Penentuan Permeabilitas Zat Warna Tekstil Indigo Biru Penentuan Permselektivitas Zat Warna Tekstil Indigo Biru

9

3.2.2.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi

- Larutan standar dextran T-70, T-500 dan T-2000 dibuat dengan konsentrasi 10 – 100 ppm. Masing-masing larutan ditambahkan dengan fenol 5 dan asam sulfat pekat seperti pada prosedur 3.2.2.3, sehingga didapatkan harga absorbansi masing-masing konsentrasi. Kurva kalibrasi dibuat dengan memplot absorbansi terhadap konsentrasi larutan dextran.

3.2.2.5 Pengamatan Struktur Membran dengan Scanning Electron Microscope SEM

- Ukuran poridan distribusi pori membran diamati dengan menggunakan SEM. Mula-mula membran dikeringkan dengan kertas tissue kemudian dicelupkan ke dalam nitrogen cair hingga menjadi kaku lalu dipatahkan. - Permukaan membran dan penampang lintangnya difoto dengan SEM.

3.2.3 Mikrofiltrasi Limbah Zat Warna Tekstil Indigo Biru

- Mikrofiltrasi dilakukan dengan memasukan limbah zat warna tekstil yang mengandung indigo biru ke dalam sel mikrofiltrasi yang telah terpasang membran polisulfon.Larutan diaduk dengan magnetic stirrer dan tekanan sebesar 1 atm diaplikasikan, kemudian permeatnya ditampung.

3.2.3.1 Penentuan Permeabilitas Zat Warna Tekstil Indigo Biru

- Permeabilitasnya ditentukan dengan menghitung fluks indigo biru dengan cara yang sama seperti penentuan fluks air dan fluks dextran.

3.2.3.2 Penentuan Permselektivitas Zat Warna Tekstil Indigo Biru

- Permeat dan konsentrat indigo biru setelah proses mikrofiltrasi ditampung, kemudian ditentukan konsentrasinya dengan cara yang sama dengan penentuan konsentrasi permeat dan konsentrat dextran. Kemudian permselektivitasnya ditentukan dengan menghitung koefisien rejeksinya seperti pada perhitungan rejeksi dextran. 10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembuatan Membran Polisulfon

Larutn polimer yang digunakan untuk membuat membran harus bersifat homogen polimer larut sempurna, sehingga campuran polisulfon, polietilen glikol dan DMAc harus memiliki kompatibilitas derajat pencampuran yang tinggi, karena jika tidak maka akan terbentuk larutan polimer yang kurang homogen berwarna keruh. Hal ini akan menghasilkan struktur membran yang kurang baik dan dapat menurunkan kinerja membran. Setelah dhasilkan larutan polimer yang homogen, larutan tersebut dimatangkan dengan cara didiamkan selama 4 – 6 jam untuk menghilangkan gelembung udara karena pengadukan. Adanya gelembung udara dapat membentuk lubang pada membran. Setelah pematangan, larutan polimer dicetak dengan cara menuangkan larutan polimer ke atas pelat kaca kemudian dicetak dengan batang-stainless steel sehingga terbentuk lapisan tipis di atas pelat kaca. Ketebalan lapisan tipis ini tidak tepat sama karena tergantung tekanan ketika mencetaknya namun dengan adanya selotip di pinggir pelat kaca diharapkan perbedaan ketebalan membran tidak terlalu besar. Dengan demikian, dalam penelitian ini, nilai karakterisasinya tidak tepat sama untuk jenis membran yang sama. Kemudian lapisan tipis yang dihasilkan segera dicelupkan dengan cepat ke dalam bak koagulasi berisi air agar terbentuk permukaan membran yang rata. Pada saat pencelupan ini, terjadi proses koagulasi dimana pelarut akan berdifusi ke non pelarut air yang menyebabkan terjadinya perubahan fasa transisi fasa dari lapisan tipis larutan polimer menjadi lapisan membran yang padat Margiyani, 2014. PEG sebagai aditif larut dalam air, sehingga kedudukan aditif akan menghasilkan rongga atau pori-pori membran Mulder, 2006. 4.2 Karakterisasi Membran 4.2.1 Fluks terhadap Air, Dextran T-70, T-500 dan T-2000 Pengukuran fluks air dan dextran bertujuan untuk memperkirakan porositas membran serta mengetahui kecepatan air atau dextran melewati membran. Permeabilitas air dan dextran merupakan banyaknya air dan dextran yang pindah melalui satu satuan luas membran per satu