Pakan Uji Pemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data

3

II. METODOLOGI

2.1 Pakan Uji

Sebelum dilakukan pembuatan pakan, bahan baku penyusun pakan yang digunakan sebagai pakan uji dianalisis proksimat terlebih dahulu dengan metode AOAC 1984 dalam Takeuchi 1988 untuk mengetahui kadar air, kadar abu, serat kasar, kadar protein, dan kadar lemak. Prosedur analisis proksimat tersaji dalam Lampiran 1. Pakan uji yang digunakan adalah pakan buatan dalam bentuk pelet kering. Pakan diformulasikan dengan kadar protein dan kalori yang sama, namun dengan kadar zat besi yang berbeda. Komposisi bahan pakan tersaji pada Lampiran 2. Sumber zat besi yang digunakan dalam pakan berasal dari bahan Fe anorganik FeSO 4 .7H 2 O. Pemberian zat besi yang digunakan pada setiap perlakuan adalah sebagai berikut : 1. Tanpa pemberian FeSO 4 .7H 2 O. 2. Pemberian Fe 100 ppm yaitu FeSO 4 .7H 2 O sebesar 0,5 gkg pakan. 3. Pemberian Fe 500 ppm yaitu FeSO 4 .7H 2 O sebesar 2,5 gkg pakan. Selain itu dibandingkan juga dengan pakan komersil yang memiliki kandungan protein yang sama dengan pakan uji. Hasil analisis proksimat pakan uji dan pakan komersil dapat dilihat dalam Tabel 1. Tabel 1. Hasil proksimat pakan uji dan pakan komersil Pakan Kadar Air Berat Kering Abu Serat Kasar Protein Lemak Fe ppm 0 ppm 7,23 13,60 2,36 50,04 20,17 226,44 100 ppm 7,34 13,51 2,86 50,22 20,67 307,50 500 ppm 8,56 13,25 2,83 49,41 20,93 729,16 Komersil 8,11 12,40 1,06 51,01 15,41 772,14

2.2 Pemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data

Ikan kerapu bebek Cromileptes altivelis yang digunakan sebagai ikan uji berasal dari Balai Budidaya Air Payau Situbondo, Jawa Timur. Proses adaptasi ikan dilakukan selama satu bulan di dalam wadah fiber berdiameter 2 meter dan bervolume 1000 liter dengan volume air sebanyak 60. Selama proses adaptasi kualitas air tetap dijaga dengan cara penyifonan setiap hari dan penggantian air 4 setiap 2 hari sekali. Pemeliharaan ikan selama perlakuan dilakukan dalam akuarium berukuran 60x40x50 cm sebanyak 12 buah, 1 buah tandon filter, dan 1 buah tandon penampungan air yang disusun membentuk sistem resirkulasi. Masing- masing tandon berdiameter 2 meter dan bervolume 1000 liter. Akuarium disusun secara acak dengan urutan sebagai berikut. Gambar 1. Susunan acak akuarium perlakuan Keterangan Gambar 1 : K = pakan pembanding komersil S = Pakan perlakuan suplementasi Fe 500 ppm I = Pakan perlakuan suplementasi Fe 100 ppm O = Pakan perlakuan suplementasi Fe 0 ppm 1, 2 dan 3 = ulangan Setiap akuarium diisi air laut setinggi 40 cm dilengkapi oleh aerasi terus- menerus, resirkulasi air dengan debit 1 litermenit, dan penutup akuarium berupa plastik transparan untuk mencegah ikan keluar dari dalam akuarium serta menjaga suhu akuarium tetap stabil. Sebelum perlakuan dimulai, ikan dipuasakan selama 24 jam untuk menghilangkan sisa pakan dalam saluran pencernaan ikan, kemudian ikan ditimbang dalam bobot basah tubuhnya. Setiap akuarium diisi 10 ekor ikan. Bobot rata-rata ikan yang digunakan dalam perlakuan adalah 9,44±0,36 gramekor. Selama perlakuan sebelum infeksi bakteri, ikan diberi pakan sebanyak 3 kali sehari yaitu pada pukul 07.00, 12.30, dan 17.00 WIB secara at satiation selama 40 hari. Kualitas air tetap dijaga dengan cara penyiponan setiap hari. Kualitas air diamati secara berkala. Pengamatan kualitas air menunjukan suhu rata-rata pada saat perlakuan berkisar antara 28–32 o C, salinitas air berkisar antara 29–30 gL, pH berkisar antara 7,2–8,0, DO Dissolved oksigen berkisar antara 6,6–7,0 mgL, dan NO 2 - sebanyak 0 mgL Lampiran 3. Ikan yang mengalami kematian dan pakan sisa ditimbang selama perlakuan. Setelah pemeliharaan selama 40 hari, ikan ditimbang dan dicatat bobot akhirnya, kemudian dilakukan uji tantang dengan menyuntikan bakteri Vibrio K1 K2 K3 S1 I3 I2 O2 S2 I1 O3 O1 S3 5 alginolyticus. Dosis bakteri yang disuntikkan ke dalam tubuh ikan adalah sebanyak 10 8 CFUml. Sebelum disuntikkan bakteri, semua ikan diberi stresor dengan cara direndam dipping di air tawar selama 10 menit. Saat penyuntikan bakteri, ikan dipingsankan terlebih dahulu menggunakan MS-222 dengan dosis 80-100 ppm. Kemudian ikan dipelihara dengan metode sama seperti perlakuan sebelumnya. Setiap hari dilakukan pengamatan terhadap nafsu makan dan kondisi fisik tubuh ikan. Status kesehatan ikan diketahui melalui analisis gambaran darah, yang dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada hari ke-0 atau sebelum infeksi bakteri Vibrio alginolyticus dan hari ke-6 pascainfeksi bakteri Vibrio alginolyticus. Gambaran darah yang diamati yaitu, eritrosit, leukosit, hemoglobin, dan hematokrit. Sebelum pengambilan darah, ikan dipingsankan terlebih dahulu menggunakan MS-222. 2.3 Parameter Uji 2.3.1 Laju Pertumbuhan Harian