Pengaruh Semangat Kerja dan Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin) Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Direktorat Produksi Di PT Dirgantara Indonesia Bandung

(1)

(2)

(3)

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Cipatat Binong No. 27

No Handphone : 085759615274

Pendidikan Formal

2000 - 2005 SD Negeri Nusa Indah II 2005 - 2008 SMP Negeri 1 Margaasih 2008 - 2011 SMK Pasundan 1 Bandung 2012 - Sekarang Universitas Komputer Indonesia


(4)

PT. DIRGANTARA INDONESIA (PERSERO) BANDUNG

Influence of Work Moral and 5R Program (Concise, Neat, Rehearsal, Care and

Diligence) to Work Employees Productivity Part of Production Directorate at Company Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Program Strata 1 Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen Disusun oleh : RISMA RISVIANTI

21212132

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG 2016


(5)

v

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur bagi Allah SWT, Tuhan yang menguasai segala kekuasaan dan pemiliki segala ilmu. Dengan sifat Maha Pengasih dan Penyayang-Nya memberikan keuasaan, ilmu kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Atas Kehendak-Nya jualah Alhamdulillahirabbil‘alamin penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini.

Usulan Penelitian dengan judul “Pengaruh Semangat Kerja dan Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Direktorat Produksi di PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung” disusun guna memenuhi syarat kelulusan dalam memperoleh gelar Sarjana (S1) pada Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung. Selama penyusunan usulan penelitian ini, tidak sedikit bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, khususnya kepada pembimbing usulan penelitian Isniar Budiarti SE,. MSi yang telah meluangkan waktu disela kesibukan beliau untuk memberikan bimbingan, arahan, dukungan dan motivasi untuk dapat menghasilkan karya yang dapat dimanfaatkan oleh orang lain, sehingga dapat diselesaikannya Usulan Penelitian ini dengan tepat waktu dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan UNIKOM. Selanjutnya dengan rasa tulus penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan dan semangat baik berupa material maupun spiritual.


(6)

vi

1. Allah SWT, yang telah memberikan pertolongan dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini.

2. Bapak Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto,Msc, Selaku Rektor Universitas Indonesia.

3. Ibu Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec. Lic, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Komputer Indonesia.

4. Ibu Dr. Raeni Dwi santy, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Komputer Indonesia.

5. Ibu Windi Novianti, SE,.MM Selaku Dosen Wali kelas Manajemen 4.

6. Ibu Yusmiar Rohmah selaku Supervisor dan Pembimbing di PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung.

7. Ibu Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati. Dra., SE., MSi Selaku Penguji I Program Studi Manajemen Universitas Komputer Indonesia.

8. Ibu Lita Wulantika.,SE.,MSi Selaku Penguji II Program Studi Manajemen Universitas Komputer Indonesia.

9. Bapak/Ibu Dosen yang tidak pernah lelah untuk mengajarkan dan memberikan ilmu kepada penulis.

10. Ibunda dan Ayahanda tercinta yang tanpa batas memberikan kasih sayang, doa dan dukungan lain yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

11. Adikku tercinta Ellen Febiana dan M Daffa Rafif Ibni yang selalu memberikan dukungan dan semangat.

12. Sahabat tercinta Arsy Tristiana Puspa Rengganis dan Putrie Wandayani Oktavia yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis. 13. Seluruh rekan-rekan Manajemen 4, yang telah membantu memberikan

semangat dan motivasi kepada penulis.

14. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu-persatu terima kasih atas dorongan, do’a, serta motivasi yang sangat berharga bagi penulis.


(7)

vii

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, baik dari segi penulisan, maupun dari segi penulisan, maupun dari segi yang lainnya. Penulis juga menantikan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun.

Akhir kata penulis sampaikan Meski jauh dari kesempurnaan, mudah-mudahan Usulan Penelitian yang penulis susun ini dapat memberikan manfaat bagi diri penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya. Amin yaa robbal a’lamin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bandung, Agustus 2016 Penulis


(8)

viii

ABSTRAK………..………...iii

ABSTRACT………...………...….……iv

KATA PENGANTAR……….……… …………...……..…v

DAFTAR ISI……….………..…viii

DAFTAR TABEL………..………..xii

DAFTAR GAMBAR………....xv

DAFTAR LAMPIRAN………..…….xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………...……...1

1.2 Identifikasi Masalah Dan Rumusan Masalah………...……..………10

1.2.1 Identifikasi Masalah………..……….10

1.2.2 Rumusan Masalah………..………11

1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian………..……...12

1.3.1 Maksud Penelitian………...12

1.3.2 Tujuan Penelitian………..…….12

1.4 Kegunaan Penelitian………...………13

1.4.1 Kegunaan Akademis………..………13

1.4.2 Kegunaan Praktis………..……….13

1.5 Lokasi Dan Waktu Penelitian………...………..14

1.5.1 Lokasi Penelitian………..………..14

1.5.2 Waktu Penelitian………..………..15 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS


(9)

ix

2.1.1.2 Ciri-Ciri Semangat Kerja………...17 2.1.1.3 Aspek-Aspek Semangat Kerja………...19 2.1.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Semangat Kerja…....20 2.1.1.5 Indikasi Turunnya Semangat Kerja………...…...22 2.1.2 Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin)……...…..25

2.1.2.1 Konsep 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin)…....28 2.1.2.2 Tujuan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin)…...30 2.1.3 Produktivitas Kerja……….………...31 2.1.3.1 Pengukuran Produktivitas Kerja………....35 2.1.3.2 Sumber-Sumber Produktivitas Kerja………...38 2.1.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja..39 2.1.3.4 Manfaat Dari Penilaian Produktivitas Kerja…………...40 2.1.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu………...41 2.2 Kerangka Pemikiran………...……….…...45

2.2.1 Keterkaitan Pengaruh Semangat Kerja Terhadap Produktivitas

Kerja………...47

2.2.2 Keterkaitan Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) Terhadap Produktivitas Kerja………...………..48 2.2.3 Paradigma Penelitian………...………...50

2.3 Hipotesis………...………..50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian………...………..52


(10)

x

3.2.3.1 Sumber Data……….…..61

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data……….….62

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data……….…...….64

3.2.4.1 Uji Validitas………...…………..………...66

3.2.4.2 Uji Reliabilitas ………..……...….70

3.2.4.3 Uji Metode Suksesif Internal (MSI) ………..………73

3.2.5 Rancangan Analisis Dan Uji Hipotesis………..74

3.2.5.1 Rancangan Analisis……….………...74

3.2.5.1.1 Analisis Deskriptif atau Kualitatif………...75

3.2.5.1.2 Analisis Verifikatif atau kuantitatif……….76

3.2.5.2 Uji Hipotesis……….…………..…83

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan………....88

4.1.1 Sejarah Perusahaan……….…………....88

4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan………...98

4.1.3 Job Description………...99

4.2 Karakteristik Karyawan……….…………..107

4.3 Analisis Deskriptif………...108

4.3.1 Semangat Kerja………....109

4.3.2 program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin)………....115

4.3.3 Produktivitas Kerja Karyawan……….………128


(11)

xi

4.4.4 Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F)………..139 4.4.5 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)………...141 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan……….………144

5.2 Saran……….………..145


(12)

Blogger, 2011. Penerapan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin), 4 April 2016.

Dayo Akintayo. 2012. Working environment, workers’ morale and perceived

productivity in industrial organizations in Nigeria. Education Research Journal Vol. 2(3) pp. 87-93, March 2012 Available online ISSN: 2026-6332 ©2012 International Research Journals. Nigeria: Osun state university, okuku Campus.

Dhani Putra Rochmanto, Isa Ma'rufi, Anita Dewi. 2015. Penerapan Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin (5R) dalam Upaya Pengendalian Kebakaran di Unit Produksi 2 PT. Kutai Timber Indonesia (KTI). Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2015. Jember: Universitas Jember.

Dheo Rimbano. 2014. Pengaruh Motivasi dan Pengalaman Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan pada Master Group Cash dan Credit Kota Lubuklinggau. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi (Jenius) Vol. 4 No. 1 Januari 2014. Lubuklinggau

Dwi kusumawarni. 2007. Pengaruh semangat dan disiplin kerja Terhadap produktivitas karyawan pada Perusahaan daerah air minum (pdam) Kabupaten kudus. Skripsi Dwi Kusumawarni. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Heru Setiawan. 2009. Pengaruh Budaya Organisasi dan Program Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) pada Produktivitas Karyawan PT KAI Bandung. Trikonomika Volume 8, No.1, Juni 2009, Hal. 39-45 ISSN 1411-514X.

Bandung: Fakultas Ekonomi, Universitas Pasundan

Mardjan Dunggio. 2013. Semangat Dan Disiplin Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada Pt. Jasa Raharja (Persero) Cabang Sulawesi Utara. Jurnal EMBA 523 Vol.1 No.4 Desember 2013, Hal. 523-533 ISSN 2303-1174. Manado: Universitas SamRatulangi.

Paloma Martínez Sánchez and Carolina Montoya Rodriguez. 2015. Impact of 5S on quality, productivity and organizational climate - Two Analysis Cases. Proceedings of the 2015 International Conference on Operations Excellence and Service Engineering Orlando, Florida, USA, September 10-11, 2015. Colombia: Bosque University.


(13)

Prihadi Waluyo. 2011. Analisis Penerapan Program K3/5R Di Pt X Dengan Pendekatan Standar Ohsas 18001 Dan Statistik Tes U Mann-Whitney Serta Pengaruhnya Pada Produktivitas Karyawan. Jurnal Standardisasi Vol. 13, No. 3 Tahun 2011: 192 – 200. Jakarta : Pusat Audit Teknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Saepul Rohman, Yanti Helianty, Yuniar,. 2014. Evaluasi Penerapan Metode 5R Dalam Peningkatan Produktivitas Pembuatan Radiator Body Protector (Studi Kasus di PT. Alba Unggul Metal. Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 2014 Reka Integra ISSN: 2338-5081 ©Jurusan Teknik Industri Itenas | No.04 | Vol.02. Bandung: Institut Teknologi Nasional (Itenas).

Sri widodo soedarso. 2015. manajemen sumberdaya manusia: Teori, Perencanaan, Strategi, Isu-isu Utama dan Globalisasi. Bandung: Manggu Media Anggota IKAPI ISBN: 979-602-99581-8-7.


(14)

16 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Semangat Kerja

2.1.1.1Pengertian Semangat Kerja

Muchinsky (2002) mengatakan bahwa semangat kerja adalah kondisi seseorang yang menunjang dirinya melakukan pekerjaan lebih cepat dan lebih baik. Suasana kerja pada umumnya menjadi faktor penentu yang dapat membangkitkan semangat kerja karyawan. Misalnya saja, terciptanya suasana kekeluargaan diantara sesama rekan kerja, dan juga suasana ruang kerja yang kondusif. Hal tersebut dapat memberikan reaksi positif bagi karyawan untuk membangkitkan semangat dan kegairahan kerja.

Semangat Kerja merupakan suatu gambaran suatu perasaan agak berhubungan dengan tabiat / jiwa semangat kelompok, kegembiraan/ kegiatan, untuk kelompok-kelompok pekerja menunjukkan iklim dan suasana pekerja. Anwar (2002:180) Semangat kerja adalah keinginan dan kesungguhan seseorang mengerjakan pekerjaannya dengan baik serta berdisiplin untuk mencapai produktivitas yang maksimal. Hasibuan (2004:94) Semangat kerja di atas dapat disimpulkan bahwa semangat kerja adalah tingkah laku para karyawan yang bekerja dengan kondisi lebih optimal sehingga mencerminkan keadaan dimana perusahaan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Semangat kerja merupakan keadaan psikologis seseorang. Semangat kerja dianggap sebagai keadaan


(15)

psikologis yang baik bila dapat menimbulkan kesenangan yang mendorong seseorang untuk bekerja lebih giat dan konsekuen (Siswanto, 2000).

Sutanto & Stiawan (2000) mengemukakan bahwa semangat kerja adalah dorongan yang menyebabkan melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga dengan demikian pekerjaan akan diharapkan lebih cepat dan lebih baik. Yoder (Djui & Setiasih, 2001) mendefinisikan semangat kerja sebagai suatu kondisi mental yang mencerminkan kegairahan, keteguhan hati dan rasa persatuan dengan kelompok yang mempengaruhi seseorang untuk bekerja sama.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa semangat kerja merupakan kondisi mental individu yang mendorong untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik, lebih cepat dan konsekuen secara pribadi maupun berkelompok.

2.1.1.2Ciri-Ciri Semangat Kerja Berikut adalah ciri-ciri semangat kerja : 1. Kerja Keras

Orang yang memiliki semangat kerja, akan bekerja keras. Dia tidak mudah menyerah bila gagal. Selalu berusaha dengan sebaik-baiknya.

Ciri-ciri pekerja keras :

a. Kesulitan tidak membuat berhenti bekerja b. Mencari cara kerja baru

c. Tidak malu bertanya 2. Disiplin


(16)

Orang yang memiliki semangat kerja tentunya sikap disiplin. Disiplin merupakan bentuk perhatian terhadap waktu. Dia akan menghargai waktu. Dia tidak mudah mengingkari janji yang telah diberikan.

Ciri-ciri orang yang disiplin : a. Tepat waktu

b. Tidak mengingkari janji 3. Jujur

Orang yang mempunyai semangat kerja akan bersikap jujur. Jujur adalah berkata dan berbuat apa adanya, tidak mengada-ada. Orang yang jujur mau mengakui kekurangannya.

Ciri-ciri orang yang jujur a. Mau megakui kekurangan b. Tidak takut diolok-olok c. Selalu mematuhi aturan

2.1.1.3Aspek-Aspek Semangat Kerja

Gulon (Febriani & Nurtjahjanti, 2006) mengemukakan bahwa aspek-aspek semangat kerja adalah:

1. Perasaan senang atau bahagia, berkaitan dengan perasaan senang atau bahagia yang dialami karyawan ketika bekerja sehingga pekerjaan tidak membosankan, pekerjaan dengan cepat berlalu dan karyawan betah bekerja.


(17)

2. Konflik dalam bekerja, hal ini lebih ditujukan pada tidak adanya konflik dalam diri sendiri terutama antara perasaan suka atau tidak suka terhadap pekerjaan, sesama karyawan, atasan maupun terhadap sistem.

3. Penyesuaian perseorangan yang baik, kemampuan karyawan dalam mengerti, memahami, dan menyesuaikan diri baik dengan keadaan, pekerjaan maupun hubungan interpersonal dalam lingkungan kerja.

4. Kepaduan kelompok, kemampuan antar anggota kelompok untuk bekerja sama termasuk di dalamnya mampu bekerja sama antara atasan dengan bawahan maupun antar sesama karyawan.

5. Keterlibatan ego individu terhadap pekerjaannya, individu menganggap pekerjaannya sebagai bagian dari dirinya, penyalur motivasi dan bukan hanya sebagai sarana pemenuhan kebutuhan melainkan sudah menjadi kebutuhan itu sendiri. Cara individu melibatkan diri dan perasaannya dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga ada kemauan untuk melaksanakan tugasnya.

6. Sekumpulan sikap karyawan yang berhubungan dengan pekerjaannya, berkaitan dengan penerimaan individu terhadap keseluruhan hasil pekerjaannya yaitu cara individu bersikap terhadap semua aspek yang ada dalam kerja baik mengenai pekerjaan itu sendiri maupun aspek-aspek lain dalam bekerja.

7. Adanya penerimaan individu terhadap tujuan kelompok, berkaitan dengan kesesuaian antara tujuan perusahaan dengan tujuan individu. Sejauh mana individu memahami, mengerti, menerima tujuan perusahaan serta adanya keinginan untuk mencapai tujuan.


(18)

2.1.1.4Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Semangat Kerja

Nawawi (2003) mengemukakan bahwa semangat kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

1. Minat seseorang terhadap pekerjaan yang dilakukan. Seseorang yang berminat dalam mengerjakan pekerjaannya akan dapat meningkatkan semangat kerja.

2. Faktor gaji atau upah yang tinggi akan meningkatkan semangat kerja seseorang.

3. Status sosial pekerjaan. Pekerjaan yang memiliki status sosial yang tinggi dan memberi posisi yang tinggi dapat menjadi faktor penentu semangat kerja. 4. Suasana kerja atau hubungan dalam pekerjaan. Penerimaan dan penghargaan

dapat meningkatkan semangat kerja.

5. Tujuan pekerjaan. Tujuan pekerjaan yang mulia dapat mendorong semangat kerja seseorang.

6. Hubungan yang harmonis antara pimpinan dengan bawahan

Tiffin & Mc Cormick (Djui & Setiasih, 2001) mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya semangat kerja yaitu:

1. Tugas atau jabatan karyawan, kenaikan jabatan biasanya diikuti dengan meningkatnya semangat kerja karyawan.

2. Kesuksesan karyawan, sikap positif yang dimiliki oleh karyawan terhadap pekerjaannya akan menimbulkan semangat kerja demikian pula sebaliknya.


(19)

3. Pengawasan, sikap dan perilaku atasan terhadap bawahannya sedikit banyak akan mempengaruhi sikap karyawan terhadap pekerjaannya

4. Faktor sosial dalam kelompok kerja, penelitian Mayo menunjukkan bahwa dengan menimbulkan perasaan diterima dalam kelompok seorang karyawan akan menunjukkan semangat kerja yang tinggi.

5. Kondisi kerja, kondisi kerja yang menyenangkan dan lingkungan kerja yang harmonis merupakan syarat timbulnya kegairahan kerja karyawan.

6. Tinjauan terhadap salary dan penghargaan, karyawan akan merasa senang apabila mendapatkan penghargaan dan kenaikan gaji secara teratur.

7. Metode penggajian, Timbulnya keluhan dari karyawan mengenai upah biasanya berasal dari metode penggajian yang ditetapkan oleh perusahaan.

2.1.1.5Indikasi Turunnya Semangat Kerja

Indikasi turunnya semangat kerja sangat penting untuk diketahui suatu perusahaan karena dengan pengetahuan tersebut akan dapat diketahui sebab-sebabnya. Dengan demikian perusahaan dapat mengambil tindakan-tindakan pencegahan atau pemecahan masalah sedini mungkin.

Terdapat indikator semangat kerja yang di ungkapkan oleh beberapa ahli. Salah satunya, Menurut Nitisemito (1992), indikasi-indikasi tersebut antara lain adalah sebagai berikut :


(20)

Menurunnya produktivitas dapat terjadi karena kemalasan, menunda pekerjaan, dan sebagainya. Bila terjadi penurunan produktivitas, maka hal ini berarti indikasi dalam organisasi tersebut telah terjadi penurunan semangat kerja.

2. Tingkat absensi yang naik atau tinggi

Pada umumnya, bila semangat kerja menurun, maka karyawan dihinggapi rasa malas untuk bekerja. Apalagi kompensasi atau upah yang diterimanya tidak dikenakan potongan saat mereka tidak masuk bekerja. Dengan demikian dapat menimbulkan penggunaan waktu luang untuk mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi, meski hanya untuk sementara.

3. Labour turn over atau tingkat perpindahan karyawan yang tinggi

Keluar masuk karyawan yang meningkat terutama disebabkan karyawan mengalami ketidaksenangan atau ketidaknyamanan saat mereka bekerja, sehingga mereka berniat bahkan memutuskan untuk mencari tempat pekerjaan lain yang lebih sesuai dengan alasan mencari kenyamanan dalam bekerja. Manajer harus waspada terhadap gejalagejala seperti ini.

4. Tingkat kerusakan yang meningkat

Meningkatnya tingkat kerusakan sebenarnya menunjukkan bahwa perhatian dalam pekerjaan berkurang. Selain itu dapat juga terjadi kecerobohan dalam pekerjaan dan sebagainya. Dengan naiknya tingkat kerusakan merupakan indikasi yang cukup kuat bahwa semangat kerja telah menurun.


(21)

5. Kegelisahan dimana-mana

Kegelisahan tersebut dapat berbentuk ketidaktenangan dalam bekerja, keluh kesah serta hal-hal lain. Terusiknya kenyamanan karyawan memungkinkan akan berlanjut pada perilaku yang dapat merugikan organsasi itu sendiri.

6. Tuntutan yang sering terjadi

Tuntutan merupakan perwujudan dari ketidakpuasan, di mana pada tahap tertentu akan menimbulkan keberanian untuk mengajukan tuntutan. Organisasi harus mewaspadai tuntutan secara massal dari pihak karyawan.

7. Pemogokan

Pemogokan adalah wujud dari ketidakpuasan, kegelisahan dan sebagainya. Jika hal ini terus berlanjut maka akan berunjung ada munculnya tuntutan dan pemogokan.

Kossen (1993) menurutnya terdapat beberapa tanda-tanda peringatan semangat kerja yang rendah, yaitu:

a. Kemangkiran b. Kelambatan

Keterlambatan yang berlebihan merupakan tanda bahaya semangat kerja yang rendah.


(22)

Dalam setiap organisasi ada karyawan yang keluar da nada karyawan lain diterima kerja pada perusahaan tersebut. Apabila angka pergantian mulai naik secara abnormal menunjukan tanda bahaya dari semangat kerja yang buruk. d. Mogok dan sabotase

Pemogokan dan sabotase merupakan contoh ekstrim ketidakpuasan dalam angkatan kerja.

e. Ketiadaan kebanggaan dalam kerja

Ketidakpuasan karyawan terhadap pekerjaan dan perusahaan tempat dia bekerja sering kali menimbulkan sikap ketidakpedulian terhadap pekerjaannya.

2.1.2 Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin)

Secara filosofi program 5R adalah bagian dari program keselamatan kesehatan kerja (K3) diartikan sebagai suatu pemikiran atau upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil karya dan budayanya. Keselamatan kerja merupakan ilmu dan penerapan yang terkait dengan mesin, alat, bahan, dan proses kerja guna menjamin keselamatan tenaga kerja dan seluruh aset produksi agar terhindar dari kecelakaan kerja atau kerugian lainnya (Budiono, 2003).

Keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk pengenalan (recognition), evaluasi (evaluation), dan pengawasan atau pengendalian (control) dari faktor-faktor atau tekanan-tekanan di lingkungan yang timbul di dalam atau


(23)

dari tempat kerja, yang dapat menyebabkan: sakit, menggangu kenyamanan, serta menimbulkan inefisiensi baik bagi tenaga kerja maupun bagi penduduk di dalam lingkungan masyarakat (Jusuf, 2003).

Dari pendapat diatas jelas bahwa keselamatan kesehatan kerja adalah upaya untuk menjamin tenaga kerja agar terhindar dari bahaya-bahaya yang diakibatkan oleh lingkungan ditempat kerja yang dapat menggangu kenyamanan, serta menimbulkan kerugian baik bagi tenaga kerja maupun perusahaan sehingga tercipta suasana atau lingkungan kerja yang aman dan nyaman. K3 umumnya terbagi menjadi 2 yaitu program K3LH dan program 5R, namun dalam penelitian saya yang dibahas adalah program 5R.

(Osada 2011) Program 5R (5S) merupakan konsep yang sangat sederhana berasal dari Jepang, 5S adalah huruf awal dari lima kata Jepang yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi Program 5R, yaitu Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin. Gerakan 5S/Program 5R adalah gerakan yang melaksanakan secara keseluruhan ke lima kata tersebut:

1. Seiri = Ringkas

Seiri/Ringkas berarti mengatur segala sesuatu, memilah sesuai dengan aturan atau prinsip tertentu. Menyisihkan barang yang tidak diperlukan di tempat kerja dan buang.


(24)

Seiton/Rapi berarti menyimpan barang di tempat yang tepat atau dalam tata letak yang benar sehingga dapat dipergunakan dalam keadaan mendadak. Hal itu merupakan cara untuk menghilangkan pencarian.

3. Seiso = Resik

Seiso/Resik berarti membersihkan barang sehingga menjadi bersih. Dalam hal ini berarti membuang sampah, kotoran dan benda asing serta membersihakan segala sesuatu. Diutamakan sebagai pemeriksaan terhadap kebersihan dan menciptakan tempat kerja yang tidak memiliki cacat dan cela.

4. Seiketsu = Rawat

Seiketsu/Rawat berarti terus-menerus dan secara berulang-ulang memelihara Ringkas, Rapi, dan Resik. Dengan demikian Rawat mencakup kebersihan pribadi dan lingkungan.

5. Shitsuke = Rajin

Shitsuke/Rajin berarti pelatihan dan penigkatan kemampuan untuk melakukan apa yang ingin kita lakukan meskipun hal tersebut sulit untuk dilakukan.

Pada dasarnya Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) merupakan proses perubahan sikap dengan menerapkan penataan dan kebersihan kerja, atau secara umum adalahKeselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) termasuk di lingkungan konstruksi bangunan gedung, pabrik, perkantoran dan laboratorium. Sebagaimana diketahui, kondisi tempat kerja mencerminkan perlakuan seseorang


(25)

terhadap pekerjaannya dan perlakuan terhadap pekerjaan ini mencerminkan sikap terhadap pekerjaan. Tenaga kerja yang memiliki kondisi fisik prima, pengetahuan dan keterampilan tinggi serta sikap mental yang positif akan mampu bekerja pada tingkat produktivitas yang tinggi, efektif dan efisien

2.1.2.1Konsep Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin)

Lebih dari 40% dari waktu dalam kehidupan manusia dihabiskan di tempat kerja. 8 jam dari 24 jam sehari di habiskan di tempat kerja. Belum lagi kerja lembur. Sangatlah memprihatinkan bila kita tidak dapat menikmati kegembiraan pada saat-saat bekerja. Karena 40% kehidupan kita terasa seperti neraka. Salah satu cara memberikan keceriaan ditempat kerja dalam kehidupan kerja adalah melalui penerapan Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin).

Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) atau 5S ini berawal dari kebiasaan warga jepang dalam mengurus rumah tangganya. Yaitu dengan cara menata sedemikian rupa sehingga menciptakan kondisi tempat tinggal yang nyaman.

Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) merupakan serangkaian aktivitas di tempat kerja yang berupa aktivitas pemilahan, penataan, pembersihan, pemeliharaan terhadap kondisi kerja yang mantap, dan aktivias pembiasaan yang di perlukan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik. Berdasarkan pengalaman industry-industri di Amerika, Eropa, dan Jepang.


(26)

Program ini mampu meningkatkan mutu dan produktivitas perusahaan. Karena, bekerja pada tempat yang terorganisir dengan baik, nyaman, aman, dan sehat.

Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, tertib maka kemudahan bekerja perorangan dapat diciptakan. Dengan kemudahan bekerja ini, 4 bidang sasaran pokok industri dapat lebih mudah dipenuhi. 4 bidang sasaran tersebut meliputi:

1. efisiensi kerja 2. produktivitas kerja 3. mutu kerja

4. keselamatan kerja

Tidaklah berlebihan, bila dikatakan bahwa pembangunan industri harus dilandasi dengan Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin). Dengan Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) perusahaan mempunyai landasan yang kokoh dan siap menghadapi tantangan persaingan. Dengan menerapkan Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin), perusahaan tersebut telah memiliki basis budaya yang benar, kuat dan siap untuk berkembang secara sehat.

2.1.2.2Tujuan Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin)

Karena program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) jelas begitu penting, banyak orang membuat kesalahan dengan berkonsentrasi pada istilah


(27)

individual seolah-olah hal itu merupakan semacam daya tarik yang menguntungkan. Tetapi harus diingat bahwa program 5R sebenarnya adalah cara untuk mencapai tujuan tertentu. Dan harus diterapkan dengan memperhatikan beberapa sasaran seperti:

1. Keamanan

Selama puluhan tahun, kedua kata pemilah dan penataan menjadi ciri khas pada poster-poster dan surat kabar bahkan di perusahaan-perusahaan kecil. Karena pemilahan dan penataan sangat berperan besar di dalam masalah keamanan.

2. Tempat kerja yang rapi

Tempat kerja yang menerapkan program 5R dengan teliti tidak perlu terus-menerus membicarakan keamanan, dan kecelakaan industry yang dialaminya akan lebih sedikit ketimbang pabrik yang hanya mengutamakan peralatan dan prosedur yang sedemikian aman sehingga tidak mungkin gagal.

3. Efisiensi

Para ahli diberbagai bidang seperti, juru masak, pelukis, tukang kayu. Mereka menggunakan peralatan yang baik dan mereka memeliharanya. Mereka tahu bahwa waktu yang dipergunakan untuk memelihara peralatan tidak terbuang percuma, bahkan hal itu menghemat lebih banyak waktu.

4. Mutu

Elektronik dan mesin-mesin modern memerlukan tingkat presisi dan kebersihan yang sangat tinggi, untuk menghasilkan output yang baik. Berbagai


(28)

gangguan yang kecil dapat berakibat terhadap penurunan mutu dari output

yang di hasilkan. 5. Kemacetan

Pabrik yang tidak menerapkan program 5R akan menghadapi berbagai masalah kemacetan mulai dari mesin yang di sebabkan kotoran yang mengendap ataupun kemacetan dalam kepala laryawan, harus kita sadari bahwa ingatan seorang bisa saja salah, maka daripada itu di perlukan berbagai petunjuk yang melengkapi keterbatasan seorang manusia dalam menjalankan tugasnya.

2.1.3 Produktivitas Kerja

Filosofi dan spirit tentang produktivitas adalah keinginan ( the will ) dan upaya ( Effort ) manusia untuk selalu meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan disegala bidang. Batasan mengenai produktivitas bias dilihat dari berbagai sudut pandang, tergantung kepada tujuan masing-masing organisai (misalnya, untuk profit ataukah untuk customer satisfaction) juga tergantung pada bentuk organisasi itu sendiri. Sinungan (2008) menyatakan bahwa produktivitas adalah interaksi terpadu secara serasi dari tiga faktor yang mendasar, yaitu investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta riset, manajemen, dan tenaga kerja.

Turnip (2003) menjelaskan bahwa produktivitas adalah sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin, hari esok harus lebih baik dari hari ini atau kita harus melakukan


(29)

perbaikan. Santoso (2004) menyatakan produktivitas kerja adalah rasio jumlah keluaran yang dihasilkan per total tenaga kerja yang dipekerjakan.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa produktivitas kerja adalah penggunaan sumber daya manusia, keterampilan, teknologi, dan manajemen untuk memperbaiki kehidupan agar menjadi lebih baik dari hari sebelumnya.

Simanjuntak (2003:36) produktivitas karyawan adalah “Perbandingan antara hasil yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang terdiri dari beberapa faktor seperti tanah, gedung, mesin, peralatan, dan sumber daya manusia yang merupakan sasaran strategis karena peningkatan produktivitastergantung pada kemampuan tenaga manusia".

Produktivitas karyawan menunjukkan tingkat kemampuan pegawai dalam mencapai hasil (output), terutama dilihat dari sisi kuantitasnya. Oleh karena itu tingkat produktivitas setiap pegawai bisa berbeda, bisa tinggi atau bisa juga rendah, tergantung pada tingkat kegigihan dalam menjalankan tugasnya. Sinungan (2005:106) yang dimaksud dengan produ ktivitas kerja dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu :

1. Rumusan tradisional bagi keseluruhan produktivitas tidak lain adalah ratio daripada apa yang dihasilkan (output) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang dipergunakan (input).


(30)

2. Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.

3. Produktivitas merupakan interaksi terpadu secara serasi dari tiga faktor esensial, yakni : investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta riset, manajemen dan tenaga kerja.

Pola hubungan antar variabel di atas dikaitkan dengan teori-teori yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat dibuat secara skematis kerangka konseptual dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut Seiring dengan pertumbuhan perusahaan yang semakin meningkat tiap tahunnya, maka setiap karyawan dituntut untuk lebih meningkatkan produktivitas kerjanya. Masalah perlindungan tenaga kerja akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya industrialisasi dan teknologi. Kondisi demikian tentunya menuntut perusahaan agar perlindungan tenaga kerja dapat semakin mantap keselamatan kerja dan kesehatan kerja.

Seorang karyawan tidak dapat bekerja secara maksimal, apabila keselamatan dan kesehatan kerjanya tidak terjamin, oleh karena itu para karyawan dan perusahaan perlu memperhatikan kondisi fisik dan mental melalui Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Suma’mur (2006:4) keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan pengolahan, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara – cara melakukan pekerjaan. Mangkunegara (2007:61) kesehatan kerja adalah kondisi bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebakan lingkungan kerja.


(31)

Produktivitas karyawan Menurut Liang Gie (2000:3) produktivitas adalah kemampuan menghasilkan suatu kerja yang lebih banyak daripada ukuran biasa yang telah umum.

Beberapa penelitian mengemukakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh signifikan terhadap produktivitas seperti yang dikemukakan Bunn (2001) bahwa keselamatan dan kesehatan kerja mempengaruhi produktivitas karyawan. Namun, ditemukan sebuah research gap yaitu pada hasil penelitian Katsuro (2010) menemukan bahwa keselamatan kerja dan kesehatan kerja berhubungan negatif dengan produktivitas dan kinerja karyawan hal ini disebabkan oleh moral pekerja kontrak berkurang karena timbl ketidakpedulian dari manajemen yang tidak memperhatikan mereka sebagai bagian penting bagi organisasi dan keselamatan mereka di tempat kerja. Moral rendah mengurangi produktivitas karena para pekerja menaruh kebencian terhadap manajemen dan mereka tidak bekerja secara maksimal dari kemampuan mereka.

Keith (2002) mengemukakan bahwa: Budaya perusahaan yang diterapkan dalam perusahaan akan memberikan jaminan tumbuhnya kreativitas pada semua level, maka para pegawai tidak akan terjebak dalam aktivitas yang rutin dan mampu meningkatkan produktivitas dan kreativitasnya.

2.1.3.1Pengukuran Produktivitas Kerja

Pengukuran produktivitas merupakan suatu alat manajemen yang penting disemua tingkatan ekonomi. Pengukuran produktivitas berhubungan dengan


(32)

perubahan produktivitas sehingga usaha-usaha untuk meningkatkan produktivitas dapat dievaluasi. Pengukuran dapat juga bersifat propektif dan sebagai masukan untuk pembuatan keputusan strategik. Pengukuran produktivitas adalah penilaian kuantitatif atas perubahan produktivitas.

Tujuan pengukuran ini adalah untuk menilai apakah efisiensi produktif meningkat atau menurun. Hal ini berguna sebagai informasi untuk mentusun strategi bersaing dengan prusahaan lain, sebab perusahaan yang produktivitasnya rendah biasanya kurang dapat bersaing dengan perusahaan yang produktivitasnya tinggi. Oleh sebab itu, setiap perusahaan untuk mencapai produktivitas yang tinggi dengan berbagai macam cara, misalnya melalui perbaikan alat (teknologi) atau peningkatan sumber daya manusia. Blocher, et al., (2007:307) menjelaskan bahwa ukuran produktivitas bisa dilihat dengan dua cara yaitu produktivitas operasional dan produktivitas finansial. Produktivitas opersional adalah rasio unit output terhdap unit input. Baik pembilang maupun penyebutnya merupakan ukuran fisik (dalam unit). Produktivitas finansial juga merupakan rasio output terhadap input, tetapi angka pembiang atau penyebutnya dalam satuan mata uang (rupiah).

Ukuran produktivitas bisa mencakup seluruh faktor produksi atau fokus pada satu faktor atau sebagian faktor produksi yang digunakan perusahaan dalam produksi. Ukuran produktivitas yang memusatkan perhatian pada hubungan antara satu atau sebagian faktor input dan output yang dicapai disebut dengan ukuran


(33)

produktivitas parsial. Berikut ini adalah contoh-contoh produktivitas parsial (Blocher, chen, lin, 2007:307) :

1. Hasil bahan baku langsung (output/unit bahan baku)

2. Produktivitas tenaga kerja, seperti otput per jam tenaga kerja atau output per pekerja.

3. Produktivitas proses (atau aktivitas), seperti output per jam mesin atau output per kilowatt.

Produktivitas input tunggal biasanya diukur dengan menghitung rasio output terhadap input. Rumusnya:

Rasio peroduktivitas = Output

Input

Karena yang diukur hanya produktivitas satu input maka ukuran tersebut dinamakan ukuran produktivitas parsial. Pembilangnya adalah output yaitu jumlah unit yang diproduksi seperti jam tenaga kerja langsung, atau sumber daya input tertentu. Sedangkan pembilangnya adalah input yaitu jumlah unit sumber daya input yang digunakan. Jika output dan input keduanya diukur dalam kuantitas fisik maka ukuran tersebut dinamakan ukuran produktivitas parsial operasional. Jika output dan input dinyatakan dalam nilai uang maka ukuran ini dinamakan ukuran produktivitas finansial.


(34)

Produktivitas parsial keuangan menunjukkan jumlah unit output yang diproduksi untuk setiap dolar sumber daya input yang digunakan perusahaan. Ukuran produktivitas yang memasukkan seluruh sumber daya input yang digunakan dalam produksi disebut sebagai produktivitas total. Produktivitas total memberikan suatu ukuran produktivitas gabungan semua sumber daya input yang diperlukan. Produktivitas total merupakan ukuran produktivitas keuangan. Mulyadi (2003:205) mengemukakan bahwa pengukuran produkitvitas dilakukan dengan mengukur perubahan produktivitas sehingga dapat dilakukan penilaian terhadap usaha untuk memperbaiki produktivitas.

Untuk mengukur perubahan produktivitas, ukuran produktivitas berjalan aktual dibandingkan dengan ukuran produktivitas periode awal. Periode awal ini disebut sebagai periode dasar yang menjadi acuan bagi pengukuran atau perubahan efisiensi produktif. Periode awal dapat ditentukan secara bebas. Untuk evaluasi strategis periode dasar biasanya dipilih tahun yang lebih awal. Untuk pengendalian operasional periode dasar cenderung mendekatai periode berjalan. Menurut Mulyadi (2003:256), pengukuran produktivitas untuk satu masukan pada suatu saat disebut dengan pengukuran produktivitas parsial. Pengukuran diukur dalam bentuk antara keluaran dengan masukan. Jika keluaran dan masukan yang digunakan dalam formula tersebut dinyatakan dalam kuantitas fisik, maka rasio produktivitas yang dihasilkan berupa ukuran produktivitas operasional. Jika digunakan keluaran dan masukan dalam rupiah, rasio produktivitas yang dihasilkan berupa ukuran produktivitas finansial.


(35)

2.1.3.2Sumber-Sumber Produktivitas Kerja

Sumber-sumber produktivitas menurut H.Hadari Nawawi dan H.M. Martini Hadari (1990:103) adalah sebagai berikut:

1. Penggunaan pikiran

Produktivitas kerja dikatakan tinggi apabila untuk memperoleh hasil yang maksimal dipergunakan cara berkerja yang paling mudah.

2. Penggunaan tenaga jasmani

Produktivitas dikatakn tinggi bilamana mengerjakan sesuatu diperoleh hasil dan jumlahnya terbanyak dan mutu terbaik dengan tidak banyak menggunakan tenaga jasmani atau rohani.

3. Penggunaan waktu

Semakin singkat jangka waktu yang dipergunakan untuk mencapai hasil terbanyak dan terbaik, menunjukkan semakin produktif pelaksanaan suatu pekerjaan.

4. Penggunaan ruangan

Pekerjaan akan produktif apabila sejumlah personil yang bekerja sama dalam melaksanakan pekerjaan ditempatkan dalam suatu ruangan yang berdekatan jaraknya untuk mondar-mandir lebih hemat.


(36)

5. Penggunaan material atau bahan

Suatu pekerjaan dikatakan produktif apabila penggunaan bahan atau material dan peralatannya tidak terlalu banyak yang terbuang dan harganya tidak terlalu mahal.

2.1.3.3Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah sebagai berikut:

1. Sikap mental berupa motivasi kerja, disiplin kerja serta etika kerja 2. Pendidikan formal dan non

3. Keterampilan

4. Manajemen, berkaitan dengan sistem yang diterapkan oleh pimpinan untuk mengelola ataupun memimpin serta mengendalikan bawahannya, (4) hubungan industrial pancasila

5. Tingkat penghasilan 6. Gizi dan kesehatan 7. Jaminan sosial

8. Lingkungan dan iklim kerja 9. Sarana produksi

10. Teknologi, dan terakhir adalah faktor 11. Kesempatan berprestasi


(37)

2.1.3.4Manfaat Dari Penilaian Produktivitas Kerja

Menurut Muchdarsyah Sinungan (2005: 126) manfaat dari pengukuran produktivitas kerja adalah sebagai beikut:

1. Umpan balik pelaksanaan kerja untuk memperbaiki produktivitas kerja karyawan.

2. Evaluasi produktivitas kerja digunakan untuk penyelesaian misalnya: pemberian bonus dan bentuk kompensasi lainnya.

3. Untuk keputusan-keputusan penetapan, misalnya: promosi, transfer dan demosi.

4. Untuk kebutuhan latihan dan pengembangan. 5. Untuk perencanaan dan pengembangan karier.

6. Untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan proses staffing. 7. Untuk mengetahui ketidak akuratan informal.

8. Untuk memberikan kesempatan kerja yang adil.

2.1.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pelatihan dan pengembangan karir dapat dilihat pada table dibawah ini.

Tabel 2.1

Hasil penelitian terdahulu No Nama dan Judul

Penelitian


(38)

1. Mardjan Dunggio 2013

Semangat Dan Disiplin Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada Pt. Jasa Raharja (Persero) Cabang Sulawesi Utara

1. Semangat dan disiplin kerja secara bersama berpengaruh terhadap Produktivitas Kerja karyawan PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Sulawesi Utara.

Disiplin Kerja

Semangat, Produktivita s Kerja Karyawan

No Nama dan Judul Penelitian

Kesimpulan Penelitian Perbedaan persamaan

2. Prihadi Waluyo (2011)

Analisis Penerapan Program K3/5R Di Pt X Dengan Pendekatan Standar Ohsas 18001 Dan Statistik Tes U Mann-Whitney Serta Pengaruhnya Pada Produktivitas Karyawan

1.Dari hasil analisis produktivitas kerja ternyata setelah penerapan 5R ada pengaruhnya,

pengaruh penerapan 5R cukup besar.

Pendekatan standar Ohsas 18001, Statistik Tes U Mann-Whittney

5R,

Produktivita s Karyawan


(39)

3. Saepul Rohman, Yanti Helianty, Yuniar (2014)

Evaluasi Penerapan Metode 5R Dalam Peningkatan

Produktivitas

Pembuatan Radiator Body Protector*

(Studi Kasus di PT. Alba Unggul Metal)

1. Nilai indeks produktivitas terhadap periode sebelum

penerapan 5R

memiliki nilai tertinggi yang terjadi pada mesin oven 2 sebesar 11.061% ; sedangkan nilai indeks produktivitas terendah terjadi pada mesin CNC laser sebesar -26.227%.

5R,

Produktivita s

No Nama dan Judul Penelitian


(40)

4. Dhani Putra Rochmanto, Isa Ma'rufi, Anita Dewi P. S. 2015

Penerapan Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin (5R) dalam Upaya Pengendalian Kebakaran di Unit Produksi 2 PT. Kutai Timber Indonesia (KTI)

1. Identifikasi risiko kebakaran di PT

Kutai Timber

Indonesia dilakukan secara aktif

Pengendalia n kebakaran

5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin)

5. Dwi kusumawarni

Pengaruh semangat dan disiplin kerja Terhadap produktivitas karyawan pada Perusahaan daerah air minum (pdam) Kabupaten kudus

1. Terdapat

pengaruh yang searah antara semangat kerja dan produktivitas kerja Disiplin kerja Semangat kerja, Produktivita s karyawan

No Nama dan Judul Penelitian

Kesimpulan Penelitian Perbedaan persamaan

6. Dayo Akintayo 2012

Working environment,

1. There is no significant difference between workers’ productivity

Working environment

workers’ morale and


(41)

workers’ morale and perceived

productivity in industrial organizations in Nigeria.

in public and private organizations based

on working

environment.

perceived

productivity

7. Paloma Martínez Sánchez and Carolina Montoya Rodriguez 215

Impact of 5S on quality, productivity and organizational climate - Two Analysis Cases

All the factors that were evaluated in the short term showed an increase in their respective units, thus the results obtained in this research support the literature review, which mentions the positive impact the 5S methodology has on the quality, productivity and organizational climate of any company

Quality, organization al climate two analysis case

5S,

Productivity

2.2 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variable yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antara variable independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variable moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variable itu ikut dilibatkan dalam penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka pemikiran (Sugiono 2010).


(42)

Seorang karyawan yang mempunyai semangat kerja tinggi sudah tentu akan bekerja dengan dengan suasana hati gembira dan tentunya akan memberikan hasil

(Output) yang terbaik untuk organisasi atau perusahaannya sehingga produktivitas perusahaan akan meningkat. Sri Widodo dalam bukunya membagi Semangat kerja menjadi 2 dimensi yaitu: Tingkat absensi dan Labour Turn Over

. Semangat kerja mencerminkan kondisi karyawan dalam lingkungan kerjanya, bila semangat kerja baik maka perusahaan memperoleh keuntungan seperti rendahnya tingkat absensi dan kecilnya Labour Turn Over (Sri Widodo Soedarso 2015, 151).

Program 5R (5S) merupakan konsep yang sangat sederhana berasal dari Jepang, 5S adalah huruf awal dari lima kata Jepang yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi Program 5R, yaitu Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin. Program 5R pertama kali diperkenalkan oleh Takashi Osada pada awal 1980-an. (Osada 2011) membagi dimensi Program 5R menjadi: Resik, Rapi, Resik, Rawat dan, Rajin

Memperhatikan program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) karyawan merupakan suatu yang amat penting untuk dilakukan dalam dunia organisasi. Apabila program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) karyawan kurang mendapat perhatian, maka akan berdampak terjadinya penurunan Produktivitas kerja karyawan yang nantinya akan berakibat terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan oleh organisasi atau perusahaan, seperti hasil kerja yang tidak maksimal yang akan berakibat sulit tercapainya tujuan yang diinginkan


(43)

oleh organisasi atau perusahaan. Penurunan Produktivitas kerja tidak boleh dibiarkan terus berlanjut, karena akan dapat menyebabkan perusahaan mengalami kerugian. Pimpinan perusahaan harus benar memberikan perhatian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) para karyawannya.

Memperkuat dan mendukung kerangka pemikiran yang telah diuraikan diatas, maka peneliti akan menjelaskan teori-teori penghubung yang berkaitan antar variable penelitian, yaitu Semangat Kerja, program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) dan Produktivitas Kerja Karyawan sebagai berikut.

2.2.1 Keterkaitan Pengaruh Semangat Kerja Terhadap Produktivitas Kerja

Produktivitas merupakan suatu aspek yang penting bagi perusahaan. Apabila tenaga kerja dalam perusahaan mempunyai semangat kerja yang tinggi, maka produktivitas akan meningkat dan perusahaan akan memperoleh keuntungan. Dengan adanya peningkatan produktivitas kerja selain itu perlu adanya tenaga kerja yang memiliki ketrampilan dan keahlian dalam bekerja karena apabila tenaga kerja tidak memiliki keahlian dan ketrampilan akan berakibat menurunkan produktivitas dan dapat merugikan perusahaan.

Semangat kerja yang tinggi akan tampak berupa kesediaan bekerja keras dengan sungguh-sungguh, tekun dan bergairah, bekerja dengan senang dan bertanggung jawab terhadap tugas, adanya hubungan yang harmonis dan


(44)

bekerjasama dalam bekerja yang didukung dengan kondisi lingkungan kerja yang baik dan kesempatan mengembangkan diri.

Hal ini diperkuat oleh hasil dari penelitian Mardjan Dunggio (2013, 523-533) bahwa semangat kerja berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan. Tingkat kehadiran pegawai yang tinggi, waktu kerja yang baik, serta tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas akan meningkatkan produktivitas kerja.

2.2.2 Keterkaitan Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) Terhadap Produktivitas Kerja

Program 5R (5S) merupakan konsep yang sangat sederhana berasal dari Jepang, Konsep Program 5R pertama kali diperkenalkan oleh Takashi Osada pada awal 1980-an. Beliau menciptakan konsep ini sebagai lima prinsip lingkungan yang berkualitas. Jepang menganggap bahawa prinsip-prinsip Program 5R ini bukan saja berguna untuk tempat kerja tetapi untuk membantu mereka secara peribadi untuk meningkatkan proses pemikiran. Program 5S adalah huruf awal dari lima kata Jepang yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi Program 5R, yaitu Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin.

Takashi Osada (1995) menyatakan bahwa keuntungan yang kita peroleh bila menerapkan Program 5R antara lain:


(45)

a. Menyediakan tempat kerja yang menyenangkan. Tempat kerja yang bersih, rapi dan teratur memungkinkan kita akan lebih senang dan bersemangat untuk bekerja.

b. Membantu untuk mengefisienkan pekerjaan.Tentu kita akan frustasi apabila setiap mencari barang yang dibutuhkan harus mencari-cari dahulu, atau membongkar semua isi tempat penyimpanan. Jika setiap barang di tempat kerja telah tersusun, benar pada tempatnya, tentu akan mudah menemukannya bila mana diperlukan, sehingga lebih efisien.

c. Memperkecil kecelakaan kerja. Lingkungan yang berprogram 5R akan membawa kita bekerja di lingkungan yang bebas bahaya kecelakaan kerja (termasuk pada pekerjaan konstruksi prasarana). Dengan menerapkan Program 5R di tempat kerja kita berarti kita telah menjamin keselamatan kita dan rekan kita.

d. Membimbing pada kualitas produk yang lebih baik dan peningkatan produktivitas. Bagi perusahaan yang telah menerapkan Program 5R dengan sungguh-sungguh, jumlah defect/cacat akan relatif lebih rendah dari pada perusahaan yang belum menerapkan.

Tingginya produktivitas dapat dipengaruhi oleh diterapkannya program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) dalam suatu perusahaan. Hal ini diperkuat oleh hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Prihadi Waluyo (2011: 192 – 200) bahwa program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) berpengaruh terhadap produktivitas. Pada saat dimulainya Gerakan Program 5R terlihat bahwa produktivitas kerja karyawan naik cukup besar.


(46)

2.2.3 Paradigma Penelitian

Mardjan Dunggio (2013, 523-533)

Prihadi Waluyo (2011: 192 – 200)

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian

2.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan jawaban yang paling memungkinkan dan masih harus dibuktikan melalui sebuah penelitian. Dugaan jawaban ini berguna bagi penelitian agar proses penelitian lebih terarah. Dengan kata lain hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.

Semangat Kerja (X1) - Absensi

- Labourn Turn Over

(Sriwidodo 2015, 151).

Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) (X2)

- Ringkas - Rapi - Resik - Rawat - Rajin

(Takashi Osada 2011)

Produktivitas Kerja Karyawan (Y) - Mutu - Efisiensi

(Eddy Sutrisno 2011:104)


(47)

Sugiyono (2013:96) menyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan.

H1 Diduga Semangat Kerja cukup tinggi, program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) berjalan efektif Dan Produktivitas Kerja Karyawan bagian Direktorat Produksi pada PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung cukup tinggi.

H2 Diduga Semangat Kerja cukup tinggi mempengaruhi Produktivitas Kerja Karyawan bagian Direktorat Produksi pada PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung

H3 Diduga program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) cukup tinggi mempengaruhi Produktivitas Kerja Karyawan bagian Direktorat Produksi pada PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung


(48)

52 3.1 Objek Penelitian

Pengertian dari objek penelitian menurut Sugiyono (2011:32) adalah sebagai berikut : “Objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan”

Pengertian dari objek penelitian menurut Husein Umar (2005:303) adalah: “Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi obyek penelitian. Juga di mana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu”.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa objek penelitian merupakan sesuatu hal atau objek yang perlu ditentukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian agar terdapat kejelasan mengenai apa yang akan diteliti. Objek penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah peningkatan kinerja karyawan melalui pelatihan dan pengembangan karir. Penelitian ini di lakukan pada perusahaan manufaktur.

Narimawati (2010) objek penelitian merupakan hal awal (suatu permasalahan) yang harus ditentukan dalam kegiatan penelitian sehingga penelitian dapat dilakukan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan


(49)

penelitian. Dalam artian objek penelitian merupakan variable yang akan dikaji, yang menjadi focus penelitian disertai keberadaan/tempatdilakukannya objek penelitian tersebut”.

Objek penelitian penting diungkapkan karena berperan dalam menunjang keberhasilan kegiatan selama penelitian, sehingga hal-hal yang diperlukan dalam penelitian akan mudah dicapai. Dengan demikian yang menjadi objek penelitian ini adalah " pengaruh Semangat Kerja dan Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) terhadap Produktivitas Kerja Karyawan bagian Direktorat Produksi pada PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung”.

Sesuai dengan judul penelitian yang dipilih maka objek yang akan diteliti oleh penulis adalah :

1. Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah Semangat Kerja (X1) dan Program 5R (X2).

2. Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah Produktivitas Kerja Karyawan (Y).

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu (Umi Narimawati, 2008:127). Pengertian metode penelitan menurut Sugiyono (2007:4) adalah Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu


(50)

pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.

Adapun metode yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian deskriptif dan penelitian verifikatif yang dijelaskan melalui pengumpulan data di lapangan.

Penelitian Deskriptif menurut Umi Narimawati (2007:61) adalah “Menggambarkan atau menguraikan hasil penelitian melalui mengungkapkan berupa narasi, grafik maupun gambar.” Sedangkan pendekatan Verifikatif menurut Sugiyono (2012:7) diartikan sebagai penelitian yang dilakukan terhadap populasi atau sampel tertentu dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif dan verifikatif merupakan metode yang bertujuan menggambarkan benar atau tidaknya fakta-fakta yang ada, serta menjelaskan hubungan antar variabel yang diteliti dengan cara mengumpulkan data, mengolah, menganalisis dan menginterprestasikan data dalam pengujian hipotesis statistik. Pada penelitian ini metode deskriptif digunakan untuk menguji semangat kerja dan program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rwat dan Rajin) pengaruhnya terhadap produktivitas kerja karyawan. verifikatif digunakan untuk menguji apakah Semangat Kerja dan Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin) berpengaruh terhadap Produktivitas kerja karyawan bagian Direktorat Produksi di PT. Dirgantara


(51)

Indonesia (Persero) Bandung, serta melakukan pengujian hipotesis apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak.

3.2.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitiaan. Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah dalam melakukan penelitian mengacu kepada desain penelitian yang telah dibuat.

Desain penelitian menurut Moh. Nazir dalam Umi Narimawati, Sri Dewi Anggadini dan Linna Ismawati (2010:30) adalah:

“Desain Penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.”

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah dalam melakukan penelitian mengacu kepada desain penelitian yang telah dibuat.

Langkah-langkah desain penelitian menurut Umi Narimawati (2011:30) adalah: 1. Mencari dan menetapkan fenomena yang terjadi pada bagian

Direktorat Produksi di PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung selanjutnya menetapkan judul penelitian.

2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada bagian Direktorat Produksi di PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung.


(52)

3. Menetapkan rumusan masalah termasuk spesifikasi dari tujuan dan hipotesis untuk diuji. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah Pengaruh Semangat Kerja (Variabel X1) dan Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) (Variabel X2) serta Produktivitas Kerja Karyawan (Variabel Y).

4. Menetapkan tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis pada bagian Direktorat Produksi di PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung.

5. Menetapkan hipotesis penelitian sesuai dengan fenomena yang terjadi pada bagian Direktorat Produksi di PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung.

6. Memilih serta memberikan definisi terhadap setiap pengeluaran variabel. Pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran dengan skala ordinal karena data yang diukurnya berupa tingkatan. Pada skala ini, urutan symbol atau kode berupa angka yang mempunyai arti urutan jenjang yang dimulai dari positif sampai paling negative dan sebaliknya.

7. Menetapkan data-data mengenai Pengaruh Semangat Kerja dan Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada bagian Direktorat Produksi di PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung.

8. Melakukan analisis mengenai Pengaruh Semangat Kerja dan Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) terhadap Produktivitas


(53)

Kerja Karyawan pada bagian Direktorat Produksi di PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung.

9. Menyimpulkan penelitian, sehingga akan diperoleh penjelasan dan jawaban atas identifikasi masalah dalam penelitian.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat digambarkan desain dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan Penelitian Desain Penelitian Jenis Penelitian Metode Penelitian

Unit Analisis Time Horizon T-1 Descriptiv

e

Descriptive & Survey

Karyawan Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung

Cross Sectional

T-2 Descriptiv e

Descriptive & Survey

Karyawan Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung

Cross Sectional

T-3 Descriptiv e

Descriptive & Survey

Karyawan Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung

Cross Sectional

T-4 Verivicativ e

Descriptive & Survey

Karyawan Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung

Cross Sectional

T-5 Verivicativ e

Descriptive & Survey

Karyawan Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung

Cross Sectional


(54)

Keterangan :

 T1 = Semangat Kerja pada bagian Direktorat Produksi di PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung.

 T2 = Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) pada bagian Direktorat Produksi di PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung.

 T3 = Produktivitas Kerja Karyawan pada bagian Direktorat Produksi di PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung.

 T4 = Semangat Kerja terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada bagian Direktorat Produksi di PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung.

 T5 = Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) dan Produktivitas Kerja Karyawan pada bagian Direktorat Produksi di PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Operasionalsasi variabel dimaksudkan untuk memperjelas variabel-variabel yang diteliti beserta pengukuran-pengukurannya. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian yaitu :

1. Variabel bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat), Sugiyono (2009:59). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Semangat Kerja dan Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin).


(55)

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas, Sugiyono (2009:59).Dalam penelitian ini yang menjadi variabel Dependent (terikat) produktivitas kerja karyawan. Untuk lebih jelasnya, operasionalisasi variabel penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut :

Tabel 3.2

Operasional Variabel Semangat Kerja

Variabel Konsep Variabel

Dimensi Indikator No Kuesioner S k a l a Sumber Data Semangat Kerja (Variabel X1)

Semangat kerja mencerminkan kondisi

karyawan dalam lingkungan kerjanya, bila semangat kerja

baik maka

perusahaan memperoleh keuntungan seperti rendahnya

tingkat absensi dan kecilnya Labourn Turn Over (Sriwidodo 2015, 151) 1.Absensi 2. Labourn Turn Over 1. Ketepatan waktu dalam bekerja 2. menaati peraturan 1. Keluar masuknya karyawan yang meningkat 2. ketidaknya manan karyawan 1,2,3,4 5,6 O R D I N A L Karyawa n


(56)

Tabel 3.2

Operasional Variabel Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin)

Variabel Konsep Variabel

Indikator Ukuran No Kuesioner S k a l a Sumber Data Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) (Variabel X2)

Program 5R (5S) merupakan kebulatan tekad untuk

mengadakan pemilahan di tempat kerja, mengadakan penataan, pembersihan, memelihara kondisi yang mantap dan memelihara kebiasaan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan

dengan baik. (Osada, 2000).

1. Ringkas 1. Menyisihkan barang yang tidak diperlukan di tempat kerja dan buang. 1,2,3,4,5,6, 7 O R D I N A L Karyawan

2. Rapi 1. Menyimpan barang di tempat yang tepat atau dalam tata letak yang benar

8

3. Resik 1. Membersihkan barang sehingga menjadi bersih

9

4. Rawat 1. Terus-menerus dan secara berulang-ulang memelihara Ringkas, Rapi, dan Resik

10,11

5. Rajin (Osada 1980)

1. Pelatihan dan penigkatan

kemampuan


(57)

Tabel 3.2

Operasional Variabel Produktivitas Kerja Karyawan

Variabel Konsep Variabel

Indikator Ukuran No Kuesioner S k a l a Sumber Data Produktivi

tas kerja (Y)

produktivitas kerja merupakan sikap mental. Sikap mental yang selalu mencari

perbaikan terhadap apa yang telah ada. Suatu keyakinan bahwa seorang dapat

melakukan pekerjaan lebih baik hari ini daripada hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Eddy Sutrisno (2012:100) 1. Mutu 2. Efisiensi (Eddy Sutrisno 2011:104)

1. Proses produksi 2. Produk yang

dihasilkan 1. Ketepatan 2. Kelengkapan pekerjaan 3. Kerapihan 1,2,3 4,5 O R D I N A L Karyawan

3.2.3 Sumber Dan Teknik Penentuan Data

3.2.3.1 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian Pengaruh Semangat Kerja dan Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) terhadap Produktivitas Kerja Karyawan bagian Direktorat Produksi pada PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung adalah data primer dan sekunder.


(58)

Sogiyono (2009:137) data primer adalah: “sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpulan data “. Menggunakan data primer karena peneliti mengumpulkan sendiri data-data yang dibutuhkan yang bersumber langsung dari objek pertama yang akan diteliti.

Sugiyono (201:141) mendefinisikan data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami melalui media lain yang bersumber dari literature, buku-buku, serta dokumen perusahaan.

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data

Sebelum menentukan penentuan data yang akan dijadikan sample, terlebih dahulu dikemukakan tentang populasi dan sampel berdasarkan sensus.

1. Populasi

Adapun Pengertian populasi menurut Sugiyono (2008:161) mengemukakan bahwa: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya”.

Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh karyawan pada bagian Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung yang berjumlah 2437 orang.


(59)

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan dijadikan objek dalam melakukan penelitian dan pengujian data. Metode yang digunakan dalam penarikan sampel ini adalah stratified random sampling. stratified random sampling adalah metode penarikan sampel dengan terlebih dahulu mengelompokkan populasi kedalam strata-strata berdasarkan kriteria tertentu kemudian memilih secara acak sederhana setiap stratum (Vincent Gaspersz, 2000:63)

Metode penarikan sample yang digunakan mengacu kepada pendekatan

slovin, pendekatan ini dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

Ket : n = jumlah sample N = jumlah populasi

e = batas kesalahan yang ditoleransi (1% 5% 10%)

Berdasarkan rumus diatas, maka dapat diketahui sampel yang akan diambil dalam penelitian ini melalui perhitungan berikut :

= 2437 25.37


(60)

= 96.05 / 96 responden.

Dengan menggunakan rumus diatas bahwa dengan populasi sebanyak 2437 orang, tingkat kesalahan yang digunakan sebesar 10% maka dapat diketahui sampel yang akan diteliti adalah sebanyak 96 orang.

Table 3.3 Populasi dan Sampel

NO Bagian Populasi Sampel

1 Division Quality Assurance 426 17

2 Division Divisi Of Manufacturing Engineering

286 11

3 Division Of Program Management & Planning

184 7

4 Division Of Procurement & Logistics

253 10

5 Division Of Detail Part Manufacturing

803 32

6 Division Of Component & Assembly 196 8 7 Division Of Final Assy Line &

Delivery Center

289 11

JUMLAH 2437 96

Sumber : PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung 3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data primer yang diambil langsung dari Perusahaan bagian Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data primer ini adalah sebagai berikut :

1. Interview,langsung dilakukan dengan pihak terkait di perusahaan tempat obyek penelitian yang mempunyai hubungan langsung dengan masalah yang diteliti oleh penulis.


(61)

2. Observasi , dilakukan terhadap obyek penelitian guna mendukung penelitian, sifatnya tidak ada interaksi antara obyek dan peneliti.

3. Kuisioner , teknik pengumpulan data dengan form yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada obyek penelitian guna mendapat informasi.

Sogiyono (2009:137 ), data sekunder adalah :” sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Menggunakan data sekunder karena peneliti mengumpulkan informasi dari data yang telah diolah oleh pihak lain, yaitu informasi mengenai data-data terkait bagian Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Bandung. Teknik pengolahan data hasil kuesioner digunakan skala likert dimana alternatif jawaban nilai 5 sampai dengan 1. Pemberian skor dilakukan atas jawaban pertanyaan baik mengenai kecerdasan emosional, stres kerja dan produktivitas kerja karyawan, karena data ini bersifat ordinal maka selanjutnya nilai-nilai dari alternatif tersebut dijumlahkan untuk setiap responden. Adapun kriteria pembobotan nilai untuk alternatif jawaban dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.4 Skala Likert

Jawaban Bobot Nilai

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Cukup (C) 3

Tidak Setuju (TS) 2


(62)

3.2.4.1Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh man ketapatan dan kecermatan suatu alat ukurb dalm melakukan fungsi ukurnya ( Azwar 2007:89). Suatu skala atau instrument pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrument tersebut menjalankan fungsi ukurannya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran. Rumus yang digunakan untuk menguji validitas adalah rumus korelasi product moment

yang dikemukakan oleh Pearson sebagai berikut :

Dalam mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi menurut Suharsimi Arikunto (2009:164) dapat dilihat pada table 3.4 sebagai berikut :


(63)

Table 3.5 Interpretasi Nilai r

Besarnya Nilai Interpretasi Antara 0,700 sampai dengan 1,00 Sangat tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,500 Tinggi Antara 0,500 sampai dengan 0,400 Agak Tinggi

Antara 0,400 sampai dengan 0,300 Sedang

Antara 0,300 samoai dengan 0,200 Agak tidak tinggi Antara 0.200 sampai dengan 0,100 Tidak Tinggi Antara 0.100 sampai dengan 0,000 Sangat tidak tinggi Sumber : Suharsimi Arikunto (2009:164)

Uji keberartian koefisien r dilakukan dengan uji t (taraf signifikan 5%). Rumus yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Dimana : n = ukuran sampel

r = koefisien korelasi pearson

Keputusan pengujian instrument dengan mengunakan taraf signifikan dengan 5% atau sisi adalah :

1. item instrument dikatakan valid jika t hitung lebih dari atau sama dengan t0,05=1,9744 maka instrument tersebut dapat digunakan.


(64)

2. item instrument dikatakan tidak valid t hitung kurang dari t0,5(165)=1,9744 maka item tersebut tidak dapat digunakan.

Pengujian ini dilakukan untuk menguji keaslian setiap item pernyataan dalam mengukur variabelnya. Teknik korelasi yang digunakan untuk menguji validitas butir pernyataan dalam penelitian ini adalah Pearson Product Moment. Apabila nilai koefisien yang sedang diuji lebih besar dari r tabel sebesar (0.3), maka dapat disimpulkan bahwa item pernyataan tersebut valid. Hasil uji validitas kuesioner untuk variabel yang diteliti disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3.6

Rekapitulasi Hasil Variabel Semangat Kerja

Variabel Item

Pernyataan r korelasi r kritis Keterangan

X1 – Semangat

Kerja

1 0.715 0.30 Valid

2 0.735 0.30 Valid

3 0.712 0.30 Valid

4 0.780 0.30 Valid

5 0.680 0.30 Valid

Sumber :Data Yang Diolah 2016

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa seluruh koefisien validitas kuisioner semangat kerja memiliki nilai diatas titik kritis r tabel 0.30. sehingga dapat dinyatakan bahwa seluruh kuisioner semangat kerja valid.


(65)

Tabel 3.7

Rekapitulasi Hasil Variabel Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin)

Variabel Item

Pernyataan r korelasi r kritis Keterangan

X2 – Program

5R (Ringkas,

Rapi, Resik, Rawat dan Rajin)

6 0.820 0.30 Valid

7 0.779 0.30 Valid

8 0.724 0.30 Valid

9 0.730 0.30 Valid

10 0.802 0.30 Valid

11 0.674 0.30 Valid

12 0.820 0.30 Valid

13 0.779 0.30 Valid

14 0.724 0.30 Valid

15 0.730 0.30 Valid

16 0.802 0.30 Valid

17 0.674 0.30 Valid

18 0.820 0.30 Valid

19 0.779 0.30 Valid

Sumber :Data Yang Diolah 2016

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa seluruh koefisien validitas kuisioner Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) memiliki nilai diatas titik kritis r tabel 0.30 sehingga dapat dinyatakan bahwa seluruh kuisioner Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin)valid .


(66)

Tabel 3.8

Rekapitulasi Hasil Variabel Produktivitas Kerja Karyawan Variabel Item

Pernyataan r korelasi r kritis Keterangan Y –

Produktivitas Kerja Karyawan

20 0.782 0.30 Valid

21 0.667 0.30 Valid

22 0.714 0.30 Valid

23 0.728 0.30 Valid

Sumber: Data Yang Diolah 2016

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa seluruh koefisien validitas kuisioner produktivitas kerja karyawan memiliki nilai diatas titik kritis r tabel 0.30. sehingga dapat dinyatakan bahwa seluruh kuisioner produktivitas kerja karyawan valid.

3.2.4.2Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2009:3), reliabiltas adalah : “Derajat konsistensi atau keajegan data dalam interval waktu tertentu”. Selain memiliki tingkat kesahihan (validitas) alat ukur juga harus memiliki kekonsistenan. Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data pada dasarnya menunjukan tingkat ketepatan, keakuratan, kestabilan, atau kekonsistensian alat tersebut dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu, walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda.

Uji reliabilitas dilakukan terhadap item pernyataan yang sudah valid, untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran kembali terhadap gejala yang sama. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk menguji reliabilitas adalah Split Half Method


(67)

(Spearman-Brown Correlation) Teknik Belah dua. Metode ini menghitung reliabilitas dengan cara memberikan tes pada sejumlah subyek dan kemudian hasil tes tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama besar (berdasarkan pemilihan genap-ganil). Cara kerjanya adalah sebagai berikut :

a) Item dibagi dua secara acak (misalnya item ganjil/genap), kemudian dikelompokkan dalam kelompok I dan kelompok II.

b) Skor untuk masing-masing kelompok dijumlahkan sehingga terdapat skor total untuk kelompok I dan kelompok II.

c) Korelasikan skor total kelompok I dan skor total kelompok II.

d) Hitung angka reliabilitas untuk keseluruhan item dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Dimana

Г1 = reliabilitas internal seluruh item

Гb = korelasi product moment antara belahan pertama dan belahan kedua 1. Jika thitung lebih dari atau sama dengan t0,05 dengan taraf signifikan 5 %

maka instrumen dinyatakan reliabel dan dapat digunakan

2. Jika thitung kurang dari t0,05 dengan taraf signifikan 5% satu sisi maka instrument dinyatakan tidak reliabel dan tidak dapat digunakan.


(1)

Watson (DW). Kriteria pengambilan kesimpulan dalam uji Durbin Watson (DW) adalah sebagai berikut (Ghozali, 2006):

0 < DW < dl : terjadi autokorelasi dl ≤ DW ≤ du : tidak dapat disimpulkan du < DW < 4-du : tidak ada autokorelasi 4-du ≤ DW ≤ 4-dl : tidak dapat disimpulkan 4-dl < d < 4 : terjadi autokorelasi 2. Analisis korelasi

Menurut Sujana (1989:152) dalam Umi Narimawati, at all, mengungkapkan bahwa pengujian korelasi digunakan untuk mengetahui kuat tidaknya hubungan antara variabel X dan Y, dan dengan menggunakan pendekatan koefisien korelasi Pearson dengan rumus :

Ketentuan untuk melihat tingkat keeratan korelasi digunakan acuan pada tabel 3.6 sebagai berikut:

Table 3.11

Tingkat Keeratan Korelasi

No Interval Koefisien Korelasi Tingkat Hubungan

1 0,000 – 0,199 Sangat rendah

2 0,200 – 0,399 Rendah

3 0,400 – 0,599 Cukup/sedang/moderat

4 0,600 – 0,799 Kuat

5 0,800 – 1,000 Sangat kuat


(2)

3. Analisis Determinasi

Analisis Determinasi ditujukan untuk mengukur pengaruh variabel independen terhadap variansi variabel dependen.Persentase peranan semua variabel bebas atas nilai variabel bebas ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2).Semakin besar nilainya maka menunjukkan bahwa persamaan regresi yang dihasilkan baik untuk mengestimasi variabel terikat. Hasil koefisien determinasi dapat dilihat dari perhitungan dengan Microsoft/ SPSS atau secara manual didapat dari R2 = SSreg/SStot.

3.2.5.2 Uji Hipotesis

Dalam penelitian ini yang akan diuji adalah seberapa besar pengaruh Semangat Kerja dan Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) terhadap produktivitas kerja karyawan Direktorat Produksi pada PT. Dirgantara Indonesia (Persero). Dengan memperhatikan karakteristik variabel yang akan


(3)

diuji, maka uji statistic yang akan digunakan adalah melalui perhitungan analisis regresi dan korelasi.

Langkah-langkah dalam analisis sebagai berikut :

1. Pengujian Secara Parsial

Melakukan uji-t untuk menguji pengaruh masing-masing variable bebas terhadap variable terikat hipotesis sebagai berikut :

a. rumus uji-t yang digunakan adalah :

T hitung diperoleh dari nilai koefisien regresi dibagi dengan nilai standar erornya.

b. Hipotesis

H1. β = 0, Semangat Kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap

Produktivitas kerja karyawan.

H1. β ≠ 0, Semangat Kerja berpengaruh signifikan terhadap

Produktivitas kerja karyawan.

H2. β = 0, Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) tidak


(4)

H2. β ≠ 0, Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin)

berpengaruh signifikan terhadap kinerja.

c. Kriteria pengujian

H0 ditolak apabila thitung < dari ttabel(α = 0,05)

Jika menggunakan tingkat kekeliruan (α = 0,01) untuk diuji dua pihak, maka kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis yaitu sebagai berikut:

a. Jika thitung ≥ ttabel maka H0 ada di daerah penolakan, berarti Ha diterima

artinya antara variabel X dan variabel Y ada hubungannya.

b. Jika thitung ≤ t tabel maka H0 ada di daerah penerimaan, berarti Ha ditolak

artinya anatara variabel X dan Y tidak ada hubungannya. 2. Pengujian Secara Simultan

Melkukan uji F untuk mengetahui pengaruh seluruh variable bebas secara simultan terhadap variable terikat.

a. Rumus uji F yang digunakan adalah :

F

hitung

= JK

regresi

/ k

__________________

JK

residu

/ {n- (k + 1 )}

dimana :

JK residu = koefisien korelasi ganda K = jumlah variable bebas N = jumlah anggota sample

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variable bebas secara besama-sama dapat berperan atas variable terikat. Pengujian ini dilakukan menggunakan distribusi F dengan membandingkan antara nilai F – kritis dengan


(5)

nilai F-test yang terdapat pada Tabel Analisis of Variance (ANOVA) dari hasil perhitungan dengan mircro-soft. Jika F hitung > F kritis, maka H0 yang menyatakan bahwa variasi perubahan nilai variable bebas tidak dapat menjelaskan perubahan nilai variable terikat ditolak dan sebaliknya. Menurut (Sugiono, 2009 : 183) : “Menghitung keeratan hubungan atau koefisien korelasi antara variable X dengan variable Y yang dilakukan dengan cara menggunakan perhitungan analisis koefisien korelasi Product Moment Methode atau dikenal dengan rumus Pearson”.

b. Hipotesis

H0 : β1 , β2 = 0, Semangat Kerja dan Program 5R (Ringkas, Rapi,

Resik, Rawat dan Rajin) berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja scara simultan.

Ha :β1 , β2 ≠ 0, Semangat Kerja dan Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik,

Rawat dan Rajin) berpengaruh signifikan terhadap kinerja scara simultan. c. Kriteria prngujian

H0 ditolak apabila F hitung > dari F tablel ( α = 0,05)

Apabila pada pengujian secara simultan H0 ditolak, artinyas sekurang-kurangnya ada sebuah yxi 0. Untuk mengetahui ρyxi yang tidak sama dengan nol, maka dilakukan pengujian secara parsial.


(6)

Gambar 3.1 Daerah penerimaan dan penolakan Ho

Sumber : Sugiyono (2009:185)

Penarikaan Kesimpulan

Dari hipotesis-hipotesis yang didapat, maka ditarik kesimpulan apakah variabel-variabel bebas memiliki pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap variabel terikat, dan pengaruh variabel bebas terhadap variable terikat, dan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Dalam hal ini ditunjukkan dengan penolakan (Ho) atau penerimaan hipotesis alternatif (Ha).


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN MANAJEMEN, PERAN PENGURUS DAN TENAGA KERJA DENGAN PENERAPAN RINGKAS, RAPI, RESIK, RAWAT, RAJIN (5R) PADA DIVISI KAPAL NIAGA PT. PAL INDONESIA (PERSERO)

0 7 21

PERBEDAAN LAMA WAKTU PENCARIAN PERALATAN TANGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN METODE 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, RAWAT, RAJIN) PADA BENGKEL UMUM SEPEDA MOTOR DI KECAMATAN UNGARAN BARAT

9 99 128

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, RAWAT, RAJIN) PADA TENAGA KERJA DI SENTRA INDUSTRI Pengaruh Penyuluhan terhadap Pengetahuan dan Sikap 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) pada Tenaga Kerja di Sentra Industr

1 5 18

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, RAWAT, RAJIN) PADA TENAGA KERJA Pengaruh Penyuluhan terhadap Pengetahuan dan Sikap 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) pada Tenaga Kerja di Sentra Industri Pengrajin Blangk

1 4 18

BAB I PENDAHULUAN Pengaruh Penyuluhan terhadap Pengetahuan dan Sikap 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) pada Tenaga Kerja di Sentra Industri Pengrajin Blangkon Serengan Surakarta.

1 4 9

HASIL Pengaruh Penyuluhan terhadap Pengetahuan dan Sikap 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) pada Tenaga Kerja di Sentra Industri Pengrajin Blangkon Serengan Surakarta.

1 5 11

DAFTAR PUSTAKA Pengaruh Penyuluhan terhadap Pengetahuan dan Sikap 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) pada Tenaga Kerja di Sentra Industri Pengrajin Blangkon Serengan Surakarta.

0 5 4

Pengaruh Kecerdasan Emosi dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan di Direktorat Produksi PT Dirgantara Indonesia Bandung.

0 0 29

IMPLEMENTASI BUDAYA 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, RAWAT, DAN RAJIN) DI UNIT MACHINERY AND TOOL (UMT) PT. MEGA ANDALAN KALASAN.

2 11 16

IMPLEMENTASI BUDAYA 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, RAWAT, DAN RAJIN) DI UNIT MACHINERY AND TOOL (UMT) PT. MEGA ANDALAN KALASAN | Sandika | Jurnal Nosel 3329 7377 1 SM

0 0 10