Praktisi  public  relations  dengan  model  ini  menggunakan  survei,  wawancara,  dan  fokus group  untuk  mengukur  serta  menilai  publik  sehingga  mereka  bisa  merancang  program  public
relations yang bisa memperoleh dukungan dari publik kunci. 2.
Two Way Symetrical Models Model  ini  berfokus  pada  penggunaan  metode  riset  ilmu  sosial  untuk  memperoleh  rasa
saling pengertian serta komunikasi dua arah antara publik dan organisasi ketimbang persuasi satu arah.
2.2.2  Mixed motives
Tahun  2001,  James  E.  Grunig  menciptakan  nama  lain  model  ini;  mixed  motives. Tujuannya  adalah  untuk  mempresentasikan  sebuah  model  yang  menyeimbangkan  kepentingan
pribadi dengan kepentingan publik dalam proses memberi serta menerima yang bisa berfluktuasi antara  advokasi  dan  kolaborasi.  Grunig  berpendapat  bahwa  model  ini  merupakan  model  yang
paling etis karena semua kelompok merupakan bagian dari resolusi masalah.
1.3 Contingency Models Of Conflict
Tahun 1995, David M. Dozier, Larissa A. Grunig. dan James E. Grunig  dalam bukunya conflict management menyampaikan sebuah model baru public relations yang diperoleh dari riset
mereka  tentang  keutamaan  public  relations  dan  manajemen  komunikasi.  Riset  mereka  tentang 321 organisasi di tiga negara mengungkapkan bahwa praktisi public relations yang paling efektif
menggunakan model simetris baru dengan praktik dua arah. Gambaran public relations seperti ini  menempatkan  publik  pada  sebuah  kontinum  oleh  karena  dalam  praktik  terbaik  public
relations,  praktisi  public  relations  dan  supervisor  mereka  melaporkan  bahwa  mereka menggunakan kedua model ini, model simetris dua arah dan model asimetris dua arah, sehingga
Dozier,  Grunig,  dan  Grunig  berpikir  bahwa  dengan    memberikan  situasi  public  relations  yang spesifik,  organisasi  dan  publik  mereka  akan  berusaha  semaksimal  mungkin  untuk  saling
memengaruhi satu sama lain.
1.4 Implications At The International Level
Usaha  pengembangan  public  relations  yang  menjelaskan  bagaimana  public  relations dilakukan  secara  lebih  efektif,  berlanjut  pada  tahun  1996  dengan    adanya  laporan  tentang  dua
model  berbeda:    model  prediktor  kultural  the  cultural  interpreter  model  dan  model  pengaruh personalpersonal  influence  model.  Walaupun  kedua  model  ini  dapat  dimasukkan  ke  dalam
kategori  asimetris,  mereka  memberi  kita  lebih  banyak  hal  untuk  dipikirkan  dalam  pemahaman kita  tentang  public  relations.  Kedua  model  ini  ditemukan  dari  riset  yang  dilakukan  oleh
mahasiswa lulusan University of Maryland yang kembali ke negara asalnya, India, Yunani, dan Taiwan  untuk  menguji  apakah  praktisi  public  relations  di  negara  mereka  menggunakan  empat
model  asli  public  relations  atau  tidak.  Walaupun  kedua  model  ini  bisa  saja  merepresentasikan praktik  public  relations  di  budaya  lain,  kami  melihat  aplikasi  kedua  model  itu  dalam  praktik
public relations di Amerika.
1.5 Public Relations and Mediasi