Analisis Dampak CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) Terhadap Volume Dan Harga Impor Apel Di Sumatera Utara

12

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk
suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.
Penduduk yang dimaksud dapat berupa perorangan (individu dengan individu),
antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara
dengan pemerintah negara lain. Dibanyak negara, perdagangan internasional
menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan pendapatan perkapita suatu
negara (Budiarta, 2011).

Perkembangan perdagangan internasional yang terjadi dalam beberapa tahun
terakhir mengarah pada bentuk perdagangan bebas yang disertai dengan berbagai
bentuk kerjasama bilateral, regional dan multilateral. Seperti halnya dengan
CAFTA yang telah disetujui yaitu perdagangan bebas antara Indonesia dengan
China. Sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
48 Tahun 2004 tanggal 15 Juni 2004 tentang Pengesahan Framework Agreement
on Comprehensive Economic Cooperation between the Associaton of Southeast

Asean Antions and the People’s Republic of China (Direktorat Jenderal
Perdagangan Internasional, 2010).

Komoditas pertanian yang diperdagangkan Indonesia dengan Negara ASEAN dan
China dikelompokkan berdasarkan klasifikasi HS 2 digit, Chapter 01-24 tahun
1999-2013 sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

13

1.

HS 01 Live Animals (Hewan yang Hidup).

2.

HS 02 Meat and Edible Meat Offal (Daging dan Daging Jeroan yang Dapat
Dimakan).


3.

HS 03 Fish, Crustaceans, Mollucs, Aquatic Invertebrates Nes (Ikan,
krustasea, Moluska, Invertebrata Air, dan sejenisnya).

4.

HS 04 Dairy Products, Eggs, Honey, Edible Animal Product Nes (Produk
Susu, Telur, Madu, Produk Hewani yang Dapat Dimakan, dan sejenisnya).

5.

HS 05 Products of Animal Origin, Nes (Produk yang Berasal dari Hewan dan
Sejenisnya).

6.

HS 06 Live Trees, Plants, Bulbs, Roots, Cut Flowers, Etc (Pohon, Tanaman,
Umbi, Akar, Bunga Potong, dan Sebagainya yang Segar).


7.

HS 07 Edible Vegetables and Certain Roots and Tubers (Tumbuhan serta
Akar dan Umbi Tertentu yang Dapat Dimakan).

8.

HS 08 Edible Fruit, Nuts, Peel of Citrus Fruit, Melons (Buah, Kacang, Kulit,
Buah Jeruk, Melon yang Dapat Dimakan).

9.

HS 09 Coffee, Tea, Mate and Spices (Kopi, The, Bumbu, dan RempahRempah).

10. HS 10 Cereals (Serealia).
11. HS 11 Milling Produts, Malt, Starches, Inulin, Wheat Gluten (Produk
Penggilingan, Malt, Pati, Inulin, Gluten Gandum).
12. HS 12 Oil Seed, Oleagic Fruits, Grain, Seed, Fruit, Etc, Nes (Minyak Biji,
Bulir, Biji, Buah, dan Sebagainya yang Mengandung Minyak, dan
Sejenisnya).


Universitas Sumatera Utara

14

13. HS 13 Lac, Gums, Resins, Vegetable Saps and Extracts Nes (Lak, Getah,
Resin, Getah dan Ekstrak Tumbuhan, dan Sejenisnya).
14. HS 14 Vegetable Plaiting Materials, Vegetable Products Nes (Bahan
Anyaman dari Tumbuhan, Produk dari Tumbuhan, dan Sejenisnya).
15. HS 15 Animal and Vegetable Fats, Oils, Cleavage Products, Etc (Lemak,
Minyak, Produk Pembelahan, dan Sebagainya dari Hewan dan Tumbuhan).
16. HS 16 Meat, Fish and Seafood Food Preparations Nes (Olahan Makanan dari
Daging, Ikan, dan Seafood, dan Sejenisnya).
17. HS 17 Sugars and Sugar Confectionery (Gula dan Olahan Gula).
18. HS 18 Cocoa abd Cocoa Preparations (Kakao dan Olahan Kakao).
19. HS 19 Cereal, Flour, Starch, Milk Preparations and Products (Olahan dan
Produk dari Serealia, Tepung, Pati, Susu).
20. HS 20 Vegetable, Fruit, Nut, Etc Food Preparations (Olahan Makanan dari
Sayuran, Buah, Kacang, dan Sebagainya).
21. HS 21 Miscellaneous Edible Preparations (Berbagai Olahan yang Dapat

Dimakan).
22. HS 22 Beverages, Spirits and Vinegar (Minuman, Alkohol, dan Cuka).
23. HS 23 Residues, Wastes of Food Industry, Animal Fodder (Residu, Limbah
Industri Makanan, Pakan Hewan).
24. HS 24 Tobbaco and Mannufactured Tobbaco Substitutes (Tembakau dan
Pengganti Tembakau yang Buatan).

Menurut Kuncoro (2012), China ASEAN Free Trade Area (CAFTA) digagas dan
diberlakukan sebagai kerjasama perdagangan dan ekonomi antara negara-negara
ASEAN dan China untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dan

Universitas Sumatera Utara

15

menghilangkan atau mengurangi biaya perdagangan barang (tarif maupun non
tarif), peningkatan akses pasar jasa, peraturan dan ketentuan investasi, sekaligus
peningkatan

aspek


kerjasama

ekonomi

untuk

mendorong

hubungan

perekonomian para pihak CAFTA dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. ASEAN-China sepakat untuk menurunkan dan menghapus tarif
berdasarkan 3 tahap yaitu (1) Early Harvest Programme (2) Normal Track
Programme (3) Senscitive Track yang meliputi Sensitive List dan Highly Sensitive
List.
Tabel 1. Skema Pemberlakuan Tarif Kelompok Komoditas Pertanian yang
Diperdagangkan HS 01-24 (HS 2 Digit)
Year
HS 01-08

1999
Tarif belum 0%
2000
Tarif belum 0%
2001
Tarif belum 0%
2002
Tarif belum 0%
2003
Tarif belum 0%
2004
Tarif belum 0%
2005
Tarif belum 0%
2006
Tarif 0%
2007
Tarif 0%
2008
Tarif 0%

2009
Tarif 0%
Tarif 0%
2010
Tarif 0%
2011
Tarif 0%
2012
Tarif 0%
2013
Sumber: Direktorat Kerja Sama Regional, 2010

HS 09-24
Tarif belum 0%
Tarif belum 0%
Tarif belum 0%
Tarif belum 0%
Tarif belum 0%
Tarif belum 0%
Tarif belum 0%

Tarif belum 0%
Tarif belum 0%
Tarif belum 0%
Tarif belum 0%
Tarif 0%
Tarif 0%
Tarif 0%
Tarif 0%

Dalam Direktorat Jenderal Perdagangan Indonesia (2005) dijelaskan bahwa EHP
adalah tahapan awal liberalisasi CAFTA yang terdiri dari penghapusan tarif antara
produk negara ASEAN dengan produk China dan sebaliknya untuk delapan jenis
produk yang terdiri dari produk hewan hidup (live animals), daging dan jeroan
yang bisa dimakan (meat and edible meat and offal), ikan termasuk udang (fish),

Universitas Sumatera Utara

16

produk susu (dairy products), produk hewan lainnya (other animal products),

tanaman hidup (live trees), sayur (edible vegetables) dan produk buah serta
kacang-kacangan (edible fruits and nuts) dengan pengecualian untuk jagung
manis (sweet corn). Liberalisasi dilakukan bertahap dimulai dari tahun 2004 dan
mencapai penghapusan tarif untuk kedelapan produk tersebut di tahun 2006.
Karena penghapusan tarif ini produk China - ASEAN yang masuk ke Indonesia
dan bersaing ketat dengan produk dalam negeri adalah buah-buahan.

Adapun dampak positif dengan adanya CAFTA

adalah produk-produk dari

Indonesia dapat masuk ke China dengan pajak 0%. Dengan demikian produk dari
Indonesia dapat dijual dengan harga yang relatif murah karena tidak
diberlakukannya pajak. CAFTA juga menuntut para pengusaha-pengusaha dalam
negeri dapat bersaing secara kompetitif dengan lebih kreatif dan inovatif dalam
menciptakan suatu produk yang bersifat global. Selain itu dapat diprediksi bahwa
sejumlah produk barang dan jasa buatan Indonesia akan lebih mudah memasuki
pasar China. Produk-produk hasil perkebunan seperti kakao, minyak kelapa sawit,
dan lain-lain misalnya akan lebih mudah diterima dan dibeli konsumen China
sebab lebih kompetitif. Hal ini dapat dijadikan motivasi Indonesia untuk lebih

membangun masyarakat yang lebih produktif dan kreatif serta mandiri secara
ekonomi.

Adapun dampak negatif dari diberlakukannya CAFTA adalah produk-produk
dalam negeri harus dapat bersaing dengan produk-produk yang berasal dari China.
Namun jika pengusaha dari dalam negeri tidak dapat mewujudkan hal tersebut
maka kemungkinan terburuk yang akan terjadi adalah adanya pemutusan

Universitas Sumatera Utara

17

hubungan kerja (PHK), dengan demikian maka jumlah pengangguran akan
meningkat. CAFTA akan mematikan banyak industri di Indonesia. Hal ini akan
menyebabkan melonjaknya ketiadaan lapangan usaha di kalangan rakyat jelata.
Selain itu juga dapat mematikan pedagang kecil dan UKM (Usaha Kecil
Menengah). CAFTA

dapat menyebabkan ketergantungan antara Indonesia

terhadap China semakin besar.

Buah-buahan merupakan salah satu dari produk Early Harvest Package (EHP)
yang ditetapkan dalam perdagangan bebas China-ASEAN. Keunggulan yang
menjadi daya tarik dari buah impor adalah harga buah impor yang bersaing
dengan harga buah dalam negeri, warna yang menarik, kepraktisan dalam
mengkonsumsi dan banyak buah impor yang mempunyai penampilan yang lebih
menggoda konsumen untuk membayar. Selain itu, konsistensi rasa dari buah
impor menyebabkan konsumen setia membeli buah impor. Buah impor yang
paling banyak masuk ke Indonesia adalah apel, pir, jeruk Mandarin, lengkeng dan
jeruk.

Apel merupakan buah yang sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia.
Sayangnya di Indonesia buah apel hanya dapat tumbuh di daerah dataran tinggi.
Di Sumatera Utara sendiri budidaya apel tidak ada karena tidak sesuai dengan
keadaan alam di wilayah Sumatera Utara. Dataran tinggi yang ada di Sumatera
Utara lebih banyak ditanami jeruk, marqisa, dan sayuran. Konsumsi buah apel di
Sumatera Utara disuplai oleh impor apel yang berasal dari China biasanya
merupakan apel Fuji (Anonimous, 2012) .

Universitas Sumatera Utara

18

Berikut disajikan tabel produksi buah-buahan Sumatera Utara selama 5 tahun
terakhir :
Tabel 2. Produksi Buah-Buahan Sumatera Utara 5 Tahun Terakhir
No.
Jenis Buah
2008
2009
1.
Alpukat
9.093
7.481
2.
Jeruk
679.073
728.796
3.
Mangga
27.402
21.971
4.
Rambutan
67.639
60.153
5.
Duku
15.986
15.526
6.
Durian
128.803
102.580
7.
Jambu Biji
22.782
24.682
8.
Sawo
10.721
13.833
9.
Pepaya
23.287
27.659
10.
Pisang
233.124
335.790
11.
Nenas
144.266
134.077
12.
Salak
229.911
259.103
13.
Manggis
9.387
9.957
14.
Nangka
24.008
19.401
15.
Sirsak
1.323
1.080
16.
Belimbing
6.816
4.799
Sumber: Sumatera Utara Dalam Angka, 2012

2010
7.644
788.747
28.131
43.777
13.258
66.206
35.261
6.710
29.040
403.390
102.437
328.877
7.750
15.054
1.163
4.732

2011
8.063
579.471
31.742
30.527
20.807
79.659
20.716
7.543
36.057
29.626
183.213
360.813
9.332
14.241
916
5.091

2012
7.954
362.250
35.470
26.908
32.713
102.767
19.861
9.379
31.658
363.061
262.089
350.011
13.182
16.443
1.066
7.245

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa produksi buah Sumatera Utara yang paling
tinggi adalah jeruk, kemudian pisang dan salak. Sumatera Utara tidak memiliki
produksi apel di daerahnya sendiri. Maka untuk memenuhi permintaan akan buah
apel di Sumatera Utara dilakukanlah impor buah apel dari negara-negara
penghasil buah apel contohnya Amerika dan China karena di Indonesia sendiri
apel bukan tanaman yang banyak dibudidayakan sehingga tidak bisa dilakukan
perdagangan antar wilayah di Indonesia dalam pemenuhan permintaan apel di
Sumatera Utara

Pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2012 setelah perjanjian CAFTA disajikan
volume impor buah Indonesia dari negara China-ASEAN disajikan pada tabel
berikut :

Universitas Sumatera Utara

19

Tabel 3. Volume Impor Buah Sumatera Utara

Tahun

Apel
(kg)

Pir
(kg)

Jeruk
(kg)

Jeruk
Mandarin
(kg)

Anggur
(kg)

2004

6.167.113

2.959.640

892.567

379.259

1.255.311

2005

8.587.337

5.525.397

1.181.602

1.228.262

1.524.011

2006

10.958.957

6.311.869

794.672

2.315.030

1.778.590

2007

18.748.052

11.363.581

1.647.913

2.605.109

2.878.913

2008

18.363.348

11.044.429

1.185.226

3.860.647

2.623.900

2009

17.262.977

10.602.526

1.355.371

5.140.333

3.457.638

2010

18.867.161

11.559.313

1.379.509

3.275.035

2.880.452

2011

22.051.774

15.649.943

2.021.880

5.435.161

4.330.484

2012

18.693.666

16.748.911

1.835.434

4.364.551

4.137.342

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2012

Dari Table 3 dapat dilihat bahwa buah apel memiliki volume terbesar setiap
tahunnya diantara buah impor yang lain seperti pir, jeruk, anggur, dan jeruk
mandarin yang masuk ke wilayah Sumatera Utara dalam kurun waktu 10 tahun
selama diberlakukannya CAFTA. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk
menganalisis dampak perjanjian CAFTA terhadap impor apel di Provinsi
Sumatera Utara.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

20

1. Bagaimana dampak volume apel impor dari China ke Sumatera Utara sebelum
dan sesudah adanya CAFTA ?
2. Bagaimana dampak total volume apel impor dari ASEAN ke Sumatera Utara
sebelum dan sesudah adanya CAFTA ?
3. Bagaimana dampak harga apel impor dari China ke Sumatera Utara sebelum
dan sesudah adanya CAFTA ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk:
1. Menganalisis dampak volume apel impor dari China ke Sumatera Utara
sebelum dan sesudah adanya CAFTA
2. Menganalisis dampak total volume apel impor dari ASEAN ke Sumatera Utara
sebelum dan sesudah adanya CAFTA
3. Menganalisis harga apel impor dari China ke Sumatera Utara sebelum dan
sesudah adanya CAFTA
1.4 Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan tersebut, maka kegunaan
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui
dampak CAFTA terhadap impor apel di Sumatera Utara.
2. Sebagai bahan masukan dan bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan
yang berhubungan dengan penelitian ini.
3. Sebagai bahan informasi terhadap pemerintah sebagai bahan pertimbangan
dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan CAFTA .

Universitas Sumatera Utara