PENDAHULUAN Profil Inteligensi Pada Santri Tahfidzul Qur’an.

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia terlahir di dunia ini ibarat kertas putih yang masih bersih tanpa ada suatu hal apapun di dalamnya. Seiring berjalannya waktu, manusia tumbuh menjadi individu-individu yang berkembang dan kemudian mengetahui hal-hal kecil sampai hal besar, dan dari yang sederhana sampai dengan kompleks. Hasil riset kognitif yang dilakukan selama kurun waktu sekitar 30 tahun terakhir, menyimpulkan bahwa semua bayi manusia sudah berkemampuan menyimpan informasi-informasi yang berasal dari penglihatan, pendengaran, dan informasi-informasi lain yang diserap melalui indera-indera lainnya (Syah, 2010).

Dalam proses itu, manusia mendapatkan ilmu pengetahuan sesuai dengan pengalaman hidup masing-masing. Lambat laun manusia akan berpikir dan memahami betapa pentingnya ilmu pengetahuan itu. Sebagai manusia muslim, yang mempunyai agama dan kepercayaan, manusia akan sadar tentang kewajiban menuntut ilmu. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abdil-Barr dari Anas, Nabi Muhammad SAW bersabda: ”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim”(Mahali & Mahali, 1996). Hal ini menegaskan bahwa baik muslim laki-laki maupun muslim perempuan mempunyai kewajiban untuk menuntut ilmu. Tentu yang paling dianjurkan adalah menuntut ilmu agama.


(2)

Agama diturunkan agar manusia yang ada di bumi ini hidup dengan segala aturan yang dapat membuat mereka taat kepada Sang Pencipta, yaitu Allah swt. Dengan demikian maka tidak akan timbul kekacauan di dunia. Sudah menjadi kepastian bahwa agama yang paling benar adalah agama Islam. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al Imron ayat 19 yang artinya “Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi Allah ialah Islam…” Dan tentu Islam memiliki banyak aturan dan syariat yang harus dijalankan oleh umat manusia. Oleh karena itu melalui menuntut ilmu agama, semua hal tentang kehidupan ini bisa mereka pelajari dan amalkan.

Di era modern sekarang ini, sangat mudah mencari sumber ilmu pengetahuan. Mulai dari media cetak sampai media elektronik dapat dimanfaatkan untuk tujuan keilmuan dengan catatan manusia/individu mampu memilah dan memilih secara tepat. Namun ilmu pengetahuan harus dipelajari dengan cara yang terorganisasi agar dalam proses pembelajarannya dapat dipahami secara penuh. Untuk mencapai tujuan tersebut, dapat diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan dapat diartikan sebagai proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Syah, 2010).

Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat mendasar dan penting bagi kehidupan bangsa. Sebuah bangsa tidak akan pernah maju tanpa adanya pendidikan. Pun halnya dengan individu yang tidak akan pernah maju dengan pendidikan. Berkenaan dengan pengertian


(3)

pendidikan, Irham dan Wiyani (2013) menyimpulkan bahwa pada dasarnya pendidikan merupakan usaha mendewasakan dan memandirikan manusia melalui kegiatan yang terencana dan didasari melalui kegiatan belajar dan pembelajaran yang melibatkan siswa dan guru. Sejalan dengan hal itu, Mahmud (2010) menjelaskan bahwa pendidikan merupakan kegiatan yang di dalamnya melibatkan banyak orang, diantaranya peserta didik (siswa), pendidik, administrator, masyarakat, dan orangtua.

Saat ini, masyarakat khususnya orangtua dihadapkan dengan tantangan dunia global, terlebih dalam memilih pendidikan bagi penerus-penerusnya. Para orangtua harus memilih secara tepat agar anak-anaknya dapat memperoleh pendidikan yang berkualitas, baik secara keilmuan maupun moral. Ini adalah sebagai bentuk tanggungjawab dan kewajiban orangtua untuk mendidik anak-anak agar menjadi generasi yang bermanfaat serta membentuk keluarga warahmah. Hal ini sesuai dengan firman Allah di dalam QS At-Tahrim ayat 6, yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah diri dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dank eras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Orangtua harus jeli memilih pendidikan yang sesuai dengan pedoman Al-Qur’an dan Sunnah. Saat ini banyak tawaran dari sekolah-sekolah dengan semangat membangun generasi Islam. Salah satu bentuk tawaran tersebut


(4)

adalah dengan mengadakan program-program menghapal Al-Qur’an atau biasa disebut dengan Tahfidzul Qur’an. Harapan dari sekolah atau lembaga ini adalah agar generasi-generasi umat islam sekarang menjadi generasi yang tidak hanya mumpuni dalam keilmuan akan tetapi juga kuat secara spiritual. Hal ini diperlukan karena semua sumber ilmu pengetahuan adalah berasal dari Al-Qur’an dan Sunnah yang merupakan pedoman hidup semua umat manusia. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan program Tahfidzul Qur’an semakin meningkat pesat di negara Indonesia ini. Menurut Doktor H. Ahmad Fathoni, Lc, MA, menyatakan bahwa eksistensi Tahfizul Qur’an di Indonesia makin semarak saat memasuki era kemerdekaan 1945 hingga Musabaqah Tilawatil Quran 1981. Lembaga Tahfidzul Qur’an mulai bermunculan di periode tersebut. Beliau juga mengatakan :

"Perkembangan pengajaran Tahfidzul Quran di Indonesia pasca-MHQ 1981 boleh diibaratkan bagaikan air bah yang tidak dapat dibendung lagi. Kalau sebelumnya hanya eksis dan berkembang di Pulau Jawa dan Sulawesi, maka sejak 1981 hingga kini hampir semua daerah di nusantara, kecuali Papua, hidup subur bak jamur di musim hujan dari tingkat pendidikan dasar sampai perguruan tinggi, baik dalam format pendidikan formal maupun nonformal," (Hanifa dalam Republika, 2013)

Salah satu dari sekian banyak lembaga pendidikan yang menyediakan program tahfidz adalah pesantren. Seiring peningkatan pemahaman orangtua terhadap pentingnya bekal ilmu agama bagi anak-anak, para orangtua kemudian memilih pesantren sebagai sarana pendidikan tepat. Mastuhu (dalam Nizar, 2013) menjelaskan bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional islam yang bertujuan untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran islam dengan menekankan pentingnya moral agama


(5)

sebagai pedoman hidup bermasyarakat. Harapan para orangtua tentu sesuai dengan definisi pesantren itu sendiri agar moral generasi yang akan datang menjadi lebih baik dan di sisi lain juga berprestasi secara akademik. Dan salah satu pilihan orangtua adalah dengan memilih pondok pesantren Tahfidzul Qur’an.

Pesantren Tahfidzul Qur’an merupakan salah satu bentuk lembaga keagamaan yang memiliki karakteristik dalam mengkhususkan pembelajarannya pada bidang Tahfidzul Qur’an. Pengelolaan kepengurusannya dilakukan dengan kyai sebagai metode Tahfidz Qur’an pengasuh utamanya. Pesantren Tahfidzul Qur’an menyediakan kurikulum pembelajaran yang menitikberatkan pada kegiatan menghafal Al-Qur’an. Hal ini dilakukan agar santri dapat menghafal keseluruhan ayat-ayat Al-Qur’an dengan baik dan benar, sekaligus mampu untuk menjaga hafalannya. Beratnya program tahfidz yang diterapkan, mewajibkan para santri harus mampu untuk menjaga konsentrasi dan penuh ketelatenan dalam menghafal ayat-ayat Al-Qur’an. Di Indonesia saat ini mempunyai banyak pondok pesantren tahfidzul qur’an. Terdapat kurang lebih terdapat 125 pondok pesantren tahfidzul qur’an, 116 pondok terdapat di pulau Jawa dan 9 pondok berada di luar Jawa (pustakahafidz.net, 2014). Salah satu pondok tahfidz yang berada di Jawa tengah adalah Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Ibnu Abbas. Pondok ini terletak di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Pondok ini merupakan salah satu pondok tahfidz unggulan di Solo Raya. PPTQ Ibnu


(6)

Abbas selain mempunyai keunggulan dalam Tahfidz Qur’an juga menonjol dari segi akademik.

Saat ini banyak masyarakat beranggapan bahwa ketika anak-anak dididik di lingkungan pesantren dengan program hafalan atau Tahfidz Qur’an, akan mempunyai prestasi dan kognitif yang baik. Dari situ orangtua menjadi tertarik untuk menyekolahkan anak-anak di pondok tahfidz. Namun, tidak sedikit pula orangtua yang belum beranggapan sama, artinya program maupun fasilitas yang ditawarkan pesantren Tahfidzul Qur’an saat ini belum dirasakan oleh semua anak. Beberapa penelitian tentang hal ini sudah pernah dilakukan, salah satunya adalah penelitian dari Lutfiah (2011) menyimpulkan ada hubungan positif dan signifikan antara hafalan qur’an dengan prestasi belajar. Hal ini berarti bahwa hafalan qur’an dapat menjadi faktor meningkatnya prestasi belajar siswa. Seperti yang diketahui bersama bahwa dalam mencapai prestasi belajar membutuhkan kefokusan, dan hal ini dapat dicapai ketika siswa mampu berkonsentrasi dalam proses belajarnya. Penelitian yang lain dari Sari (2015) menyimpulkan bahwa tinggi rendahnya kebiasaan menghafal Juz 30 Al-Qur’an berbanding lurus dengan konsentrasi belajar, artinya semakin banyak seseorang menghafal ayat dalam Al-Qur’an semakin tinggi tingkat konsentrasinya.

Konsentrasi, mengingat, dan memvisualisasi merupakan bagian dari proses kognitif. Menghafal berkaitan erat dengan ingatan atau memory. Solso, Maclin, dan Maclin (2008) menjelaskan memory atau memori (dalam alih bahasa) merupakan komponen struktural yang berisi informasi-informasi.


(7)

Memori juga menujuk pada proses penyimpanan atau pemeliharaan informasi sepanjang waktu (maintaining information overtime). Seseorang dapat menyimpan nama-nama tertentu dalam ingatan untuk jangka waktu kurang dari satu detik atau sepanjang hayatnya. Pada santri PPTQ Ibnu Abbas selain mempunyai target hafalan sebanyak 15 juz. Oleh karena itu, kemampuan memori para santri sangat diperlukan. Kebiasaan menghafal yang diulang-ulang tentu akan menjadikan memori tersebut berkembang dengan baik. Ketika memori berkembang baik maka akan mempengaruhi inteligensi atau kecerdasan. Amthauer dan para ahli yang lain menyebutkan bahwa memori merupakan salah satu aspek di dalam inteligensi manusia (Sobur, 2003).

Selain itu, pesantren yang berdomisili di Klaten itu menonjolkan aspek akhlak dan prestasi akademik. Hal ini menjadikan kegiatan belajar setiap santri sangat padat karena selain mendapatkan target hafalan yang banyak, juga harus rajin belajar agar memiliki prestasi belajar yang baik. Demikian juga pada santri penghafal Al-Qur’an yang dapat menyimpan ayat -ayat Al-Qur’an sesuai kapasitasnya masing-masing. Pada saat menghafal Al-Qur’an secara otomatis daya konsentrasi, cara mengingat, bahkan proses menganalogi dan memahami sangat penting dilakukan karena seperti yang diketahui bersama bahwa Al-Qur’an terdiri dari banyak ayat dan satu dengan ayat yang lain banyak yang memiliki kemiripan. Untuk itu, aspek-aspek inteligensi yang dimiliki santri tahfidz ini sangat mungkin untuk diungkapkan. Dengan ritme kegiatan yang seperti itu, kemampuan kognitif


(8)

para santri memungkinkan terus berkembang sehingga kecerdasan atau inteligensi mereka menjadi meningkat.

Untuk mengungkap inteligensi dan aspek-aspeknya dapat menggunakan alat tes inteligensi. Tes inteligensi digunakan untuk mengkategorisasikan kemampuan akademik anak sekolah, dalam hal ini adalah pada santri penghafal Al-Qur’an. Ada beberapa alat tes inteligensi yang dapat digunakan, salah satunya adalah Intelengenz Struktur Test (IST). IST merupakan alat untuk mengukur tingkat inteligensi seseorang (Kumolohadi dan Suseno, 2012). IST sampai saat ini masih banyak digunakan untuk memberikan gambaran atau profil dari subjek yang menjadi sasaran penelitian. Banyak ahli mengklaim bahwa menghafal Al-Qur’an dapat meningkatkan kecerdasan dan prestasi, namun penelitian secara empirik mengenai hal tersebut masih sangat jarang dilakukan.

Berkenaan dengan visi-misi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta yang mengedepankan nilai Indigenous dan Psikologi Islam maka penelitian tentang santri Tahfidzul Qur’an sangat sesuai dengan hal tersebut. Maka dari itu atas dasar pemaparan di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang profil inteligensi pada santri Tahfidzul Qur’an.

B. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui profil inteligensi santri Tahfidzul Qur’an.

2. Mengetahui aspek-aspek inteligensi yang menonjol pada santri Tahfidzul Qur’an.


(9)

C. Manfaat 1. Manfaat Teoritis

Memperkaya khasanah keilmuan psikologi khususnya di bidang pendidikan dan keislaman.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Santri

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi santri tentang gambaran inteligensi yang mereka miliki.

b. Bagi Pesantren

Dapat memberikan sumber pengetahuan bagi pesantren mengenai gambaran inteligensi dari santri-santri yang ada, kemudian bisa digunakan sebagai acuan untuk memberikan metode yang tepat dalam pengajaran pendidikan.

c. Bagi Orang Tua

Dapat memberikan sumber pengetahuan bagi orang tua sejauh mana perkembangan inteligensi anak-anak mereka sebagai santri.


(1)

adalah dengan mengadakan program-program menghapal Al-Qur’an atau biasa disebut dengan Tahfidzul Qur’an. Harapan dari sekolah atau lembaga ini adalah agar generasi-generasi umat islam sekarang menjadi generasi yang tidak hanya mumpuni dalam keilmuan akan tetapi juga kuat secara spiritual. Hal ini diperlukan karena semua sumber ilmu pengetahuan adalah berasal dari Al-Qur’an dan Sunnah yang merupakan pedoman hidup semua umat manusia. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan program Tahfidzul Qur’an semakin meningkat pesat di negara Indonesia ini. Menurut Doktor H. Ahmad Fathoni, Lc, MA, menyatakan bahwa eksistensi Tahfizul Qur’an di Indonesia makin semarak saat memasuki era kemerdekaan 1945 hingga Musabaqah Tilawatil Quran 1981. Lembaga Tahfidzul Quran mulai bermunculan di periode tersebut. Beliau juga mengatakan :

"Perkembangan pengajaran Tahfidzul Quran di Indonesia pasca-MHQ 1981 boleh diibaratkan bagaikan air bah yang tidak dapat dibendung lagi. Kalau sebelumnya hanya eksis dan berkembang di Pulau Jawa dan Sulawesi, maka sejak 1981 hingga kini hampir semua daerah di nusantara, kecuali Papua, hidup subur bak jamur di musim hujan dari tingkat pendidikan dasar sampai perguruan tinggi, baik dalam format pendidikan formal maupun nonformal," (Hanifa dalam Republika, 2013)

Salah satu dari sekian banyak lembaga pendidikan yang menyediakan program tahfidz adalah pesantren. Seiring peningkatan pemahaman orangtua terhadap pentingnya bekal ilmu agama bagi anak-anak, para orangtua kemudian memilih pesantren sebagai sarana pendidikan tepat. Mastuhu (dalam Nizar, 2013) menjelaskan bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional islam yang bertujuan untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran islam dengan menekankan pentingnya moral agama


(2)

sebagai pedoman hidup bermasyarakat. Harapan para orangtua tentu sesuai dengan definisi pesantren itu sendiri agar moral generasi yang akan datang menjadi lebih baik dan di sisi lain juga berprestasi secara akademik. Dan salah satu pilihan orangtua adalah dengan memilih pondok pesantren Tahfidzul Qur’an.

Pesantren Tahfidzul Qur’an merupakan salah satu bentuk lembaga keagamaan yang memiliki karakteristik dalam mengkhususkan pembelajarannya pada bidang Tahfidzul Qur’an. Pengelolaan kepengurusannya dilakukan dengan kyai sebagai metode Tahfidz Qur’an pengasuh utamanya. Pesantren Tahfidzul Qur’an menyediakan kurikulum pembelajaran yang menitikberatkan pada kegiatan menghafal Al-Qur’an. Hal ini dilakukan agar santri dapat menghafal keseluruhan ayat-ayat Al-Qur’an dengan baik dan benar, sekaligus mampu untuk menjaga hafalannya. Beratnya program tahfidz yang diterapkan, mewajibkan para santri harus mampu untuk menjaga konsentrasi dan penuh ketelatenan dalam menghafal ayat-ayat Al-Qur’an. Di Indonesia saat ini mempunyai banyak pondok pesantren tahfidzul qur’an. Terdapat kurang lebih terdapat 125 pondok pesantren tahfidzul qur’an, 116 pondok terdapat di pulau Jawa dan 9 pondok berada di luar Jawa (pustakahafidz.net, 2014). Salah satu pondok tahfidz yang berada di Jawa tengah adalah Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Ibnu Abbas. Pondok ini terletak di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Pondok ini merupakan salah satu pondok tahfidz unggulan di Solo Raya. PPTQ Ibnu


(3)

Abbas selain mempunyai keunggulan dalam Tahfidz Qur’an juga menonjol dari segi akademik.

Saat ini banyak masyarakat beranggapan bahwa ketika anak-anak dididik di lingkungan pesantren dengan program hafalan atau TahfidzQur’an, akan mempunyai prestasi dan kognitif yang baik. Dari situ orangtua menjadi tertarik untuk menyekolahkan anak-anak di pondok tahfidz. Namun, tidak sedikit pula orangtua yang belum beranggapan sama, artinya program maupun fasilitas yang ditawarkan pesantren Tahfidzul Qur’an saat ini belum dirasakan oleh semua anak. Beberapa penelitian tentang hal ini sudah pernah dilakukan, salah satunya adalah penelitian dari Lutfiah (2011) menyimpulkan ada hubungan positif dan signifikan antara hafalan qur’an dengan prestasi belajar. Hal ini berarti bahwa hafalan qur’an dapat menjadi faktor meningkatnya prestasi belajar siswa. Seperti yang diketahui bersama bahwa dalam mencapai prestasi belajar membutuhkan kefokusan, dan hal ini dapat dicapai ketika siswa mampu berkonsentrasi dalam proses belajarnya. Penelitian yang lain dari Sari (2015) menyimpulkan bahwa tinggi rendahnya kebiasaan menghafal Juz 30 Al-Qur’an berbanding lurus dengan konsentrasi belajar, artinya semakin banyak seseorang menghafal ayat dalam Al-Qur’an semakin tinggi tingkat konsentrasinya.

Konsentrasi, mengingat, dan memvisualisasi merupakan bagian dari proses kognitif. Menghafal berkaitan erat dengan ingatan atau memory. Solso, Maclin, dan Maclin (2008) menjelaskan memory atau memori (dalam alih bahasa) merupakan komponen struktural yang berisi informasi-informasi.


(4)

Memorijuga menujuk pada proses penyimpanan atau pemeliharaan informasi sepanjang waktu (maintaining information overtime). Seseorang dapat menyimpan nama-nama tertentu dalam ingatan untuk jangka waktu kurang dari satu detik atau sepanjang hayatnya. Pada santri PPTQ Ibnu Abbas selain mempunyai target hafalan sebanyak 15 juz. Oleh karena itu, kemampuan memori para santri sangat diperlukan. Kebiasaan menghafal yang diulang-ulang tentu akan menjadikan memori tersebut berkembang dengan baik. Ketika memori berkembang baik maka akan mempengaruhi inteligensi atau kecerdasan. Amthauer dan para ahli yang lain menyebutkan bahwa memori merupakan salah satu aspek di dalam inteligensi manusia (Sobur, 2003).

Selain itu, pesantren yang berdomisili di Klaten itu menonjolkan aspek akhlak dan prestasi akademik. Hal ini menjadikan kegiatan belajar setiap santri sangat padat karena selain mendapatkan target hafalan yang banyak, juga harus rajin belajar agar memiliki prestasi belajar yang baik. Demikian juga pada santri penghafal Al-Qur’an yang dapat menyimpan ayat -ayat Al-Qur’an sesuai kapasitasnya masing-masing. Pada saat menghafal Al-Qur’an secara otomatis daya konsentrasi, cara mengingat, bahkan proses menganalogi dan memahami sangat penting dilakukan karena seperti yang diketahui bersama bahwa Al-Qur’an terdiri dari banyak ayat dan satu dengan ayat yang lain banyak yang memiliki kemiripan. Untuk itu, aspek-aspek inteligensi yang dimiliki santri tahfidz ini sangat mungkin untuk diungkapkan. Dengan ritme kegiatan yang seperti itu, kemampuan kognitif


(5)

para santri memungkinkan terus berkembang sehingga kecerdasan atau inteligensi mereka menjadi meningkat.

Untuk mengungkap inteligensi dan aspek-aspeknya dapat menggunakan alat tes inteligensi. Tes inteligensi digunakan untuk mengkategorisasikan kemampuan akademik anak sekolah, dalam hal ini adalah pada santri penghafal Al-Qur’an. Ada beberapa alat tes inteligensi yang dapat digunakan, salah satunya adalah Intelengenz Struktur Test (IST). IST merupakan alat untuk mengukur tingkat inteligensi seseorang (Kumolohadi dan Suseno, 2012). IST sampai saat ini masih banyak digunakan untuk memberikan gambaran atau profil dari subjek yang menjadi sasaran penelitian. Banyak ahli mengklaim bahwa menghafal Al-Qur’an dapat meningkatkan kecerdasan dan prestasi, namun penelitian secara empirik mengenai hal tersebut masih sangat jarang dilakukan.

Berkenaan dengan visi-misi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta yang mengedepankan nilai Indigenous dan Psikologi Islam maka penelitian tentang santri Tahfidzul Qur’an sangat sesuai dengan hal tersebut. Maka dari itu atas dasar pemaparan di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang profil inteligensi pada santri Tahfidzul Qur’an.

B. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui profil inteligensi santri Tahfidzul Qur’an.

2. Mengetahui aspek-aspek inteligensi yang menonjol pada santri Tahfidzul Qur’an.


(6)

C. Manfaat 1. Manfaat Teoritis

Memperkaya khasanah keilmuan psikologi khususnya di bidang pendidikan dan keislaman.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Santri

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi santri tentang gambaran inteligensi yang mereka miliki.

b. Bagi Pesantren

Dapat memberikan sumber pengetahuan bagi pesantren mengenai gambaran inteligensi dari santri-santri yang ada, kemudian bisa digunakan sebagai acuan untuk memberikan metode yang tepat dalam pengajaran pendidikan.

c. Bagi Orang Tua

Dapat memberikan sumber pengetahuan bagi orang tua sejauh mana perkembangan inteligensi anak-anak mereka sebagai santri.