LIMBAH PERTANIAN DAN PERKEBUNAN SEBAGAI

LIMBAH PERTANIAN DAN PERKEBUNAN SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF
TERNAK DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN MENUJU
PETERNAKAN BERKELANJUTAN
*Sitti Zubaidah
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Almuslim Kabupaten Bireuen Propinsi Aceh
ABSTRAK
Pada tahun 2015, sepuluh negara ASEAN memberlakukan kawasan ekonomi tunggal ASEAN
yang disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang bertujuan untuk menghimpun
masyarakat menjadi satu akan mendapatkan banyak peluang ekonomi. Menteri Pertanian
Indonesia mengatakan dengan MEA 2015 kita memiliki kesempatan yang lebih terbuka untuk
memperluas perdagangan, investasi dan kesempatan kerja di kawasan ini, dengan harapan
Indonesia dapat meningkatkan pertumbuhan dan daya tahan ekonomi nasional, serta menganut
prinsip-prinsip ekonomi yang terbuka, berorientasi keluar (outward-looking), didorong oleh pasar
(market-driven), konsisten dengan aturan-aturan multilateral serta kepatuhan terhadap sistem
yang berlandaskan aturan (rule based system). Dengan prinsip-prinsip tersebut maka karakteristik
MEA adalah (a) merupakan basis produksi dan pasar tunggal; (b) wilayah ekonomi yang berdaya
saing tinggi; (c) wilayah dengan pembangunan ekonomi yang merata; dan (d) wilayah yang
terintegrasi penuh dengan ekonomi global. Untuk itu peluang pasar yang cukup besar inilah, baik
pasar domestik maupun internasional mendorong Kementerian Pertanian untuk selalu
mengupayakan peningkatan produksi yang berbasis pada GAP (Good Agriculture Practices),
GHP (Good Handling Practices), dan GMP (Good Manufacturing Practices) mulai dari kegiatan

on farm sampai dengan off farm. Pada kegiatan off farm, pengelolaan limbah pertanian dan
perkebunan sangatlah penting dalam mempertahankan keberlanjutan peningkatan produksi
terutama pada subsektor peternakan sebagai pakan alternatif lokal yang bernilai tinggi, hal ini
dibuktikan dengan berbagai hasil penelitian tentang penggunaan limbah pertanian sebagai pakan
ternak terhadap kualitas dan kuantitas ternak seperti limbah sawit, limbah jerami, limbah kakao,
dan lain - lain.
Kata Kunci : Limbah Pertanian dan Perkebunan, Masyarakat Ekonomi ASEAN, dan Peternakan
Berkelanjutan.
PENDAHULUAN
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) salah satu pilar dari 10 negara ASEAN untuk
membentuk Masyarakat ASEAN (ASEAN Community). Tiga pilar itu adalah (a) ASEAN Political
- Security Community ( APSC); (b) ASEAN Econonic Community (AEC) dan ASEAN Social and
Cultural Community (ASCC). MEA 2015 memiliki kesempatan yang lebih terbuka untuk
memperluas perdagangan, investasi dan kesemapatan kerja di kawasan ini dengan harapan dapat
meningkatkn pertumbuhan dan daya tahn ekonomi nasional. Pada saat ini tingkat daya saing
ekonomi Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan negara - negara ASEAN lainnya.
Sebagaimana dilaporkan oleh Forum Ekonomi Dunia dalam Global Competitiveness Index 2011 2012, peringkat Indonesia turun menjadi 46 dari peringkat 44 pada tahun 2010. Selain itu
peningkatan investasi di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya.
Menyikapi peluang dan tantangan tersebut, strategi utama yang ditempuh adalah mewujudkan


daya saing berbagai produk unggulan kita, termasuk produk - produk pertanian. (Yusni, 2014).
Menurut Menteri Pertanian RI, Suswono (2014) mengatakan bahwa dalam rangka menuju
Masyarakat Ekonomi ASEAN, menyiapkan produk pertanian andalan yang mampu bertahan pada
pasar domestik dan mampu bersaing dalam pasar regional dan global sehingga diperlukan
reinventasi dan pengembangan tehnologi mutakhir dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan bioteknologi. Sebagaimana sejumlah Petani meminta Pemerintah khususnya Dinas
Pertanian lebih pro aktif dalam meningkatkan kualitas produk pertaniannya. Sebab jika tidak,
produk pertanian dalam negeri tidak akan mampu bersaing dengan sejumlah negara yang
tergabung dalam ASEAN. Untuk meningkatkan kualitas produk pertanian perlu ditangani secara
baik dan benar mulai dari kegiatan on farm sampai dengan off farm dengan cara GAP (Good
Agriculture Practices), GHP (Good Handling Practices), dan GMP (Good Manufacturing
Practices), dan ini menjadi tugas Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. (Yusni,
2014). Pada kegiatan off farm, pengelolaan limbah pertanian sangatlah penting dalam
mempertahankan keberlanjutan peningkatan produksi terutama pada subsektor peternakan
sebagai pakan alternatif lokal yang bernilai tinggi.
Limbah pertanian merupakan pakan alternatif bagi peternak mengingat keterbatasan lahan
pengembalaan dan penyediaan hijauan pakan ternak akibat perubahan fungsi lahan produktif
menjadi lahan pemukinan dan kawasan industri serta daya beli peternak terhadap pakan
komersial (konsentrat) yang berkualitas masih rendah akibat sebagian besar bahan baku pakan
merupakan komoditas impor. Sehingga salah satu alternatif pakan ternak adalah dengan

memanfaatkan dan mengembangkan limbah hasil pertanian dan perkebunan yang diduga
memiliki kandungan nutrisi setara dengan komersial, seperti : jerami padi, jerami jagung, limbah
sayuran, limbah kelapa sawit, limbah tebu, limbah kakao dan lain sebagainya, apalagi limbah
pertanian tersebut dari pertanian organik yang mampu mengurangi resiko terjadinya residu bahan
beracun berbahaya pada produk ternak serta mengurangi ancaman terhadap kesehatan ternak.
(Indraningsih, 2010)
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
Menurut Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional (2011) menyatakan
bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN memiliki karakteristik utama sebagai berikut : (a) pasar
tunggal dan basis produksi; (b) kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi; (c) kawasan
pengembangan ekonomi yang merata; dan (d) kawasan yang secara penuh terintegrasi ke dalam
perekonomian global.
Pasar tunggal dan Basis Produksi
Melalui realisasi MEA, diharapkan ASEAN akan menjadi pasar tunggal dan basis produksi.
Pembentukan ASEAN sebagai suatu pasar tunggal dan basis produksi akan membuat ASEAN
lebih dinamis dan berdaya saing dengan mekanisme dan langkah-langkah baru guna memeprkuat
pelaksanaan inisiatif-inisiatif ekonomi yang ada, mempercepat integrasi kawasan di sektor-sektor
prioritas, memfasilitasi pergerakan para pelaku usaha, tenaga kerja terampil dan berbakat, dan
memperkuat mekanisme kelembagaan ASEAN. Pasar tunggl dan basis produksi ASEAN terdiri
dari atas lima elemen inti: (i) arus barang yang bebas; (ii) arus jsa yang bebas; (iii) arus investasi

yang batas; (iv) arus modal yang lebih bebas; dan (v) arus tenaga kerja terampil yang bebas.
Komponen dalam pasar tunggal dan basis produksi adalah termasuk 12 (dua belas) sektor-sektor
prioritas integrasi, yakni produk berbasis agro, transportasi udara, otomatif, e-ASEAN,
elektronika, perikanan, pelayanan keehatan, produk berbasis karet, tekstil dan pakaian, pariwisata,
produk berbasis kayu dan logistik, ditambah makanan, pertanian dan kehutanan.

Kawasan Ekonomi yang Berdaya Saing
Perwujudan kawasan ekonomi yang stabil, makmur, dan berdaya saing tinggi merupakan
tujuan dari integrasi ekonomi ASEAN. Terdapat enam elemen inti bagi kawasan ekonomi yang
berdaya saing ini, yaitu : (i) kebijakan persaingan; (ii) perlindungan konsumen; (iii) Hak
Kekayaan Intelektual (HKI); (iv) pembangunan infrastruktur; (v) perpajakan; (vi) e-commerce.
Pembangunan Ekonomi yang Merata
Dalam pembangunan ekonomi yang merata terdapat dua elemen utama : (i) Pengembangan
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan (ii) Inisiatif untuk Integrasi ASEAN. Kedua inisiatif ini
diarahkan untuk menjembatani jurang pembangunan baik pada tingkat UKM maupun untuk
memperkuat integrasi ekonomi Kamboja, Laos, Myanmar, dan Viet Nam (CLMV) agar semua
anggota dapat bergerak maju secara serempak dan meningkatkan daya saing ASEAN sebagai
kawasan yang memberikan manfaat dari proses integrasi kepada semua anggotanya.
Integrasi dengan Ekonomi Global
ASEAN bergerak di sebuah lingkungan yang makin terhubung dalam jejaring global yang

sangat terkait satu dengan yang lain, dengan pasar yang saling bergantung dan industri yang
mendunia. Agar pelaku usaha ASEAN dapat bersaing secara global, untuk menjadikan ASEAN
lebih dinamis sebagai “mainstream” pemasok dunia, dan untuk memastikan bahwa pasar
domestik tetap menarik bagi investasi asing, maka ASEAN harus lebih menjangkau melampaui
batas - batas MEA. Dua pendekatan yang ditempuh ASEAN dalam berpartisipasi dalam proses
integrasi dengan perekonomian dunia adalah : (1) pendekatan koheren menuju hubungan
ekonomi eksternal melalui Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade Areal/ FTA) dan kemitraan
ekonomi yang lebih erat (Closer Economic Partnership -CEP), dan (ii) partisipasi yang lebih kuat
dalam jejaring pasokan global.
POTENSI LIMBAH PERTANIAN DAN PERKEBUNAN SEBAGAI PAKAN TERNAK
Secara umum limbah hasil pertanian dan perkebunan cukup tersedia di berbagai daerah
Indonesia, namun potensi limbah tersebut untuk digunakan sebagai pakan ternak belum
dikembangkan secara optimal. Menurut Siregar (2003) menyatakan bahwa pemanfaatan limbah
pertanian dan perkebunan sebagai pakan ternak baru mencapai 39% dari potensi yang tersedia
saat ini, sehingga sebagian besar dari limbah tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik, dan bahan
dibuang, dibakar atau digunakan untuk keperluan non- peternak. Potensi ketersediaan beberapa
limbah pertanian dan perekbunan yang dapat digunakan sebagai pakan ternak pada Tabel 1.
Tabel 1. Potensi Ketersediaan Limbah Pertanian dan Perkebunan untuk Pakan Ternak

Jerami Padi

Padi merupakan produk pertanian utama untuk memenuhi kebutuhan makanan pokok
penduduk Indonesia. Luas lahan yang tersedia cukup besar yaitu 11,5 juta hektar dengan hasil
produksi 52.078,8 ribu ton pada tahun 2003. Sehingga jerami padi merupakan limbah hasil
pertanian yang sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Namun demikian,
pemamfaatan jerami padi sebagai pakan ternak belum optimal karena rendahnya kandungan
protein kasar (3 - 4%) dan tingginya kandungan serat kasar (32 - 40%) sehingga memiliki tingkat
kecernaan yang rendah yaitu berkisar antara 35 - 37%. (Haryanto, 2000). Sehubungan dengan
rendahnya nilai gizi dan daya cerna bahan kering jerami padi maka inovasi teknologi sangat
diperlukan untuk meningkatkan kualitas jerami padi sebagai pakan ternak, seperti meningkatkan
nutrisi jerami pada padi secara kimiawi, fisik, dan biologis. Proses fermentasi jerami padi
merupakan salah satu pendekatan secara biologis untuk meningkatkan kualitas pakan jerami padi.
Tabel 2 Komposisi Nutrisi Jerami Padi sebagai Pakan Ternak

Tabel 3. Perbandingan Nilai Gizi Jerami Padi yang Difermentasi dan Tanpa Fermentasi

Limbah Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan salah satu bahan pakan yang memiliki potensi sangat tinggi
dibandingkan dengan limbah hasil pertanian dan perkebunan lainnya, mengingat total limbah
yang dihasilkan terhadap luas lahan yang tersedia cukup tinggi yaitu mencaai 55.915.860 ton/
tahun, dengan limbah sawit yang dihasilkan 11.936. ribu ton dapat digunakan sebagai pakan

ternak yang lebih tinggi dari jerami padi. Umumnya bagian - bagian tanaman dari kelapa sawit
yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak terdiri dari kebun kelapa sawit (daun dan pelepah),
dari pabrik pengolahan buah kelapa sawit (lumpur, bungkil, dan bungkil inti sawit), dan ternyata

belum banyak dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak. Nilai nutrisi limbah kelapa sawit
umumnya setara dengan limbah tanaman pangan maupun pakan hijauan di daerah tropis. (Wan
Zahari, et al., 2003).
Tabel 4. Komposisi Nutrisi Limbah Tanaman dan Pengolahan Kelapa Sawit (%)

Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa lumpur sawit mengandung protein kasar anatara 12 14% dengan kadar air yang rendah (6.8%) sehingga kurang disukai ternak. Untuk
mengoptimalkan penggunaan limbah pengolahan kelapa sawit yang berupa lumpur sawit dan
bungkil inti sawit perlu memanfaatkan teknologi fermentasi dengan penambahan biostarter
seperti Aspergillus niger.
Jerami Jagung
Limbah agroindustri banyak tersedia dan beragam jenis dalam di daerah tropis menjadi
sumber utama utama meningkatkan produktivitas ternak. Limbah jagung adalah salah satu contoh
bahan baku pakan ternak yang tersedia di dalam negeri. Hal ini terlihat didalam Tabel 1 bahwa
total limbah jagung yang dihasilkan dari luas lahan 3.3 juta ha mencapai 11 juta ton per tahun.
Namun limbah jagung yang dimanfaatkan sebagai bahan pakan atau pakan ternak hanya
mencapai 5.2 juta ton atau sebanyak 50% dari total limbah yang dihasilkan. Kondisi tersebut

menunjukan bahwa limbah tanaman jagung belum dimanfaatkan secara optimal untuk pakan
ternak karena kualitas yang rendah dan mengandun serat kasar yang tini (27.8%).
Tabel 5. Komposisi nutrisi jerami jagung

Untuk meningkatkan kualitas bahan pakan jerami jagung, maka diperlukan sentuhan
teknologi fermentasi dengan menambahkan probiotik yang mengandung mikroba untuk
memecahkan serat kasar, agar dapat dicerna dengan baik oleh ternak. Metondang (2005)
menyatakan bahwa pemberian pakan jerami jagung yang difermentasi dapat mempercepat
pertumbuhan dan meningkatkan pertambahan berat badan sapi Bali.
Limbah Tebu
Bagi negara tropis, tanaman tebu merupakan tanaman yang bersifat multiiguna baik sebagai
pangan manusia, pakan ternak dan bahan bakar untuk memasak (Preston, 1992). Limbah utama
dari tanaman tebu yang potensial untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak adalah pucuk tebu/
daun, molases, ampas tebu dan empulur (pith). Limbah tanaman cukup banyak tersedia di
Indonesia diana total luas lahan yang tesedia saat ini seluas 398.600 hektar dengan kapasitas
produksi mencapai 1.9 juta ton tebu. Dari total produksi tebu dapat dihasilkan limbah tanaman
tebu sebanyak 1.8 juta ton/ tahun. Namun limbah jagung belum dimanfaatkan secara optimal
sebagai pakan ternak.
Pucuk tebu meruupakan limbah tanaman yang sangat potensial untuk digunakan sebagai
pakan ternak. Pucuk tebu memiliki daya cerna 60 - 62%, lebih baik dari jerami padi sebanyak

29-42%, (Sahrif, 1984) yang dapat digunakan sebagai pengganti rumput gajah pada pengemukan
sapi (Musofie et al., 1981) karena kandungan gula terlarut dan mineral cukup tinggi. O’donovan
(1970) menyatakan bahwa pemberian pucuk tebu pada sapi perah dan sapi potong dapat
meniingkatkan pertambahan produksi susu sebesar 2 kg susu per hari pada sapi perah dan berat
badan sebesar 0.25 kg/ hari pada sapi potong. Sementara itu, pemberian pakan campran pucuk
tebu dan empulur (pith) meningkatkan pertambahan berat badan yang nyata dibandingkan dengan
bila diberikan secara tunggal (Donefer, 1975).
Bagas adalah limbah hasil penggilingan tebu atau hasil ekstraksi sirup tebu. Limbah ini
umumnya digunakan sebagai bahan bakar dalam industri gula. Namun, bagas merupakan pakan
limbah yang berkualitas rendah kerana mengandung kadar ligno - selulosa yang tinggi. Intake
bagas dapat ditingkatkan bila dicampur dengan 55% molases dalam ransumny karena bagas
merupakan bahan pembawa yang baik untuk molases, maka ransum ini akan sangat bermanfaat
bila diberikan kepada ternak pada level optimum sekitar 20-30% konsentrasi ransum. (Ilca,
1979).
Molases adalah tetes tebu yang umumnya digunakan sebagai sumber energi dan untuk
meningkatkan palatabiltas pakan basal, meningkatkan kandungan mineral Ca, P, dan S atau
sebagai perekat dalam pembuatan pelet. Molases dapat diberikan hingga 80% energi
metabolisible untuk sapi potong dan pertambahan berat badan harian antara 0.7 - 0.9 kg/ hari
pada saat persediaan rumput terbatas (Elias et al, 1968).
Tabel 6. Komposisi Kandungan Nutrisi Limbah Tanaman Tebu


Limbah Tanaman Kakao
Tanaman coklat salah satu jenis tanaman yang tumbuh secara baik di daerah tropis, termasuk
Indonesia. Kuliat buah coklat merupakan limbah utama dari tanaman coklat yang dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pada Tabel 1 diatas menunjukan bahwa produksi komoditas
coklat untuk luas lahan sebesar 972.400 hektar dapat dihasilkan coklat sebanyak 572.9 ribu ton
pada thun 2003 dan limbah tanaman coklat yang dihasilkan mencapai 1.876.600 ton/ tahun,
namun hanya sebanyak 94.515 ton limbah yang telah dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Tabel 7. Komposisi Nutrisi Limbah Kakao

Kulit buah coklat mengandung kadar protein kasar (6-12%) sedikit lebih tinggi dari jerami
padi, tetapi hampir setara dengan rumput gajah (Sutikno, 1997). Kandungan serat kasar dalam
kulit buah coklat memiliki kadar selulosa (27-31%) dan hemiselulosa (10-13%) yang lebih
rendah daripada jerami padi. Sementara itu, kadar lignin berkisar antara 12 - 19 % lebih tinggi 2 3 kalinya dibandingkan dengan jerami padi (6%). Secara umum tinkat kecernaan kulit coklat
lebih rendah dibandingkan dengan jerami padi. Meskipun limbah tanaman coklat lainnya seperti
kulit biji dan lumpur kakao mengandung kadar protein kasar dan TDN yang lebih tinggi namun
produk samping tersebut belum dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan ternak karena jumlah
yang dihasilkan sangat rendah sekali.
Tabel 8. Perbandingan Nutrisi Limbah Pertanian dan Perkebunan dengan Mutu Standar Pakan
untuk Sapi


Disamping limbah tanaman yang umum digunakan sebagai pakan ternak tersebut, beberapa
jenis limbah tanaman dapat pula dimanfaatkannya sesuai dengan kondisi di lapangan. Tanaman
tersebut adalah limbah daun kol yang sering digunakan untuk pakan ternak sapi perah, limbah
pisang digunakan saat musim kemarau dimana terjadi kekurangan hijauan pakan ternak dan kulit
buah nenas untuk sapi potong.
PETERNAKAN BERKELANJUTAN
Pertanian terpadu merupakan suatu sistem berkesinambungan dan tidak berdiri sendiri serta
menganut prinsip segala sesuatu yang dihasilkan akan kembali ke alam. Ini berarti limbah yang
dihasilkan akan dimanfaatkan kembali menjadi sumber daya yang menghasilkan (Muslim, 2006).
Contohnya limbah pertanian dan perkebunan (jerami padi, jerami jagung, limbah kelapa sawit,
limbah tebu, dan limbah tanaman kakao) sebagai pakan alternatif ternak. Pengembangan usaha
pertanian terintegrasi yang disebut Sistem Integrasi Pertanian (Integrated Farming System)
adalah intensifikasi sistem usahatani melalui pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan
secara terpadu dengan komponen ternak sebagai bagian kegiatan usaha. Dalam agribisnis
peternakan, ketersediaan pakan merupakan salah satu faktor dalam pengembangan usaha
peternakan tropis dalam menghasilkan kualitas dan kuantitas produk primer peternakan yang baik
dan banyak sehingga mampu ikut serta dalam program pengembangan masyarakat ekonomi
ASEAN.
KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil limbah pertanian dan perkebunan memiliki potensi yang baik, untuk digunakan
sebagai pakan alternatif bagi ternak. Namun ketersediaan hasil limbah pertanian dan perkebunan
yang mencukupi ini, ternyata belum dimanfaatkan secara maksimal oleh peternak. Oleh karena
itu upaya dalam keikutsertaan menghadapi program masyarakat ekonomi ASEAN tahun 2015,
maka pemanfaatan pakan alternatif dari limbah hasil pertanian dan perkebunan ini seoptimal
mungkin dapat membantu peternak atau usaha peternakan dalam menyediakan produksi ternak
bagi pasar global.
Agar program masyarakat ekonomi ASEAN tahun 2015 berjalan dengan baik di sektor
peternakan, peran aktif dari pemerintah, peternak dan stakeholders lainnya diharapkan
terintegrasi dan terkoordinasi dengan baik diberbagai lini sektor peternakan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, 2003. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik, Jakarta.
Donofer, E et al., 1975. Use of a sugarcane derived feedstuff for livestock. In R.L. Read ed. Third
World Conference on Animal Production. Melbourne. Word Association of Animal
Production. Pg : 563 - 566
Foulkes, D. 1986. Practical feeding system for roughage based on sugar-cane and its by-products.
Ruminant Feeding Systems Utilizing Fibrous Agriculture Residues, 1985. IDP-ADAB.
CAmbera. Pg: 11-26.
Haryanto, B. 2000. Meningkatkan kualitas silase jerami padi. Warta Litbang Pertanian. 22 (3): 18
- 19.

Indraningsih, dkk. (2010). Limbah Pertanian dan Perbunan Sebagai Pakan Ternak : Kendala dan
Prospeknya. Lokakarya Nasional Ketersediaan IPTEK dalam Pengendalian Penyakit
Strategis pada Ternak Ruminasia Besar.
Kemeterian Perdagangan RI (2011). Informasi Umum : Masyarakat Ekonomi ASEAN. ASEAN
Community in a Global Community of Nations. Hal: 5 - 9.
Mathius, et al., 2004. Produk samping tanaman dan pengolahan kelapa sawit sebagai bahan
pakan ternak sapi potong. Suatu tinjauan Pros. Lokakarya Nasional Sistem Integrasi
Kelapa Sawit - Sapi. Bada Litbang Pertanian, Pemprov Bengkulu dan PT. Agricinal.
Hal : 120 - 128
Mahendri, et al., 2005. Laporan Inovasi Teknologi Pakan Padi Fermentasi dengan Probion untuk
Meningkatkan Kinerja Produksi Ternak Ruminansia. Puslitbang Peternakan, 2005.
Musofie, et al., 1987. Potensial dan utilizayion of sigar cane residues as animal feed in Indonesia.
A review. Pros. Limbah Pertanian sebagai Pakan dan Manfaat Lainnya. Grati. Hal:
200 - 2015.
Preston, TR and E. Murgueito. 1992. Implications of the energy and environmental crisis.
Sustainable production systems. In Strategy for Sustainable Livestock Production in the
Tropics. Condrit Ltd. Cali Cplumbia. Hal : 20 - 27.
Sharif, Z.A. 1984. The utilization of fresh and stored rice straw by sheep. In The Utilization of
Fibrous Agricultural Residues in Animal Feeds. Ed. By P.T. Doyle Melbourne,
Australia. Pg: 54 - 61
Suswono. 2014. Diperlukan bioteknologi menuju MEA. Antaranews. http://www.antaranews.com
Septian Deny.2013 Hal yang Perlu Dipersiapkan Pemerintah Sambut MEA di 2015. Bisnis.
Liputan. http://bisnis.liputan6.com
Yusni Emilia Harahap. 2014. Masyarakat Ekonomi ASEAN - Januari 2015. Satu Masyarakat,
Banyak Peluang. Sinar Tani. Edisi 2 - 8 April 2014 No. 3551 Tahun XLIV hal. 23
Zahari, et al., 2003. Oil palm by product as animal feed. Proc. of the MASP Annual Conference.
Kuala Trengganu. Pg: 58 - 61.