KERAGAAN, KERAGAMAN DAN HERITABILITAS KARAKTER AGRONOMI KACANG PANJANG (Vigna unguiculata) GENERASI F1 HASIL PERSILANGAN TIGA VARIETAS

(1)

ABSTRACT

PERFORMANCE, VARIABILITY, AND HERITABILITY OF AGRONOMIC CHARACTER OF STRING BEANS (Vigna unguiculata) F1 GENERATION OF

CROSSESTHREE VARIETIES

By

Maylinda Widiastuti

To increase the production of beans, it is necessary to use of superior varieties. The assembly of superior verieties can be obtained by intersecting the two elders who have differences. The result of intersecting between genotype beans can be seen through the performances shown on next-generation (F1). On the results of a cross in

a different between elders can be expected there is diversity between the results of a cross. This research proposed to look at the performance, variability and value guess heritability agronomic broad sense character beans generation F1 crosses of the results

of the three genotypes. The seeds used are F1 seed beans which are the result of a

cross between a Red-White x Black seed coat (AxB), Black x Red-White seed coat (BxA), Black x Brown seed coat (BxC), Chocolate x Red-White seed coat (CxA), the seed elder Red-White seed coat, the seed elder Black seed coat, and the seed elder Brown seed coat. This research was conducted with complete randomized design (RKTS), analyzed by using a analyse of varian, and continued with LSI (Least


(2)

Maylinda Widiastuti

Significant Increase). The results showed that the phenotype diversity of agronomic characters of long bean genotypes of three interchanges result is spacious for all variables. For the diversity of agronomic characters of long bean genotypes yield crosses three genotypes are spacious for the variable age of flowering, harvest dried pods age, number of pods of the plant, average number of pods of the plant, average length of locul (castor beans), the number of total seed, weight of seeds, but to the variable age harvest fresh pods, the number of stalks of flowers, the average length of the pods of the plant, average number of plant locul (castor beans) and weights 100 seeds is narrow. Broad sense heritability value magnitudes of characters of

Agronomy resulting F1 generation long bean crosses of the results of the three

genotypes for the variable age of flowering and the average length of lokul is high, harvest dried pods age variable, the number of pods of the plant, average number of pods of the plant, and the number of total seeds is medium, variable age pods fresh harvest, the number of stalks of flowers, the average length of the pods of the plant, average number of locul (castor bean) plants, seed plants, weights and weight of 100 seeds is low.


(3)

ABSTRAK

KERAGAAN, KERAGAMAN DAN HERITABILITAS KARAKTER AGRONOMI KACANG PANJANG (Vigna unguiculata) GENERASI F1 HASIL

PERSILANGAN TIGA VARIETAS Oleh

Maylinda Widiastuti

Untuk meningkatkan produksi kacang panjang, perlu penggunaan varietas unggul. Perakitan varietas unggul dapat diperoleh melalui persilangan dua tetua yang memiliki perbedaan. Hasil persilangan antargenotipe kacang panjang dapat dilihat melalui keragaan yang ditampilkan pada generasi keturunan (F1). Pada hasil

persilangan antartetua yang berbeda dapat diharapkan terdapat keragaman antara hasil persilangan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat keragaan karakter agronomi, keragaman dan nilai duga heritabilitas arti luas kacang panjang generasi F1 hasil

persilangan tiga genotipe. Benih yang digunakan adalah benih F1 kacang panjang

yang merupakan hasil persilangan antara testa Merah Putih x Hitam (AxB), testa Hitam x Merah Putih (BxA), testa Hitam x Coklat (BxC), testa Coklat x Merah Putih (CxA), benih tetua testa Merah Putih, testa Hitam, testa Coklat. Penelitian ini

dilakukan dengan Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS) dan data dianalisis dengan menggunakan, analisis ragam,dan dilanjutkan uji LSI (Least Significant Increase). Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaman fenotipe


(4)

Maylinda Widiastuti

karakter agronomi kacang panjang hasil persilangan tiga genotipe adalah luas untuk semua variabel. Untuk keragaman genotipe karakter agronomi kacang panjang hasil persilangan tiga genotipe adalah luas untuk variabel umur berbunga, umur panen polong kering, jumlah polong tanaman, rata-rata jumlah polong tanaman, rata-rata panjang lokul, jumlah benih total, bobot benih tanaman, tetapi untuk variabel umur panen polong segar, jumlah tangkai bunga, rata panjang polong tanaman, rata-rata jumlah lokul tanaman dan bobot 100 benih adalah sempit. Besaran nilai

heritabilitas arti luas karakter agronomi kacang panjang generasi F1 hasil persilangan

tiga genotipe. untuk variabel umur berbunga dan rata-rata panjang lokul adalah tinggi, variabel umur panen polong kering, jumlah polong tanaman, rata-rata jumlah polong tanaman, dan jumlah benih total adalah sedang, variabel umur panen polong segar, jumlah tangkai bunga, rata-rata panjang polong tanaman, rata-rata jumlah lokul tanaman, bobot benih tanaman, dan bobot 100 benih adalah rendah.


(5)

KERAGAAN, KERAGAMAN, DAN HERITABILITAS KARAKTER AGRONOMI KACANG PANJANG (Vigna unguiculata) GENERASI F1

HASIL PERSILANGAN TIGA VARIETAS (Skripsi)

Oleh

Maylinda Widiastuti

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(6)

KERAGAAN, KERAGAMAN, DAN HERITABILITAS KARAKTER AGRONOMI KACANG PANJANG (Vigna unguiculata) GENERASI F1 HASIL

PERSILANGAN TIGA VARIETAS

Oleh

Maylinda Widiastuti

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... ... 4

1.4 Kerangka Pemikiran ... ... 5

1.5 Hipotesis ... ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang ... ... 8

2.2 Karakter Benih Kacang Panjang dan Pewarisan Tetua ... ... 9

2.3 Keragaman ... ... 12

2.4 Heritabilitas ... ... 13

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... ... 16


(9)

v

3.3 Metode Penelitian ... ... 17

3.4 Analisi Statistika ... ... 18

3.5 Pelaksanaan Penelitian ... ... 20

3.5.1 Pengolahan Tanah dan Pembuatan Petak Percobaan .... 20

3.5.2 Penanaman dan Pemberian Pupuk Dasar ... 21

3.5.3 Penyulaman ... 21

3.5.4 Pemasangan Lanjaran ... 21

3.5.5 Pemeliharaan Tanaman ... 22

3.5.6 Pemanenan ... 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan ... 20

4.1.1 Analisis ragam untuk karakter tanaman yang diamati .... 25

4.1.2 Keragaan beberapa karakter agronomi generasi F1 hasil persilangan dan tetua kacang penjang ... 28

4.1.3 Keragaman fenotipe dab genotipe ... 31

4.1.4 Heritabilitas arti luas ... 34

4.1.5 Genotipe unggul pada populasi keturunan F1 hasil persilangan tiga varietas ... 36

4.2 Pembahasan ... . .. 37

V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... ... 44

5.2 Saran ... ... 45 DAFTAR PUSTAKA


(10)

Judul Skripsi : Keragaan, Keragaman, dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kacang Panjang (Vigna Unguiculata) Generasi F1 Hasil Persilangan Tiga Varietas Nama Mahasiswa : Maylinda Widiastuti

Nomor Pokok Mahasiswa : 0814013167 Program Studi : Agroteknologi Fakultas : Pertanian

Menyetujui, 1.Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Nyimas Sa’diyah, M.P Ir. Ardian, M. Agr NIP 196002131986102001 NIP 196211281987031002

2.Ketua Jurusan Agroteknologi

Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P NIP 196411181989021002


(11)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji Ketua:

Dr. Ir. Nyimas Sa’diyah, M.P. ____________________

Sesretaris:

Ir. Ardian, M. Agr. ____________________

Pembahas:

Dr. Ir. Erwin Yuliadi, M. Sc. ____________________

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M. S. NIP 196108261987021001


(12)

MOTTO

Allah mengajarkan arti syukur dengan cara yang mungkin tidak mampu untuk

dicerna oleh akal dangkal kita……..

Maka bersyukurlah atas segala nikmat-

Nya hari ini……….

Sebab, Syukur bukan hanya diucapkan saat hati penuh “Mawar”…………

Tapi, saat durinya mencabik-

cabik hati…………

Say Hamdalah for Every day…………..


(13)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah dilakukan orang lain, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini sebagaimana disebutkan dalam daftar pustaka, selain itu saya menyatakan pula bahwa skripsi ini dibuat oleh saya sendiri.

Apabila pernyataan saya tidak benar maka saya bersedia dikenai sanksi sesuai dengan hokum yang berlaku.

Bandar Lampung, 29 Oktober 2012

Maylinda Widiastuti

NPM 0814013167


(14)

PERSEMBAHAN

Ibu, Ibu, Ibu, dan Bapak tercinta

Terimakasih untuk semua cinta dan kasih sayang, perhatian, do’a, dan nasehat yang bapak dan ibu berikan untukku. Maaf atas segala kesalahan yang sudah aku lakukan, dan aku tak sanggup membalas semuanya…. you are my everything…

Kakakku Lisa Damayanti dan adkku

Setyo Winardi

Terimakasih atas dukungan, canda tawa kalian, dan nyebelinnya kalian. Tapi itu semua yang membuat kebahagiaan ku….

Dan

Kiki Kurniawan

yang selalu

memberikan motivasi, doa, dan

bantuan…… thank’s dear….


(15)

RIWAYAT HIDUP

Maylinda Widiastuti dilahirkan di Simbarwaringin, Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 19 Mei 1990, sebagai putri kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Suswanto dan Ibu Dwi Supriyati, S. Pd.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal pertama kali di TK Al-Ikhlas di Purwodadi 13 B dan diselesaikan pada tahun 1996, kemudian melanjutkan pendidikan dasar di SD N 2 Purwodadi Lampung Tengah diselesaikan pada tahun 2000. Pendidikan menengah pertama di SLTP N 1 Trimurjo Lampung Tengah selesai pada tahun 2005 dan Sekolah Menengah Atas di SMA N 3 Metro ditamatkan pada tahun 2008.

Pada tahun 2008 penulis diterima pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Tahun 2011 penulis melaksanakan Kukiah Kerja Nyata (KKN) di

Kabupaten Way Kanan dengan judul laporan yaitu Revitalisasi Pertanian. Pada tahun 2012 penulis juga melaksanakan Praktik Umum di PT Sang Hyang Seri Pekalongan Kabupaten Lampung Timur. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten dosen untuk matakuliah Teknologi Benih pada tahun 2011 dan 2012.


(16)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

3. Ibu Dr. Ir. Nyimas Sa’diyah, M.P., selaku Pembimbing pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, nasihat dan sumbangan pemikiran dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Ir. Ardian, M.Agr., selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, nasihat dan sumbangan pemikiran dalam penyusunan skripsi ini. 5. Ibu Dr. Ir. Erwin Yuliadi, M.Sc., selaku pembahas yang telah memberikan


(17)

iii 6. Bapak dan Ibu tercinta, yang memberikan dukungan terbsar dalam segalanya

serta tidak pernah lelah selalu mendoakan dengan segala ketulusan dan kasih sayangnya.

7. Kakakku Lisa Damayanti dan adikku tersayang Setyo Winardi, serta semua keluarga besarku yang selalu menyayangi, mendoakan dan selalu menjadi penyemangat dalam hidupku.

8. Teman terdekatku Kiki Kurniawan, yang slalu setia membantu, menemani dan memberikan dukungan.

9. Sahabatku Lindiana, Martalina, Resmia, Diana Saragih, Elida, Eka, Mukhtar, Kresna, Gregorius, Kiel, Diana Ika Putri, Wastudiawan, Andika, Sri Hartati, Aris, Arman, Mario, Destra, dan Sigit yang senantiasa memberikan dukungan, dan motivasinya.

10.Teman-teman Pondok Ratu : mbak Dina, mbak Indah, mbak Kepi, mbak Lia, Yuyun, Vani, Erna, Putri, mbak Rista, Donna, Yuli dan Rizqun. Tak akan pernah terlupakan canda tawa disaat kita bersama.

11.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap semoga bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Oktober 2012


(18)

(19)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan sentra pertanaman kacang panjang yang mempunyai keanekaragaman genetik yang luas (Deanon dan Soriana 1967). Kacang panjang memiliki banyak kegunaan dan keunggulan. Kacang panjang termasuk sayuran yang banyak dikonsumsi di Indonesia. Hasil penelitian Van Lieshout (1992) terhadap 140 orang ibu rumah tangga di Bandung menunjukan bahwa kacang panjang dikonsumsi oleh keluarga rumah tangga dengan frekuensi 2-3 kali per minggu. Sebagai bahan makanan, kacang panjang memiliki peranan yang cukup penting karena kandungan protein dan nilai gizi cukup tinggi. Kacang panjang merupakan jenis sayuran yang dapat dikonsumsi dalam bentuk segar maupun diolah menjadi sayur, seperti gado-gado, lalap, sayur asam, sayur lodeh maupun oseng-oseng. Kacang panjang memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap (protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin B dan C). Kandungan protein nabati pada sayur kacang panjang berkisar 17-21% (Kusmana, 2008).

Kebutuhan sayur-sayuran akan semakin meningkat seiring dengan semakin pedulinya masyarakat akan makanan yang sehat dan berimbang. Kacang panjang sebagai salah satu jenis dari sayur-sayuran dapat menjadi pilihan yang mudah untuk sebagian masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari konsumsi kacang panjang pada tahun 2006 sebesar 2.66 kg/kapita/tahun, yang berarti diperlukan kacang panjang sebanyak


(20)

2

492.000 ton/tahun (BPS 2007). Akan tetapi, berdasarkan data BPS (2007)

produktivitas kacang panjang baru mencapai sekitar 354.000 ton/tahun. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya penggunaan varietas unggul untuk meningkatkan daya hasil produksi. Varietas unggul dapat diperoleh dari usaha pemuliaan tanaman melalui persilangan. Persilangan yang dilakukan menggunakan 3 varietas akan menghasilkan generasi F1 yang beragam, sehingga terjadi suatu keragaman generasi.

Keragaman adalah perbedaan yang ditimbulkan dari suatu penampilan populasi tanaman. Keragaman genetik merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pemuliaan tanaman. Adanya keragaman genetik dalam suatu populasi berarti terdapat variasi nilai genotipe antarindividu dalam populasi tersebut. Sumber keragaman genetik didapat dari introduksi, persilangan, mutasi, atau melalui proses transgenik. Hasil persilangan merupakan sumber keragaman yang umum dilakukan dibandingkan menciptakan sumber keragaman dengan cara lainnya. Tetua yang masih heterozigot akan menghasilkan turunan F1 yang beragam (bersegregasi),

sedangkan tetua yang telah homozigot menghasilkan turunan F1 yang seragam dan

segregasi akan muncul pada generasi F2. Adanya segregasi akan menimbulkan

keragaman genetik sehingga dapat dilakukannnya seleksi dan dievaluasi sesuai dengan tujuan pemuliaan.

Menurut penelitian Soetiarso dan Marpaung (1995) menunjukkan bahwa faktor yang diperhatikan oleh konsumen rumah tangga pada saat membeli kacang panjang adalah warna, kematangan, panjang, bentuk, diameter, dan permukaan polong. Puseglove (1992) yang merinci kelompok kacang panjang menurut pertumbuhan dan bentuk


(21)

3

polong, yaitu sebagai tanaman yang merambat atau setengah merambat, polong kompak, dan menggelembung setelah berumur tua.

Penelitian ini menggunakan hasil persilangan dari 3 varietas tetua kacang panjang, yaitu varietas testa Merah Putih, testa Hitam, dan testa Coklat. Varietas hasil

persilangan yaitu testa Merah Putih x Hitam, testa Hitam x Merah Putih, testa Hitam x Coklat, testa Coklat x Merah Putih. Masing-masing varietas tetua memiliki

karakter yang berbeda-beda. Varietas testa Merah Putih memiliki karakter testa benih bernas, vigor bagus, adaptasi luas, panjang 80-100 cm, buah lebat, dan warna testa separuh merah separuh putih, untuk testa Hitam memiliki karakter vigor bagus, buah lebat, polong renyah, warna hijau gelap, rasa manis, panjang polong 50-80 cm, dan tahan disimpan (Mahendra, 2010). Testa Coklat memiliki keunggulan memiliki adaptasi yang luas, warna polong hijau terang, dan panjang polong sekitar 60-90 cm (Destyasari, 2009).

Untuk memperoleh tanaman yang memiliki sifat unggul, perlu diperhatikan karakter yang dimiliki pada setiap kultivar. Sifat unggul suatu tanaman yang diharapkan dapat terbentuk dengan menggabungkan sifat atau karakter yang dimiliki oleh varietas tetua. Penggabungan karakter tersebut dapat dilakukan melalui persilangan. Persilangan antarsepesies merupakan salah satu cara untuk memperbaiki karakter suatu tanaman. Persilangan ini dilakukan pada 2 tanaman yang berbeda varietas, atas dasar pemikiran bahwa dalam satu varietas masih terdapat variasi genetik yang dapat dimanfaatkan oleh pemulia untuk melakukan perbaikan genetik pada suatu tanaman yang telah ada. Persilangan antarvarietas telah banyak dilakukan pada kegiatan


(22)

4

pemuliaan tanaman dengan tujuan menghasilkan kultivar yang tahan terhadap penyakit dan memperluas keragaman genetik.

Berdasarkan tingkat keberhasilan persilangan antarvarietas kacang panjang maka perlu dilihat keragaan (performa) generasi keturunannya (F1), sehingga dapat dilihat

keragaman antarhasil persilangan. Selain keragaman perlu diperhatikan pula

bagaimana karakter yang diamati diturunkan. Penurunan sifat dapat diketahui dengan nilai duga heritabilitas.

1.2 Perumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut

1. Bagaimana keragaan karakter agronomi kacang panjang generasi F1 hasil

persilangan antara testa Merah Putih x Hitam, testa Hitam x Merah Putih, testa Hitam x Coklat, testa Coklat x Merah Putih.

2. Bagaimana keragaman karakter agronomi kacang panjang generasi F1 hasil

persilangan antara testa Merah Putih x Hitam, testa Hitam x Merah Putih, testa Hitam x Coklat, testa Coklat x Merah Putih.

3. Seberapa tinggi nilai duga heritabilitas karakter agronomi kacang panjang generasi F1 hasil persilangan antara testa Merah Putih x Hitam, testa Hitam x Merah Putih,

testa Hitam x Coklat, testa Coklat x Merah Putih.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut


(23)

5

1. Melihat keragaan karakter agronomi kacang panjang generasi F1 hasil persilangan

antara testa Merah Putih x Hitam, testa Hitam x Merah Putih, testa Hitam x Coklat, testa Coklat x Merah Putih.

2. Mengetahui keragaman karakter agronomi kacang panjang generasi F1 hasil

persilangan antara testa Merah Putih x Hitam, testa Hitam x Merah Putih, testa Hitam x Coklat, testa Coklat x Merah Putih.

3. Mengetahui besar nilai duga heritabilitas karakter agronomi kacang panjang generasi F1 hasil persilangan antara testa Merah Putih x Hitam, testa Hitam x

Merah Putih, testa Hitam x Coklat, testa Coklat x Merah Putih.

1.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, berikut ini disusun kerangka pemikiran untuk memberikan penjelasan terhadap rumusan masalah.

Kacang panjang merupakan jenis sayuran yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Baik dikonsumsi dalam bentuk mentah maupun dimasak lebih dahulu. Dengan meningkatnya kebutuhan konsumsi kacang panjang maka dibutuhkan penggunaan varietas unggul. Untuk memperoleh varietas unggul yang diharapkan dengan meningkatkan potensi secara genetik sehingga memperoleh benih yang berdaya hasil tinggi. Peningkatan potensi genetik dapat dilakukan dengan persilangan dua tetua yang memiliki sifat yang berbeda, selanjutnya dilakukan seleksi. Efektifitas seleksi ditentukan oleh keragaman yang luas dan nilai duga heritabilitas dari karakter yang diuji.

Dalam penelitian ini digunakan empat genotipe generasi F1 yang merupakan hasil


(24)

6

karakter yang sifatnya berbeda antara satu sama lain. Tetua yang heterozigot akan menghasilkan keturunan F1 yang beragam, sedangkan tetua yang homozigot akan

menghasilkan keturunan F1 yang seragam.

Penanaman benih generasi F1 hasil persilangan menghasilkan tanaman yang memiliki

keragaan (performa) yang berbeda. Keragaan yang tampak dilihat dari karakter tanaman yang memiliki nilai agronomi yang tinggi. Karakter tersebut dapat dilihat dari ukuran tanaman (tinggi tanaman, panjang polong, dan lain-lain), daya hasil, ketahanan, dan kualitas hasil umum lainnya.

Tanaman yang merupakan hasil persilangan antara dua tetua dari tiga varietas menghasilkan tanaman generasi F1 yang berbeda. Persilangan antara testa Merah

Putih dengan testa Hitam memiliki karater testa berwarna belang putih dan coklat, bentuk testa panjang dan tidak terlalu gemuk. Testa Hitam dengan testa Merah Putih memiliki karakter berwarna hitam dengan bagian punggung polong berwarna

kecoklatan dan bentuk polong berbentuk pipih dan kisut. Testa Hitam dengan testa Coklat memiliki karakter polong kacang tidak panjang (lonjong) tetapi sangat kecil, nyaris berbentuk bulat berwarna hitam pekat. Testa Coklat dengan testa Merah Putih memilki karakter polong dalam satu kulit kacang ada yang berwarna coklat dan ada yang berwarna coklat putih, selain itu bentuk polong lebih kecil dengan bagian ujung agak meruncing. Sehingga tanaman yang berasal dari persilangan tiga varietas diharapkan memiliki keragaman yang luas.

Keragaman suatu spesies dapat ditentukan oleh dua hal, yaitu pengaruh faktor genetik dan faktor lingkungan. Ragam genetik terjadi akibat adanya pewarisan sifat dari dua tetua. Hal tersebut dapat kita lihat jika varietas yang ditanam terletak pada


(25)

7

lingkungan yang sama. Ragam lingkungan tampak disebabkan sifat yang muncul akibat pengaruh faktor lingkungan seperti kesuburan tanah, iklim, kelembaban, suhu, dan lain-lain.

Studi genetik lainnya yang diamati adalah nilai duga heritabilitas arti luas. Nilai duga heritabilitas arti luas adalah perbandingan antara ragam fenotipe dengan ragam

genotipe. Ragam genetik total terdiri dari ragam aditif, ragam dominan, dan ragam epistasis. Ragam aditif adalah ragam yang timbul karena sifat benar-benar

diwariskan oleh tetuanya. Sedangkan nilai duga dalam arti sempit merupakan perbandingan antara ragam aditif dengan ragam fenotipe. Adanya pengaruh lingkungan pada karakter benih generasi F1 yang dipengaruhi oleh lingkungan

menunjukkan bahwa nilai duga heritabilitasnya rendah. Jika tidak dipengauhi oleh lingkungan menunjukan bahwa nilai duga heritabilitas tanaman tinggi.

1.5 Hipotesis

Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut

1. Terdapat perbedaan keragaan karakter agronomi tanaman kacang panjang generasi F1 dari hasil persilangan tiga varietas kacang panjang.

2. Terdapat keragaman luas pada karakter agronomi tanaman kacang panjang generasi F1 dari hasil persilangan tiga varietas kacang panjang.

3. Terdapat nilai duga heritabilitas tinggi pada karakter agronomi tanaman kacang panjang generasi F1 dari hasil persilangan tiga varietas kacang panjang.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang

Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen dalam bentuk polong muda. Kacang panjang banyak ditanam di tanah tegalan, sawah bekas padi dan di pematang-pematang sawah. Kacang panjang

memerlukan tanah yang gembur dan kaya akan bahan organik, dengan tingkat keasaman tanah pH 5,5-6,5. Tanaman ini umumnya ditanam di dataran rendah dan medium. Di dataran tinggi, pertumbuhan kacang panjang akan lambat dan berbuahnya kurang baik. Waktu tanam yang sesuai yaitu pada awal atau akhir musim hujan. Tanaman kacang panjang lebih menyukai sinar matahari penuh, berarti harus dilakukan di tempat terbuka (Sutarno,1995).

Tanaman kacang panjang berakar tunggang dan berakar serabut. Akar tunggangnya tumbuh lurus ke dalam hingga mencapai kedalaman 30 cm, sedangkan akar serabutnya tumbuh menyebar ke arah samping (horizontal) dan tidak dalam. Panjang akar serabut mencapai 26 cm, akar tanaman kacang panjang mempunyai bintil-bintil akar yang berfungsi untuk meningkatkan nitrogen bebas dari udara dan bermanfaat untuk menyuburkan tanah (Cahyono, 2006).


(27)

9

Menurut Ashari (2006), daun kacang panjang bersifat majemuk yaitu setiap tangkai daun berhelai daun tiga atau disebut trifoliate dan jarang yang berdaun tunggal (unifoliat). Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1998) bunga kacang panjang mulai tampak pada umur 4-6 minggu setelah kecambah muncul, dan polong yang dapat dimakan terbentuk sekitar 2 minggu setelah antesis. Namun panen sering dilakukan sekitar 70 hari setelah tanam dan dapat berlanjut selama 25-30 hari. Panjang polong sekitar 30-80 cm, dan kadang-kadang lebih lebar. Polong menggantung, ramping, dan biasa digunakan seperti kacang buncis. Umur simpan pendek kacang panjang disebabkan oleh tingginya respirasi dan cepat layu. Walaupun penyimpanan suhu rendah dapat memperpanjang umur simpan polong yang telah dipanen, kacang panjang peka terhadap kerusakan suhu rendah bahkan rusak jika disimpan pada suhu dibawah 100 C selama beberapa hari. Polong agak tampak pipih, dan pada waktu biji matang, polong cenderung menjadi bulat. Biji matang segar, walaupun kurang disukai ketimbang biji matang tunggak, juga dimakan sebagai kacang kupasan.

2.2 Karakter Benih Kacang Panjang dan Pewarisan Tetuanya

Biji yang akan digunakan sebagai benih harus diambil dari buah masak pohon dan keadaannya sehat, yaitu polongnya sudah menguning dan mengering. Kebutuhan benih yang diperlukan adalah 20-30 kg/ha. Benih kacang panjang yang disimpan di gudang mudah terserang hama penggerek biji (Bruchus). Untuk menghindari serangan hama gudang perlu diadakan perlakuan benih/seed treatment (Sutarno, 1995).


(28)

10

Makhluk hidup yang ada di muka bumi ini sangat beragam. Setiap jenis makhluk hidup mempunyai sifat dan ciri tersendiri sehingga dapat membedakannya antara yang satu dengan yang lainnya. Sifat atau ciri yang dimiliki oleh setiap makhluk hidup ada yang dapat diturunkan dan ada pula yang tidak dapat diturunkan. Dalam pewarisan sifat dari generasi ke generasi berikutnya mengikuti pola tertentu yang khas bagi setiap makhluk hidup. Pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya disebut hereditas. Morgan, seorang ahli genetika dari Amerika menemukan bahwa faktor-faktor keturunan yang dinamakan gen tersimpan di dalam lokus yang khas di dalam kromosom. Gen-gen terletak pada kromosom secara teratur dalam satu deretan secara linier dan lurus berurutan. Dengan menggunakan simbol, kromosom dapat digambarkan sebagai garis panjang vertikal dan gen-gen sebagai garis pendek horizontal pada garis vertikal tersebut. Karena letak gen yang linier dan lurus berurutan, maka secara simbolik dapat dilukiskan pula garis-garis pendek horizontal (gen-gen) tersebut berderetan. Dari sekian banyak gen yang berderet secara teratur pada benang-benang kromosom, masing-masing gen mempunyai tugas khas dan waktu beraksi yang khas pula. Ada gen yang menunjukkan aktivitasnya saat embrio, lainnya pada waktu kanak-kanak ataupun gen lainnya lagi setelah spesies menjadi dewasa. Mungkin juga suatu gen aktif pada suatu organ namun tidak aktif pada organ yang lain. Setiap gen menduduki tempat tertentu dalam kromosom yang dinamakan lokus gen.

Menurut Wariyono, persilangan antara dua individu dengan satu sifat beda disebut persilangan monohibrid. Dominasi dapat terjadi secara penuh atau tidak penuh (kodominan). Masing-masing dominasi ini menghasilkan bentuk keturunan pertama (F1) yang berbeda. Persilangan monohibrid akan menghasilkan individu


(29)

11

F1 yang seragam, apabila salah satu induk mempunyai sifat dominan penuh dan

induk yang lain bersifat resesif. Apabila dilanjutkan dengan menyilangkan individu sesama F1, akan menghasilkan keturunan (individu F2) dengan tiga

macam genotipe dan dua macam fenotipe. Sebaliknya, apabila salah satu induknya mempunyai sifat dominan tak penuh (intermediate), maka persilangan individu sesama F1 akan menghasilkan tiga macam genotipe dan tiga macam

fenotipe. Contoh persilangan monohibrid dominan penuh terjadi pada persilangan antara kacang ercis berbunga merah dengan kacang ercis berbunga putih.

Persilangan antara kacang ercis berbunga merah dominan dengan kacang ercis berwarna putih resesif dapat dibuat bagan sebagai berikut.

P1 : MM x mm

Fenotipe : (merah) (putih)

Gamet : M m

F1 Mm

Fenotipe (Merah)

Secara umum karakter-karakter yang dapat diwariskan dikendalikan oleh gen-gen kromosom inti, tetapi ada beberapa karakter yang dikendalikan oleh DNA organel sitoplasma. Suatu karakter yang dikendalikan oleh gen-gen yang teradapat dalam organel sitoplasma, dapat dikatakan juga dipengaruhi tetua betina bisa juga diketahui dengan melakukan persilangan resiprok. Apabila terdapat pewarisan sitoplasmik atau pengaruh tetua betina maka keturunan persilangan resiproknya


(30)

12

masing-masing akan berbeda, dan keturunannya hanya akan memperlihatkan ciri dari tetua. Penampilan dan karakter jumlah biji per polong dikendalikan oleh gen-gen mayor yang dipengaruhi oleh gen-gen-gen-gen minor atau gen-gen-gen-gen modifikasi yang ekspresinya dipengaruhi lingkungan. Gen modifikasi adalah gen yang mengubah sedikit intensitas kenampakan gen lain. Gen modifikasi dapat berperan sebagai penghambat, pendukung, atau penekan. Gen mayor mengatur penampakan fenotip dari suatu karakter tetapi mungkin berubah karena pengaruh beberapa atau banyak gen minor (Gunawan, 2011).

2.3 Keragaman

Menurut Kumaunang dan Maskromo (2007), keragaman genetik merupakan materi dasar dalam pemuliaan tanaman. Keragaman genetik sangat diperlukan dalam program pemuliaan tanaman untuk perbaikan bahan tanam sesuai dengan yang diinginkan. Para pemulia tanaman perlu menggunakan tetua yang lebih beragam dalam melakukankan perbaikan varietas, karena tanpa adanya

variabilitas genetik tidak akan terjadi perbaikan karakter tanaman. Keragaman genetik dapat dievaluasi pada beberapa tingkat biologi yang berbeda. Sampai saat ini telah dikenal tiga cara evaluasi keragaman genetik yaitu melalui karakter morfologi agronomi, karakter biokimia, dan penanda DNA

Karakteristik dan evaluasi merupakan salah satu kegiatan plasma nutfah yang bertujuan untuk (1) mendapatkan data sifat atau karakter merfologi, agronomis, dan sifat penting lainnya dari aksesi plasma nutfah, sehingga dapat digunakan untuk membedakan fenotipe dari setiap aksesi dengan mudah, (2) menduga seberapa besar keragaman genotipe yang dimiliki atau menentukan berapa jumlah


(31)

13

aksesi yang sebenarnya atau mengurangi duplikasi sehingga dapat mengurangi biaya pemeliharaan koleksi serta (3) mengetahui potensi sifat-sifat yang dimiliki sehingga dapat dimanfaatkan dalam program pemuliaan menghasilkan varietas unggul (Bermawle et. al., 2008).

Dalam suatu populasi, perbedaan yang ditimbulkan dari suatu penampilan tanaman akan mengacu kepada pengertian variasi atau keragaman. Dalam suatu sistem biologis, variabilitas suatu penampilan tanaman dalam populasi dapat disebabkan oleh variabilitas genetik penyusun populasi, variabilitas lingkungan, dan variabilitas interaksi genotipe x lingkungan. Jika variabilitas penampilan suatu karakter tanaman terutama disebabkan oleh peranan faktor genetik, maka variabilitas tersebut akan dapat diwariskan pada generasi selanjutnya. Oleh karena itu, pada tanaman yang diperbanyak melalui biji akan mengalami segregasi gen dari generasi ke generasi, sejalan dengan semakin meningkatnya

homosigositas, akan menyebabkan meningkatnya variabilitas genetik. Besarnya variabilitas genetik suatu karakter yang timbul dalam suatu populasi tanaman yang diregenerasikan secara generatif akan dipengaruhi oleh konstitusi gen yang mengendalikan karakter tersebut dan generasi segregasi dari gen-gen tersebut (Rachmadi, 2000).

2.4 Heritabilitas

Menurut Wels (1991), heritabilitas merupakan proporsi dari seluruh variasi yang disebabkan oleh perubahan genetik. Heritabilitas merupakan suatu parameter genetik yang mengukur kemampuan suatu genotipe dalam populasi tanaman untuk mewariskan karakteristik-karakteristik yang dimiliki. Heritabilitas dapat


(32)

14

dibedakan menjadi heritabilitas dalam arti luas (broad sense) dan dalam arti sempit (narrow sense). Heritabilitas dalam arti luas yaitu perbandingan varians genetik total terhadap varians fenotipe. Varians aditif, dominan, dan epistasis termasuk jenis varians genetik. Heritabilitas dalam arti sempit memberikan indikasi derajad kemiripan antara tetua dengan keturunannya atau mengukur proporsi ragam genetik yang dipindahkan pada keturunannya (Fehr, 1987).

Konsep heritabilitas mengacu kepada peranan faktor genetik dan lingkungan terhadap pewarisan suatu karakter tanaman. Oleh karena itu, pendugaan

heritabilitas suatu karakter akan sangat terkait dengan faktor lingkungan. Faktor genetik tidak akan mengekspresikan karakter yang diwariskan apabila faktor lingkungan yang diperlukan tidak mendukung ekspresi gen karakter tersebut. Sebaliknya, sebesar apapun, manipulasi terhadap faktor lingkungan tidak akan mampu menjelaskan pewarisan suatu karakter apabila gen pengendali karakter tersebut tidak terdapat pada populasi tersebut. Dalam pengertian itu, konsep heritabilitas dimaksudkan hanya untuk menjelaskan apakah suatu variabilitas penampilan lebih terutama disebabkan oleh faktor genetik atau lingkungan (Rachmadi, 2000).

Hanson (1963) yang dikutip oleh Sudarmadji (2007) menyatakan bahwa nilai heritabilitas dalam arti luas menunjukkan genetik total dalam kaitannya keragaman genotipe, sedangkan menurut Poespadorsono (1988) bahwa makin tinggi nilai heritabilitas suatu sifat maka makin besar pengaruh genetiknya dibanding lingkungan.


(33)

15

Stanfield (1991) membagi nilai heritabilitas menjadi tiga kelas yaitu a. Heritabilitas tinggi apabila H > 0,5 ;

b. Heritabilitas sedang apabila 0,2≤ H ≤ 0,5 ; c. Heritabilitas rendah apabila H < 0,2


(34)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada bulan November 2011 sampai bulan April 2012.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah kored, cangkul, sabit, meteran, pisau, golok, lanjaran bambu dengan panjang 2 meter, tali rafia, patok, selang air, ember, neraca elektrik, alat ukur panjang (meteran kain), dan alat tulis.

Bahan yang digunakan adalah benih F1 kacang panjang yang merupakan hasil

persilangan antara testa Merah Putih x Hitam (AxB), testa Hitam x Merah Putih (BxA), testa Hitam x Coklat (BxC), testa Coklat x Merah Putih (CxA), benih tetua testa Merah Putih, testa Hitam, testa Coklat, pupuk kompos, pupuk majemuk 4 gram/lubang, insektisida Decis, Dithane M 45, dan Furadan 3G.


(35)

17

S

U

3.3 Metode Penelitian

Perlakuan disusun dalam Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS), 3 ulangan. Perlakuan pada penelitian ini terdiri dari 4 generasi F1 hasil persilangan

antara testa Merah Putih x Hitam, testa Hitam x Merah Putih, testa Hitam x Coklat, testa Coklat x Merah Putih, dan 3 genotipe tetua yaitu testa Merah Putih, testa Hitam, dan testa Coklat. Masing-masing perlakukan diterapkan pada unit percobaan (plot) dengan ukuran 0,8 m x 1,5 m. Tata letak perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1.

Petak Percobaan

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3

Gambar1. Tata letak percobaan AxB BxA CxA BxC A B C C B A AxB CxA BxA BxC BxA BxC C A B CxA AxB


(36)

18

Model linier aditif yang dipakai adalah :

Keterangan :

Xij = Setiap nilai pengamatan dari kelompok ke-i, varietas ke-j

= Nilai tengah populasi

= Pengaruh kelompok ke-i

= Pengaruh varietas ke-j

= Pengaruh galat percobaan pada kelompok ke-i, varietas ke-j,

Untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah dan untuk menguji hipotesis, Model analisis ragam rancangan kelompok teracak sempurna dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Model analisis varians rancangan kelompok teracak sempurna Sumber Variasi Derajad Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah Kuadrat tengah harapan Fhit

Kelompok r-1 A M3

Genotipe g-1 B M2 + r M2/M1

Galat (r-1)(g-1) C M1

3.4 Analisis Statistika

Untuk membandingkan keragaan genotipe hasil persilangan dengan tetua, maka digunakan uji Least Significance Increase (LSI).


(37)

19

Keterangan :

t = Nilai tengah t-studen pada  pada derajad bebas dari KNTG pada eka ara

n = Jumlah ulang genotipe yang diuji KNTG = Kuadrat nilai tengah galat

Untuk melihat perbedaan antara tetua dengan genotipe baru hasil persilangan maka digunakannya LSI (Least Significant Increase). Jika data genotipe yang diuji lebih besar dibandingkan dengan data tetua ditambah nilai LSI nya

menunjukan bahwa nilai genotipe yang diuji lebih tinggi dibandingkan tetuanya.

Berdasarkan analisis ragam dapat diduga ragam genetik ( ) dan fenotipik ( ).

Menurut Singh dan Chaudary (1979), rumus yang digunakan untuk menduga nilai ragam sebagai berikut :

Varians genetik ) =

Varians lingkungan ( ) = M1

Varians fenotipik ( ) = ) + ( )

Untuk mengetahui apakah keragaman luas ataupun sempit dilakukan dengan cara membandingkan ragam dengan standar deviasinya (Anderson dan Bancroff, 1952 yang dikutip Wahdah, 1996). Standar deviasi (SD) untuk variasi dihitung

menggunakan:


(38)

20

SD fenotipik =

Apabila nilai ragam lebih besar dari dua kali standar deviasi maka dinyatakan karakter yang diuji memiliki keragaman yang luas. Begitu juga sebaliknya, keragaman dikatakan sempit apabila nilai ragam lebih kecil dari dua kali standar deviasi. Sedangkan untuk menentukan nilai duga heritabilitas arti luas ditentukan

dengan rumus : H = (Suharsono et. all. 2006). Menurut McWhiter (1979)

kriteria nilai duga heritabilitas adalah sebagai berikut. a. Heritabilitas tinggi apabila H> 0,5

b. Heritabilitas sedang 0,2 ≤ H ≤ 0,5 c. Heritabilitas rendah H< 0,2

3.5 Pelaksanaan Penelitian

3.5.1 Pengolahan tanah dan pembuatan petak percobaan

Pelaksanaan pengolahan tanah pada perinsipnya adalah tinadakan pembalikan, pemotongan, penghancuran, dan perataan tanah. Merubah struktur tanah yang padat menjadi tanah gembur, sehingga sesuai bagi perkecambahan benih dan perkembangan akar tanaman. Pengolahan dilakukan dengan olah tanah sempurna. Tanah dicangkul dengan kedalaman 20-30 cm kemudian digemburkan dengan menggunakan cangkul hingga rata. Lahan yang dibuat berukuran 5x5 m, dalam setiap petak terdapat 7 baris tanaman dan tiap baris terdapat 10 tanaman dengan 3 ulangan.


(39)

21

3.5.2 Penanaman dan Pemberian Pupuk Dasar

Penanaman benih dapat dilakukan dengan menugal tanah sedalam 3-5 cm, setiap lubang tanaman diisi 1 butir benih. Jarak tanam yang digunakan 30x50 cm. Pemberian pupuk dasar dilakukan pada saat tanam dengan menggunakan pupuk kompos dan pupuk NPK (15:15:15). Secara umum kacang panjang membutuhkan pupuk Urea 100 Kg/ha, TSP 200 Kg/ha, dan KCl 175 Kg/ha. Aplikasi yang digunakan pada lahan sebanyak 4 gram setiap lubang. Pemberian Furadan 3g dilakukan secara bersamaan dengan penanaman benih agar terhindar dari hama.

3.5.3 Penyulaman

Penyulaman dapat dilakukan apabila benih yang telah ditanam tidak berkecambah yaitu 1 minggu setelah tanam.

3.5.4 Pemasangan Lanjaran

Pemasangan lanjaran pada kacang panjang dilakukan 2 minggu setelah tanam. Lanjaran diperlukan pada tanaman kacang panjang untuk mengefisiensi

penggunaan lahan dan mermbuat tanaman agar produksi kacang semakin tinggi. Bentuk lanjaran ada beberapa macam, yaitu bentuk A, bentuk pagar, dan bentuk piramida. Pada penelitian ini yang digunakan adalah lanjaran bentuk A. Lanjaran tersebut ditancapkan membentuk huruf A di samping setiap tanaman kemudian diikat dengan tali raffia sehingga tanaman akan melilit pada lanjaran.


(40)

22

3.5.5 Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman dapat dilakukan dengan penyiangan gulma, penyiraman, dan pengendalian hama penyakit. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara mekanis, yaitu dengan cara mencabut gulma atau menggunakan kored yang dilakukan pada saat gulma mulai tumbuh dan mulai mengganggu populasi tanaman. Penyiraman dilakuksn secara rutin setiap hari atau disesuaikan dengan kondisi tanah dan curah hujan. Pengendalian hama dan penyakit dapat

menggunakan insektisida Decis dan Dhitane M 45 yang disemprotkan dan diaplikasikan setiap minggu, Furadan 3g yang secara bersamaan dengan penanaman benih untuk mencegah dan menghindari serangan hama.

3.5.6 Pemanenan

Pemanenan dilakukan ketika kondisi polong sudah kering. Polong dipanen setelah polong berwarna kuning kecoklatan, batangnya sudah kering, dan sebagian besar daunnya kering. Panen dilakukan hingga beberapa kali sampai tanaman sudah tidak mampu berproduksi lagi.

Peubah yang diamati dari penelitian ini yaitu 1. Umur berbunga

Dihitung jumlah hari berdasarkan 50% dari tanaman yang tumbuh sejak tanam hingga umur berbunga pertama kali.

2. Umur panen polong segar

Dihitung jumlah hari berdasarkan 50% dari tanaman yang tumbuh sejak tanam hingga panen polong segar pertama kali, dicirikan polong berisi penuh


(41)

23

dan warna polong hijau mengkilap. Penelitian tidak dipanen polong segar melainkan panen dilakukan saat polong telah kering.

3. Umur panen polong kering

Dihitung berdasarkan 50% dari tanaman yang tumbuh sejak tanam hingga polong siap panen kering pertama kali yaitu setelah polong berwarna kuning kecoklatan yang ditandai permukaan polong telah kering, kisut atau tidak menonjol, dan batang tanaman sudah mulai mongering.

4. Jumlah tangkai bunga pertanaman sampel

Dihitung berdasarkan jumlah dari tanaman yang tumbuh jumlah bunga majemuk yang muncul pada tanaman sampel. Bunga yang dilihat dari mulai muncul pertama kali sampai bunga terakhir pada setiap tanaman.

5. Jumlah polong tanaman sampel

Dihitung berdasarkan jumlah polong yang muncul pada setiap tanaman sampel, dapat dilihat dari jumlah polong kering setelah dipanen. 6. Rata-rata jumlah polong tanaman sampel

Dihitung berdasarkan jumlah polong tanaman sampel total dibagi dengan jumlah tanaman sampel.

7. Rata-rata jumlah lokul per polong sampel

Dihitung berdasarkan jumlah lokul yang ada pada polong setiap tanaman sampel.

8. Jumlah benih total sampel


(42)

24

9. Bobot benih tanaman sampel

Diukur berdasarkan bobot biji kering konstant yang ada pada satu tanaman sampel.

10. Bobot 100 benih

Diukur berdasarkan rata-rata bobot 100 butir biji kering konstant yang diambil secara acak dari jumlah biji kering yang tersedia.

11. Rata-rata panjang polong tanaman (cm) sampel

Diukur dari pangkal hingga ujung polong pertanaman dengan menggunakan meteran atau mistar. Pengamatan dilakukan setelah polong dipanen.

12. Warna polong sampel

Dilihat saat polong siap panen segar dengan identifikasi warna polong hijau, kuning, dan warna ujung polong hijau ungu atau merah pada setiap tanaman. Warna polong adalah data kualitatif yang tidak diuji dengan menggunakan statistika.

13. Bentuk polong sampel

Dilihat saat polong siap panen segar dengan identifikasi berbentuk lurus atau bergelombang pada setiap tanaman.

14. Warna testa

Dilihat saat setelah panen polong kering dan saat pengambilan biji atau benih.


(43)

V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Generasi F1 kacang panjang hasil persilangan dari tetua Merah Putih, Hitam

dan Coklat memiliki nilai rata-rata pada karakter yang diamati lebih tinggi dibandingkan tetua, namun tidak pada semua karakter. Hasil persilangan Merah Putih x Hitam memiliki rata-rata tertinggi pada karakter umur berbunga, umur panen polong kering, dan rata-rata panjang polong. Hasil persilangan Hitam x Merah Putih memiliki rata-rata tertinggi pada karakter umur panen polong segar, jumlah polong, rata-rata jumlah polong, jumlah biji, dan bobot benih. Hasil persilangan Hitam x coklat memiliki rata-rata tertinggi pada karakter jumlah lokul bobot 100 benih, dan jumlah tangkai bunga. Hasil persilangan Coklat x Merah Putih memiliki rata-rata tertinggi pada karakter rata-rata panjang lokul.

2. Seluruh peubah yang diamati memiliki nilai keragaman fenotipe yang luas, sedangkan pada keragaman genotipenya memiliki nilai keragaman yang luas kecuali pada umur panen polong segar, jumlah tangkai bunga, rata-rata panjang polong tanaman, rata-rata jumlah lokul, dan bobot 100 benih. 3. Variabel yang memiliki nilai duga heritabilitas tinggi terdapat pada variabel


(44)

45

terdapat pada variabel umur panen polong kering, jumlah polong tanaman, rata-rata jumlah polong tanaman, dan jumlah benih total. Sedangkan variabel yang memiliki nilai duga heritabilitas rendah adalah umur panen polong segar, jumlah tangkai bunga, rata-rata panjang polong tanaman, rata-rata jumlah lokul tanaman, bobot benih tanaman, dan bobot 100 benih.

5.2 Saran

Perlu adanya penelitian lanjutan untuk meningkatkan efektivitas seleksi, karena karakter yang memiliki heritabilitas rendah harus diseleksi pada generasi lanjut.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Allard, R. W. 1995. Pemuliaan Tanaman. Diterjemahkan oleh Manna. Diedit oleh Mulyani, Mul. PT Rineka Cipta, Jakarta. 336 hlm.

Anderson, R. L., and Bancroft, T. A. 1952. Statistical Theory in Research. New York : Mc Graw-Hill.

Ashari, S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia. Jakarta. 490 hlm.

Badan Pusat Statistik. 2011. Data Prodiksi Sayuran Indonesia. Jakarta: katalog BPS 521

Baihaki, A. 2000.Teknik Rancangan dan Analisis Penelitian Pemuliaan. Diktat Kuliah.UniversitasPadjadjaran. Bandung. (tidakdipublikasikan)

Bahar, M., Dan A. Zein, 1993. Parameter genetik pertumbuhan tanaman, hasil dan komponen hasil jagung. Zuriat 4(1): 4-7.

Bermawle, N., S. Purwiyanti, dan Mardiana. 2008. Keragaan sifat morfologi, hasil dan mutu plasmanutfah pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.). Bul. Littro. XIX (1): 1-17.

Cahyono, B. 2006. Kacang Panjang: Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Aneka Ilmu. Semarang. 178 hlm.

Crowder, L. V. 1997. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 345 hlm.

Deanon, J.R. and J. M. Soriana.1967. The legumes vegetables production in somas. East Asia ch 6:66-69.

Destyasari, D. 2009. Pendugaan Ragam, Heritabilitas, dan Korelasi Karakter Agronomi Kacang Panjang Keturunan Testa Coklat x Coklat Putih. Skripsi. Universitas Lampung. 84 hlm.

Falconer, D.S. dan T.F.C. Mackay. 1996. Introduction to Quantitative Genetics. Longman. Harlow. 251 hlm.


(46)

47

Fehr,W. R. 1987. Principles of Cultivar Development: Theory and Technique. Volume I. Macmilan Publishing Compani. New York. 299 hlm.

Gunawan. 2011. Pengujian jumlah anther dan waktu polinasi pada keberhasilan persilangan kacang panjang. Habitat. XI(113) : 247-252.

Hadiati, S., Murdaningsih H. K., dan Neni Rostini. 2003. Parameter karakter komponen buah pada beberapa aksesi nanas. Zuriat, Vol. 14 No. 2. 53-58. Hikam, S. 2010. Teknik Perancangan dan Analisis Pemuliaan Tanaman.

Universitas Lampung. Bandar Lampung. 31 hlm.

Kumaunang, J., dan I. Maskromo. 2007. Keragaan genetik plasma nutfah

kelapa dalam (Cocos nucifera L) di kebun percobaan mapanget berdasarkan penanda DNA RSSr. Buletin Palma No-33.

Kusmana, Suherli. 2008. Keterbacaan Buku Teks Pelajaran. [Online]. Tersedia :

http://suherlicentre.Blogspot.com/2008/07/keterbacaan-buku-teks-pelajaran.html[22 November 2011]

Mahendra, W. 2010. Pendugaan ragam, heritabilitas, dan kemajuan seleksi kacang panjang (Vigna sinensis var. sesquipedalis [L.] Koern.) populasi F2 keturunan persilangan testa hitam x bernas super. Skripsi. Universitas Lampung. 71 hlm.

Makmur, A. 1992. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Rineka Cipta. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 79 hlm.

Mangoendidjojo, W,2003. Dasar-dasarPemuliaanTanaman.Kanisius. Yogyakarta.182 hlm.

Mc. Whirter, K.S.1979. Breeding of Cross Pollinated Crops.In R. Knight (ed) Plant Breeding. A. A. U. C. S., Brisbane.82 hlm.

Poespadorsono. S. 1998. Dasar-DasarPemuliaanTanaman. PAU Institut Pertanian Bogor. Bogor. 354 hlm.

Puseglove, J.W 1992. Tropical Crop. Dicotyledon. Longman group limited, impression in one volume p. 321-328.

Rachmadi, M. 2000. Pengantar Pemuliaan Tanaman Membiak Vegetatif. UNPAD. Bandung. 159 hlm.

Rubatzky, V.E., dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia. Penerbit ITB: Bandung. 292 hlm.


(47)

48

Sari, L. K. 2009. Keragaan dan heritabilitas karakter agronomi kacang panjang (Vigna sinensis var. sesquipedalis [L.] Koern.) keturunan persilangan testa coklat putih x hitam. Skripsi.Universitas Lampung. 65 hlm.

Singh, R.K., and B.D. Chaudhary. 1979. Biometrical methods in quantitative genetic analysis. Kalyani Publisher.Ludhiana; New Delhi. 304 p.

Soetiarso. T. A. dan L. Marpaung.1995. Preferensi konsumen rumah tangga terhadap kaulitas kacang panjang. J. Hort. 5(3):46-52.

Stanfield, W. D. 1991.Genetika Edisi ke 2. Diedit oleh Apandi, M. Hardy L. T. Penerbit Erlangga. Jakarta. 234 hlm.

Sudarmadji, R. Mardjono, dan H. Sudarmo. 2007. Varietas genetik, heretabilitas, dan korelasi genotipik sifat-sifat penting tanaman wijen (Sesanumindicum L.). Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat: Jawa Timur. Jurnal Littri 13 (3).88-92.

Suharsono, M. Jusuf, dan A.P. Paserang. 2006. Analisis ragam, heritabilitas, dan pendugaan kemajuan seleksi populasi F2 dari persilangan kedelai kultivar selamet dan nokonsawon. Jurnal Tanaman Tropika. 9 (2): 86-93.

Sujiprihati, S., Sobir and R.Y. Galingging. 2005. Genetic variability analyses of 20 genotypes of papaya based on morphological characters and RAPD markers. First International Symposium on Papaya, 22-24 Nov. Genting Higland, Malaysia.

Sutarno, H. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. Penerbit UGM: Yogyakarta. 210 hlm.

Suwardi.,S.Poerwoko, danN.Basuki. 2002. Implikasikeragamangenetikkorelasi fenotipik, dangenotipikuntukperbaikanhasilsejumlahgalurkedelai (Glicyne max (L). Merrill).

http://images.Soemarno.multiply.com/attachement/0/RfuraQoKCpkAAe8 SajU1/kedelai5.doc?nmid=22330493.DiaksesTanggal

Ulum, R. B. 2007. Uji karakter agronomi lima genotipe kacang panjang (Vigna sinensis L.) untuk diseleksi sebagai tetua. (Skripsi). Universitas Lampung. Van Lieshout, O. 1992. Consumption of fresh vegetables in Indonesia, A forecast for required production area in 2000. Internal Communication LEWU-ATA 395 No.48. 35 p.

Wahdah, R. 1996. Variabilitas dan pewarisan laju akumulasi bahan kering pada biji kedelai , (Disertasi). Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran. Bandung. 130 hlm.


(48)

49

Welsh, J. R. 1991. Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman.

Diterjemahkan oleh Mogea, Johanis P. Penerbit Erlangga. Jakarta. 224 hlm.


(1)

V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Generasi F1 kacang panjang hasil persilangan dari tetua Merah Putih, Hitam dan Coklat memiliki nilai rata-rata pada karakter yang diamati lebih tinggi dibandingkan tetua, namun tidak pada semua karakter. Hasil persilangan Merah Putih x Hitam memiliki rata-rata tertinggi pada karakter umur berbunga, umur panen polong kering, dan rata-rata panjang polong. Hasil persilangan Hitam x Merah Putih memiliki rata-rata tertinggi pada karakter umur panen polong segar, jumlah polong, rata-rata jumlah polong, jumlah biji, dan bobot benih. Hasil persilangan Hitam x coklat memiliki rata-rata tertinggi pada karakter jumlah lokul bobot 100 benih, dan jumlah tangkai bunga. Hasil persilangan Coklat x Merah Putih memiliki rata-rata tertinggi pada karakter rata-rata panjang lokul.

2. Seluruh peubah yang diamati memiliki nilai keragaman fenotipe yang luas, sedangkan pada keragaman genotipenya memiliki nilai keragaman yang luas kecuali pada umur panen polong segar, jumlah tangkai bunga, rata-rata panjang polong tanaman, rata-rata jumlah lokul, dan bobot 100 benih. 3. Variabel yang memiliki nilai duga heritabilitas tinggi terdapat pada variabel


(2)

45

terdapat pada variabel umur panen polong kering, jumlah polong tanaman, rata-rata jumlah polong tanaman, dan jumlah benih total. Sedangkan variabel yang memiliki nilai duga heritabilitas rendah adalah umur panen polong segar, jumlah tangkai bunga, rata-rata panjang polong tanaman, rata-rata jumlah lokul tanaman, bobot benih tanaman, dan bobot 100 benih.

5.2 Saran

Perlu adanya penelitian lanjutan untuk meningkatkan efektivitas seleksi, karena karakter yang memiliki heritabilitas rendah harus diseleksi pada generasi lanjut.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Allard, R. W. 1995. Pemuliaan Tanaman. Diterjemahkan oleh Manna. Diedit oleh Mulyani, Mul. PT Rineka Cipta, Jakarta. 336 hlm.

Anderson, R. L., and Bancroft, T. A. 1952. Statistical Theory in Research. New York : Mc Graw-Hill.

Ashari, S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia. Jakarta. 490 hlm.

Badan Pusat Statistik. 2011. Data Prodiksi Sayuran Indonesia. Jakarta: katalog BPS 521

Baihaki, A. 2000.Teknik Rancangan dan Analisis Penelitian Pemuliaan. Diktat Kuliah.UniversitasPadjadjaran. Bandung. (tidakdipublikasikan)

Bahar, M., Dan A. Zein, 1993. Parameter genetik pertumbuhan tanaman, hasil dan komponen hasil jagung. Zuriat 4(1): 4-7.

Bermawle, N., S. Purwiyanti, dan Mardiana. 2008. Keragaan sifat morfologi, hasil dan mutu plasmanutfah pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.). Bul. Littro. XIX (1): 1-17.

Cahyono, B. 2006. Kacang Panjang: Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Aneka Ilmu. Semarang. 178 hlm.

Crowder, L. V. 1997. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 345 hlm.

Deanon, J.R. and J. M. Soriana.1967. The legumes vegetables production in somas. East Asia ch 6:66-69.

Destyasari, D. 2009. Pendugaan Ragam, Heritabilitas, dan Korelasi Karakter Agronomi Kacang Panjang Keturunan Testa Coklat x Coklat Putih.

Skripsi. Universitas Lampung. 84 hlm.

Falconer, D.S. dan T.F.C. Mackay. 1996. Introduction to Quantitative Genetics. Longman. Harlow. 251 hlm.


(4)

47

Fehr,W. R. 1987. Principles of Cultivar Development: Theory and Technique.

Volume I. Macmilan Publishing Compani. New York. 299 hlm.

Gunawan. 2011. Pengujian jumlah anther dan waktu polinasi pada keberhasilan persilangan kacang panjang. Habitat. XI(113) : 247-252.

Hadiati, S., Murdaningsih H. K., dan Neni Rostini. 2003. Parameter karakter komponen buah pada beberapa aksesi nanas. Zuriat, Vol. 14 No. 2. 53-58. Hikam, S. 2010. Teknik Perancangan dan Analisis Pemuliaan Tanaman.

Universitas Lampung. Bandar Lampung. 31 hlm.

Kumaunang, J., dan I. Maskromo. 2007. Keragaan genetik plasma nutfah

kelapa dalam (Cocos nucifera L) di kebun percobaan mapanget

berdasarkan penanda DNA RSSr. Buletin Palma No-33.

Kusmana, Suherli. 2008. Keterbacaan Buku Teks Pelajaran. [Online]. Tersedia :

http://suherlicentre.Blogspot.com/2008/07/keterbacaan-buku-teks-pelajaran.html[22 November 2011]

Mahendra, W. 2010. Pendugaan ragam, heritabilitas, dan kemajuan seleksi kacang panjang (Vigna sinensis var. sesquipedalis [L.] Koern.) populasi F2

keturunan persilangan testa hitam x bernas super. Skripsi. Universitas Lampung. 71 hlm.

Makmur, A. 1992. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Rineka Cipta. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 79 hlm.

Mangoendidjojo, W,2003. Dasar-dasarPemuliaanTanaman.Kanisius. Yogyakarta.182 hlm.

Mc. Whirter, K.S.1979. Breeding of Cross Pollinated Crops.In R. Knight (ed) Plant Breeding. A. A. U. C. S., Brisbane.82 hlm.

Poespadorsono. S. 1998. Dasar-DasarPemuliaanTanaman. PAU Institut Pertanian Bogor. Bogor. 354 hlm.

Puseglove, J.W 1992. Tropical Crop. Dicotyledon. Longman group limited, impression in one volume p. 321-328.

Rachmadi, M. 2000. Pengantar Pemuliaan Tanaman Membiak Vegetatif. UNPAD. Bandung. 159 hlm.

Rubatzky, V.E., dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia. Penerbit ITB: Bandung. 292 hlm.


(5)

Sari, L. K. 2009. Keragaan dan heritabilitas karakter agronomi kacang panjang (Vigna sinensis var. sesquipedalis [L.] Koern.) keturunan persilangan testa coklat putih x hitam. Skripsi.Universitas Lampung. 65 hlm.

Singh, R.K., and B.D. Chaudhary. 1979. Biometrical methods in quantitative genetic analysis. Kalyani Publisher.Ludhiana; New Delhi. 304 p.

Soetiarso. T. A. dan L. Marpaung.1995. Preferensi konsumen rumah tangga terhadap kaulitas kacang panjang. J. Hort. 5(3):46-52.

Stanfield, W. D. 1991.Genetika Edisi ke 2. Diedit oleh Apandi, M. Hardy L. T. Penerbit Erlangga. Jakarta. 234 hlm.

Sudarmadji, R. Mardjono, dan H. Sudarmo. 2007. Varietas genetik, heretabilitas, dan korelasi genotipik sifat-sifat penting tanaman wijen (Sesanumindicum

L.). Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat: Jawa Timur. Jurnal Littri 13 (3).88-92.

Suharsono, M. Jusuf, dan A.P. Paserang. 2006. Analisis ragam, heritabilitas, dan pendugaan kemajuan seleksi populasi F2 dari persilangan kedelai kultivar

selamet dan nokonsawon. Jurnal Tanaman Tropika. 9 (2): 86-93.

Sujiprihati, S., Sobir and R.Y. Galingging. 2005. Genetic variability analyses of 20 genotypes of papaya based on morphological characters and RAPD markers. First International Symposium on Papaya, 22-24 Nov. Genting Higland, Malaysia.

Sutarno, H. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. Penerbit UGM: Yogyakarta. 210 hlm.

Suwardi.,S.Poerwoko, danN.Basuki. 2002. Implikasikeragamangenetikkorelasi fenotipik, dangenotipikuntukperbaikanhasilsejumlahgalurkedelai

(Glicyne max (L). Merrill).

http://images.Soemarno.multiply.com/attachement/0/RfuraQoKCpkAAe8 SajU1/kedelai5.doc?nmid=22330493.DiaksesTanggal

Ulum, R. B. 2007. Uji karakter agronomi lima genotipe kacang panjang (Vigna sinensis L.) untuk diseleksi sebagai tetua. (Skripsi). Universitas Lampung. Van Lieshout, O. 1992. Consumption of fresh vegetables in Indonesia, A forecast for required production area in 2000. Internal Communication LEWU-ATA 395 No.48. 35 p.

Wahdah, R. 1996. Variabilitas dan pewarisan laju akumulasi bahan kering pada biji kedelai , (Disertasi). Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran. Bandung. 130 hlm.


(6)

49

Welsh, J. R. 1991. Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman.

Diterjemahkan oleh Mogea, Johanis P. Penerbit Erlangga. Jakarta. 224 hlm.