Jargon : Majulah Indonesiaku, sejahteralah bangsaku. Jargon : Kebenaran wajib ditegakkan, dan keadilan harus diperjuangkan.

5 penggunaan tuturan dalam wujud jargon menjadi salah satu strategi dalam proses komunikasi massa dari caleg terhadap masyarakat pemilih. Pemilihan objek penelitian di Kota Semarang didasarkan atas keberadaannya sebagai ibukota Jawa Tengah yang memiliki latar budaya beragam, dari Jawa, Cina, maupun Arab. Heterogenitas masyarakat Kota Semarang juga nampak dari tingkat pendidikan, mata pencaharian, seni budaya dan kesenian daerah, agama dan kepercayaan penduduk, dan lain-lain. Dalam konteks pemilu legislatif, penggunaan jargon menjadi sangat bervariasi dalam media kampanye, dengan harapan mampu diterima dalam situasi masyarakat yang heterogen tersebut. Di kota Semarang, pada masa kampanye pemilu legislatif dapat dijumpai dengan mudah berbagai spanduk dan baliho kampanye calon anggota legislatif dengan penggunaan jargon yang berbeda-beda. Jumlah spanduk kampanye lebih banyak dibandingkan jumlah calon anggota legislatif sendiri, karena hampir tiap caleg memasang puluhan bahkan ratusan spanduk kampanye masing-masing. Penggunaan jargon dalam spanduk kampanye tersebut diharapkan dapat menunjang popularitas tokoh yang bermuara pada pengaruhnya terhadap hasil perolehan suara dalam Pemilu. Beberapa contoh penggunaan jargon dalam media spanduk kampanye Pemilu legislatif tahun 2009 di Kota Semarang sebagai berikut.

1. Jargon : Majulah Indonesiaku, sejahteralah bangsaku.

Dr. Siswono Yudo Husodo, Partai Golkar, Caleg DPR RI Dapil I Jawa Tengah, No.urut 1 6

2. Jargon : Kebenaran wajib ditegakkan, dan keadilan harus diperjuangkan.

Caleg : Mukaeni PKNU, Caleg DPRD Kota Semarang Dapil V, No.urut 1 3. Jargon : Pilih Caleg : Drs.H.Machmud Yunus PPP, Caleg DPR RI Dapil I Jawa Tengah, No.urut 1 4. Jargon : Putra Semarang, terbukti berprestasi, terbukti mengabdi. Wakil kita, masa depan kita. Alvin Lie Ling Piao, PAN, Caleg DPR RI Dapil I, No.Urut 5 5. Jargon : Partai Demokrat bersama SBY berjuang untuk rakyat. Ir.Suhardi, P.Demokrat, Caleg DPRD Kota Semarang Dapil V, No. urut.1 Jargon dapat dianalisis secara linguistik maupun nonlinguistik. Salah satu analisis yang dapat dilakukan yakni identifikasi wujud, makna, dan fungsi, karena jargon tidak hanya ditinjau dari segi kebahasaan saja, tetapi juga lingkungan sosial budaya yang turut memengaruhi penggunaan jargon tersebut. Beberapa contoh jargon politik di atas merupakan jenis jargon dalam wujud kalimat dan kata tunggal. Dalam analisis wujud, misalnya, jargon pilih merupakan jargon berupa kata tunggal, sedangkan jargon Partai Demokrat bersama SBY berjuang untuk rakyat merupakan jargon berupa kalimat. Dalam kajian wujud yang lain, jargon dapat berupa frase, klausa, maupun akronim. Dalam analisis makna, jargon pilih bermakna sebagai jargon yang berisi permintaan dukungan secara langsung, sedangkan jargon Majulah Indonesiaku, sejahteralah bangsaku bermakna sebagai jargon yang berisi harapan masa depan. Dalam kajian makna yang lain, jargon dapat bermakna permintaan dukungan 7 secara tidak langsung dan jargon yang berisi profil pencitraan. Dalam analisis fungsi, jargon Putra Semarang, terbukti berprestasi, terbukti mengabdi memiliki fungsi pengakraban. Dalam kajian fungsi yang lain, jargon dapat berfungsi sebagai pengungkapan jatidiri, meminta secara langsung, dan meminta secara tidak langsung.

1.2 Rumusan Masalah