memberikan peringatan secara langsung supaya tidak melakukan kembali.
4.3.2 Hambatan-hambatan dalam Pengelolaan Laboratorium Administrasi
Perkantoran
Hambatan yang muncul dalam pengelolaan laboratorium administrasi perkantoran, sebagai berikut:
a. Terbatasnya anggaran dana pengadaan peralatan dan perlengkapan
laboratorium administrasi perkantoran Pengadaan
peralatan dan
perlengkapan laboratorium
administrasi perkantoran SMK Widya Praja Ungaran menggunakan dana BOS dan dana dari siswa. Karena jumlah siswa yang menurun
menyebabkan anggaran dana sekolah pun sedikit, dan anggaran dana BOS yang belum turun menghambat pada proses pengadaan peralatan
dan perlengkapan laboratorium. b.
Perencanaan kelengkapan administrasi perkantoran kurang maksimal Hal ini dikarenakan tidak adanya jadwal penggunaan
laboratorium, menyebabkan penggunaan laboratorium tidak teratur dan mengharuskan
konfirmasi kepada
sesama guru
administrasi perkantoran, apabila konfirmasinya telah didahului oleh guru
administrasi perkantoran yang lain, maka guru yang satunya menggunakan di hari berikutnya.
c. Terbatasnya sumber daya manusia pengelola laboratorium
Di SMK Widya Praja Ungaran untuk laboratorium administrasi perkantoran mengandalkan pada teknisi, namun teknisi
sekolah terkadang tidak menangani apabila mesin kantor seperti mesin foto copy, printer mengalami kerusakan harus memanggil teknisi
panggilan dari luar sekolah. d.
Pembagian tugas kurang jelas dan kurang tegas Tidak adanya organisasi laboratorium administrasi perkantoran
secara khusus, dan masih menggunakan struktur organisasi jurusan, sehingga pembagian tugas kurang tegas dan kurang jelas. Hal tersebut
menyebabkan sebagian besar kegiatan pengelolaan laboratorium administrasi perkantoran dilakukan oleh ketua jurusa administrasi
perkantoran. kegiatan yang dilakukannya meliputi pembuatan tata tertib, serta inventarisasi peralatan dan perlengkapan laboratorium
administrasi perkantoran. e.
Kurangnya koordinasi antar pengelola laboratorium administrasi perkantoran
Pengelolaan laboratorium administrasi perkantoran merangkap sebagai guru, sehingga mereka harus membagi waktunya untuk
keduanya terlaksana dengan baik. Namun pada kenyataannya koordinasi antar pengelola untuk membahas mengenai pengelolaan
laboratorium administrasi perkantoran jarang seklai dilakukan. Hal tersebut menyebabkan ketua jurusan harus mengkoordinasi secara
langsung pada saat bertemu dengan pengelola lainnya untuk meminta pendapat, saran, dan masukan untuk perbaikan laboratorium
administrasi perkantoran.
f. Pemeliharaan laboratorium tidak secara rutin
Pemeliharaan laboratorium administrasi perkantoran dilakukan tidak secara rutin, sedangkan untuk perawatan peralatan laboratorium
belum dilakukan seara periodik atau terjadwal, perawatan dan pengecekan dilaksanakan pada saat peralatan diketahui rusak. Hal
tersebut dikarenakan pemeliharaan dilaksanakan pada saat peralatan dan ruangan akan digunakan. Pada saat akan digunakan ruangan
dibersihkan, namun jika tidak akan digunakan didiamkan, hal tersebut karena kesibukan mengajar dari pengelola laboratorium.
g. Pengawasan laboratorium yang kurang maksimal
Tugas kepala sekolah yang banyaknya dan memiliki tugas sebagai pengawas laboratorium, mengakibatkan dalam mengawasi
sebagai pengawas laboratorium administrasi perkantoran kurang maksimal karena tidak secara berkala dan belum menggunakan standar
khusus pada saat mengawasi, sehingga tidak dapat mengetahui standar maksimal dan minimal laboratorium administrasi perkantoran.
4.3.3 Upaya Mengatasi Hambatan dalam Pengelolaan Laboratorium