Menghayati Ajaran Gereja tentang Bunuh Diri dan Euthanasia

148 Kelas XI oleh seorang teman. Demi salib Kristus dan demi kebangkitan-Nya, Gereja mengakui adanya makna dalam penderitaan, sebab Allah tidak meninggalkan orang yang menderita. Dan dengan memikul penderitaan dan solidaritas, kita ikut menebus penderitaan. • Ensiklik Evengelium Vitae oleh Yohanes Paulus II pada tanggal 25 Maret 1995. Secara khusus, ensiklik ini membahas euthanasia pada artikel no 64-67. Paus Yohanes Paulus II, yang prihatin dengan semakin meningkatnya praktek euthanasia, memperingatkan kita untuk melawan “gejala yang paling mengkhawatirkan dari ‘budaya kematian’ …. Jumlah orang-orang lanjut usia dan lemah yang meningkat dianggap sebagai beban yang mengganggu”. Euthanasia yang “mengendalikan maut dan mendatangkannya sebelum waktunya, dengan secara “halus” mengakhiri hidupnya sendiri atau hidup orang lain ….. nampak tidak masuk akal dan melawan perikemanusiaan“. Euthanasia merupakan “pelanggaran berat terhadap hukum Allah, karena itu berarti pembunuhan manusia yang disengaja dan dari sudut moral tidak dapat diterima”. Sebagai pendasaran, teks tersebut menunjuk pada hukum kodrati, Sabda Allah, tradisi dan ajaran umum Gereja Katolik.

4. Menghayati Ajaran Gereja tentang Bunuh Diri dan Euthanasia

Hidup manusia harus dihormati karena pada dirinya terkandung nilai rohani, bahwa penciptaan Allah dan relasinya dengan Allah. Hidup manusia berasal dari Allah, maka urusan memberi dan mengakhiri hidup manusia adalah wewenang Allah. Tidak ada hak siapapun juga untuk mengakhiri hidup seseorang. Hidup manusia ada di tangan Allah dan Allahlah yang berkuasa untuk membuat hidup dan mengakhirinya dengan kematian. Karena itu para medis tidak diperbolehkan melakukan tindakan eutanasia karena hal itu kontra hukum Allah. Hidup manusia tidak dapat diganggu pada tahap dan dalam situasi apapun juga. Setiap suara hati mesti diarahkan untuk menjunjung tinggi nilai kehidupan manusia. Semoga budaya kehidupan terpatri dalam diri setiap orang dan senantiasa menentang budaya kematian Releksi : Berdasarkan tulisan tersebut, buatlah sebuah releksi tertulis tentang bunuh diri dan euthanasia dari sudut pandang ajaran kristiani. Doa: Bapa yang Maharahim, Kami telah belajar tentang bagaimana menghargai hidup sesuai pengajaran dan teladan Putra-Mu, Yesus Kristus. Semoga dalam hidup sehari-hari, kami mampu menghargai hidup itu baik dalam hidup kami sendiri maupun hidup sesama. Amin. diunduh dari psmk.kemdikbud.go.idpsmk 149 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

F. Hukuman Mati

Yohanes Paulus II menegaskan bahwa status sah yang memungkinkan pelak- sanaan hukuman mati ini tidak terletak lagi pada pertimbangan berat ringannya suatu tindak kejahatan yang dilakukan, tetapi pada ketidakmampuan masyarakat di dalam mempertahankan dirinya dengan cara-cara lain. Menurutnya, status keti- dakmampuan masyarakat melindungi dan mempertahankan dirinya dengan cara- cara lain adalah faktor yang menentukan di dalam memutuskan apakah hukuman mati diperbolehkan atau tidak bagi seseorang yang melakukan kejahatan. Doa: Ya Bapa, Berkatilah kami dalam pelajaran ini, agar memahami ajaran Gereja tentang huku- man mati, dan ikut berusaha untuk terlibat aktif dalam memperjuangkan budaya kehidupan, dan menghindari budaya kematian. Demi Yesus Kristus, Tuhan dan Ju- ruselamat kami. Amin.

1. Makna Hukuman Mati

a. Melihat kasus Indonesia termasuk negara yang masih melakukan hukuman mati. Sudah ratusan orang meregang nyawa di hadapan regu tembak kepolisian Indonesia. Salah satu ka- sus hukuman mati yang pernah menghebohkan masyarakat, baik di dalam maupun luar negeri, bahkan hingga Paus Yohanes Paulus II alm mengirimkan surat kepada Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, adalah kasus yang menimpa bapa Fabianus Tibo, dan kawan-kawan di Poso. Berkaitan dengan hal tersebut, cobalah menyimak artikel berikut ini, kemudian berikan analisa pandangan anda tentang hukuman mati. Lonceng Kematian Rasa Keadilan Fabianus Tibo 60, Dominggus da Silva 42, dan Marinus Riwu 52 akhirnya dieksekusi juga di hadapan tiga regu tembak pasukan Brimob Polda Sulawesi Tengah. Prosesi penembakan yang berlangsung secara serentak mulai pukul 01.10 sampai dengan pukul 01.15 Wita itu dilaksanakan di sebuah tempat rahasia di pinggiran Kota Palu Kompas Cyber Media, 2292006. Puluhan tahun kehidupan yang dianugerahkan Tuhan lenyap hanya dalam lima menit di tangan eksekutor. Melayang sudah nyawa ketiga warga bangsa itu, bukan diunduh dari psmk.kemdikbud.go.idpsmk