Kerangka Pemikiran TINJAUAN PUSTAKA

menerima yurisdiksi Mahkamah melalui pernyataan. Meskipun demikian, Pasal 13 Statuta memungkinkan ICC dapat menggunakan yurisdiksinya dalam hal telah diberikannya kewenangan kepada penuntut presecutor melalui: Dewan Keamanan yang bertindak di bawah kewenangan Bab VII Piagam PBB, negara peserta Statuta Roma, atau inisiatif dari penuntut sendiri proprio motu berdasarkan informasi dari sumber-sumber tertentu Andrey Sujatmoko, 2007: 975. Berdasarkan penjelasan di atas, mekanisme penegakan hukum humaniter bagi negara peratifikasi Konvensi Jenewa yang paling utama ditempuh melalui mekanisme penegakan secara nasional. Sedangkan mekanisme penegakan internasional melalui ICC hanya dapat dilakukan ketika mekanisme penegakan hukum secara nasional mengalami kelemahan exhaustion of local remidies berupa unable ketidakmauan dan unwilling ketidakmampuan.

B. Kerangka Pemikiran

Pokok pembahasan utama dalam penelitian ini mengenai perlakuan terhadap tawanan perang di Penjara Abu Ghraib, Irak setelah invasi Amerika Serikat ke Irak. Invasi Amerika Serikat AS ke Irak yang terjadi sejak tahun 2003 sampai 2008 membawa beberapa dampak yang sangat luas. Akibat perang tidak hanya dirasakan oleh penduduk sipil yang menjadi korban, namun juga dirasakan oleh anggota angkatan bersenjata yang tertangkap oleh pihak musuh dan menjadi tawanan perang. Amerika serikat sebagai pihak yang unggul dalam konflik bersenjata ini mempunyai beberapa kamp tawanan perang, salah satunya di penjara Abu Ghraib. Ada beberapa indikasi dan laporan yang menunjukkan bahwa Ameika Serikat telah melakukan penyiksaan atau kekerasan fisik maupun kekerasan non-fisik dalam terhadap para tawanan perang Penyiksaan terhadap tawanan perang merupakan salah satu bentuk pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional. Hukum humaniter internasional telah mengatur secara jelas mengenai perlakuan terhadap tawanan perang yang diatur dalam Konvensi Genewa III 1949 tentang perlakuan terhadap tawanan perang. Dalam konvensi tersebut diatur mengenai tanggung jawab negara. Ada tiga hal utama dalam prinsip tanggung jawab negara yaitu tanggung jawab untuk menghormati dan menjamin penghormatan atas Konvensi dalam segala keadaan; tanggung jawab negara baik di waktu damai maupun di waktu perang untuk menyebarluaskan dan mengajarkan konvensi ini ke progam pendidikan militer maupun sipil sehingga asas- asas dalam konvensi ini diketahui oleh setiap anggota angkatan perang, anggota dinas kesehatan dan rohaniawan serta diketahui oleh penduduk sipil; dan tanggung jawab negara untuk menetapkan Undang-Undang pemberian sanksi pidana terhadap pelaku pelangar konvensi; mencari dan mengadili orang-orang yang melakukan atau memerintahkan untuk melakukan pelanggaran dengan tidak memandang kebangsaannya ; dan untuk memberantas segala perbuatan yang bertentangan dangan konvensi ini. Hasil penelitian diharapkan memperoleh jawaban tentang perlakuan terhadap tawanan perang sesuai dengan Konvensi Genewa III 1949 dan apakah Amerika Serikat sebagai negera peratifikasi konvensi Genewa III 1949 telah melaksanakan prinsip tanggung jawab negara dalam memperlakukan tawanan perang. Pada pembahasan selanjutnya dipaparkan mengenai mekanisme penegakan hukum humaniter internasional terhadap pelanggar Konvensi Genewa III 1949 di Penjara Abu Ghraib, Irak. Dalam hal ini berlaku ketentuan exhaustion of local remidies , yaitu ketentuan hukum internasional yang menyebutkan bahwa mekanisme pertanggungjawaban internasional hanya bisa dilakukan jika sudah tidak ada upaya hukum pada tingkat nasional. Amerika Serikat sebagai salah satu negara peserta konvensi dan negara yang meratifikasi konvensi, mempunyai kewajiban untuk menetapkan suatu Undang- Undang nasional yang memberikan sanksi pidana efektif kepada setiap orang yang melakukan pelanggaran berat terhadap konvensi ini. Artinya, mekanisme yang pertama kali digunakan dalam penegakan hukum humaniter dalam kasus ini adalah mahkamah atau pengadilan militer Amerika Serikat. Apabila mekanisme nasioanl tidak dapat difungsikan dengan baik unwilling dan unable, maka pada tahapan berikutnya kasus pelanggaran hukum humaniter dapat diambil alih oleh suatu mekanisme peradilan internasional, baik yang bersifat ad hoc maupun yang bersifat permanen Internastional Criminal Court. Tabel 1 Kerangka Befikir Invasi Amerika Serikat ke Irak Hukum humaniter internasional Tawanan perang di penjara Abu Ghraib Konvensi Jenewa III 1949 Tentang perlakuan terhadap Tawanan perang Jika tidak dilaksanakan Mekanisme penegakan hukum nasional local remidies Tanggung jawab negara Perlindungan hukum dilaksanakan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN