Menurut Kartanegara, Uneputty, dan Asikin 1987, Formasi Rambatan terdiri dari dua bagian: bagian bawah formasi ini terdiri dari batupasir gampingan
berselingan batulempung gampingan, sisipan konglomerat, batulanau, dan batugamping. Bagian atas didominasi oleh lempung gampingan, setempat sisipan
batupasir gampingan dan batulanau. Formasi ini diendapkan oleh mekanisme arus turbid dari suatu sistem kipas bawah laut inner – outer fan. Umur Formasi
Rambatan, berdasarkan pada kandungan fosil foraminifera planktonik, adalah Miosen
Akhir – Pliosen Awal N14 – N18.
2.2.2 Formasi Halang
Formasi Halang tersusun atas batupasir andesit, konglomerat tufan dan napal, bersisipan batupasir. Formasi ini berumur Miosen Akhir dan memiliki ketebalan
hingga 800 meter Djuri, Samodra, Amin dan Gafoer, 1996. Menurut Kastowo dan Suwarna 1996 di dalam Stratigraphic Lexicon ofIndonesia, Formasi Halang
tersusun atas perselingan batupasir, batulempung, napal, dan tuf dengan interkalasi breksi. Formasi ini diendapkan dalam lingkungan submarine fan pada kedalaman
neritik, dan terbentuk pada fore arc basin, dengan ketebalan berkisar antara 400 – 700 meter. Oleh Safarudin 1982, bagian bawah formasi ini berumur Miosen N15 –
N16, dan bagian atas berumur Miosen N15 – N18. Sedangkan menurut Ratman dan Robinson 1996, Formasi Halang tersusun
atas batupasir andesit yang resisten dan konglomerat tufan dengan sisipan napal. Formasi ini membentuk karakteristik punggungan-punggungan dengan tinggi
mencapai 1260 meter, dan pada ketinggian yang lebih rendah membentuk lembah lembah sempit dan curam. Formasi Halang diendapkan secara selaras di atas Formasi.
Rambatan dan ditindih secara selaras oleh Fm. Kumbang. Berdasarkan hubungan
37
stratigrafi tersebut, Formasi Halang diperkirakan berumur Miosen Tengah –Miosen Akhir, dan diendapkan pada lingkungan laut dangkal yang berangsur mendalam ke
arah Timur. Adapun menurut Martono 1992, Djuri 1975 menggambarkan perluasan
Formasi Halang sebagai perluasan dari Formasi Penyatan dengan perubahan bagian yang kaya aliran lava diubah menjadi Formasi Kumbang, sedangkan yang didominasi
batuan sedimen menjadi Formasi Halang, dengan pengertian bahwa Formasi Kumbang menindih tidak selaras Formasi Halang. Dari beberapa paragraf di atas
dapat dilihat bahwa antara para pemeta dan penyelidik terdahulu terdapat berbagai perbedaan tentang susunan stratigrafi daerah penelitian, padahal satuan stratigrafi
tersebut berkelanjutan dari satu lembar peta ke kembar lainnya. “tampak bahwa setiap pemeta cenderung memilih patokannya masing-masing dalam mengkorelasikan
satuan stratigrafi di lembar petanya dengan satuan stratigrafi yang telah ada”, Martono 1992.
2.2.3 Batuan Terobosan Tersier