22
2.1.2 Angka Penemuan Kasus CDRCase Detection Rate
2.1.2.1 Pengertian
Angka Penemuan Kasus Case Detection Rate = CDR adalah prosentase jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati dibanding jumlah
pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Case Detection Rate
menggambarkan cakupan penemuan pasien baru BTA positif pada wilayah tersebut.
Rumus:
Perkiraan jumlah pasien baru TB BTA positif diperoleh berdasarkan perhitungan angka insidens kasus TB paru BTA positif dikali dengan jumlah
penduduk. Target Case Detection Rate Program Penanggulangan Tuberkulosis Nasional minimal 70 Depkes RI, 2008: 90.
2.1.2.2 Strategi Penemuan Kasus
Penemuan kasus TB paru di Indonesia dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara kerja strategi passive case finding dan strategi active case finding
Depkes RI, 2007. Strategi passive case finding merupakan strategi yang direkomendasikan WHO melalui DOTS. Meskipun tidak direkomendasikan
langsung oleh WHO, strategi active case finding dilaksanakan di Indonesia dengan alasan karena meluasnya perkembangan penyakit TB paru.
Jumlah pasien baru TB BTA Positif yang dilaporkan dalam TB.07 CDR =
--------------------------------------------------------------------------------- x 100 Jumlah Perkiraan jumlah pasien baru TB BTA Positif
23
2.1.2.2.1 Strategi Passive Case Finding
Strategi penemuan kasus secara passive case finding adalah dengan memeriksa orang yang diduga terkena TB. Penjaringan tersangka TB Paru
dilaksanakan hanya pada penderita yang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan terutama puskesmas sehingga penderita yang tidak datang masih menjadi sumber
penularan yang potensial. Strategi passive case finding kurang maksimal untuk diterapkan terutama dalam percepatan penanganan penyakit TB yang telah
menjadi bahaya global Depkes, 2002. Strategi passive case finding yang sudah dilakukan di Indonesia sejak tahun
1995 adalah strategi DOTS Directly Observed Treatment Shortcourse yang direkomendasikan WHO. Strategi DOTS Menurut Depkes RI tahun 2002, sesuai
rekomendasi WHO, terdiri atas 5 komponen sebagai berikut:
1. Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk dukungan dana.
2. Diagnosis TBC dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis.
3. Pengobatan dengan paduan Obat Anti Tuberkulosis OAT jangka pendek
dengan pengawasan langsung oleh pengawas menelan obat PMO. 4.
Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin. 5.
Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TBC.
Istilah DOT diartikan sebagai pengawasan langsung menelan obat oleh pengawasan langsung menelan obat PMO. Tujuan pengobatan dengan DOT
adalah:
24
1. Mencapai angka kesembuhan yang tinggi.
2. Mencegah putus berobat.
3. Mengatasi efek samping obat.
4. Mencegah resistensi.
Pengobatan TB dengan pendekatan DOT telah terbukti memberikan hasil angka kesembuhan yang tinggi, sekitar 85. Akan tetapi strategi passive case
finding yang diterapkan menjadi kurang maksimal karena hanya menunggu
penderita datang berobat. 2.1.2.2.2
Strategi Active Case Finding Strategi active case finding dilakukan untuk mengatasi TB paru pada tahun
2007 oleh Depkes. Dalam strategi ini tenaga kesehatan tidak hanya akan memeriksa orang yang diduga sakit, namun orang yang berada di lingkungan
tersebut akan diperiksa Depkes RI, 2007. Puskesmas melakukan pemeriksaan kontak serumah pada pasien dengan BTA positif oleh petugas pengelola program
TB. Jika terdapat tanda-tanda dengan gejala TB paru maka dilakukan pemeriksaan BTA sputum. Di samping itu puskesmas melibatkan petugas sanitasi untuk
melakukan inspeksi sanitasi ke rumah dan lingkungan penderita TB paru BTA positif Syahrizal Antoni, 2009: 4. Sehingga dapat diketahui penyebaran TB paru
di lingkungan yang paling kecil keluarga hingga lingkungan yang lebih besar terkait dengan mobilitas penduduk. Strategi ini bertentangan dengan cara yang
direkomendasikan WHO, yaitu metode passive case finding melalui strategi DOTS.
25
2.2 Kerangka Teori
Gambar 2. Kerangka Teori
Sumber: Depkes RI, 2002