Analisis Nilai Tambah Rekayasa biopolimer dari limbah pertanian berbasis selulosa dan aplikasinya sebagai material separator

Perhitungan analisis nilai tambah secara rinci disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Format analisis nilai tambah pengolahan No Peubah Satuan Formula Output, Input, Harga 1 Hasil produksi kgtahun A 2 Bahan baku kgtahun B 3 Tenaga kerja HOK C 4 Faktor konversi AB=M 5 Koefisien tenaga kerja CB=N 6 Harga produk Rpkg D 7 Upah rerata RpHOK E Pendapatan dan Keuntungan 8 Harga bahan baku Rpkg F 9 Sumbangan input lain Rpkg G 10 Nilai produk Rpkg MxD=K 11 a. Nilai tambah Rpkg K-F-G=L b. Rasio nilai tambah LK=H 12 a. Imbalan tenaga kerja Rpkg NxE=P b. Bagian tenaga kerja R PL=Q 13 a. Keuntungan L-P=R b. Tingkat keuntungan RL=O Balas Jasa untuk Faktor Produksi 14 Margin Rpkg K-F=S a. Pendapatan tenaga kerja langsung PSX100=T b. Sumbangan input lain GSx100=U c. Keuntungan perusahaan RSx100=V Batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Biaya total TC, total cost adalah biaya yang dikeluarkan dalam produksi material separator, terdiri atas biaya tetap total TFC, total fixed cost dan biaya variabel total TVC, total variable cost Rpkg. 2. Biaya tetap total TFC adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung pada jumlah produksi material separator, terdiri atas biaya penyusutan peralatan, penyusutan bangunan, dan upah tenaga kerja Rptahun. 3. Biaya variabel total TVC adalah biaya yang jumlah nilainya dipengaruhi oleh jumlah produksi material separator, seperti biaya bahan baku, biaya bahan baku tambahanpereaksi, biaya energi listrik, dan biaya pemasaran Rptahun. 4. Biaya untuk kemasan adalah biaya yang dikeluarkan untuk kemasan plastik ukuran 1 kg, ditambah biaya mencetak label, biaya pengemasan, dan biaya penyimpanan Rpkg 5. Material separator yang diproduksi adalah material separator berbasis bagas tebu dan dikemas dalam kemasan plastik berukuran 1 kg. 6. Penerimaan total TR, total revenue adalah total produksi material separator yang dihasilkan dalam 1 satu tahun dikalikan dengan harga jualnya Rptahun. 7. Pendapatan total Π adalah penerimaan total TR dikurangi dengan biaya total produksi material separator TC. 8. Harga pokok material separator P adalah total biaya produksi material separator tersebut dibagi dengan jumlah produksinya Rpkg 9. Titik impas BEP adalah suatu kondisi dimana usaha dalam keadaan tidak untung dan tidak rugi yang dinyatakan dalam satuan unit kg danatau dalam satuan rupiah Rp. 10. Nilai tambah NT adalah peningkatan nilai dari pengolahan bahan baku menjadi material separator, diperoleh melalui selisih nilai output dan nilai input yang dihitung dalam Rpkg bahan baku yang digunakan. 11. Nilai output NO adalah hasil kali jumlah material separator dengan harga material separator dibagi dengan jumlah bahan baku yang digunakan Rpkg. 12. Nilai input NI adalah jumlah biaya bahan bahan baku dan bahan pembantu lainnya dan biaya lainnya biaya energi, biaya penyusutan, biaya tenaga kerja dibagi dengan jumlah bahan baku yang digunakan Rpkg Hasil dan Pembahasan Beberapa asumsi digunakan dalam melakukan analisis nilai tambah material separator. Upah tenaga kerja mengacu pada peraturan pemerintah mengenai upah minimum lokal, bahan baku dan bahan pembantu lainnya berkualitas teknis industrial grade, sedangkan harga bahan mengacu pada harga yang berlaku saat kajian dilakukan. Asumsi-asumsi yang digunakan meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Harga bahan baku bagas tebu Rp 10.000,00kg 2. Kapasitas produksi dirancang 100 kg material separator berbasis bagas tebuhari dengan 2 lini produksi. Pabrik beroperasi 8 jamharishift, operator bekerja dengan 1 shifthari, 6 orangshiftlini produksi, selama 25 hari kerja per bulan atau 300 hari kerja dalam 1 tahun sesuai pasal 77 ayat 2.b UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 3. Harga jual produk material separator lebih rendah dari harga jual produk serupa yang ada di pasaran silika gel 60 Rp 1.000.000,00kg Harga silika gel 60 dengan ukuran partikel 0,040-0,063 mm di pasaran adalah Rp 2.500.000,00kg 4. Jumlah produksi material separator berbasis bagas tebu adalah 100 kghari x 300 haritahun = 30.000 kgtahun 5. Kebutuhan bahan baku bagas tebu dengan tingkat rendemen 41 adalah 122 kghari atau 36.600 kgtahun 6. Jumlah tenaga kerja langsung yang dilibatkan adalah 12 oranghari x 300 haritahun = 3600 HOKtahun 7. Upah rerata tenaga kerja langsung adalah Rp 381.600.000,00tahun x 1 tahun300 hari x 1 hari12 HOK = Rp 106.000,00HOK Upah tenaga kerja ditetapkan sesuai dengan upah minimum kerja UMK untuk Kab. Bogor, berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat No.561Kep.1558- Bangsos2011 tentang Upah Minimum KabupatenKota di Jawa Barat. 8. Sumbangan input lain terdiri atas biaya tetap dikurangi dengan gaji pengelola dan biaya tidak tetap dikurangi dengan biaya bahan baku, yang nilainya adalah Rp 12.442.635.00036.600 kg = Rp 339.962,70kg 9. Biaya penyusutan dihitung dengan metode garis lurus straight-line method ynag disesuaikan dengan umur ekonomi modal tetap, yaitu 10 tahun. 10. Biaya pemeliharaan dan asuransi merupakan komponen dari biaya tetap yang ditetapkan berturut-turut 5 dari nilai investasi barang dan 0,05 dari investasi keseluruhan. Material separator adalah produk akhir yang dijual dalam bentuk granule dengan ukuran partikel 0,040-0,063 mm serta dikemas dalam plastik kemasan berukuran 1 kg. Analisis Biaya dan Pendapatan Besarnya biaya produksi total yang dikeluarkan oleh perusahaan disajikan pada Tabel 10. Penerimaan perusahaan diperoleh dari hasil produksi material separator 30.000 kgtahun dikalikan dengan harga jual produk Rp 1.000.000,00kg. Pendapatan bersih perusahaan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya total. Pendapatan bersih perusahaan dalam 1 tahun adalah Rp 16.468.965.350,00. Tabel 10 Biaya produksi dan pendapatan industri material separator berbasis bagas tebu No Uraian Nilai Rp Persentase 1 Biaya Tetap Rp 1.617.170.650 11,95 2 Biaya Tidak Tetap Rp 11.913.864.000 88,05 Biaya Total Rp 13.531.034.650 100 3 Volume produksi kg 30.000 4 Harga jual per Kg Rp 1.000.000 5 Penerimaan Rp 30.000.000.000 Pendapatan bersih Rp 16.468.965.350 Harga pokok merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksti tiap produk atau biaya rata-rata untuk tiap unit yang diproduksi. Perhitungan harga pokok dalam penelitian ini menggunakan metode pembagian. Harga pokok diperoleh dari jumlah total biaya produksi pada satu satuan waktu tertentu dibagi jumlah produk yang dihasilkan pada satu satuan waktu yang sama. Harga pokok, harga jual, dan keuntungan per kilogram produk material separator disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Harga pokok, harga jual, dan keuntungan industri material separator berbasis bagas tebu No Uraian Nilai Rp 1 Biaya Tetap Total Rp 1.617.170.650 2 Biaya Tidak Tetap Total Rp 11.913.864.000 3 Volume Produksi Kg 30.000 4 Harga pokok per Kg Rp 451.034 5 Harga jual per Kg Rp 1.000.000 6 Keuntungan Rp 548.966 Harga pokok material separator adalah Rp 451.034,00 per kg. Harga pokok dihitung berdasarkan harga proses dan menunjukkan bahwa harga pokok material separator masih di bawah harga jual produknya. Dalam hal ini, industri material separator berbasis bagas tebu mengalami keuntungan, yaitu Rp 548.966,00 per kg produk. Namun demikian, keuntungan akan dipengaruhi oleh jumlah produk material separator yang terjual. Asumsi yang digunakan untuk menghitung keuntungan yang diperoleh perusahaan adalah produk material separator 100 terjual. Analisis BC Ratio Nilai BC ratio dari perusahaan material separator berbasis bagas tebu disajikan pada Tabel 12. Nilai perbandingan antara keuntungan dan biaya produksi adalah sebesar 1,22. Hal ini berarti setiap Rp 1.000,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan Rp 1.220,00. Nilai BC ratio yang dihasilkan perusahaan tersebut lebih dari 1 berarti usaha menghasilkan material separator memperoleh keuntungan. Tabel 12 Nilai BC Ratio industri material separator berbasis bagas tebu No Uraian Nilai Rp 1 Penerimaan Rp 30.000.000.000 2 Biaya Produksi Total Rp 13.531.034.650 3 Benefit Rp 16.468.965.350 4 BC Ratio 1,22 Analisis Titik Impas Titik impas dalam unit terjadi pada saat pengusaha memproduksi 2682 kg material separator dan BEP dalam penerimaan Rp 2.682.448.009,00 Tabel 13. Penerimaan yang diterima oleh pengusaha lebih besar daripada penerimaan pada saat BEP, yang berarti bahwa usaha pembuatan material separator dapat dikatakan menguntungkan. Tabel 13 Titik impas industri material separator berbasis bagas tebu No Uraian Nilai Rp 1 Biaya Tetap Total Rp 1.617.170.650 2 Biaya Tidak Tetap Total Rp 11.913.864.000 3 Volume Produksi Kg 30.000 4 Harga jual per Kg Rp 1.000.000 5 Penerimaan Rp 30.000.000.000 6 BEP Volume Produksi Kg 2.682 7 BEP Penerimaan Rp 2.682.448.009 8 BEP harga Rp 1.000.000 Analisis Nilai Tambah Nilai tambah yang terdapat pada setiap kilogram material separator adalah sebesar Rp 469.709,44 atau sebesar 57,30. Balas jasa atau imbalan untuk pemilik faktor produksi dapat dilihat dari besarnya marjin, yaitu sebesar Rp 809.672,13kg dengan distribusi marjin untuk pemilik usaha sebesar 56,72, untuk tenaga kerja 1,29, dan untuk sumbangan input lain sebesar 41,99. Pada saat upah tenaga kerja, harga bahan baku, dan sumbangan input lain naik 10 dengan harga jual produk tetap Rp 1.000.000,00kg, maka perusahaan masih memperoleh nilai tambah sebesar Rp 437.157,89kg produk atau sebesar 53,33 untuk setiap kilogram material separator yang dihasilkan. Balas jasa atau imbalan untuk pemilik faktor produksi, yaitu sebesar Rp 808.672,13 dengan distribusi marjin untuk pemilik usaha sebesar 52,64, untuk tenaga kerja 1,42, dan untuk sumbangan input lain sebesar 52,64. Perhitungan analisis nilai tambah dapat dilihat pada Lampiran 20-28. Simpulan 1. Industri material separator secara finansial menguntungkan bagi pengusaha karena: a. Rerata penerimaan Rp 30.000.000.000,00 lebih besar dari rerata pengeluaran Rp 13.531.034.650,00 sehingga diperoleh keuntungan positif sebesar Rp 16.468.965.350,00 b. Nilai BC lebih dari 1 rasio BC = 1,22

2. Jumlah produksi aktual 30.000 kg dengan penerimaan aktual

Rp 30.000.000.000,00 telah melebihi titik impasnya, yaitu 2.682 kg dan Rp 2.682.448.009,00. 3. Kegiatan yang dilakukan dalam usaha memproduksi material separator berbasis bagas tebu telah menghasilkan nilai tambah sebesar Rp 469.709,44 atau 57,30. Kenaikan upah tenaga kerja, bahan baku, dan sumbangan input lain sebesar 10 menghasilkan nilai tambah sebesar Rp 437.157,89kg atau sebesar 53,33. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Selulosa berhasil diisolasi dari ela sagu, bagas tebu, dan jerami padi. Tahap isolasi dipantau dengan teknik spektroskopi. Evaluasi keberhasilan juga ditunjukkan melalui nilai rendemen polisakarida, penurunan kadar lignin, dan peningkatan kadar selulosa alfa. 2. Rendemen hasil isolasi untuk ela sagu, bagas tebu, dan jerami padi berturut-turut adalah 5, 41, dan 11 dengan kandungan selulosa alfa 62,53; 72,80; dan 77,47. 3. Delignifikasi dengan H 2 O 2 5 pada pH 12, suhu 70 °C, dan waktu 3 jam dengan nisbah bobot contoh dan volume larutan H 2 O 2 sebesar 1:25 mampu menghilangkan lignin sampai lebih dari 90. 4. Derajat polimerisasi dan bobot molekul isolat selulosa dari ela sagu, bagas tebu, dan jerami padi berturut-turut adalah 194,7 dan 31.541,4 gmol; 586,5 dan 95.013 gmol, serta 67,6 dan 10.951,6 gmol. Indeks kristalinitas isolat selulosa dari ela sagu, bagas tebu, dan jerami padi berturut-turut adalah 16,01; 16,69; dan 20,96. Analisis termal menunjukkan semua isolat akan terdegradasi di atas suhu 197 °C. 5. Kondisi rekayasa dengan teknik kopolimerisasi cangkok dan taut silang yang menunjukkan swelling factor terkecil adalah kondisi pada jumlah penaut silang MBAm sebesar 1 g, rasio monomer:substrat 1:1, dan inisiator APS 250 mg. 6. Material separator potensial yang dievaluasi kinerjanya adalah material separator berbasis bagas tebu. Material separator menunjukkan kinerja yang baik dan mampu memisahkan komponen aktif dalam ekstrak temu lawak dengan resolusi pemisahan sebesar 6,44. Namun, efisiensi material separator masih perlu ditingkatkan. 7. Material separator berbasis limbah bagas tebu berpotensi untuk dikembangkan dalam rangka mendukung teknologi separasi di Indonesia. Material separator ini memiliki nilai tambah sebesar Rp 469.709,44 per kg bahan baku. Saran 1. Optimasi proses rekayasa perlu dilakukan. Variabel optimasi ditetapkan berdasarkan pengaruh variabel terhadap tujuan akhir yang ingin dicapai, yaitu pola pemisahan yang baik. 2. Kajian lanjut perlu dilakukan terkait dengan karakteristik selulosa sebagai polimer backbone dari material separator, seperti ukuran partikel, tingkat kemurnian, derajat polimerisasi, serta sebaran bobot molekul. 3. Uji coba material separator sebagai fasa stasioner pada instrumen HPLC perlu diidentifikasi. 4. Eksplorasi sumber-sumber polisakarida alami lain perlu dilakukan untuk memperoleh beragam karakteristik polimer backbone material separator