat pada APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara), pajak cukai rokok merupakan bagian dari pada penerimaan dalam negeri, dimana pada pembuatan APBN setiap tahunnya maka kebijakan tarif cukai merupakan salah satu komponenkebijakan fiskal yang dibuat oleh pemerintah.

Kebijakan cukai atau pajak atas rokok merupakan faktor terbesar yang menghambat pertumbuhan industri hasil tembakau dalam lima tahun terakhir. Industri padat karya ini mengalami kemunduran sejak roadmap industri hasil tembakau intensif diberlakukan pada 2009 melalui kebijakan kenaikan cukai bertahap hampir setiap tahun. Produsen merupakan salah satu pihak yang mendapat kesulitan atau kerugian jika terjadi kenaikan harga. Bagi perusahaan atau pabrik pengolah bahan mentah atau bahan setengah jadi menjadi barang bernilai ekonomi, maka masalah kenaikan harga berhubungan dengan biaya produksi.

Industri selalu mengendalilkan bahwa jika rokok dikendalikan maka konsumsinya akan turun dan menyebabkan penurunan produksi yang kemudian akan menimbulkan kerugian kepada industri rokok. Jika sudah rugi industri akan dengan terpaksa harus mengurangi biaya produksi yang salah satunya adalah dengan melakukan efisiensi tenaga kerja dan memicu terjadinya PHK massal. Dan negara juga akan merugi karena setoran pajak dan cukai industri rokok akan berkurang yang berarti pemasukkan negara juga berkurang.

Perolehan laba bersih sangat ditentukan oleh besar kecilnya biaya yang digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatannya. Semakin biaya itu bisa ditekan mestinya akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan laba bersih perusahaan.

Dengan demikian hasil fenomena diatas diharapkan penelitian ini memberikan kontribusi atau membuktikan bahwa teori tentang variabel tersebut benar.

Berdasarkan fenomena diatas maka penulis melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA OPERASIOANAL TERHADAP LABA BERSIH (kasus Perusahaan Industri manufaktur sektor industri barang konsumsi sub rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI))“. Dengan tujuan untuk mengetahui: pengaruh biaya produksi dan biaya operasional terhadap laba bersih.

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan identifikasi masalah yang dikemukakan diatas, maka penulis mencoba merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Seberapa besar Laba Bersih dipengaruhi oleh Biaya Produksi pada perusahaan industri manufaktur sektor industri barang konsumsi sub rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Seberapa besar Laba Bersih dipengaruhi oleh terhadap Biaya Operasional pada perusahaan industri manufaktur sektor industri barang konsumsi sub rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).


(5)

2. Untuk mengetahui besarnya Laba Bersih dipengaruhi oleh Biaya Operasional pada perusahaan industri manufaktur sektor industri barang konsumsi sub rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka ini menjelaskan mengenai pengertian-pengertian yang mendasari dari Biaya produksi, Biaya operasional, Laba bersih dan mengambil dari beberapa referensi yang berkaitan dengan judul penelitian.

2.1.1 Biaya

2.1.1.1Pengertian Biaya

Pengertian Biaya menurut Mulyadi (2005:8) mendefinisikan biaya dalam arti luas sebagai berikut:

“Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”.

2.1.2 Biaya Produksi

2.1.2.1Pengertian Biaya Produksi

Produksi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan barang dan jasa. Istilah produksi cenderung dikaitkan dengan pabrik, mesin, maupun lini perakitan karena pada mulanya teknik dan metode dalam manajemen produksi memang di pergunakan untuk mengoperasikan pabrik atau kagiatan lainnya.

Menurut Mulyadi (2009:14)Biaya produksi adalah sebagai berikut:

“Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap-siap untuk di jual.”

Rumus Biaya produksi sebagai berikut : Biaya Bahan Baku Langsung XXX Biaya Tenaga Kerja Langsung XXX

Biaya Overhead Pabrik XXX +

Biaya Produksi XXX

2.1.3 Biaya Operasional

2.1.3.1Pengertian Biaya Operasional

Istilah operasional sering digunakan dalam suatu organisasi yang menghasilkan keluaran outptut, baik yang berupa barang dan jasa. Secara umum operasional diartikan sebagai suatu usaha, kegiatan atau proses mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output).

Menurut Jopie Jusuf (2008:33) yang dimaksud dengan Biaya Operasional adalah sebagai berikut:

“Biaya Operasional adalah biaya yang terus dikeluarkan oleh entitas, yang tidak berhubungan dengan produk namun berkaitan dengan aktivitas operasional perusahaan sehari –hari.”

2.1.4 Laba Bersih 2.1.4.1Pengertian Laba

Bagi semua perusahaan yang berorientasi laba, sudah barang tentu perusahaan tersebut akan selalu meningkatkan labanya, karena jika tidak mungkin perusahaan tersebut akan bangkrut.Dibawah ini ada beberapa pendapat para ahli mengenai laba diantaranya:

Pengertian laba menurut Kuswadi (2007:131) adalah sebagai berikut:

“ Laba adalah pendapatan dari hasil penjualan dikurangi dengan biaya-biaya pengadaan dan pemasaran”


(6)

untuk menghasilkan keluaran tersebut sehingga kegiatan organisasi dapat menghasilkan laba atau sisa hasil usaha”.

Menurut Carter William (2008:129) menyatakan bahwa: “Tingkat laba yang diperoleh perusahaan dapat ditentukan oleh volume produksi yang dihasilkan, semakin banyak volume produksi yang dicapai maka semakin tinggi pula biaya produksi. Semakin banyak volume produksi yang dicapai maka semakin tinggi pula laba yang diperoleh”.

2.2.2 Pengaruh Biaya Operasional terhadap Laba Bersih

Kuswadi (2007:78) dalam perhitungan laba rugi, besarnya biaya ini akan mengurangi laba atau menambah rugi perusahaan.

Umar Juki (2008:9) dalam perhitungan laba rugi, besarnya biaya ini akan mengurangi laba atau menambah rugi perusahaan. Tingginya biaya operasi akan membuat peningkatan laba turun, begitu juga jika nilai biaya operasi rendah maka, peningkatan laba akan naik. Jadi untuk memperoleh laba yang tinggi perlu diperhatikan biaya-biaya yang dikeluarkan dan mengendalikannya. Secara efektif, selain itu perusahaan dapat mencapai laba sesuai dengan yang ingin dicapainya.

2.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan jawaban sementara yang paling memungkinkan dan masih harus dibuktikan melalui penelitian. Dugaan jawaban ini bermanfaat bagi penelitian agar proses penelitian lebih terarah. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Sugiyono (2007:84) bahwa :

“Hioptesis adalah alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh penelti bagi problematika yang diajukan dalam penelitian. Dugaan jawaban tersebut merupakan kebenaran yang sifatnya sementara yang akan diuji kebenaranya dengan data yang dikumpulkan melalui penelitian”.

Berdasarkan pengertian diatas maka terdapat hipotesis sebagai berikut: H1 : Biaya Produksi berpengaruh terhadap Laba Bersih

H2 : Biaya Operasional berpengaruh terhadap Laba Bersih

III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian menurut Sugiyono (2010: 2)adalah sebagai berikut:

“ Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu dengan ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis”.

Metode penelitian menurut Umi Narimawati (2008:127)adalah sebagai berikut:

“Cara penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif.

3.2 Operasional Variabel


(7)

“Variabel Independen dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”.

Dalam penelitian ini variabel bebas yang akan diteliti adalah variabel X1 adalah Biaya Produksi dan X2 adalah Biaya Operasional.

2. Variabel Dependen

Menurut Sugiyono (2012:39) memberikan pengertian variabel dependen sebagai berikut: “Variabel dependen dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio, berikut ini penjelasan mengenai rasio. Menurut Moh. Nazir (2003:132)menjelaskan pengertian Ukuran rasio sebagai berikut:

“Ukuran rasio adalah ukuran yang mencakup semua ukuran yang memberikan keterangan tentang nilai absolut dari objek yang di ukur”.

Dalam skala rasio angka nol mempunyai makna, sehingga angka nol dalam skala ini diperlukan sebagai dasar dalam perhitungan dan pengukuran terhadap objek yang diteliti. Operasionalisasi variabel dalam penelitian ini akan dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1 Operasional Variabel

Variabel Konsep variable Indikator Skala

X Biaya Produksi

“Biaya produksi biasanya didefinisikan sebagai

jumlah dari tiga elemen biaya: bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead

pabrik.”

William K.Carter (2009:40)

Biaya Produksi = bahan baku langsung + tenaga kerja langsung + overhead

pabrik Mulyadi (2009:14) Rasio X Biaya Operasional

“Biaya operasional ( Operating Ecpense) adalah biaya-biaya yang tidak berhubungan

langsung dengan produk perusahaan tetapi berkaitan dengan aktivitas”. (Sofyan Safri Harahap 2011:86)

 Biaya Penjualan

 Biaya Administrasi Umum Margaretha (2007 : 24)

Rasio

Y Laba Bersih

“ Laba bersih adalah perbedaan antara

pendapatan dengan beban, jikalau pendapatan melebihi beban maka hasilnya bersih “

Henry Simamora (2000:25)

Laba bersih = laba sebelum pajak – pajak penghasilan Henry Simamora (2000:25)

Rasio

3.3 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam peneliti menggunakan data sekunder yaitu berupa laporan keuangan.

Data Sekunder Menurut Sugiyono (2010:137) adalah Sumbet data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen”.

3.4 Populasi, Penarikan Sampel dan 3.4.1Populasi

Menurut Sugiyono (2012:80) memberikan pengertian populasi sebagai berikut:

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Berdasarkan pengertian di atas, populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian. Populasi yang digunakan peneliti adalah laporan keuangan tahunan perusahaan sub rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) di mulai dari tahun 2005 hingga tahun 2014 yaitu sebanyak 10


(8)

1 GGRM PT.Gudang Garam Tbk 2 HMSP PT.Handjaya Mandala Sampoerna Tbk 3 RMBA PT.Bendoel International Investama Tbk 4 WIIM PT.Wismilak Inti Makmur Tbk

Sumber: www.idx.co.id

3.4.2Penarikan Sampel

Secara sampel diharapkan hasil yang telah diperoleh akan memberikan kesimpulan gambaran sesuai dengan karakteristik populasi.

Menurut Sugiyono (2012:81) mendefinisikan sampel sebagai berikut:

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Penentuan jumlah sampel yang akan diolah dari jumlah populasi harus dilakukan dengan teknik pengambilan sampling yang tepat. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purpossive sampling.

Menurut Sugiyono (2012:85) mendefinisikan purpossive sampling sebagai berikut:

“Purpossive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”.

Berikut ini adalah daftar perusahaan yang termasuk perusahaan sub rokok terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005-2014 yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini.

Tabel 3.3 Daftar Kriteria Sampel

No Kode Nama Perusahaan

1 GGRM PT.Gudang Garam Tbk 2 HMSP PT.Handjaya Mandala Sampoerna Tbk 3 RMBA PT.Bendoel International Investama Tbk

Sumber: www.idx.co.id

Berdasarkan tabel diatas sampel yang diambil adalah 3 perusahaan sub rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan laporan keuangan 10 tahun yang berupa laporan posisi keuangan yang terjadi di pasar bursa dari tahun 2005-2014. Sehingga sampel yang digunakan sebanyak 30 sampel.

3.5 Metode Pengujian Data a. Uji Normalitas

Menurut Husein Umar (2011:182) mendefinisikan uji normalitas sebagai berikut:

“Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak”.

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Dasar pengambilan keputusan menurut bisa dilakukan berdasarkan probabilitas (Asymtotic Significance), yaitu:

1. Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal.

2. Jika probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi secara normal.

Pengujian secara visual dapat juga dilakukan dengan metode gambar normal Probability Plots dalam program SPSS. Dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:

1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Selain itu uji mormalitas digunakan untuk mengetahui bahwa data yang diambil berasal dari populasi berdistribusi normal. Uji yang digunakan untuk menguji kenormalan adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan sampel ini akan diuji hipotesis nol bahwa sampel tersebut


(9)

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antara sesama variabel bebas sama dengan 0. Untuk mendekteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi adalah dengan melihat:

- nilai tolerance dan lawannya - variance inflantion factor (VIF)

Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi dan menunjukkan adanya kolonieritas yang tinggi. Rumus untuk menghitung VIF adalah sebagai berikut :

Sumber : Gujarati ( 2003: 351)

Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat tolerance value dan variance inflation factor (VIF). Jika nilai VIF nya kurang dari 10 maka dalam data tidak terdapat Multikolinieritas (Gujarati, 2003: 362).

c. Uji Heteroskedastisitas

Situasi heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien dan hasil taksiran dapat menjadi kurang atau melebihi dari yang semestinya. Dengan demikian, agar koefisien-koefisien regresi tidak menyesatkan, maka situasi heteroskedastisitas tersebut harus dihilangkan dari model regresi.

Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan uji-Glejser yaitu dengan mengregresikan masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual. Jika nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual (error) ada yang signifikan, maka kesimpulannya terdapat heteroskedastisitas (varian dari residual tidak homogen) (Gujarati, 2003: 405).

Selain itu, dengan menggunakan program SPSS, heteroskedastisitas juga bisa dilihat dengan melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SDRESID. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka telah terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika tidak membentuk pola tertentu yang teratur, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Menurut Husein Umar (2011:182) uji autokorelasi adalah sebagai berikut:

“Autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier terdapat hubungan yang kuat baik positif maupun negatif antar data yang ada pada variabel-variabel penelitian”.

Cara untuk mengetahui apakah terjadi autokorelasi dalam uatu model regresi dalam penelitian ini digunakan uji Durbin-Watson (DW Test). Uji Durbin-Waston digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variable lagi di antara variable bebas. Hipotesis yang akan diuji adalah :

H0 : Tidak ada autokorelasi (r = 0) HA : Ada autokorelasi (r ≠ 0)

3.6 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis 3.6.1Rancangan Analisis

Menurut Umi Narimawati (2010:41) mendefinisikan rancangan analisis adalah sebagai berikut:

VIF =


(10)

3.6.1.1 Analisis Kuantitatif

Menurut Sugiyono (2011:31) mendefinisikan analisis kuantitatif sebagai berikut :

“Dalam penelitian kuantitatif analisis data menggunakan statistik. Statistik yang digunakan dapat berupa statistik deskriptif dan inferensial/induktif. Statistik inferensial dapat berupa statistik parametris dan statistik nonparametris. Peneliti menggunakan statistik inferensial bila penelitian dilakukan pada sampel yang dilakukan secara random. Data hasil analisis selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan.

Penyajian data dapat berupa tabel, tabel ditribusi frekuensi, grafik garis, grafik batang, piechart (diagram lingkaran), dan pictogram. Pembahasan hasil penelitian merupakan penjelasan yang mendalam dan interpretasi terhadap data-data yang telah disajikan”.

Adapun analisis statistic yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Analisis Regresi Linier Berganda

Adapun pengertian analisis regresi linear berganda menurut Menurut Sugiyono (2011:277) sebagai berikut:

“Analisis regresi linier berganda adalah analisis yang digunakan peneliti, bila bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya)”.

Dalam penelitian ini, analisis regresi linier berganda digunakan untuk membuktikan sejauh mana hubungan perubahan Laba Bersih dipengaruhi oleh Biaya Produksi dan Biaya Operasional.

Y = α + β1 X1 + β2 X2 (Sumber: Sugiyono 2012) Keterangan :

Y = Laba Bersih

a = konstanta, merupakan nilai terikat yang dalam hal ini adalah Y pada saat variabel bebasnya adalah 0 (X1, X2= 0)

β1 = koefisien regresi berganda antara variabel bebas X1 terikat Y, apabila variabel bebas X2 diangap konstan.

β2 = koefisien regresi berganda antara variabel bebas X2 terikat Y, apabila variable bebas X1 diangap konstan.

X1 = Biaya Produksi X2 = Biaya Operasional

2. Analisis Koefisisen Korelasi Person

Korelasi pearson digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara 2 variabel, yaitu variabel bebas dan variabel tergantung yang berskala interval atau rasio (parametrik) yang dalam SPSS disebut scale, yang dalam hal ini pengaruh Pendapatan terhadap laba bersih dan biaya operasional terhadap laba bersih.

Menurut Umi Narimawati (2011:49), pengujian korelasi digunakan untuk mengetahui kuat tidaknya hubungan antara variable X dan Y, dapat menggunakan pendekatan korelasi Pearson dengan rumus dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

r = Koefisien Korelasi n = Jumlah data

X = Variabel Bebas (Independen) Y= Variabel Terikat (Dependen)


(11)

Sumber :Umi Narimawati (2007:89) Dimana:

R = koefisien determinasi r2= kuadrat koefisien korelasi

3.6.2Uji Hipotesis

Rancangan pengujian hipotesis ini dinilai dengan penetapan hipotesis nol dan hipotesis alternatif, penelitian uji statistik dan perhitungan nilai uji statistik, perhitungan hipotesis, penetapan tingkat signifikan dan penarikan kesimpulan.

Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hipotesis nol (Ho) tidak terdapat pengaruh yang signifikan dan Hipotesis alternatif (Ha) menunjukkan adanya pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat.

Rancangan pengujian hipotesis penelitian ini untuk menguji ada tidaknya pengaruh antara variabel independent (X) yaitu Biaya Produksi (X1) dan Biaya Operasional (X2) Laba Bersih sebagai variabel dependen (Y), dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Penetapan Hipotesis a. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

 Hipotesis parsial antara variabel bebas Biaya Produksi terhadap variabel terikat Laba bersih.

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan Biaya Produksi terhadap Laba bersih. Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan Biaya Produksi terhadap Laba bersih.

 Hipotesis parsial antara variabel Biaya Operasional terhadap variabel terikat Laba bersih. Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan Biaya Operasional terhadap Laba bersih. Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan Biaya Operasional terhadap Laba bersih.  Hipotesis Statistik

Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji Statistik t).

Dalam pengujian hipotesis ini menggunakan uji dua pihak (two tail test) dilihat dari bunyi hipotesis statistik yaitu hipotesis nol (Ho) : β = 0 dan hipotesis alternatifnya (Ha) : β ≠ 0

Ho1 : β1 = 0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan Biaya Produksi terhadap Laba bersih.

Ha1 : β1 ≠ 0 : Terdapat pengaruh yang signifikan Biaya Produksi terhadap Laba bersih. Ho2: β2 = 0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan Biaya Operasional terhadap Laba beersih.

Ha2: β2 ≠0 : Terdapat pengaruh yang signifikan Biaya Operasional terhadap Laba bersih.

2. Menentukan tingkat signifikan

Ditentukan dengan 5% dari derajat bebas (dk) = n – k – l, untuk menentukan ttabel sebagai batas daerah penerimaan dan penolakan hipotesis. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05 atau 5% karena dinilai cukup untuk mewakili hubungan variabel – variabel yang diteliti dan merupakan tingkat signifikasi yang umum digunakan dalam suatu penelitian.

a) Menghitung nilai thitung dengan mengetahui apakah variabel koefisien korelasi signifikan


(12)

t = thitung

b) Selanjutnya menghitung nilai Fhitung sebagai berikut :

Sumber: Sugiyono (2010:192)

Dimana:

R = koefisien kolerasi ganda K = jumlah variabel independen n = jumlah anggota sampel

3. Menggambar Daerah Penerimaan dan Penolakan

Untuk menggambar daerah penerimaan atau penolakan maka digunakan kriteria sebagai berikut :

1) Hasil thitung dibandingkan dengan ttabel dengan criteria:

 Jika thitung > ttabel atau thitung < -ttabel maka Ho ada di daerah penolakan, berarti Ha

diterima artinya antara variabel X dan variabel Y ada pengaruhnya.

 Jika - ttabel ≤ thitung ≤ ttabel maka Ho ada di daerah penerimaan, berarti Ha ditolak

artinya antara variabel X dan variabel Y tidak ada pengaruhnya.  thitung; dicari dengan rumus perhitungan thitung , dan

 ttabel; dicari di dalam tabel distribusi t student dengan ketentuan sebagai berikut, α =

0,05 dan dk = (n-k-1) atau 24-2-1=21

2) Hasil Fhitung dibandingkan dengan Ftabel dengan kriteria:

 Tolak Ho jika Fhitung > Ftabel pada alpha 5%.

 Tolak Ho jika Fhitung < Ftabel pada alpha 5%.

 Tolak Ho jika nilai F-sign < ɑ =0,05. 4. Menggambar Daerah Penerimaan dan Penolakan

Gambar 3.1

Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis 5. Penarikan Kesimpulan

Berdasarkan gambar di atas, daerah yang diarsir merupakan daerah penolakan Ho, dan berlaku sebaliknya. Jika thitung dan Fhitung jatuh di daerah penolakan (penerimaan), maka Ho ditolak

(diterima) dan Ha diterima (ditolak). Artinya koefisian regresi signifikan (tidak signifikan). Kesimpulannya, Biaya produksi dan Biaya operasional berpengaruh (tidak berpengaruh)


(13)

4.1 Pengaruh Biaya Produksi terhadap Laba Bersih

Hasil dari pengujian statistik menyatakan bahwa Biya Produksi berpengaruh sebesar 50,24% sehingga Biaya Produksi secara signifikan berpengaruh terhadap Laba Bersih pada perusahaan rokok. Hasil nilai korelasi sebesar 1,034 termasuk kategori “Sangat Kuat” dan bertanda positif yang menunjukkan hubungan yang terjadi antara keduanya adalah searah, artinya kenaikana Biyaya Produksi akan diikuti pula oleh kenaikan Laba Bersih. Berdasarkan hasil penelitian statistic dapat disimpulkan bahwa Biya Produksi mempengaruhi Laba Bersih, sesuai dengan penelitianAmalia Suzana(2009) yang menunjukan bahwa Biaya Produksi berpengaruh positif signifikan terhadap Laba Bersih. Selanjutnya berdasarkan perhitungan koefisien determinasi yaitu Biaya Produksi (X1)

mempunyai pengaruh terhadap Laba Bersih (Y) sebesar 50,24 % dan sisanya sebesar 49,76 % dipengaruhi oleh faktor lain yaitu penjualan, biaya distibusi dan lain-lain.

4.2 Pengaruh Biaya Operasional Terhadap Laba Bersih

Hasil dari pengujian statistik menyatakan bahwa Biya Operasional berpengaruh sebesar 10,78% sehingga Biaya Produksi berpengaruh terhadap Laba Bersih pada perusahaan rokok. Hasil nilai korelasi sebesar 0,621 termasuk kategori “Kuat” dan bertanda positif yang menunjukkan hubungan yang terjadi antara keduanya adalah searah, artinya kenaikana Biyaya Operasional akan diikuti pula oleh kenaikan Laba Bersih. Berdasarkan hasil penelitian statistik dapat disimpulkan bahwa Biya Produksi mempengaruhi Laba Bersih, sesuai dengan penelitian Wayan Bayu Wisesa, Anjuman Zukhri dan Kadek Rai Suwena (2014) bahwa Biaya Operasioan berpengaruh terhadap Laba Bersih. Selanjutnya berdasarkan perhitungan koefisien determinasi yaitu Biaya Operasional (X2) mempunyai

pengaruh terhadap Laba Bersih (Y) sebesar 10,78 % dan sisanya sebesar 80,22 % dipengaruhi oleh faktor lain yaitu penjualan, biaya distibusi dan lain-lain.

4.3 Pengaruh Biaya Produksi dan Biaya Operasional Terhadap Laba Bersih

Hasil dari bilai koefisien determinasi Biaya Produksi dan Biaya Operasional adalah 61.02% dimana determinasi untuk Biyaya Produksi adalah 50,24% dan Biaya Operasional adalah 10,78% sehingga total keduanya adalah 61.02%. Hasil dari koefisien determinasi menunjukkan bahwa variable Biaya Produksi dan Biaya Operasioanl secara simultan memberikan pengaruh terhadap Laba Bersih, sedangkan sisanya merupakan pengaruh atau kontibusi dari variable lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian mengenai Pengaruh Biaya Produksi dan Biaya Operasional terhadap Laba Bersih Pada Perusahaan Industri manufaktur sektor industri barang konsumsi sub rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Biaya Produksi berpengaruh terhadap laba bersih. Nilai korelasi bertanda positif, ini berarti terdapat hubungan antara biaya produksi dengan laba bersih. Dimana semakin tinggi biaya produksi maka akan diikuti oleh semakin tingginya laba bersih pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dari hasil pengujian parsial dapat disimpulkan bahwa variabel Biaya Produksi terhadap Laba Bersih memiliki kontribusi pengaruh positif.

2. Biaya Operasional berpengaruh terhadap laba bersih. Nilai korelasi bertanda positif, ini berarti terdapat hubungan antara biaya operasional dengan laba bersih. sehingga pada penelitian ini biaya operasional tidak akan terlalu berdampak besar terhadap laba bersih pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dari hasil pengujian parsial dapat disimpulkan bahwa variabel Biaya Operasioanal terhadap Laba Bersih memiliki kontribusi pengaruh positif.


(14)

a. Bagi Perusahaan

Besarnya biaya produksi dan biaya operasional dapat mempengaruhi laba bersih. Oleh karena itu, perusahaan industri hendaknya terus berupaya untuk meminimalisir biaya produksi dan biaya operasional seefisien untuk meningkatkan laba bersih perusahaan karena laba merupakan hal pokok bagi perusahaan untuk tetap dapat bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin menjamur.

b. Bagi pihak lain (investor)

Hasil penelitian ini diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar referensi. Para investor sebaiknya melakukan analisa pada faktor-faktor lain untuk meminimalisasi risiko investasinya.

5.2.2 Saran Akademis

a. Bagi perkembangan Ilmu Akuntansi

Berdasarkan hasil penelitian ternyata biaya produksi berpengaruh signifikan tetapi biaya operasional berpengaruh tapi tidak signifikan. Disaranka untuk menambah jumlah tahun yang akan diteliti untuk memperkuat hasil penelitian. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan sektor lain tidak hanya pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

b. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan tidak hanya menggunakan variabel bebas yang digunakan hendaknya tidak hanya biaya produksi dan biaya operasional saja, karena msih banyak faktor internal dan eksternal lainnya yang dapat mempengaruhi laba bersih.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia suzanti. 2009, “ Analisis Pengaruh biaya produksi dan penjualan air bersih terhadap laba bersih” , Tasik : Unsil.

Basu Swastha. 2002. Azas-azas Marketing. Edisi ke 3. Yogyakarta: Liberty. Carter, William K. 2008. Akuntansi Biaya. (14thed). Jakarta : Salemba Empat.

Gujarati, Damodar N.2003. Basic Econometrics (4th Edition), New York: McGraw-Hill. Henry Simamora, 2000. Akuntansi Keuangan Menengah. Yogyakarta

Husein Umar. 2011. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Rajawali pers Ismaya, Sujana. 2010. Kamus Akuntansi. Bandung: Pustaka Grafika.

Juki, Umar, 2008. “Pengaruh Biaya Operasional terhadap Profitabilitas pada PT Kereta Api Indonesia (Persero)”.

Jusuf, Jopie, 2008. Buku Analisis Kredit Untuk Akun Officer, Jakarta: PT Gramedia. Pustaka Utama. Kuswadi. 2007. Analisis KEEKONOMIAN Proyek. ANDI OFFSET. Yogyakarta

Margaretha, 2007. Buku Manajemen Keuangan Bagi Industri Jasa. Mulyadi., 2005, Akuntansi Biaya, Aditya Media, Edisi ke-5, Yogyakarta.


(15)

Stice, Earl, dkk. 2004. Intermediate Accounting, Buku 1 Edisi 15. Salemba Empat. Jakarta. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2008. Metodelogi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, edisi keempat Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan “Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D”. Bandung :

Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Cetakan ke Tiga Belas. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta. Umi Narimawati. 2010. Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Genesis.

Wayan Bayu Wisesa, Anjuman Zukhri dan Kadek Rai Suwena. 2014. pengaruh volume penjualan mente dan biaya operasional terhadap laba bersih pada UD. Agung Esha. Singaraja, Indonesia.


(16)

11

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka ini menjelaskan mengenai pengertian-pengertian yang mendasari dari Biaya produksi, Biaya operasional, Laba bersih dan mengambil dari beberapa referensi yang berkaitan dengan judul penelitian.

2.1.1 Biaya

2.1.1.1Pengertian Biaya

Biaya merupakan objek yang dicatat, digolongkan, diringkas dan disajikan oleh akuntansi biaya. Proses akuntansi biaya dapat ditujukan untuk memenuhi kebutuhan baik pihak intern perusahaan maupun pihak ekstern perusahaan.

Pengertian Biaya menurut Mulyadi (2005:8) mendefinisikan biaya dalam arti luas sebagai berikut:

“Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”. Ada 4 unsur pokok dalam definisi biaya tersebut, yaitu:

1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi 2. Diukur dalam satuan uang

3. Yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi 4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu

Selain itu Mulyadi (2005:10) mendefinisikan biaya dalam arti sempit sebagai berikut:


(17)

” Biaya diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva”

Sedangkan menurut Ony Widilestariningtyas, Sony W.F, Sri Dewi Anggadini (2012:10)Biaya adalah sebagai berikut:

“Biaya sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat”.

Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya merupakan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang digunakan untuk memperoleh barang dan jasa.

2.1.1.2Klasifikasi Biaya

Keberhasilan dalam merencanakan dan mengendalikan biaya tergantung pada pemahaman yang menyeluruh atas hubungan antara biaya dan aktivitas bisnis. Studi dan analisis yang hati-hati atas dampak aktivitas bisnis atas biaya umumnya akan menghasilkan klasifikasi biaya. Klasifikasi biaya sangat penting untuk membuat ikhtisar yang berarti atas data biaya. Klasifikasi yang paling umum digunakan didasarkan pada hubungan antara biaya sebagai berikut :

 Produk (satu lot, batch, atau unit dari suatu barang jadi atau jasa).  Volume produksi.

 Departemen, proses, pusat biaya (cost center), atau subdivisi lain dari manufaktur.

 Periode akuntansi.


(18)

2.1.1.3Cara Penggolongan Biaya

Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dassar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut, karena dalam akuntansi biaya dikenal konsep “different costs for different purposes”.

Menurut Mulyadi (2005:13-17) biaya dapat digolongkan sebagai berikut: ”Objek pengeluaran, Fungsi pokok dalam perusahaan, Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai, Pelaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, Jangka waktu manfaatnya”

Adapun penjelasan diatas sebagai berikut: 1. Penggolongan biaya menurut objek pegeluaran

Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut”biaya bahan bakar”. Contoh penggolongan biaya atas dasr objek pengeluaran dalam perusahaan Kertas adalah sebagai berikut : biaya merang, biaya jerami, biaya gaji dan upah, biaya sida, biaya depresiasi mesin, biaya asuransi, biaya bunga, biaya zat warna.

2. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan

Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi & umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok :


(19)

i) Biaya produksi.

Merupaka biaya-biaya yang terjadi untuk mengelola bahan baku menjadi produk jadi siap untuk dijual.

ii) Biaya pemasaran.

Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk.

iii)Biaya administrasi dan umum.

Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produk dan pemasaran produk. Jumlah biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum sering pula disebut dengan istilah biaya komersial (commercial expense).

3. Penggolongan biaya menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya dengan departemen, dibagi menjadi dua golongan :

 Biaya langsung departemen (direct departemental costs), Semua biaya yang terjadi di dalam departemen tertentu, Contohnya : biaya tenaga kerja yang bekerja dalam departemen pemeliharaan merupakan biaya langsung departemen bagi departemen pemeliharaan dan biaya depresiasi mesin yang dipakai dalam departemen tersebut, merupakan biaya langsung bagi departemen tersebut.


(20)

 Biaya tidak langsung departemen (indirect departemental costs), Biaya yang terjadi di suatu departemen, tetapi manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen, Contohnya : biaya yang terjadi di departemen pembangkit tenaga listrik. Biaya ini dinikmati oleh departemen-departemen lain dalam perusahaan, baik untuk penerangan maupun menggerakkan mesin dan ekuipmen yang mengkonsumsi listrik. Bagi departemen pemakai listrik, biaya listrik yang diterima dari alokasi biaya departemen pembangkit tenaga listrik merupakan biaya tidak langsung departemen. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan :

 Biaya langsung (direct cost), Biaya yang terjadi, yag penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Dengan demikian biaya langsung akan mudah diidentifikasikan dengan sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

 Biaya tidak langsung (indirect cost), Biaya yang terajadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biayai tidak langsung dalam hubunagnnya denagn produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biayai overhead pabrik (factory overhead costs).


(21)

4. Penggolongan Biaya Menurut Prilakunya dalam Hubungannya dengan Perubahan Volume Aktivitas

Dalam hubungan dengan perubahan volume aktivitas, biaya dapat digolongkan menjadi:

 Biaya variabel, Biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contohnya biaya variabel adalah biaya bahan baku, baiaya tenaga kerja langsung.

 Biaya semivariabel, Biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya veriabel.

 Biaya semifixed, Biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.  Biaya tetap, Biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan

tertentu. Contoh biaya tetap adalah gaji direktur produksi. 5. Penggolongan Biaya Atas Dasar Jangka Waktu Manfaatnya

Atas dasr jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi:

 Pengeluaran modal (capital expenditures), Biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender). Pengeluran mpdal ini pada saat terjadinya disebabkan sebagai kos aktiva, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi, diamortisasi (dideplesi), contohnya


(22)

pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap, untuk reparasi besar terhadap aktiva tetap, untuk promosi besar-besaran, dan pengeluaran untuk riset dan pengembangan suatu produk.

 Pengeluaan pendapatan (revenue expenditures), Biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang dipperoleh dari pengeluaran biaya tersebut, contohnya pengeluara pendapatan antara lain adalah biaya iklan, biaya telex, dan biaya tenaga kerja.

2.1.2 Biaya Produksi

2.1.2.1Pengertian Biaya Produksi

Produksi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan barang dan jasa. Istilah produksi cenderung dikaitkan dengan pabrik, mesin, maupun lini perakitan karena pada mulanya teknik dan metode dalam manajemen produksi memang di pergunakan untuk mengoperasikan pabrik atau kagiatan lainnya. Sebagian ahli ekonomi kemudian mengatakan bahwa biaya produksi adalah:

“Keseluruhan biaya yang dikorbankan untuk menghasilkan produk hingga produk itu sampai dipasar, atau sampai ke tangan konsumen. Dengan demikian biaya angkut, biaya penyimpanan di gudang, dan biaya iklan yang menunjang proses produksi hingga produk itu sampai ketangan konsumen, dapat dikategorikan biaya produksi.”

Sedangkan menurut William K.Carter (2009:40) Biaya Produksi adalah sebagai berikut:


(23)

“Biaya produksi biasanya didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya: bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik.”

Sedangkan menurut Mulyadi (2009:14) Biaya produksi adalah sebagai berikut:

“Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap-siap untuk di jual.”

Rumus Biaya produksi sebagai berikut : Biaya Bahan Baku Langsung XXX Biaya Tenaga Kerja Langsung XXX Biaya Overhead Pabrik XXX +

Biaya Produksi XXX

Berdasarkan uraian di atas, maka biaya produksi adalah keseluruhan biaya yang secara langsung dikorbankan (dikeluarkan) perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi seperti modal dalam bentuk bahan baku, dan tenaga kerja dalam bentuk tenaga kerja langsung yang akan digunakan untuk menciptakan bahan jadi.

2.1.2.2Unsur - Unsur Biaya Produksi

Unsur-unsur biaya produksi dapat dimulai dengan menghubungkan biaya ketahap yang berbeda dalam operasi suatu bisnis, total biaya produksi terdiri atas dua elemen biaya manufaktur dan biaya komersial. Biaya manufaktur dapat disebut juga biaya produksi atau biaya pabrik biasanya didefinisikan sebagaimana jumlah dari tiga


(24)

elemen biaya : bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik. Bahanbaku dan tenaga kerja disebut biay konfersi.

Menurut Sunarto (2002:4)bahwa unsur-unsur biaya produksi adalah :

 Biaya bahan baku: Biaya ini timbul karena pemakaian bahan. Biaya bahan baku merupakan harga pokok bahan yang dipakai dalam produksi untuk membuat barang. Biaya bahan baku merupakan bagian dari harga pokok barang jadi yang akan dibuat.

 Biaya tenaga kerja: Biaya ini timbul karena pemakaian tenaga kerja yang dipergunakan untuk mengolah bahan menjadi barang jadi. Baiaya tenaga kerja langsung merupakan gaji dan upah yang diberikan tenaga kerja yang terlibat langsung dalam pengolahan barang.

 Biaya overhead pabrik: Biaya ini timbul terutama karena pemakaina fasilitas untuk mengolah barang berupa mesin, alat-alat, tempat kerja, dan kemudahan lain. Dalam kenyataannya dan sesuai dengan label biaya tersebut, kemudian biaya overhead pabrik adalah semua biaya selain biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung.

2.1.2.3Macam - Macam Biaya Produksi

Secara sederhana biaya produksi dapat dicerminkan oleh jumlah uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan sejumlah input.


(25)

Jenis-jenis biaya produksi menurut Sugianto (2000:313) dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu biaya produksi jangka pendek dan biaya produksi jangka panjang.

1. Biaya produksi jangka pendek: diturunkan dari fungsi produksi jangka pendek. Dengan demikian biaya produksi jangka pendek juga dicirikan oleh adanya biaya tetap.

2. Biaya produksi jangka panjang: biaya yang dapat disesuaikan untuk tingkat-tingkat produksi tertentu. Sebagai contoh jika capital atau mesin-mesin tidak dapat diubah sesuai dengan perubahan produksi maka dikatakan biaya jangka pendek dan sebaliknya jika mesin dapat disesuaikan untuk tingkat-tingkat produksi tertentu maka dikatakan biaya jangka panjang.

2.1.2.4Metode Penentuan Biaya Produksi

Metode penentuan kos produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam kos produksi. Dalam memperhitungka unsure-unsur biaya kedalam kos produksi, terdapat dua pendekatan : full costing dan variable costing.

1. Metode Full Costing

Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara menghitung unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi, baik full costing maupun variable costing. Pengertian Full Costing menurut Mulyadi (2009:17) adalah sebagai berikut:

Full Costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan


(26)

baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, baik variabel maupun tetap, ditambah dengan biaya non produksi (Biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum)”.

Berikut adalah Biaya Produksi Metode Full Costing terdiri dari unsure biaya produksi berikut ini:

Biaya bahan baku XXX

Biaya tenaga kerja langsung XXX Biaya overhead pabrik variable XXX Biaya overhead pabrik tetap XXX +

Kos Produksi XXX

Berdasarkan di atas dapat dilihat bahwa metode full costing memasukkan semua unsur biaya baik yang bersifat tetap maupun tidak tetap (variabel). 2. Metode Variable Costing

Perusahaan dalam menentukan biaya produksinya dengan pendekatan

variable costing dilakukan apabila perusahaan memiliki bahan yang menganggur. Penggunaan variable costing ini jangan terlalu sering karena dapat merugikan pemerintah dan investor, karena dengan menggunakan metode ini laba perusahaan yang terhitung lebih kecil dibandingkan dengan metode full costing.

Menurut Mulyadi (2009:18) metode Variabel Costing bahwa sebagai berikut: “Variable Costing merupakan metode penentuan biaya produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel.”

Berikut adalah Biaya Produksi Metode Variable Costing adalah sebagai berikut:


(27)

Biaya bahan baku XXX Biaya tenaga kerja langsung XXX Biaya overhead pabrik variabel XXX +

Kos produksi XXX

2.1.3 Biaya Operasional

2.1.3.1Pengertian Biaya Operasional

Istilah operasional sering digunakan dalam suatu organisasi yang menghasilkan keluaran outptut, baik yang berupa barang dan jasa. Secara umum operasional diartikan sebagai suatu usaha, kegiatan atau proses mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output).

Menurut Jopie Jusuf (2008:33) yang dimaksud dengan Biaya Operasional adalah sebagai berikut:

“Biaya Operasional adalah biaya yang terus dikeluarkan oleh entitas, yang tidak berhubungan dengan produk namun berkaitan dengan aktivitas operasional perusahaan sehari –hari.”

Menurut Nafarin (2004:67) yang dimaksud dengan Biaya Operasional adalah sebagai berikut:

“Biaya operasi atau Biaya operasional Commercial expense) adalah seluruh pengeluaran yang terjadi dalam suatu organisasi guna pelaksanaan aktivitas serta pencapaian tujuan yang telah ditentukan.”

Menurut Margaretha (2007:24) yang dimaksud dengan Biaya Operasional adalah sebagai berikut:


(28)

“Biaya operasi atau Biaya operasional (Commercial expense) adalah keseluruhan biaya sehubungan dengan operasional diluar kegiatan proses produksi termasuk di dalamnya adalah (1) Biaya penjualan dan (2) Biaya Administrasi Umum.”

Menurut Sofyan Safri Harahap (2011:86) yang dimaksud dengan Biaya Operasional adalah sebagai berikut:

“Biaya operasional (Operating Ecpense) adalah biaya-biaya yang tidak berhubungan langsung dengan produk perusahaan tetapi berkaitan dengan aktivitas”.

Berdasarkan ketempat pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Biaya Operasional Biaya adalah keseluruhan biaya sehubungan dengan operasional diluar kegiatan proses produksi namun berkaitan dengan aktivitas operasional perusahaan sehari – hari termasuk didalamnya adalah biaya penjualan dan biaya administrasi umum.

2.1.3.2Indikator Biaya Operasional

MenurutOny dkk (2012:13) Biaya Operasional memiliki 2 indikator yaitu: 1. Biaya Pemasaran

Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian – bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran, biaya contoh (sample).


(29)

Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produk dan pemasaran produk. Contohnya biaya ini adalah biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, Personalia dan bagian hubungan masyarakat, biaya pemeriksaan akuntansi dan biaya fotokopy.

Menurut indikator diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

 Administrasi Umum, Biaya administasi umum seluruh perusahaan.

 Gaji Pegawai Kantor, Gaji pegawai tetap di semua bagian, termasuk di bagian produksi

 Perlengkapan dan Peralatan kantor, Penggunaan perlengkapan dan peralatan seluruh bagian, termasuk perlengkapan kamar mandi, pencetakan form atau blanko dan fotocopy.

 Penyusutan bangunan kantor, Penyusutan bangunan kantor dan bangunan-bangunan lain diluar pabrik dan gudang penyimpanan, termasuk bangunan-bangunan parkir dan pos penjagaan.

 Pemeliharaan bangunan kantor, Pemeliharaan untuk bangunan kantor.  Penyusutan peralatan kantor, Penyusutan peralatan yang tidak digunakan

untuk aktivitas produksi, termasuk didalamnya komputer dan penyejuk ruangan diseluruh bagian.

 Pemeliharaan perabotan kantor, Pemeliharaan untuk perabotan kantor seperti meja dan kursi.


(30)

 Penyusutan kendaraan, Penyusutan kendaraan operasional kantor, termasuk kendaraan dinas yang digunakan oleh executive, manajer, dan pegawai diseluruh bagian.

 Pemeliharaan kendaraan, Penyusutan kendaraan operasional termasuk biaya pengurusan STNK dan membayar pajak kendaraan. Asuransi biaya, asuransi bangunan, mesin dan pegawai.

 Listrik kantor, Listrik yang digunakan untuk keperluan kantor termasuk aktivitas – aktivitas yang tidak ada d bagian produksi.

 Telepon, Penggunaan telepon di seluruh bagian termasuk penggunaan telepon genggam yang ditanggung oleh perusahaan.

 Perjalanan dinas, Biaya-biaya yang timbul akibat aktivitas perjalanan dinas, tiket, akomodasi, transportasi, termasuk akomodasi dan transportasi tamu perusahaan yang berkunjung dan ditanggung oleh perusahaan.

 Iklan dan promosi, Iklan dan promosi untuk keseluruhan bagian, termasuk iklan lowongan dari bagian sumber daya manusia.

 Lain-Lain, Biaya -biaya operasional yang tidak bisa digolongkan ke dalam akun yang telah ada.

 Pajak Penghasilan, Pajak penghasilan perusahaan (PPh Badan).

 Bunga, Bunga atas pinjaman baik dari bank maupun institusi keuangan lainnya.


(31)

2.1.4 Laba Bersih 2.1.4.1Pengertian Laba

Bagi semua perusahaan yang berorientasi laba, sudah barang tentu perusahaan tersebut akan selalu meningkatkan labanya, karena jika tidak mungkin perusahaan tersebut akan bangkrut. Dibawah ini ada beberapa pendapat para ahli mengenai laba diantaranya:

Pengertian laba menurut Kuswadi (2007:131) adalah sebagai berikut:

“ Laba adalah pendapatan dari hasil penjualan dikurangi dengan biaya-biaya pengadaan dan pemasaran”

Sedangkan enurut Sumarso SR (2000:234) Laba adalah sebagai berikut: “Laba adalah selisih antara penerimaan/pendapatan total dan jumlah seluruh biaya”.

Sedangkan menurut Zaki Baridwan (2000:3) Laba adalah sebagai berikut: “Gains (laba) adalah kenaikan modal yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha dan dari semua transaksi yang mempengaruhi badan usahaselama satu periode”.

Jadi berdasarkan beberapa pengertian diatas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa pada dasarnya laba adalah selisih lebih dari pendapatan, penjualan bersih, dengan harga pokok penjualan.

2.1.4.2 Jenis-Jenis Laba

Adapun laba yang dapat dibedakan dari jenis-jenis yang digolongkan dalam penetapan pengukuran laba pada suatu laporan keuangan.


(32)

Menurut Theodorus M. Touanakotta (2002:157) menjelaskan jenis-jenis laba adalah sebagai berikut:

“ Laba kotor, Laba dari operasi, Laba bersih operasi”

Adapun penjelasan dari jenis-jenis laba di atas adalah sebagai berikut:

a. Laba kotor: Perbedaan antara pendapatan bersih dan penjualan dengn harga pokok penjualan.

b. Laba dari operasi: Selisih antara laba kotor dengn total beban operasi.

c. Laba bersih: Angka terakhir dalam perhitungan laporan laba rugi dimana untuk mencerminkan laba operasi ditambah pendapatan lain-lain dikurangi beban lain-lain.

2.1.4.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Laba

Faktor-faktor yang mempengaruhi laba terkadang bisa menjadi kendala atau keuntungan pada perusahaan dalam mendapatkan keuntungan pada suatu perusahaan.

Menurut Mulyadi (2001:153) memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi laba adalah sebagai berikut :

”1. Biaya, 2. Harga Jual, 3. Volume Penjualan dan Produksi."

Besarnya laba yang diperoleh perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut Halim & Supomo (2009:49) sebagai berikut:

1. Biaya: Biaya yang timbul dari perolehan atau mengolah suatu produk atau jasa akan mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan.

2. Harga Jual: Harga jual produk atau jasa akan mempengaruhi besarnya volume penjualan produk atau jasa yang bersangkutan.


(33)

3. Volume Penjualan dan Produksi: Besarnya volume penjualan berpengruh terhadap volume produksi produk atau jasa tersebut, selanjutnya volume produksi akan mempengaruhi besar kecilnya biaya produksi.

2.1.4.4Pengertian Laba Bersih

Laba bersih merupakan pendapatan perusahaan secara keseluruhan sebelum potongan pajak perseroan, yaitu perolehan apabila laba dikurangi atau ditambah dengan selisih pendapatan dan biaya lain-lain.

MenurutSubramanyam (2005 : 25) Laba bersih adalah sebagai berikut:

“Laba bersih adalah laba dari bisnis perusahaan yang sedang berjalan setelah bunga dan pajak.”

Menurut Ismaya (2010) Laba bersih adalah sebagai berikut:

“Selisih pendapatan atas biaya-biaya yang dibebankan dan yang merupakan kenaikan bersih atas modal yang berasal dari kegiatan usaha.”

Menurut Henry Simamora (2000:25)yang di maksud laba bersih adalah: “Laba bersih adalah perbedaan antara pendapatan dengan beban, jikalau pendapatan melebihi beban maka hasilnya bersih”.

Rumus Laba bersih sebagai berikut :


(34)

Menurut Soemarso (2009: 234) Laba bersih adalah sebagai berikut :

“Selisih lebih semua pendapatan dan keuntungan terhadap semua beban dan kerugian. Jumlah ini merupakan kenaikan bersih terhadap modal”.

Berdasarkan keempat pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laba bersih adalah selisih lebih pendapatan atau beban yang merupakan kenaikan bersih atas modal yang berasal dari kegiatan usaha selama periode tertentu. Sehingga besarnya jumlah laba yang diperoleh perusahaan tergantung kepada kedua pos tersebut.

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Pengaruh Biaya Produksi terhadap Laba bersih

Dengan banyaknya perusahaan yang berdiri, baik perusahaan besar, perusahaan menengah, maupun perusahaan kecil menimbulkan persaingan yang dihadapi perusahaan semakin ketat, setiap pengusaha berlomba-lomba untuk

menjadikan produknya lebih unggul dari produk yang dihasilkan oleh pesaing, baik

dalam hal mutu, harga maupun bagian pasar yang dikuasai dan salah satunya dengan cara

menekan biaya produksi tersebut menjadi penentu besarnya harga jual dari suatu

produk atau jasa yang nantinya akan mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh perusahaan.

Menurut Mulyadi (2005:11) menyatakan bahwa biaya produksi berpengaruh

terhadap laba usaha adalah sebagai berikut: “Biaya produksi merupakan suatu sumber

ekonomi yang dikorbankan untuk menghasilkan keluaran, nilai keluaran diharapkan lebih besar daripada masukan yang dikorbankan untuk menghasilkan keluaran tersebut sehingga kegiatan organisasi dapat menghasilkan laba atau sisa hasil usaha.”


(35)

Menurut Carter William (2008:129) menyatakan bahwa: “Tingkat laba yang diperoleh perusahaan dapat ditentukan oleh volume produksi yang dihasilkan, semakin banyak volume produksi yang dicapai maka semakin tinggi pula biaya produksi. Semakin banyak volume produksi yang dicapai maka semakin tinggi pula laba yang diperoleh”

Penelitian yang dilakukan oleh Amalia Suzana (2009) dengan judul penelitiannya: “Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan biaya produksi dan penjualan air bersih berpengaruh positif signifikan terhadap laba bersih“. Artinya semakin meningkat biaya produksi maka akan semakin menurun laba bersih yang diperoleh atau sebaliknya.

Berdasarkan teori dan jurnal tersebut, menunjukkan bahwa biaya produksi mempunyai pengaruh terhadap laba.

2.2.2 Pengaruh Biaya Operasional Terhadap Laba Bersih

Beban (expense) merupakan arus kas atau penggunaan lain dari aktiva atau timbulnya kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan aktivitas lain yang merupakan usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut (Stice, dkk, 2004:230).

Kuswadi (2007:78) dalam perhitungan laba rugi, besarnya biaya ini akan

mengurangi laba atau menambah rugi perusahaan.

Umar Juki (2008:9) dalam perhitungan laba rugi, besarnya biaya ini akan mengurangi laba atau menambah rugi perusahaan. Tingginya biaya operasi akan


(36)

membuat peningkatan laba turun, begitu juga jika nilai biaya operasi rendah maka, peningkatan laba akan naik. Jadi untuk memperoleh laba yang tinggi perlu diperhatikan biaya-biaya yang dikeluarkan dan mengendalikannya. Secara efektif, selain itu perusahaan dapat mencapai laba sesuai dengan yang ingin dicapainya.

Wayan Bayu Wisesa, Anjuman Zukhri dan Kadek Rai Suwena (2014) yang berjudul Pengaruh Volume Penjualan Mente dan Biaya Operasional terhadap Laba Bersih. Dari hasil penelitiannya menunjukan bahwa biaya operasional berpengaruh terhadap laba bersih.

Berdasarkan teori dan jurnal tersebut, menunjukkan bahwa biaya operasional mempunyai pengaruh terhadap laba bersih.

2.2.3 Paradigma Penelitian

Menurut Sugiyono(2012: 42), paradigma penelitian adalah:

“Pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistic yang akan digunakan”.


(37)

2.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan jawaban sementara yang paling memungkinkan dan masih harus dibuktikan melalui penelitian. Dugaan jawaban ini bermanfaat bagi penelitian agar proses penelitian lebih terarah. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Sugiyono (2007:84) bahwa :

“Hioptesis adalah alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh penelti bagi problematika yang diajukan dalam penelitian. Dugaan jawaban tersebut merupakan kebenaran yang sifatnya sementara yang akan diuji kebenaranya dengan data yang dikumpulkan melalui penelitian”.

Berdasarkan pengertian diatas maka terdapat hipotesis sebagai berikut: H1 : Biaya Produksi berpengaruh terhadap Laba Bersih


(38)

33

METODOLOGI

3.1 Metode Pendekatan

Dalam pemecahan masalah yang ada suatu penelitian diperlukan penyelidikan yang hati-hati, teratur dan terus-menerus, sedangkan untuk mengetahui bagaimana seharusnya langkah penelitian harus dilakukan dengan menggunakan metode penelitian. Metode penelitian adalah suatu teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan atau mencatat data, baik berupa data primer maupun data sekunder yang digunakan untuk keperluan menyusun suatu karya ilmiah dan kemudian menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan sehingga akan terdapat suatu kebenaran data-data yang akan diperoleh.

Metode penelitian menurut Sugiyono (2010: 2)adalah sebagai berikut:

“ Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu dengan ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis”.

Metode penelitian menurut Umi Narimawati (2008:127) adalah sebagai berikut:

“Cara penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu”.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan


(39)

berikut:

“Metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas”. Sedangkan menurut Sugiyono (2012:11)verifikatif adalah sebagai berikut: “Penelitian verifikatif pada dasarnya untuk menguji teori dengan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan perhitungan statistik yang digunakan untuk menguji pengaruh X1 dan X2 terhadap Y. Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak”.

Adapun pengertian metode kuantitatif menurut Sugiyono (2007:13) menyatakan bahwa:

”Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.

3.2 Operasionalisasi Variabel

Pengertian operasional variabel menurut Sugiyono (2012:58) adalah sebagai berikut:

“Segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.”


(40)

dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini. Variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian ini yaitu:

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Menurut Sugiyono (2012:39) memberikan pengertian variabel independen sebagai berikut:

“Variabel Independen dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”. Dalam penelitian ini variabel bebas yang akan diteliti adalah variabel X1 adalah Biaya Produksi dan X2 adalah Biaya Operasional.

2. Variabel Dependen

Menurut Sugiyono (2012:39) memberikan pengertian variabel dependen sebagai berikut:

“Variabel dependen dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio, berikut ini penjelasan mengenai rasio. Menurut Moh. Nazir (2003:132) menjelaskan pengertian Ukuran rasio sebagai berikut:


(41)

keterangan tentang nilai absolut dari objek yang di ukur”.

Dalam skala rasio angka nol mempunyai makna, sehingga angka nol dalam skala ini diperlukan sebagai dasar dalam perhitungan dan pengukuran terhadap objek yang diteliti. Operasionalisasi variabel dalam penelitian ini akan dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1 Operasional Variabel

Variabel Konsep variable Indikator Skala

X Biaya Produksi

“Biaya produksi biasanya didefinisikan sebagai jumlah dari

tiga elemen biaya: bahan baku langsung, tenaga kerja langsung,

dan overhead pabrik.” William K.Carter (2009:40)

Biaya Produksi = bahan baku langsung + tenaga kerja langsung + overhead

pabrik Mulyadi (2009:14) Rasio X Biaya Operasional

“Biaya operasional ( Operating

Ecpense) adalah biaya-biaya yang

tidak berhubungan langsung dengan produk perusahaan tetapi

berkaitan dengan aktivitas”. (Sofyan Safri Harahap 2011:86)

 Biaya Penjualan  Biaya Administrasi Umum

Margaretha (2007 : 24)

Rasio

Y Laba Bersih

“ Laba bersih adalah perbedaan antara pendapatan dengan beban, jikalau pendapatan melebihi beban

maka hasilnya bersih “ Henry Simamora (2000:25)

Laba bersih = laba sebelum pajak – pajak penghasilan Henry Simamora (2000:25)

Rasio

3.3 Sumber Data

Sumber data dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan data sekunder yaitu berupa laporan keuangan.


(42)

ini harus dicari melalui narasumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang yang kita jadikan objek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatkan informasi ataupun data.”

Sedangkan sumber data sekunder menurut Sugiono (2008 : 402) adalah: “Sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data sekunder ini merupakan data yang sifatnya mendukung keperluan data primer seperti bukubuku, literatur dan bacaan yang berkaitan dengan pelaksanaan pengawasan kredit pada suatu bank.”

Data-data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui media perantara. Data tersebut bersifat kuantitatif mengenai laporan keuangan tahunan, dengan menggunakan data sekunder peneliti memperoleh data atau informasi yang berhubungan mengenai biaya produksi, biaya operasional dan laba bersih informasi tersebut berupa data yang telah diolah oleh pihak lain, yaitu diperoleh dari Indonesia Stock Exchange (www.idx.co.id).

3.4 Populasi, Penarikan Sample dan Tempat serta waktu penelitian 3.4.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2012:80) memberikan pengertian populasi sebagai berikut:

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.


(43)

informasi yang ditetapkan oleh peneliti, sebagai unit analisis penelitian”.

Berdasarkan pengertian di atas, populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian. Populasi yang digunakan peneliti adalah laporan keuangan tahunan perusahaan sub rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) di mulai dari tahun 2005 hingga tahun 2014 yaitu sebanyak 10 perusahaan sehingga jumlah data pengamatan yang akan diolah dalam penelitian ini adalah hasil perkalian antara jumlah perusahaan dengan jumlah tahun pengamatan (pertahun), yaitu selama 3 tahun (2008-2013), jadi jumlah pengamatan dalam penelitian ini terdiri dari 30 data observasi.

Tabel 3.2

Daftar Perusahaan Sub Rokok yang Dijadikan Populasi

No Kode Nama Perusahaan

1 GGRM PT.Gudang Garam Tbk

2 HMSP PT.Handjaya Mandala Sampoerna Tbk

3 RMBA PT.Bendoel International Investama Tbk

4 WIIM PT.Wismilak Inti Makmur Tbk

Sumber: www.idx.co.id

3.4.2 Penarikan Sample

Secara sampel diharapkan hasil yang telah diperoleh akan memberikan kesimpulan gambaran sesuai dengan karakteristik populasi.


(44)

populasi tersebut”.

Penentuan jumlah sampel yang akan diolah dari jumlah populasi harus dilakukan dengan teknik pengambilan sampling yang tepat. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purpossive sampling.

Menurut Sugiyono (2012:85) mendefinisikan purpossive sampling sebagai berikut:

“Purpossive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu”.

Teknik pengambilan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendapat Hair et Al (2006:196), Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 sampel. Sampel yang diteliti oleh peneliti yaitu 3 perusahaan sub rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang mana laporan keuangan tahunannya dari tahun 2005-2014.

Pengambilan sampel dengan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan sub rokok yang terdaftar di BEI periode 2005-2014

2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember mulai tahun 2005-2014.


(45)

terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005-2014 yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini.

Tabel 3.3

Daftar Kriteria Sampel

No Kode Nama Perusahaan Kriteria

1 2 3

1 GGRM PT.Gudang Garam Tbk √ √ √

2 HMSP PT.Handjaya Mandala Sampoerna Tbk √ √ √

3 RMBA PT.Bendoel International Investama Tbk √ √ √

4 WIIM PT.Wismilak Inti Makmur Tbk √ - √

Sumber: www.idx.co.id

Berdasarkan tabel diatas sampel yang diambil adalah 3 perusahaan sub rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan laporan keuangan 10 tahun yang berupa laporan posisi keuangan yang terjadi di pasar bursa dari tahun 2005-2014. Sehingga sampel yang digunakan sebanyak 30 sampel.

3.4.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 3 perusahaan Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2014. Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan penelitian ini, penulis melakukan penelitian yang terkait dengan data laporan keuangan perusahaan Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2014. Pengambilan data diperoleh melalui Indonesian Stock Exchange (IDX) Kota Bandung yang beralamat di Jalan Veteran No.10 telepon: (022) 4214349 Fax: (022) 4214359 Email: pipm.bandung@idx-pipm.net. Dan data didapat juga melalui website Indonesian Stock Exchange (IDX) yaitu www.idx.co.id.


(46)

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti membuat rencana jadwal penelitian yang dimulai dengan tahap persiapan sampai ke tahap akhir yaitu pelaporan hasil penelitian. Secara lebih rinci waktu penelitian dapat dilihat pada tabel 3.4:

Tabel 3.4 Waktu Penelitian

3.5 Metode Pengumpulan Data

Sedangkan Metode Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

N

o Kegiatan

Maret 2015 April 2015 Mei 2015 Juni 2015 Juli 2015 Agus 2015 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1

Pra Survei :

a. Persiapan Judul

b. Persiapan teori c. Pengajuan Judul d.Mencari Perusahaan 2 Usulan Penelitian:

a. Penulisan UP b. Bimbingan UP c. Seminar UP d. Revisi UP

3 Pengumpulan

Data

4 Pengolahan Data

5

Penyusunan Skripsi:

a. Bimbingan Skripsi

b. Sidang Skripsi c. Revisi Skripsi d. Pengumpulan


(47)

berbentuk laporan keuangan perusahaan industri manufaktur sektor industri barang konsumsi sub rokok pada periode 2005-2014, dimana data tersebut dapat langsung diakses di www.idx.co.id. Berdasarkan penelitian ini diharapkan akan memperoleh data Biaya Produksi, Biaya Operasional, dan Laba Bersih serta informasi -informasi lainnya yang diperlukan.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan (Library Research) dilakukan untuk memperoleh data ataupun teori yang dibutuhkan peneliti dalam melakukan penelitiaanya. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan membaca, mempelajari berbagai macam bahan bacaan yang ada di perpustakaan, baik buku-buku, laporan-laporan serta bahan-bahan lain yang erat hubungannya dengan masalah yang akan dibahas penulis, sehingga dapat membantu kelancaran penulis dalam melaksanakan penelitian ini.

3.6 Metode Pengujian Data 3.6.1 Rancangan Analisis

Menurut Umi Narimawati (2010:41) mendefinisikan rancangan analisis adalah sebagai berikut:

“Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana


(48)

sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain”.  Analisis Kuantitatif

Menurut Sugiyono (2011:31) mendefinisikan analisis kuantitatif sebagai berikut :

“Dalam penelitian kuantitatif analisis data menggunakan statistik. Statistik yang digunakan dapat berupa statistik deskriptif dan inferensial/induktif. Statistik inferensial dapat berupa statistik parametris dan statistik nonparametris. Peneliti menggunakan statistik inferensial bila penelitian dilakukan pada sampel yang dilakukan secara random. Data hasil analisis selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan. Penyajian data dapat berupa tabel, tabel ditribusi frekuensi, grafik garis, grafik batang, piechart (diagram lingkaran), dan pictogram. Pembahasan hasil penelitian merupakan penjelasan yang mendalam dan interpretasi terhadap data-data yang telah disajikan”.

3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum menggunakan Multiple Linear Regression sebagai alat untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel yang diteliti. Pengujian asumsi klasik yang digunakan terdiri atas :

a. Uji Normalitas

Menurut Husein Umar (2011:182) mendefinisikan uji normalitas sebagai berikut:

“Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak”.

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah


(49)

probabilitas (Asymtotic Significance), yaitu:

1. Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal.

2. Jika probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi secara normal. Pengujian secara visual dapat juga dilakukan dengan metode gambar normal

Probability Plots dalam program SPSS. Dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:

1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Selain itu uji mormalitas digunakan untuk mengetahui bahwa data yang diambil berasal dari populasi berdistribusi normal. Uji yang digunakan untuk menguji kenormalan adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan sampel ini akan diuji hipotesis nol bahwa sampel tersebut berasal dari populasi berdistribusi normal melawan hipotesis tandingan bahwa populasi berdistribusi tidak normal.

b. Uji Multikolinearitas

Menurut Husein Umar (2011:177) mendefinisikan uji multikolinieritas sebagai berikut:


(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP 1. DATA PRIBADI PENULIS

Nama Lengkap : Fadillah Zainnah Ramadhan Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 9 Maret 1992 Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Menikah

Kebangsaan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Kp. Pos Kidul 003/018

: Kel. Kertamulya Kec. Padalarang Kab.Bandung Barat

HP : 085721181185

E-mail : dielaajja@gmail.com

2. PENDIDIKAN FORMAL

TAHUN SEKOLAH

1997 s.d 1998 TK.USWATUN HASANAH

1998 s.d 2004 MI AL-ISLAMMIYAH

2004 s.d 2007 PPI 04 CIANJUR

2007 s.d 2010 SMA NEGERI 1 PADALARANG 2011 s.d Sekarang

Masih tercatat sebagai mahasiswi Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung Fakultas


(2)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Usulan Penelitian dengan judul “PENGARUHI BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA OPERASIONAL TERHADAP LABA BERSIH (kasus Perusahaan Industri manufaktur sektor industri barangkonsumsi sub rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) )”.

Usulan penelitian ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk penyusunan skripsi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Komputer Indonesia Bandung. Dalam penulisan usulan penelitian ini tidak lepas dari doa dan dukungan dari berbagai pihak, terutama kepada Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati Dra.,SE.,M.Si. sebagai dosen pembimbing yang telah senantiasa meluangkan waktu dan membimbing penulis. Selanjutrnya penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. H. Edi Soeryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia;

2. Prof. Dr. Dwi Kartini,SE., Spec., Lic Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia;

3. Dr. Siti Kurnia Rahayu,SE.,M.Si.,Ak,CA selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia;

4. Inta Budi Setyanusa,SE.,M.,Ak selaku wali kelas AK-1 dan penguji yang selalu memberi motivasi kepada mahasiswa walinya;


(3)

vii

5. Dr. Surtikanti,SE.,MSi.,Ak penguji yang telah berkenan memberikan kritikan sekaligus masukan demi kesempurnaan usulan penelitian ini;

6. Seluruh Dosen dan Staff Universitas Komputer Indonesia;

7. Keluarga besar khususnya Mamah, Abah, Paman dan Teteh yang selalu memberikan doa dengan penuh kasih sayang, keikhlasan dan kesabaran serta pengorbanan yang tiada henti mendorong dan selalu memberi semangat penulis untuk menyelesaikan penelitian ini;

8. Pendukung setia penulis Lutfi Marie, atas dukungan, perhatian, nasehat, serta dorongan semangatnya.

9. Untuk sahabat-sahabat penulis Elba, Nunk, Nunuy, Ina, Ita, Yusrina, Resti, Neta, Andani, Efresia, Gita, Denny, Ari, Risha dan teman-teman satu bimbingan terima kasih atas dukungan dan dorongan semangatnya.

10.Teman-teman kelas AK-1 dan pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis sadar bahwa usulan penelitian ini masih banyak kekurangan serta jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis mohon kritik dan dan saran yang bersifat membangun agar dapat lebih baik dimasa yang akan datang.

Bandung, Agustus 2015 Penulis


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

11 74 95

Pengaruh Harga Jual dan Biaya Produksi Terhadap Volume Penjualan (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia Sub Sektor yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2005-2014)

51 257 65

Pengaruh Biaya Opersional Dan Perputaran Total Aktiva Terhadap Laba Bersih (Studi Kasus Pada Perusahaan Sub Konstruksi dan Bangunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)

13 130 92

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 1 15

PENDAHULUAN Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 8

DAFTAR PUSTAKA Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 4

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 15

Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

PENGARUH BIAYA PRODUKSI, HUTANG JANGKA PENDEK DAN HUTANG JANGKA PANJANG TERHADAP LABA BERSIH PADA PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2013

0 0 15

PENGARUH LABA BERSIH, KOMPONEN ARUS KAS, DAN LIKUIDITAS TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI

0 1 19