metode ini tidak ada proses kimia dan viskositas dapat diperkecil tetapi masih ada emisi karbon dan masalah polusi yang harus diselesaikan Ozcimen, el al., 2013.
2.3 Reaksi Transerifikasi
Transesterifikasi adalah proses pertukaran gugus alkil antara ester dan alkohol untuk memproduksi biodiesel dan gliserol. Untuk setiap molekul trigliserida,
diperlukan tiga molekul alkhol untuk memproduksi tiga molekul ester asam lemak. Penerima gugus alkul yang sering digunakan untuk proses transesterifikasi adalah
alkohol. Sangat banyak alkohol digunakan untuk produksi biodiesel, seperti metanol, etanol, propanol, isopropanol, butanol. Metanol adalah jenis alkohol yang sering
digunakan dalam produksi biodiesel dan reaksi nya disebut metanolisis. Etanol juga dapat digunakan tetapi relatif lebih mahal, kurangnya volatilitas dan kurang reaktif
dibandingkan dengan metanol. Umumnya, transesterifikasi adalah proses pencampuran reaktan tetapi
diperlukan katalis untuk memudahkan reaksi transesterifikasi misalnya dengan katalis asam, alkali dan enzim. Suhu dapat mempercepat laju reaksi. Dimana reaksi
transesterifikasi dilakukan pada suhu dibawah 350 °C dan jika dilakukan pada suhu diatas 400 °C akan menghasilkan ester dengan kadar yield yang rendah. Reaksi
transesterifikasi asam lemak adalah :
Gambar 2.1 Reaksi Transesterifikasi Biodiesel Vijayan, 2013
2.4 Faktor-Faktor yang Menpengaruhi Reaksi Transesterifikasi 1. Lama Reaksi
Semakin lama waktu reaksi semakin banyak produk yang dihasilkan karena keadaan ini akan memberikan kesempatan terhadap molekul-molekul reaktan
untuk bertumbukan satu sama lain. Namun setelah kesetimbangan tercapai tambahan waktu reaksi tidak mempengaruhi reaksi, melainkan dapat
menyebabkan produk berkurang karena adanya reaksi balik, yaitu metil ester terbentuk menjadi trigliserida Faizal, dkk., 2013.
Secara komersial biodiesel banyak diproduksi dengan transesterifikasi alkali dibawah tekanan atmosfir dan dioperasikan pada suhu 60 – 70 °C dengan
metanol akan terbentuk metil ester secara maksimal dalam waktu 60 menit Laksono, 2013.
2.
Rasio Perbandingan Alkohol dengan Minyak Rasio molar antara alkohol dengan minyak sangat mempengaruhi dengan metil
ester yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah alkohol yang digunakan maka konversi ester yang dihasilkan akan bertambah banyak. Perbandingan molar
antara alkohol dan minyak nabati yang biasa digunakan dalam proses industri untuk mendapatkan produksi metil ester yang lebih besar dari 98 berat adalah
6 : 1 Faizal, dkk., 2013.
3.
Jenis Katalis Katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi dan menurunkan energi aktivasi
sehingga reaksi dapat berlangsung pada suhu kamar sedangkan tanpa katalis reaksi dapat berlangsung pada suhu 250°C, katalis yang biasa digunakan dalam
reaksi transesterifikasi adalah katalis basa seperti kalium hidroksida KOH dan natrium hidroksida NaOH. Reaksi transesterifikasi dengan katalis basa
akan menghasilkan konversi minyak nabati menjadi metil ester yang optimum 94 - 99 dengan jumlah katalis 0,5 – 1,5 bb minyak nabati Faizal,
dkk., 2013.
4.
Pencampuran Homogenisasi campuran dalam reaksi merupakan parameter penting yang
mempengaruhi efektifitas reaksi karena dari kondisi ini maka reaksi tumbukan akan terjadi yang pada akhirnya akan mempengaruhi laju reaksi, konstanta
reaksi, energi aktivasi dan lama reaksi. Transesterifikasi tidak akan berlangsung baik bila campuran bahan tidak dihomogenisasi terutama selama
tahap awal proses Laksono, 2013.
5.
Suhu Kecepatan reaksi secara kuat dipengaruhi oleh temperatur reaksi pada
umumnya reaksi ini dapat dijalankan pada suhu mendekati titik didih metanol 65 °C pada tekanan atmosfer. Kecepatan reaksi akan meningkat sejalan
dengan kenaikan temperatur semakin tinggi temperatur berarti semakin banyak yang dapat digunakan oleh reaktan untuk mencapai energi aktivasi Tohari,
2015.
2.5 Minyak Kelapa