Public Relations and Mediasi

Usaha pengembangan public relations yang menjelaskan bagaimana public relations dilakukan secara lebih efektif, berlanjut pada tahun 1996 dengan adanya laporan tentang dua model berbeda: model prediktor kultural the cultural interpreter model dan model pengaruh personalpersonal influence model. Walaupun kedua model ini dapat dimasukkan ke dalam kategori asimetris, mereka memberi kita lebih banyak hal untuk dipikirkan dalam pemahaman kita tentang public relations. Kedua model ini ditemukan dari riset yang dilakukan oleh mahasiswa lulusan University of Maryland yang kembali ke negara asalnya, India, Yunani, dan Taiwan untuk menguji apakah praktisi public relations di negara mereka menggunakan empat model asli public relations atau tidak. Walaupun kedua model ini bisa saja merepresentasikan praktik public relations di budaya lain, kami melihat aplikasi kedua model itu dalam praktik public relations di Amerika.

1.5 Public Relations and Mediasi

Pada proses implikasi manajemen, perusahaan mengalami konflik internal. Mulai dari tingkat individu, kelompok, sampai unit. Mulai dari derajat dan lingkup konflik yang kecil sampai yang besar. Masalah yang relatif kecil seperti adu mulut tentang pribadi antar karyawan, sampai yang relatif besar seperti beda pandangan tentang strategi bisnis di kalangan manajemen. Sebagian teori penting yang telah dikembangkan dalam bidang public relations adalah terkait dengan peran praktisi public relations dalam kehidupan organisasi. Sebagian peran ini adalah peran manajerial dan sebagian lagi terkait dengan pemasaran. Ada permintaan komunikasi dari bagian sumber daya manusia. Bahkan, departemen hukum pun dapat mempengaruhi aktivitas public relations terutama ketika terjadi krisis di dalam organisasi. Masalahnya, apakah praktisi public relations dapat memainkan peran yang benar dalam mencapai efektivitas organisasi atau tidak. Peran adalah kumpulan kegiatan harian yang dilakukan seseorang. Glen Broom dan David Dozier telah mengkaji peran public relations selama lebih dari 20 tahun. Kajian mereka telah menbantu kita mempelajari kekuatan fungsi public relations dalam organisasi dan bagaimana aktivitas orang-orang public relations dalam menghasilkan program yang benar, memengaruhi perencanaan strategis organisasi, serta dampaknya pada pencapaian tujuan jangka pendek dan jangka panjang organisasi. Dalam riset tentang aktivitas public relations, ada dua peran besar yang secara konsisten muncul dalam kegiatan public relations, yaitu peran sebagai teknisi dan manajer. Peran sebagai teknisi mewakili sisi seni dari public relations, antara lain menulis, mengedit, mengambil foto, menangani produksi komunikasi, membuat event spesial, dan melakukan kontak telepon dengan media. Kegiatan ini menitik beratkan pada implementasi strategi komunikasi menyeluruh manajemen. Peran sebagai manajer berfokus pada kegiatan yang membantu organisasi dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah terkait pada public relations. Manajer public relations memberi saran kepada manajer senior tentang kebutuhan komunikasi dan bertanggung jawab dengan pencapaian organisasi dalam skala luas. Manajer public relations melaksanakan tiga peran berikut. 1. Sebagai pemberi penjelasan: orang yang bekerja sebagai konsultan untuk mendefinisikan masalah, menyarankan pilihan, dan memantau implementasi kebijakan. 2. Sebagai fasilitator komunikasi: orang yang berada pada batas antara organisasi dengan lingkungannya yang menjaga agar komunikasi dua arah tetap berlangsung. 3. Sebagai fasilitator pemecahan masalah : orang yang bermitra dengan manajer senior untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah. Agar dapat menjalankan ketiga peran di atas dengan baik, sangat bergantung pada ilmu pengetahuan individu manajer yang bersangkutan. Jika para manajer dapat melakukan fungsi sebagai teknisi dan manajer dengan baik, maka mereka akan memperoleh status yang lebih tinggi dalam proses pembuatan keputusan organisasi. Para profesional public relations tidak dapat berharap mendapatkan kursi di meja di mana mereka bisa memengaruhi bagaimana mencapai hubungan yang bermanfaat dengan stakeholder, kecuali jika mereka memainkan kedua peran tersebut dengan baik. Mereka khususnya wajib melakukan peran sebagai manajer sedemikian rupa agar jajaran manajemen memahami pentingnya fungsi public relations dalam organisasi. Mediasi bertujuan untuk menciptakan adanya suatu kontrak atau hubungan langsung diantara para pihak. Dengan kata lain tujuan dari proses mediasi adalah dapat tercapainya kesepakatan diantara pihak yang berkonflik atau paling tidak dapat terjalin komunikasi mengenai permasalahan yang sedang mereka hadapi. Sedangkan fungsi mediasi adalah untuk merencanakan suatu penyelesaian yang dapat memuaskan kedua pihak. Dalam hal ini PR bisa menjadi mediator dan sebagai penengah agar masing-masing menemukan solusi sehingga masalah terselesaikan. Mediator juga harus dapat menumbuhkan kepercayaan diantara para pihak yang bersengketa bahwa mediator dapat membantu untuk menyelesaikan masalah yang tengah terjadi. Oleh karena itu mediator harus menjelaskan peran dan wewenangnya selama dalam proses mediasi. Hal ini penting untuk mengetahui sejauh mana kewenangan mediator dahbulam proses mediasi dan peran apa yang akan dijalankan oleh mediator. Setelah menjelaskan peran dan kewenangannya, mediator harus menjelaskan aturan main dalam perundingan sampai para pihak yang bersengketa jelas tentang aturan main tersebut dan tidak ada lagi pertanyaan. Bila para pihak telah menyepakati ketentuan yang berlaku, mediator perlu menekankan kembali bahwa semua pihak akan berkomitmen untuk menaati aturan yang telah dibuat. Dalam proses akhir mediasi, proses pengambilan keputusan, mediator melokalisir pemecahan masalah dan mengevaluasi pemecahan masalah yang telah dilakukan sebelumnya. Mediator harus dapat mendorong para pihak untuk menghasilkan suatu pemecahan masalah dan para pihak harus dapat menerimanya. Mediator hendaknya selalu mengusahakan tercapainya win-win solution. Dalam menentukan pilihan kesepakatannya, mediator turut membantu dan akhirnya mengingatkan kembali kepada para pihak mengenai kesepakatan yang telah dicapai. Mediasi dianggap sebagai jalan yang relatif lebih mudah dibandingkan dengan alternatif penyelesaian yang lain, dimana PR disini dituntut menjadi mediator yang baik, yaitu sebagai PR yang bisa mengembalikan atau mempertahankan serta mempertanggung jawabkan image perusahaan.

1.6 Pendekatan Terhadap Resolusi Konflik

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Kreatif Public Relations Best Western Star Hotel Dalam Penyelesaian Konflik

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Kreatif Public Relations Best Western Star Hotel Dalam Penyelesaian Konflik T1 362008033 BAB I

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Kreatif Public Relations Best Western Star Hotel Dalam Penyelesaian Konflik T1 362008033 BAB IV

0 0 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Kreatif Public Relations Best Western Star Hotel Dalam Penyelesaian Konflik T1 362008033 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Public Relations dalam Komunikasi Pemasaran Terpadu T1 362006801 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Public Relations dalam Komunikasi Pemasaran Terpadu T1 362006801 BAB II

0 0 50

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Public Relations dalam Komunikasi Pemasaran Terpadu T1 362006801 BAB IV

6 73 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Public Relations dalam Komunikasi Pemasaran Terpadu T1 362006801 BAB V

0 1 25

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran dan Strategi Public Relations dalam Membangun Brand Awareness di Le Beringin Hotel Salatiga T1 362007040 BAB II

0 0 20

T1 Abstract Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Employee Relations dalam Upaya Pencapaian Visi dan Misi Best Western Premier Solo Baru

0 0 1