Pemrograman Linear Integer Metode Branch and Bound

3 daerah fisibel dengan nilai fungsi objektif yang terbesar. Dan untuk masalah minimisasi, nilai optimum dari suatu persamaan linear merupakan suatu nilai yang berada dalam daerah fisibel dengan nilai fungsi objektif yang terkecil. Winston 2004

2.3 Pemrograman Linear Integer

Pemrograman linear integer atau disebut juga sebagai integer programming IP merupakan suatu pemrograman linear yang sebagian atau semua variabel yang digunakan merupakan integer taknegatif. Jika suatu IP menggunakan semua variabel yang berupa integer, maka IP tersebut disebut pure integer programming PIP. Jika suatu IP menggunakan sebagian variabel saja yang berupa integer, maka IP tersebut disebut mixed integer programming MIP. Jika suatu IP menggunakan semua variabel yang bernilai 0 atau 1, maka IP tersebut disebut 0-1 IP. Winston 2004 Definisi 6 Pemrograman Linear Relaksasi Pemrograman linear relaksasi atau disebut juga PL-relaksasi merupakan suatu pemrograman linear yang diperoleh dari suatu IP yang dihilangkan kendala integer atau kendala 0-1 untuk semua variabelnya. Untuk masalah maksimisasi, nilai optimum suatu fungsi objektif PL-relaksasi lebih besar atau sama dengan nilai optimum fungsi objektif IP, sedangkan untuk masalah minimisasi, nilai optimum suatu fungsi objektif PL-relaksasi lebih kecil atau sama dengan nilai optimum fungsi objektif IP. Winston 2004

2.4 Metode Branch and Bound

Dalam penulisan karya ilmiah ini digunakan software LINGO 11.0 untuk memperoleh solusi optimum dari masalah IP. LINGO 11.0 merupakan sebuah program yang didesain untuk menentukan solusi model linear, nonlinear, dan optimisasi integer dengan mudah dan efisien. Program ini menggunakan metode branch dan bound untuk menyelesaikan masalah IP. Prinsip dasar metode branch and bound adalah mencari nilai optimum dari suatu IP secara efisien dengan memecah daerah fisibel menjadi subproblem-subproblem. Misal diberikan Subproblem n dari suatu IP, anggap merupakan bilangan pecahan yang merupakan solusi suatu PL-relaksasi dan bernilai di antara s dan dengan s suatu bilangan bulat. Karena merupakan bilangan pecahan maka nilai yang berada di daerah dari daerah fisibel Subproblem n tidak akan memuat solusi IP yang fisibel karena tidak memenuhi kendala integer, sehingga diperlukan dua subproblem baru yaitu:  Subproblem n + 1: Subproblem n + kendala  Subproblem n + 2: Subproblem n + kendala Suatu subproblem tidak memerlukan cabang subproblem baru jika memenuhi minimal satu dari situasi sebagai berikut: 1. subproblem tersebut tidak fisibel, sehingga tidak dapat menghasilkan solusi optimum untuk IP, 2. subproblem tersebut menghasilkan solusi optimum dengan semua variabel bernilai integer; jika solusi optimum ini mempunyai nilai fungsi objektif yang lebih baik daripada solusi fisibel yang diperoleh sebelumnya, maka solusi ini menjadi kandidat solusi optimum dan nilai fungsi objektifnya menjadi batas bawah dalam masalah maksimisasi dan batas atas dalam masalah minimisasi; subproblem tersebut dimungkinkan menghasilkan solusi optimum masalah IP, 3. solusi optimum subproblem tersebut lebih kecil daripada batas bawah yang diperoleh sebelumnya dalam masalah maksimisasi. Winston 2004 Contoh 1 Misalkan diberikan IP berikut: Maksimumkan terhadap integer 2 Metode branch and bound dimulai dengan menentukan solusi PL-relaksasi Subproblem 1. Solusi PL-relaksasi untuk masalah tersebut adalah . . dan . detail penghitungan dapat dilihat di Lampiran 1. Solusi tersebut tidak memenuhi kendala integer. Oleh karena itu, harus dibuat subproblem yang baru dengan memilih variabel yang tidak memenuhi kendala integer. Dengan memilih . , maka daerah pada Subproblem 1 tidak akan memuat solusi IP yang fisibel karena tidak memenuhi kendala integer. Subproblem yang baru adalah sebagai berikut:  Subproblem 2: Subproblem 1 + kendala 4  Subproblem 3: Subproblem 1 + kendala Solusi optimal dari Subproblem 2 adalah . dan . yang dapat dilihat pada Lampiran 1. Solusi tersebut tidak memenuhi kendala integer. Oleh karena itu, harus dibuat subproblem yang baru dengan memilih variabel yang tidak memenuhi kendala integer. Dengan memilih . , maka daerah pada Subproblem 2 tidak akan memuat solusi IP yang fisibel karena tidak memenuhi kendala integer. Subproblem yang baru adalah sebagai berikut:  Subproblem 4: Subproblem 2 + kendala  Subproblem 5: Subproblem 2 + kendala Solusi optimal dari Subproblem 4 adalah dan yang dapat dilihat pada Lampiran 1. Karena semua variabel bernilai integer solusinya memenuhi kendala integer, maka tidak perlu membuat subproblem baru dan solusi tersebut merupakan solusi fisibel yang merupakan kandidat solusi optimal IP 2 dengan dijadikan sebagai batas bawah. Solusi optimal dari Subproblem 5 adalah dan yang dapat dilihat pada Lampiran 1. Karena semua variabel bernilai integer solusinya memenuhi kendala integer, maka tidak perlu membuat subproblem baru dan solusi tersebut merupakan solusi fisibel yang merupakan kandidat solusi optimal IP 2 dengan . Nilai z pada Subproblem 5 lebih besar dari nilai z pada Subproblem 4, sehingga batas bawah diganti menjadi dan nilai z pada Subproblem 4 sudah tidak diperlukan lagi. Subproblem 3 mempunyai solusi optimal . dan . yang dapat dilihat pada Lampiran 1. Solusi tersebut tidak memenuhi kendala integer. Oleh karena itu, harus dibuat subproblem yang baru dengan memilih variabel yang tidak memenuhi kendala integer. Dengan memilih . , maka diperoleh subproblem yang baru adalah sebagai berikut:  Subproblem 6: Subproblem 3 + kendala  Subproblem 7: Subproblem 3 + kendala Solusi optimal dari Subproblem 6 adalah . dan . yang dapat dilihat pada Lampiran 1. Solusi tersebut tidak memenuhi kendala integer. Nilai z pada Subproblem 6 lebih kecil daripada batas bawah pada Subproblem 5, sehingga tidak perlu membuat subproblem yang baru dan iterasi dihentikan. Subproblem 7 ternyata tidak memiliki solusi fisibel yang dapat dilihat pada Lampiran 1. Oleh karena itu, Subproblem 7 tidak dapat dijadikan sebagai solusi optimal IP 2. Solusi optimal dari Subproblem 5 menjadi solusi optimal IP 2 dengan dan . Bagan dari penyelesaian IP 2 dengan algoritme branch and bound ditunjukkan pada Gambar 1. Subproblem 4 dan BB = 21 Subproblem 3 . dan . Subproblem 5 dan BB = 25 Subproblem 6 . dan . BB = 25 Subproblem 7 Tidak Fisibel Subproblem 1 . . dan . Subproblem 2 . dan . Gambar 1 Bagan dari penyelesaian IP 2 dengan algoritme branch and bound. Keterangan : BB = Batas Bawah; t = Iterasi; X = Berhenti t t t X t X t t X t X III MASALAH PENJADWALAN MATA KULIAH MAYOR-MINOR Bab ini akan membahas deskripsi masalah penjadwalan mata kuliah kurikulum mayor- minor, batasan masalah, dan asumsi yang digunakan dalam karya ilmiah ini, kemudian dilanjutkan dengan formulasi matematika terhadap permalahan tersebut. 3.1 Perumusan Masalah Kurikulum mayor-minor yang diterapkan IPB telah menginjak tahun ke enam. Pelaksanaan kurikulum ini dikelola oleh departemen dan Direktorat Administrasi Pendidikan, namun dalam pelaksanaannya masih ada beberapa masalah, antara lain terdapat jadwal kuliahresponsi mayor-minor yang tumpang tindih. Masalah jadwal perkuliahan mayor-minor yang tumpang tindih menyebabkan mahasiswa tidak nyaman dalam memilih mata kuliah yang akan diikuti pada suatu semester. Masalah tersebut sering dialami oleh mahasiswa setiap awal semester perkuliahan. Oleh karena itu, penulis akan menjadwalkan mata kuliah mayor-minor guna memberikan kenyamanan bagi semua pihak yang terkait dengan kurikulum ini. Penjadwalan ini dibuat menggunakan sejumlah mata kuliah yang akan dijadwalkan pada suatu semester, sejumlah ruangan yang dapat digunakan, sejumlah hari dalam seminggu, dan sejumlah periode waktu dalam sehari. Penjadwalan dilakukan sedemikian sehingga dapat memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. semua mata kuliah mayor-minor dapat dijadwalkan tanpa ada mata kuliah yang tumpang tindih dalam semester yang sama, 2. untuk mata kuliah yang beresponsi, jadwal kuliah dan jadwal responsi harus dijadwalkan pada hari yang berbeda dan kuliah dijadwalkan sebelum responsi, 3. setiap mata kuliah dijadwalkan tepat dalam satu ruangan, satu hari, dan suatu periode waktu tertentu, 4. setiap mata kuliah dengan waktu tatap muka dua, tiga, atau empat jam harus dijadwalkan dalam satu hari dengan periode waktu yang berurutan, 5. setiap mata kuliah harus terjadwalkan sesuai dengan waktu tatap mukanya, 6. setiap mata kuliah dijadwalkan tepat satu kali dalam seminggu, 7. tidak ada jadwal kuliah atau responsi pada pukul 12.00-13.00 setiap harinya, 8. tidak ada jadwal kuliah atau responsi pada hari Jumat pukul 11.00-12.00, 9. perkuliahan dijadwalkan dari hari Senin sampai hari Jumat, 10. jika diperlukan penjadwalan di hari Sabtu, maka mata kuliah yang berjenis kuliah tanpa responsi tidak boleh dijadwalkan pada hari Sabtu dan dibatasi sampai periode waktu tertentu. Untuk membatasi masalah penjadwalan mata kuliah mayor-minor ini, maka digunakan beberapa asumsi antara lain: 1. setiap mata kuliah dijadwalkan sesuai dengan yang tertera pada buku Panduan Program Sarjana Institut Pertanian Bogor edisi 2011 tanpa mempertimbangkan mahasiswa yang tidak mengambil mata kuliah pada semester yang tertera pada buku panduan, mahasiswa yang mengulang, dan juga mahasiswa yang pernah mengambil cuti, 2. mata kuliah yang dijadwalkan terdiri atas mata kuliah mayor dan mata kuliah minor dan mata kuliah minor merupakan bagian dari mata kuliah mayor yang bersesuaian, 3. mata kuliah yang diambil oleh mahasiswa dari mayor yang berbeda boleh dijadwalkan secara bersamaan, 4. ada sejumlah ruangan yang bisa digunakan kapan saja, 5. semua dosen dan asisten bisa mengajar kapan saja.

3.2 Formulasi Masalah dalam Model