Optimasi Produksi Benih Kacang Koro Pedang (Canavalia Ensiformis L ) Melalui Pengaturan Pemangkasan Dan Jarak Tanam

OPTIMASI PRODUKSI BENIH KACANG KORO PEDANG
(Canavalia ensiformis L.) MELALUI PENGATURAN
PEMANGKASAN DAN JARAK TANAM

ADILLAH NAZIR

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Optimasi Produksi Benih
Kacang Koro Pedang (Canavalia ensiformis L.) melalui Pengaturan Pemangkasan
dan Jarak Tanam adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, April 2016

Adillah Nazir
NIM A251130091

RINGKASAN
ADILLAH NAZIR. Optimasi Produksi Benih Kacang Koro Pedang (Canavalia
ensiformis L.) melalui Pengaturan Pemangkasan dan Jarak Tanam. Dibimbing
oleh TATIEK KARTIKA SUHARSI dan MEMEN SURAHMAN.
Pemangkasan pada kacang koro pedang dilakukan untuk mengoptimalkan
produksi tanaman melalui keseimbangan rasio source/sink serta untuk mengatur
tajuk tanaman agar radiasi matahari yang diterima tajuk merata. Pengaturan jarak
tanam juga penting untuk menentukan kondisi optimum bagi tanaman agar dapat
meminimumkan persaingan antar tanaman dalam memanfaatkan faktor
lingkungan tumbuh yang ada. Melalui jarak tanam yang lebih rapat diharapkan
akan diperoleh jumlah populasi per hektar yang lebih banyak, sehingga produksi
benih yang tinggi dapat dicapai baik kuantitas maupun kualitas. Tujuan penelitian
ini adalah 1) mendapatkan informasi respon pemangkasan terhadap pembentukan
polong kacang koro pedang; 2) mendapatkan pengaturan pemangkasan yang

efektif untuk meningkatkan produksi benih kacang koro pedang; 3) mendapatkan
jarak tanam yang optimum untuk meningkatkan produksi dan mutu benih kacang
koro pedang.
Penelitian ini dilaksanakan pada Januari hingga Oktober 2015. Percobaan
pertama yaitu pengaruh pemangkasan cabang dan batang terhadap pembentukan
polong kacang koro pedang (Canavalia ensiformis L.) dengan menggunakan
rancangan petak terbagi dalam rancangan acak kelompok dengan dua faktor dan
tiga ulangan. Pemangkasan cabang sebagai petak utama dan pemangkasan batang
sebagai anak petak. Percobaan kedua yaitu optimasi produksi benih kacang koro
pedang melalui pengaturan jarak tanam dengan menggunakan Rancangan Acak
Kelompok faktor tunggal yang terdiri atas 6 taraf kombinasi jarak tanam dengan
pengaturan pemangkasan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemangkasan cabang dan batang dapat
mendukung pembentukan kuncup bunga dan polong, akan tetapi tidak dapat
mendukung perkembangan polong lebih lanjut. Pemangkasan cabang dan batang
tidak efektif untuk produksi benih kacang koro pedang. Perlakuan tanpa
pemangkasan cabang dan batang merupakan kombinasi perlakuan yang paling
efektif dalam produksi benih kacang koro pedang. Jarak tanam yang optimum
untuk meningkatkan produksi dan mutu benih kacang koro pedang yaitu double
row (50 x 50_100) cm .

Kata kunci: pemangkasan batang, pemangkasan cabang, pembentukan polong,
rasio source/sink

SUMMARY
ADILLAH NAZIR. Optimization of Jackbean Seed Production (Canavalia
ensiformis L.) by Pruning and Plant Spacing Arrangement. Supervised by
TATIEK KARTIKA SUHARSI and MEMEN SURAHMAN.
Pruning of jackbean was to optimize plant production through the balance
ratio of source/sink and to set the plant canopy so sun radiation can be accepted
evenly. Plant spacing setting also important to determined optimum condition for
plant in order to minimize competition between plants utilizing the growing
environmental factors. Narrower plant spacing will increased the number of
population per hectare so that increased quantity and quality of seed production.
The objectives of this study were to (1) obtain information about pruning response
to the formation of jackbean pods, (2) obtain the effective pruning setting to
increased seed production of jackbean, (3) obtain the optimum spacing to
increased production and quality of jackbean seed.
This research was conducted in January-October 2015. The first
experiment was the effect of branch and stem prunning on Jackbean (Canavalia
ensiformis L.) pod formation. This experiment arranged in a split plot that

divided into random block design with two factors and three replications. The
main plot was branch pruning and the subplot was stem pruning. The second
experiment was optimization of jackbean seed production through spacing setting
and arrange in random block design with single factor and consisted of 6 level
combinations of plant spacing with pruning setting.
The result showed that branch and stem pruning can support the bud and
pod formation, but it could not support the further development of the pods.
Branch and stem pruning were not effective to jackbean seed production.
Treatment without branch and stem pruning were the most effective combination
treatment to produce Jackbean seed. The optimum plant spacing to increased
production and quality of jackbean seed was double row (50 x 50_100) cm.
Keyword : branch pruning, pod formation, source/sink ratio, stem pruning

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

OPTIMASI PRODUKSI BENIH KACANG KORO PEDANG
(Canavalia ensiformis L.) MELALUI PENGATURAN
PEMANGKASAN DAN JARAK TANAM

ADILLAH NAZIR

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu dan Teknologi Benih

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016


Penguji luar komisi pada ujian tesis: Dr Desta Wirnas, SP MSi

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala
rahmat serta karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat penulis selesaikan. Tesis
dengan judul “Optimasi Produksi Benih Kacang Koro Pedang (Canavalia
ensiformis L.) melalui Pengaturan Pemangkasan dan Jarak Tanam” disusun oleh
penulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar magister pada Program Studi Ilmu
dan Teknologi Benih, Institut Pertanian Bogor (IPB).
Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah banyak
membantu dalam proses penyelesaian tesis ini, diantaranya:
1. Dr Dra Tatiek Kartika Suharsi, MS dan Prof Dr Ir Memen Surahman, MScAgr
selaku komisi pembimbing. Penulis menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan yang tulus atas waktu dan kesempatan yang telah diluangkan
dalam membimbing, mengarahkan serta kesabaran yang luar biasa terhadap
penyelesaian karya ilmiah ini.
2. Dirjen DIKTI atas beasiswa BPP-DN yang penulis terima (2013-2015).
3. Dr Desta Wirnas, SP MSi dan Dr Ir Endah Retno Palupi, MSc selaku penguji
luar komisi serta perwakilan program studi pada ujian tesis atas tambahan
wawasan dan masukan sehingga tesis ini dapat disempurnakan.

4. Staf dan Pegawai Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian
IPB atas segala kerjasama dan bantuannya.
5. Ayahanda M. Nazir, Ibunda Irnawati M. (alm), Kakanda Rifqi Nazir (alm),
Fikri Nazir, Rahmi Prayanti, Adinda Kamilah Nazir dan terkhusus suami
tercinta “Zulia Indriadi ” yang telah memberikan semangat kepada penulis
lewat dukungan dan doa-doa indahnya.
6. Bapak Adang dan Bapak Rahmad selaku pengelola Kebun Percobaan Sawah
Baru IPB dan pengelola Laboratorium Prosesing Benih Leuwikopo IPB beserta
seluruh staf yang telah membantu selama pelaksanaan penelitian.
7. Teman dekat Suci Yuli KW SE, Winda Wahyuni SP MSi, Riwahyu Wartina
SP, Fatiani Manik SP, Ridho KR SPt MPt, serta Edelweis Genggongers atas
semangat serta dukungan yang diberikan.
8. Teman-teman Ilmu dan Teknologi Benih anggatan 2013, atas perjuangan dan
kekeluargaan yang erat. Salam kompak untuk kita semua.
9. Keluarga besar Bapak Zulbakri atas dukungan doa serta semangat untuk
penulis.
Akhir kata, mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan di dalam
penulisan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi yang
membutuhkan.
Bogor, April 2016


Adillah Nazir

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian


1
1
2

2 TINJAUAN PUSTAKA
Kacang Koro Pedang (Canavalia ensiformis L.)
Pengaruh Pemangkasan terhadap Produksi Tanaman
Pengaruh Jarak Tanam terhadap Produksi Tanaman
Mutu Fisik dan Fisiologis Benih

3
3
4
5
6

3 METODE
7
Waktu dan Tempat
7

Bahan
7
Alat
7
Prosedur Percobaan
8
Percobaan 1: Pengaruh Pemangkasan Cabang dan Batang terhadap
Pembentukan Polong Kacang Koro Pedang (Canavalia
ensiformis L.)
8
Percobaan 2: Optimasi Produksi dan Mutu Benih Kacang Koro Pedang
(Canavalia ensiformis L.) melalui Pengaturan Jarak Tanam 14
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Percobaan 1: Pengaruh Pemangkasan Cabang dan Batang terhadap
Pembentukan Polong Kacang Koro Pedang (Canavalia
ensiformis L.)
Percobaan 2: Optimasi Produksi dan Mutu Benih Kacang Koro Pedang
(Canavalia ensiformis L.) melalui Pengaturan Jarak Tanam


19
19

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

44
44
44

DAFTAR PUSTAKA

44

LAMPIRAN

49

RIWAYAT HIDUP

50

20
37

DAFTAR TABEL
1
2

3
4
5
6

7
8
9
10
11
12
13

14
15
16
17

Kandungan nutrisi pada kacang koro pedang putih dan kedelai
Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh pemangkasan terhadap
serapan radiasi matahari dan karakter tanaman kacang koro pedang
pada fase generatif
Serapan radiasi matahari tanaman kacang koro pedang
Umur berbunga dan umur panen tanaman kacang koro pedang
Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh pemangkasan cabang dan
pemangkasan batang terhadap komponen hasil kacang koro pedang
Pengaruh pemangkasan cabang dan pemangkasan batang serta
interaksinya terhadap jumlah polong gugur dan polong panen per
tanaman pada tanaman kacang koro pedang
Pengaruh pemangkasan batang terhadap tanaman tanpa pemangkasan
cabang
Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh pemangkasan cabang dan
pemangkasan batang terhadap hasil kacang koro pedang
Interaksi pemangkasan cabang dan pemangkasan batang terhadap
hasil tanaman kacang koro pedang
Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh pemangkasan terhadap
proporsi jumlah benih tanaman kacang koro pedang
Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh pemangkasan cabang dan
pemangkasan batang terhadap mutu fisiologis benih kacang koro
pedang
Pengaruh pemangkasan cabang dan pemangkasan batang terhadap
mutu fisiologis benih tanaman kacang koro pedang
Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap karakter
umur generatif, komponen hasil, hasil dan mutu benih tanaman
kacang koro Pedang
Pengaruh jarak tanam terhadap karakter umur generatif tanaman
kacang koro pedang
Pengaruh jarak tanam terhadap komponen hasil tanaman kacang koro
pedang
Pengaruh jarak tanam terhadap produksi benih tanaman kacang koro
pedang
Pengaruh jarak tanam terhadap mutu fisik dan fisiologis tanaman
kacang koro pedang

3
20
21
22
25
26
30
31
32
33

35
35
37
38
39
41
43

DAFTAR GAMBAR
1

2
3
4
5

Bagan alir penelitian optimasi produksi benih kacang koro pedang
(canavalia ensiformis l.) melalui pengaturan pemangkasan dan jarak
tanam
Skema bentuk pemangkasan pada tanaman kacang koro pedang
Skema bentuk tanaman kacang koro pedang dengan pemangkasan
Keragaan tanaman yang terserang jamur
Keragaan inflorensen koro pedang saat periode berbunga

8
10
16
19
20

6
7
8
9
10

11
12
13

14

Keragaan tajuk tanaman koro pedang pada saat pembungaan
Jumlah kuncup per inflorensen tanaman kacang koro pedang pada
berbagai pengaturan pemangkasan cabang dan batang
Jumlah polong per tanaman kacang koro pedang pada berbagai
pengaturan pemangkasan cabang dan batang.
Polong gugur atau polong hampa pada tanaman kacang koro pedang
Interaksi pemangkasan cabang dan pemangkasan batang terhadap
panjang polong dan jumlah benih per polong tanaman kacang koro
pedang.
Keragaman polong kacang koro pedang pada berbagai perlakuan
pemangkasan.
Variasi ukuran benih kacang koro pedang.
Pengaruh pemangkasan cabang dan pemangkasan batang terhadap
proporsi jumlah benih pada berbagai ukuran benih kacang koro
pedang.
Keragaan tanaman kacang koro pedang pada saat pemasakan polong.

22
24
25
27
28
29
33
34
40

DAFTAR LAMPIRAN
1

Rata-rata data iklim selama penelitian

49

1
1

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Konsumsi kedelai dalam negeri terus meningkat seiring dengan
pertumbuhan jumlah penduduk, namun produksi dalam negeri hingga saat ini
belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri yang cukup tinggi, mencapai 2.02
juta ton per tahun, dengan produksi nasional tahun 2013 hanya 742 000 ton (BPS
2013). Kondisi ini menyebabkan tingkat ketergantungan pada kedelai impor
masih sangat tinggi. Ditjen PPHP (2014) melaporkan bahwa nilai impor kedelai
paling besar terjadi pada periode tahun 2010-2013, mencapai 4.63 miliar US$
dengan volume 7.84 juta ton.
Kebijakan pembangunan pangan untuk mencapai ketahanan pangan melalui
diversifikasi pangan bertujuan untuk memberikan alternatif bahan pangan
sehingga mengurangi ketergantungan pada komoditas tertentu. Kebijakan
percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal, yang
ditindaklanjuti oleh Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan
/OT.140/10/2009 tentang gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi
pangan berbasis sumber daya lokal. Pemanfaatan kacang-kacangan lokal seperti
kacang koro pedang (Canavalia ensiformis L.) berpotensi sebagai substitusi bahan
baku pangan olahan kedelai. Harapannya dapat mengurangi ketergantungan
Indonesia pada kedelai impor sekaligus menutupi impor kedelai nasional
Indonesia.
Kacang koro pedang memiliki kandungan karbohidrat dan protein yang
hampir menyerupai kedelai serta kandungan lemak yang lebih rendah
dibandingkan dengan kandungan lemak kedelai. Duke (1992) melaporkan masingmasing kandungan gizi yang terkandung pada 100 g-1 bahan kacang koro pedang
dan kedelai yaitu 66.1% karbohidrat; 27.4% protein dan 2.9% lemak untuk kacang
koro pedang dan 39% protein; 35.5% karbohidrat dan 19.6% lemak untuk kedelai.
Kacang koro pedang dapat dikembangkan menjadi berbagai produk olahan
diantaranya tempe dan tahu (Purwani 2014), tepung (Wahjuningsih dan
Saddewisasi 2013), yogurt (Suryaningrum dan Kusuma (2013) serta masih
banyak produk olahan kacang koro pedang lainnya. Berdasarkan potensi yang
dimiliki kacang koro pedang ini maka pengembangan budidaya kacang koro
pedang perlu mendapat perhatian untuk mewujudkan ketahanan pangan melalui
substitusi kedelai impor dengan kacang koro pedang.
Kendala budidaya kacang koro pedang sejauh ini adalah masalah
ketersediaan benih. Petani masih menggunakan benih sumber hasil produksi
sendiri dengan mutu yang tidak jelas. Oleh karena itu diperlukan informasi awal
untuk mendapatkan teknologi produksi benih yang tepat dengan hasil dan mutu
yang tinggi. Benih bermutu tinggi harus diupayakan sejak tanaman induk tumbuh
di lapangan hingga penyimpanan benih.
Memen Surahman (Komunikasi Pribadi, 2014 Juli 14) menerangkan bahwa
hasil observasi di lapang menunjukkan bahwa polong yang berkembang bagus
pada kacang koro pedang berasal dari inflorensen yang keluar dari batang utama,
sedangkan yang keluar dari cabang sangatlah sedikit bahkan hampir tidak ada dan
buku teratas yang berpotensi mengeluarkan polong adalah buku ke-8. Dugaan
sementara, dengan percabangan tidak produktif dan adanya dominansi apikal

2
pucuk hanya akan meningkatkan persaingan pemanfaatan fotosintat antara fase
pertumbuhan, sehingga fotosintat yang dihasilkan tidak memadai untuk
perkembangan polong lebih lanjut. Pembentukan dan perkembangan fase
reproduktif berhubungan dengan proses pengisian biji dan akumulasi cadangan
makanan selama perkembangan dan pemasakan benih berjalan. Hal ini menjadi
dasar dilakukan pemangkasan cabang dan batang pada tanaman kacang koro
pedang.
Pemangkasan dilakukan untuk mengoptimalkan produksi tanaman melalui
keseimbangan rasio source dan sink ( Edmond et al. 1995) serta untuk mengatur
tajuk tanaman agar radiasi matahari yang diterima tajuk merata. Produksi tanaman
ditentukan oleh aktivitas fotosintesis source atau kemampuan sink untuk menggunakan asimilat yang dihasilkan source. Villegas et al. (2015) melaporkan bahwa
tingkat radiasi matahari berpengaruh selama pengisian biji. Ilyas (2012); Harun
dan Ammar (2001) menambahkan bahwa benih bermutu tinggi dihasilkan dari
pohon induk yang tumbuh di lingkungan yang sesuai, dimana aktivitas
fotosintesis memadai saat pembentukan dan perkembangan polong.
Pengaturan jarak tanam juga penting untuk menentukan kondisi optimum
bagi tanaman agar dapat meminimumkan persaingan antar tanaman dalam
memanfaatkan faktor lingkungan tumbuh yang ada, diantaranya dalam
pemanfaatan air, cahaya dan nutrisi. Melalui jarak tanam yang lebih rapat
diharapkan akan diperoleh jumlah populasi per hektar yang lebih banyak
dibandingkan dengan tanaman yang ditanam dengan jarak tanam yang lebih
renggang, sehingga diharapkan produksi benih tinggi dapat dicapai baik kuantitas
maupun kualitasnya. Oleh karena itu perlu penentuan jarak tanam yang dapat
menekan persaingan antar tanaman. Lopes et al. (2013) menerangkan bahwa jarak
tanam yang lebar akan meningkatkan hasil pertanaman, namun mengurangi hasil
per hektar karena berkurangnya jumlah populasi, sementara itu jarak tanam yang
rapat berpeluang memberikan produksi per hektar yang lebih tinggi.
Penelitian tentang pengaruh pemangkasan dan jarak tanam pada tanaman
kacang koro pedang pernah dilakukan oleh Suharsi et al. (2013), namun pemangkasan tidak dapat dilakukan pada penelitian tersebut karena pertumbuhan tanaman
tidak optimum, sehingga informasi yang tersedia masih kurang. Berdasarkan
uraian dan pertimbangan di atas, maka diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai
pengaturan pemangkasan dan jarak tanam yang optimum dalam upaya
peningkatan produksi dan mutu benih tanaman kacang koro pedang.
Tujuan Penelitian
1. Mendapatkan informasi respon pemangkasan terhadap pembentukan polong
kacang koro pedang
2. Mendapatkan pengaturan pemangkasan yang efektif untuk meningkatkan
produksi benih kacang koro pedang
3. Mendapatkan jarak tanam yang optimum untuk meningkatkan produksi dan
mutu benih kacang koro pedang

3
2

TINJAUAN PUSTAKA

Kacang Koro Pedang (Canavalia ensiformis L.)
Secara botani tanaman kacang koro pedang dibagi dua tipe, yakni tipe tegak
berbiji putih dengan nama Jackbean (Canavalia ensiformis L.) dan tipe menjalar
berbiji merah yang disebut Canavalia gladiata L. (Sena et al. 2005). Koro pedang
merupakan hijauan yang dapat tumbuh mencapai 3-10 m, bentuk tanaman
menyerupai perdu lebat dan bercabang pendek, daun berupa trifoliat, pada daun
memiliki sedikit bulu pada bagian tepi, memiliki bunga berwarna putih, buah
polong berbentuk lonjong yang berisi 8-16 biji dengan bentuk lonjong berwarna
putih. Biji koro pedang putih umumnya dipanen usia 4-6 bulan. Penanaman koro
pedang dilakukan menggunakan benih, benih ditanam dengan cara tugal sedalam
10-15 cm atau disebar (Ditjen Tanaman Pangan 2012).
Puslitbangtan (2007) melaporkan bahwa tanaman koro pedang mampu
tumbuh pada lahan suboptimum di antaranya: mampu tumbuh hingga 2000 meter
dpl; kisaran suhu luas 20-32 oC di daerah tropik dan 14-27 oC di lahan tadah
hujan, tumbuh baik pada tempat dengan curah hujan tinggi 4200 mm/tahun
maupun tempat yang kering karena perakarannya dalam. Pertumbuhan tanaman
koro pedang optimum bila mendapat sinar matahari penuh, tetapi pada tempat
ternaungi masih mampu menghasilkan biji. Tanaman ini dapat tumbuh pada
tekstur dan kesuburan tanah dengan kisaran luas.
Kacang koro pedang memiliki kandungan karbohidrat dan protein yang
hampir menyerupai kedelai serta kandungan lemak yang lebih rendah
dibandingkan dengan kandungan lemak kedelai (Duke 1992). Perbandingan
kandungan gizi biji koro dengan kedelai dapat dilihat pada Tabel 1. Kandungan
protein yang tinggi ini menyebabkan kacang koro berpotensi sebagai alternatif
pengganti kedelai. Koro pedang juga dapat menghasilkan biomassa untuk pupuk
hijau atau pakan (Gustiningsih dan Andrayani 2011).
Tabel 1. Kandungan nutrisi pada kacang koro pedang putih dan kedelai
Koro pedang
Kedelai
Analisis Nutrisi
(Canavalia ensiformis)
(Glycine max)
(100 gr-1 biji kering)
(100 gr-1 biji kering)
Kalori (kkal)
389
444
Protein (%)
27.4
39
Lemak (%)
2.9
19.6
Karbohidrat (%)
66.1
35.5
Sumber : Duke 1992

Koro pedang mengandung vitamin B1 dan B2. Jika koro pedang semakin
berkembang dan terus dibudidayakan oleh petani secara intensif, selanjutnya
diharapkan mampu menggantikan kedelai yang sebagian besar masih bergantung
pada impor dari luar negeri terutama Amerika Serikat. Tujuan akhirnya akan
menghemat devisa negara yang dipergunakan untuk mengimpor kedelai. Peluang
pasar yang menjanjikan antara lain permintaan dari Korea, Jepang, dan Amerika
Serikat. Amerika Serikat sebagai pengimpor kedelai utama ke Indonesia akan

4
berbalik mengimpor koro pedang dari Indonesia (Gustiningsih dan Andrayani
2011).
Doss et al. (2011) melaporkan bahwa koro pedang mengandung senyawa
fenolik dan flavonoid dimana keduanya memiliki aktifitas anti oksidan sebagai
penangkal radikal bebas yang sangat efektif. Namun Gustiningsih dan Andrayani
(2011) menambahkan bahwa kacang koro pedang juga mengandung senyawa
beracun berupa Concanavalia A dan B menghasilkan residu berupa HCN (asam
sianida) yang bersifat toksik bagi tubuh jika kadarnya melebihi 45-50 ppm.
Laurent (2008) telah melaporkan sebelumnya bahwa metabolit pada kacang koro
pedang seperti lektin Concanavalin A dapat hancur dengan pemanasan atau
pemanggangan, sedangkan asam sianida harus dikurangi konsentrasinya dengan
berbagai perlakuan seperti perendaman, pemasakan, atau fermentasi agar sesuai
dengan aturan yang ditetapkan oleh Codex Alimentarius Commission of
FAO/WHO (1991) yakni 10 mg HCN/kg produk.
Produktivitas koro pedang lebih tinggi dibandingkan kedelai. Puslitbangtan
(2007) melaporkan bahwa produktivitas koro pedang dapat mencapai 4.5 ton biji
kering ha-1, sedangkan produktivitas kedelai menurut data sensus BPS (2015)
hanya mencapai 1.6 ton biji kering ha-1.
Pengaruh Pemangkasan terhadap Produksi Tanaman
Widodo dan Sumarsih (2007)
yang bekerja dengan jarak kepyar
menerangkan bahwa dikenal beberapa intensitas pemangkasan pada jarak kepyar,
diantaranya :tipping/pinching (memangkas atau memetik pucuk ranting), cutting
back (memangkas sebagian cabang), stubbing (memangkas cabang dengan
batangnya dengan menyisakan 2-5 ruas sehingga diserupakan menjadi puntung
cerutu) dan thinning (penjarangan cabang dengan cara memotong tepat pada
pangkalnya dengan tidak meninggalkan mata tunas). Pemangkasan tajuk, terutama
pinching umumnya dilakukan untuk memperlebat percabangan. Bila ujung
percabangan tidak dipetik maka biasanya ranting akan terus tumbuh memanjang
dan tunas-tunas tidur di ketiak daun tua tidak mau tumbuh. Keadaan ini dikenal
dengan istilah dominasi apikal, yaitu penekanan pertumbuhan calon tunas ketiak
(lateral) oleh ujung ranting yang aktif tumbuh, akibatnya tanaman akan tumbuh
memanjang. Apabila pucuk aktif dibuang maka tunas-tunas lateral akan
bermunculan sehingga percabangan menjadi merapat dan lebat.
Edmond et al. (1995) menjelaskan bahwa pemangkasan bertujuan untuk
mengatur keseimbangan source dan sink agar produksi yang dihasilkan tanaman
dapat dikendalikan sesuai dengan tujuan. Pemangkasan dilakukan agar sinar
matahari leluasa menyinari bagian tanaman sehingga daun akan lebih baik dan
produktif dalam menghasilkan karbohidrat sekaligus mengurangi gangguan hama
dan penyakit. Raden (2009) menegaskan bahwa pemangkasan bertujuan untuk
mengoptimalkan intersepsi cahaya dan mengarahkan strategi pertumbuhan dan
perkembangan kearah yang menguntungkan sehingga produktivitas tinggi. Hal ini
dapat dilakukan dengan meminimumkan persaingan antara organ vegetatif dan
generative serta keseimbangan asimilat yang harus ditunjang oleh intersepsi dan
penyebaran cahaya yang baik.
Raden et al. (2009) mengemukakan bahwa pemangkasan pucuk pada jarak
pagar dapat meningkatkan jumlah cabang. Hilangnya dominasi apikal tunas pucuk

5
memicu mnculnya tunas-tunas lateral yang dorman untuk tumbuh dan
berkembang. Selanjutnya, perkembangan cabang akan mendorong terbentuknya
daun sebagai sumber fotosintat yang lebih banyak untuk mendukung pertumbuhan
tanaman. Sutapradja (2008) menambahkan bahwa pemangkasan pucuk pada
mentimun meningkatkan jumlah buah dan secara tidak langsung meningkatkan
pula bobot buah dan bobot benih kering per tanaman, namun tidak mempengaruhi
kualitas benih yang dihasilkan hal ini disebabkan karena peningkatan hasil
fotosintesis daun sebagai sumber diimbangi oleh meningkatnya jumlah buah
sebagai pengguna, sehingga keseimbangan sumber (source) dan pengguna (sink)
tetap dipertahankan seperti pada tanaman yang tidak dipangkas pucuknya.
Taiz dan Zeiger (2002) melaporkan bahwa semakin banyak daun maka
kemampuan membentuk fotosintat akan semakin besar sehingga pembentukan
organ-organ vegetatif akan lebih baik karena daun pada tanaman berfungsi
sebagai organ fotosintesis yang mengkonversi energi cahaya menjadi energi
kimia. Hartawan et al. (2010) menduga bahwa menurunnya laju asimilasi bersih
pada kedelai disebabkan karena ketidak seimbangan rasio source dan sink akibat
meningkatnya jumlah daun yang ternaungi. Produk fotosintesis yang dihasilkan
tidak sebanding dengan daun yang dimiliki karena daun yang ternaungi juga
berperan sebagai sink dalam memanfaatkan hasil fotosintesis. Kondisi ini
menyebabkan polong yang berada jauh dari source menjadi gugur. Pieters et al.
(2000) serta Egli dan Bruening (2001) melaporkan sebelumnya bahwa pada
tanaman kedelai yang dalam proses pengisian biji akan menjadi sink yang kuat
dan membutuhkan banyak fotosintat. Egli (2005) menambahkan bahwa bunga,
polong muda dan polong yang sedang berkembang pada tanaman buncis
menggunakan asimilat secara bersamaan. Polong yang sedang berkembang
menggunakan asimilat lebih kuat, sehingga dapat menyebabkan gugurnya bunga
dan polong muda karena kurang mampu bersaing dalam menggunakan fotosintat.
Haryadi et al. (2011) menerangkan bahwa pemangkasan batang utama pada
tanaman jarak pagar dapat meningkatkan jumlah kapsul per tanarnan, jumlah biji
per tanaman, bobot kering per biji, bobot kering biji per tanarnan, dan bobot
kering biji per hektar dibandingkan kontrol. Pemangkasan batang utama dapat
meningkatkan jumlah cabang primer lebih tinggi dibandingkan kontrol (tanpa
pemangkasan batang). Hatta (2012) juga melaporkan bahwa pemangkasan pucuk
pada tanaman cabai tidak memberikan pertumbuhan dan hasil yang lebih baik dan
juga tidak berdampak buruk terhadap pertumbuhan dan hasil cabai. Hal ini bisa
terjadi sebagai bentuk kompensasi yang tinggi terhadap kehilangan bagian organ
vegetatifnya. Kehilangan pertumbuhan pucuk segera dialihkan kepada
pertumbuhan samping berupa berkembangnya tunas ketiak dalam jumlah yang
banyak.
Pengaruh Jarak Tanam terhadap Produksi Tanaman
Jarak tanam berhubungan dengan luas atau ruang tumbuh yang ditempatinya
dalam penyediaan unsur hara, air dan cahaya. Jarak tanam yang terlalu lebar
kurang efisien dalam pemanfaatan lahan, bila terlalu sempit akan terjadi
persaingan yang tinggi yang mengakibatkan produktivitas rendah. Kepadatan
populasi tanaman dapat ditingkatkan sampai mencapai daya dukung lingkungan,
karena keterbatasan lingkungan pada akhirnya akan menjadi pembatas
pertumbuhan tanaman. Menurut prinsip faktor pembatas Leibig, materi esensial

6
yang tersedia minimum cenderung menjadi faktor pembatas pertumbuhan (Odum
1959; Boughey 1968).
Pengaturan kepadatan populasi tanaman dan pengaturan jarak tanam pada
tanaman budidaya dimaksudkan untuk menekan kompetisi antara tanaman. Setiap
jenis tanaman mempunyai kepadatan populasi tanaman yang optimum untuk
mendapatkan produksi yang maksimum. Apabila tingkat kesuburan tanah dan air
tersedia cukup, maka kepadatan populasi tanaman yang optimum ditentukan oleh
kompetisi di atas tanah daripada di dalam tanah atau sebaliknya (Andrews dan
Newman 1970).
Tisdale dan Nelson (1975) melaporkan bahwa tingginya persaingan dan
pengambilan hara serta sinar matahari pada jarak tanam yang rapat menyebabkan
penurunan hasil dan bobot kering. Abubaker (2008) menambahkan bahwa popuasi
yang terlalu rapat pada tanaman kacang buncis menghasilkan produksi yang
rendah karena tingginya persaingan dalam memanfaatkan air dan mineral. Lopes
et al. (2013) yang bekerja dengan kacang castor melaporkan bahwa dengan
penanaman kacang castor dengan populasi tanaman yang kurang padat
menghasilkan tanaman dengan jumlah inflorensen yang lebih tinggi, namun
Mohammadi et al. (2012) melaporkan hasil yang berbeda mengenai jarak tanam.
Penurunan jarak baris atau peningkatan kerapatan tanaman secara signifikan
meningkat hasil jagung dan mengurangi biomassa gulma. Getachew et al. (2014)
melaporkan bahwa penanaman kacang buncis dengan jarak tanam yang lebih
lebar memungkinkan kurangnya persaingan lingkungan untuk nutrisi tanah,
cahaya dan kelembaban dibanding jarak tanam yang rapat.
Mutu Fisik dan Fisiologis Benih
Sadjad (1972) melaporkan bahwa mutu benih menyangkut mutu genetik,
mutu fisiologis dan mutu fisik. Mutu genetik ditentukan oleh derajat kemurnian
genetik sedangkan mutu fisiologis ditentukan oleh laju kemunduran dan vigor
benih. Mutu fisik ditentukan oleh kebersihan fisik. Menurut Sadjad, Murniati, dan
Ilyas (1999), mendefinisikan mutu fisiologis benih merupakan mutu benih yang
ditentukan oleh daya hidup (viabilitas) benih sehingga mampu menghasilkan
tanaman yang normal. Ilyas (2012) menambahkan bahwa mutu fisiologis
berhubungan dengan viabilitas dan vigor yang dipengaruhi oleh pertumbuhan
pohon induk, kemasakan benih, kadar air benih, suhu selama penyimpanan dan
kerusakan benih. Kondisi lingkungan tumbuh pohon induk dapat mempengaruhi
mutu benih yang dihasilkan. Dari pohon yang tumbuh di lingkungan yang sesuai
akan dihasilkan benih bermutu tinggi.
Mutu fisik benih yang bermutu tinggi dilihat dari kinerja fisiknya yang
bersih dari kotoran yang terbawa dari lapang dan ukuran benih seragam. Viabilitas
potensial dan vigor adalah parameter viabilitas benih. Salah satu tolok ukur
viabilitas potensial benih yaitu daya berkecambah atau daya tumbuh benih,
sedangkan tolok ukur vigor diantaranya kecepatan tumbuh dan keserempakan
tumbuh. Kecepatan tumbuh benih mencerminkan vigor benih individual benih
dikaitkan dengan waktu, sedangkan keserempakan tumbuh mencerminkan vigor
suatu lot benih (Widajati et al. 2013).
Pada hakekatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya
dari benih yang bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi.

7
Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain: tahan disimpan lama, tahan terhadap
serangan hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya serta mampu menghasilkan
tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan lingkungan
tumbuh yang sub optimal. Pada umumnya uji vigor benih hanya sampai pada
tahapan bibit karena terlalu sulit dan mahal untuk mengamati seluruh lingkaran
hidup tanaman. Oleh karena itu digunakanlah kaidah korelasi misal dengan
mengukur kecepatan berkecambah sebagai parameter vigor, karena diketahui ada
korelasi antara kecepatan berkecambah dan tinggi rendahnya produksi tanaman
(Sutopo 1985).
Daya berkecambah merupakan salah satu tolok ukur yang digunakan untuk
menentukan potensi perkecambahan maksimal suatu lot benih, yang selanjutnya
dapat digunakan untuk membandingkan mutu benih antar lot-lot yang berbeda
serta untuk menduga nilai pertanaman di lapang. Pengujian benih dikelompokkan
berdasarkan metode pengujian dan indikasi yang dihasilkan. Metode pengujian
ada dua macam yaitu pengujian secara langsung dan tidak langsung. Pengujian
langsung, bila benih ditanam satu persatu pada media, misalnya uji daya
berkecambah 100 butir benih jagung, satu persatu benih ditanam pada media
pertumbuhan. Pengujian tidak langsung biasanya digunakan untuk benih-benih
yang berukuran kecil karena sulit dihitung dan ditanam satu persatu, seperti
bayam sehingga benih yang diuji berdasarkan bobotnya, misalnya untuk melihat
daya berkecambah bayam digunakan 1 g benih bayam per ulangan . media
pertumbuhan yang digunakan dapat berupa kertas, pasir atau bahan organik
((BBPPMB-TPH 2012; Widajati et al. 2013)
3

METODE

Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2015 hingga Oktober 2015 di
Kebun Percobaan Sawah Baru, Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor.
Pengujian benih dilakukan di laboratorium prosesing dan laboratorium
penyimpanan benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor.
Bahan
Bahan tanam yang digunakan pada masing-masing percobaan yaitu benih
kacang koro pedang asal Ciherang Tengah, Dramaga, Bogor yang dipanen pada
bulan November 2013, pupuk kandang sapi, pupuk anorganik (Urea, SP-36, KCl)
dan beberapa pestisida berbahan aktif Karbofuran, Propineb, Mankozeb, Fipronil
serta label. Bahan untuk media pengujian mutu fisiologis benih adalah pasir.
Alat
Alat yang digunakan di lapang yaitu gunting pangkas, lux meter, timbangan,
serta alat sarana tani lainnya. Alat yang digunakan untuk pengujian mutu
fisiologis benih adalah bak pengecambahan benih ukuran (30 x 25 x 15) cm3 dan
handsprayer.

8
Prosedur Percobaan
Penelitian ini terdiri atas 2 percobaan, yaitu: 1) pengaruh pemangkasan
cabang dan batang terhadap pembentukan polong kacang koro pedang (Canavalia
ensiformis L.) dan 2) optimasi produksi dan mutu benih kacang koro pedang
(Canavalia ensiformis L.) melalui pengaturan jarak tanam. Bagan alir penelitian
disajikan pada Gambar 1.

Percobaan 1
Pengaruh pemangkasan
cabang dan batang terhadap
pembentukan polong kacang
koro pedang (Canavalia
ensiformis L.)

Percobaan 2
Optimasi produksi dan mutu
benih kacang koro pedang
(Canavalia ensiformis L.)
melalui pengaturan jarak tanam

output
Pengaturan pemangkasan
yang efektif

output

Teknologi produksi benih
melaluipengaturan
pemangkasan dan jarak
tanam

Gambar 1 Bagan alir penelitian optimasi produksi benih kacang koro pedang
(Canavalia ensiformis L.) melalui pengaturan pemangkasan dan jarak
tanam
Percobaan 1: Pengaruh Pemangkasan Cabang dan Batang terhadap
Pembentukan Polong Kacang Koro Pedang (Canavalia
ensiformis L.)
Rancangan Percobaan disusun berdasarkan rancangan lingkungan acak
kelompok (RAK) dengan menggunakan rancangan perlakuan petak terbagi (Split
Plot Design). Pemangkasan cabang sebagai petak utama dan pemangkasan batang
sebagai anak petak. Petak utama terdiri atas dua taraf, yaitu: C0= seluruh cabang
dipelihara (tanpa pemangkasan cabang) dan C1= seluruh cabang dipangkas
(dengan pemangkasan cabang), sedangkan anak petak terdiri atas empat taraf,
yaitu: B0= tanpa pemangkasan batang, B1= pemangkasan batang setelah buku ke6, B2= pemangkasan batang setelah buku ke-7 dan B3= pemangkasan batang
setelah buku ke-8.
Penelitian ini terdiri atas 8 kombinasi perlakuan dengan tiga ulangan,
sehingga terdapat 24 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 10
tanaman contoh, sehingga keseluruhan terdapat 240 tanaman contoh. Model linier
untuk rancangan yang digunakan dapat dinyatakan sebagai berikut :

9
Yijk = μ +Ci + j+ αij+ Bk + (CB)ik + εijk
Yijk
μ
Ci
j

αij
Bk
(CB)jk
εijk

= Nilai pengamatan pada perlakuan pemangkasan cabang ke-i, perlakuan
pemangkasan batang ke-j, dan kelompok ke-k
= Nilai rataan umum
= Pengaruh pemangkasan cabang ke-i (i= 1,2)
= Pengaruh kelompok ke-j (j= 1,2,3)
= Pengaruh galat petak utama
= Pengaruh perlakuan pemangkasan batang ke-k ( k= 1,2,3,4)
= Pengaruh interaksi perlakuan pemangkasan cabang ke-i dan perlakuan
pemangkasan batang ke-k
= Pengaruh galat percobaan pada perlakuan pemangkasan cabang ke-i,
perlakuan pemangkasan batang ke-j dan kelompok ke-k
Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Lahan
Lahan diolah sempurna dengan penambahan pupuk kandang dengan dosis
10 ton ha-1. Petak percobaan dibuat dengan ukuran 5 m x 3 m = 15 m2 dengan
jumlah 24 petak percobaan, kemudian dibuat bedengan sebangak 4 bedengan pada
masing-masing petak percobaan dengan jarak 70 cm antar bedengan. Masingmasing petakan dilabel sesuai dengan perlakuan yang diberikan, kemudian
diinkubasi selama 2 minggu.
Penanaman
Penanaman benih kacang koro pedang dilakukan dengan cara ditugal
dengan kedalaman ±3 cm pada jarak tanam (70 x 70) cm2, masing-masing
ditanam 2 benih per lubang tanam. Insektisida sistemik berbahan aktif Karbofuran
diberikan pada saat tanam dengan dosis 10 kg ha-1 dengan cara ditabur didekat
benih yang ditanam. Jumlah keseluruhan petak percobaan adalah 24 unit dengan
populasi per petak adalah 28 tanaman, sehingga keseluruhan lubang tanam
berjumlah 672 lubang tanam dengan jumlah benih yang dibutuhkan sebanyak
1344 butir. Pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam (MST) dilakukan
penjarangan tanaman dengan menyisakan satu tanaman utama per lubang tanam
yang paling baik pertumbuhannya.
Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan adalah penyiangan, pembumbunan,
pemupukan, penyiraman, pemasangan ajir dan pengendalian hama dan penyakit.
Penyiangan dilakukan secara manual. Penyiangan pertama dilakukan segera jika
terdapat gulma setelah tanaman tumbuh. Penyiangan lanjutan dilakukan pada
umur 4, 8, 12 dan 16 MST. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan
penyiangan kedua, yaitu pada umur 4 MST. Pemupukan dilakukan dengan dosis
pupuk 50 kg Urea, 100 kg SP36 dan 75 kg KCl. Selama fase vegetatif penyiraman
dilakukan setiap hari dan setelah memasuki fase generatif penyiraman dilakukan
2-3 hari sekali. Pemasangan ajir dilakukan pada saat tanaman telah berumur 4
MST. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan pemberian insektisida
berbahan aktif Karbofuran pada saat tanam sebanyak 3-4 butir per lubang tanam

10
dan bila ada tanda-tanda serangan hama dan penyakit pada masa pertumbuhan
akan dilalukan penyemprotan pestisida berbahan aktif Propineb, Mankozeb,
Fipronil secara bersamaan dengan rentang waktu 1 x 15 hari.
Perlakuan Pemangkasan
Perlakuan pemangkasan dilakukan sesuai dengan kombinasi perlakuan yang
ditetapkan. Pemangkasan cabang dilakukan dengan menggunting bagian pangkal
seluruh cabang yang keluar pada batang utama. Perlakuan B1, B2 dan B3 (secara
berturut-turut dilakukan pemangkasan batang setelah buku ke-6, 7, dan 8).
Pemangkasan cabang dilakukan pada saat tanaman berumur ±5 MST, sedangkan
pemangkasan batang disesuaikan dengan pertumbuhan tanaman di lapang. Skema
bentuk pemangkasan disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 Skema bentuk pemangkasan pada tanaman kacang koro pedang.
Keterangan: C0B0= tanpa pemangkasan cabang dan batang, C0B1-C0B3=
tanpa pemangkasan cabang + pemangkasan batang berturut-turut setelah
buku ke-6, ke-7 dan ke-8, C1B0= dengan pemangkasan cabang dan tanpa
pemangkasan batang, C1B1-C1B3= dengan pemangkasan cabang +
berturut-turut pemangkasan batang setelah buku ke-6, ke-7 dan ke-8.

Pemanenan
Panen dilakukan pada saat calon benih mencapai fase masak atau yang
ditandai dengan polong telah berwarna coklat atau kehitaman. Polong hasil panen
masing-masing petak percobaan kemudian dijemur selama 2-3 hari (tergantung
cuaca) menggunakan alas terpal. Perontokan dilakukan secara hati-hati untuk
menghindari banyaknya benih yang retak. Pembersihan benih menggunakan

11
tampi. Pengeringan benih dilakukan dengan sinar matahari menggunakan tampi
dan besekan selama 2-3 jam (atau hingga mencapai kadar air ±12%).
Pengujian Mutu Fisiologis Benih
Evaluasi mutu fisiologis dilakukan terhadap 100 benih pada masing-masing
perlakuan menggunakan media pasir dengan metode penanaman in sand.
Sebanyak 25 benih ditanam pada masing-masing bak pengecambahan benih
berukuran (30 x 25 x 15) cm3 yang telah berisi pasir dengan tinggi ±5 cm. Benih
ditanam dengan jarak tanam ±2,5 x 5 cm dengan kedalaman ±2 cm, kemudian
disiram dengan air. Media perkecambahan dijaga agar tetap lembab. Pengujian
dilakukan selama 7 hari dengan hitungan pertama pada hari ke-5 dan hitungan
kedua pada hari ke-7. Parameter pengamatan terdiri dari DB, KCT, KST dan PTM.
Pengamatan Penelitian
Pengamatan dilakukan dengan mengamati peubah sebagai berikut:
1.

Serapan radiasi matahari (%)
Radiasi matahari diukur dengan menggunakan alat lux meter dengan cara
meletakkan lux meter sejajar dengan buku tempat keluarnya daun lembaga
tanaman (buku pertama), kemudian nilai lux meter yang diperoleh dicatat
sebagai nilai radiasi matahari tajuk, sedangkan nilai radiasi matahari
sesungguhnya merupakan nilai lux meter pada kondisi terbuka saat bersamaan
dengan waktu pengamatan. Pengukuran dilakukan saat fase berbunga pada
jam 11.00-12.00 WIB. Perhitungan serapan radiasi matahari diperoleh dengan
rumus:
Serapan radiasi matahari (%) =

y

x 100%

2. Karakter Tanaman pada Fase Generatif
Umur Berbunga (HST)
Pengamatan umur berbunga ditetapkan pada saat tanaman dalam satu
satuan percobaan berbunga 50%.
Umur Panen (MST), dihitung dari mulai benih ditanam sampai panen
pertama.
Jumlah Kuncup per Inflorensen (kuncup)
Pengamatan jumlah kuncup per inflorensen dilakukan dengan
menghitung jumlah kuncup pada masing-masing inflorensen pada saat tanaman
berumur 7 MST, secara simultan setiap minggunya hingga 11 MST.
Jumlah Polong per Tanaman (polong)
Pengamatan jumlah polong per tanaman dilakukan dengan menghitung
jumlah polong pada masing-masing tanaman pada saat tanaman berumur 8
MST, secara simultan hingga 15 MST.

12
3.

Komponen Hasil
Jumlah Polong Gugur atau Hampa per Tanaman (polong)
Jumlah polong gugur atau hampa per tanaman dihitung dengan
mengakumulasikan pertambahan jumlah polong yang gugur dan hampa mulai
dari awal pembentukan polong hingga panen terakhir.
Persentase Polong Gugur atau Hampa per Tanaman (%)
Jumlah polong total per tanaman diperoleh dengan menjumlah seluruh
polong yang terbentuk, yang terdiri atas polong panen dan polong gugur atau
hampa. Perhitungan persentase polong gugur per tanaman dilakukan pada
dengan rumus:
�� � � �

�� �

% =




�� �



� � � �

� � � �

%

Jumlah Polong Panen per Tanaman (polong)
Jumlah polong panen per tanaman dihitung dengan menjumlahkan
total polong isi yang dapat bertahan hingga panen pada masing-masing
tanaman contoh hingga panen terakhir.
Persentase Polong Panen per Tanaman (%)
Perhitungan persentase polong panen per tanaman dilakukan dengan
rumus:
�� � � �

� � �

% =




� � �



� � � �

� � � �

%

Panjang Polong (cm)
Pengamatan panjang polong dilakukan setelah panen yang diperoleh
dengan menghitung rata-rata panjang dari 3 polong terbaik pada masingmasing polong 10 tanaman contoh.
Jumlah Benih per Polong( butir)
Pengamatan jumlah benih per polong dilakukan setelah panen yang
diperoleh dengan menghitung rata-rata jumlah benih dari 3 polong terbaik
pada masing-masing polong 10 tanaman contoh.
Jumlah Buku Produktif pada Batang Utama (buku)
Pengamatan jumlah buku produktif pada batang utama dilakukan pada
tanaman tanpa pemangkasan cabang saat panen terakhir. Buku pada batang
utama ditetapkan sebagai buku produktif apabila memenuhi salah satu dari 3
kriteria berikut, yaitu a) menghasilkan polong panen dari inflorensen yang
keluar dari buku pada batang utama maupun pada cabang; b) menghasilkan
polong panen dari inflorensen yang keluar dari buku pada batang utama atau
c) menghasilkan polong panen dari inflorensen yang keluar pada cabang.
Pengamatan dilakukan pada 10 tanaman contoh.
Posisi Buku Produktif pada Batang Utama(buku ke-n)
Pengamatan posisi buku produktif dilakukan pada saat panen dengan
melakukan skoring keberadaan polong panen masing-masing buku pada

13
batang utama (berdasarkan kriteria buku produktif pada peubah jumlah buku
produktif pada batang utama). Pengamatan dilakukan pada 10 tanaman
contoh.
Jumlah Cabang Produktif (cabang)
Pengamatan jumlah cabang produktif dilakukan pada saat panen
terakhir dengan menghitung semua cabang yang menghasilkan polong panen
pada 10 tanaman contoh.
Jumlah Polong pada Buku (polong)
Pengamatan jumlah polong buku dilakukan pada saat panen terakhir
dengan mengakumulasikan semua polong yang berasal dari buku pada 10
tanaman contoh.
Jumlah Polong pada Cabang (polong)
Pengamatan jumlah polong cabang dilakukan pada saat panen terakhir
dengan mengakumulasikan semua polong yang berasal dari cabang pada 10
tanaman contoh.
4.

Hasil (Produksi Benih)
Produksi Benih per Tanaman (g)
Produksi benih pertanaman dihitung dengan menimbang benih yang
bagus dan tidak terserang hama dan penyakit.
Produksi Benih per Hektar (ton )
Produksi Benih per hektar diukur melalui konversi hasil per tanaman
ke dalam hitungan populasi per hektar, yaitu:

Produksi benih perhektar = produksi benih pertanaman x jumlah populasi per ha

5.

Pengamatan Mutu Fisik dan Fisiologis Benih

Proporsi Jumlah Benih (%)
Pengelompokan ukuran bobot 1000 butir dilakukan menjadi tiga
ukuran yaitu benih ukuran kecil ( 1300 g per 1000 benih). Bobot 1000 butir
benih dihitung dengan menimbang 100 butir benih sebanyak 8 ulangan,
kemudian rata-ratanya dikalikan 10 (Dirjen Tanaman Pangan 2011). Benih
pada masing-masing perlakuan dipisahkan berdasarkan ukuran bobot 1000
butir, kemudian dihitung proporsi masing-masing ukuran benih
(%besar:%sedang:%kecil).
Daya Berkecambah (%)
Daya berkecambah (DB) dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal (KN) pada pengamatan I (hari ke-5) dan pengamatan II (hari ke-7)
(Febriyanti 2013). Perhitungan DB menggunakan rumus:
DB (%) =



∑ KN I + ∑ KN II
y

x 100%

14
Kecepatan Tumbuh (%)
Kecepatan tumbuh (KCT) dihitung berdasarkan akumulasi persen
kecambah normal per etmal selama periode perkecambahan yaitu sampai
dengan hari ke-7 pengamatan dengan menggunakan rumus:
�=7

KCT (%/etmal)= ∑

�=0

Keterangan:
N = Persentase kecambah normal
t = Waktu pengamatan (dalam etmal)

N

Keserempakan Tumbuh (%)
Keserempakan tumbuh (KST) dihitung berdasarkan persentase
kecambah normal kuat yang dihitung pada waktu antara pengamatan KN I
(hari ke-5) dan pengamatan KN II (hari ke-7) dengan menggunakan rumus:
KST (%) =





y

x 100%

Kriteria kecambah normal kuat adalah kecambah yang menujukkan
kinerja visual lebih vigor daripada kecambah normal lainnya. Kecambah
dikategorikan sebagai kecambah normal kuat apabila daun lembaga
kecambah normal tersebut telah membuka dan ukuran hipotil lebih dari 2 kali
panjang benih.
Potensi Tumbuh Maksimum (%)
Potensi tumbuh maksimum (PTM) merupakan persentase kecambah
normal dan abnormal yang muncul hingga hari ke-7 pengamatan. Perhitungan
PTM menggunakan rumus:
PTM (%) =





y

y

x 100%

Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis ragam dengan uji F taraf kepercayaan 95%.
Jika terdapat pengaruh nyata perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji jarak
berganda Duncan (DMRT) pada taraf kepercayaan 95%.
Percobaan 2 : Optimasi Produksi dan Mutu Benih Kacang Koro Pedang
(Canavalia ensiformis L.) melalui Pengaturan Jarak Tanam
Rancangan percobaan disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok
faktor tunggal yang terdiri atas 6 taraf kombinasi jarak tanam dengan pengaturan
pemangkasan. Pengelompokan berdasarkan ulangan, sebanyak tiga ulangan.
A2= tanpa pemangkasan, jarak tanam (70 x 70) cm2
A3= tanpa pemangkasan, jarak tanam (100 x 100) cm2
A4= tanpa pemangkasan, jarak tanam double row (50 x 50_100) cm2
B1= dengan pemangkasan, jarak tanam (50 x 50) cm2
B2= dengan pemangkasan, jarak tanam (70 x 70) cm2
B4= dengan pemangkasan, jarak tanam double row (50 x 50_100) cm2

15
Penelitian ini terdiri atas 6 kombinasi perlakuan dengan ulangan sebanyak
tiga kali, sehingga terdapat 18 satuan percobaan. Model linier untuk rancangan
yang digunakan dapat dinyatakan sebagai berikut :
Y = µ + τi + βj + εij
Keterangan :
Y
= Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i, dan kelompok ke-j.
µ
= Rataan umum
τi
= Pengaruh perlakuan ke-i
j
= Pengaruh kelompok ke-j (1, 2, dan 3)
εij
= Pengaruh acak perlakuan ke-i dan kelompok ke-j.
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Lahan
Lahan diolah sempurna dengan penambahan pupuk kandang dengan dosis
10 ton ha-1. Petak percobaan dibuat dengan ukuran 5m x 4 m = 20 m2 dengan
jumlah 18 petak percobaan. Masing-masing petakan dilabel sesuai dengan
perlakuan yang diberikan, kemudian diinkubasi selama 2 minggu.
Lahan diolah sempurna dengan penambahan pupuk kandang dengan dosis
10 ton ha-1. Petak percobaan dibuat dengan ukuran 5 m x 4 m = 20 m2 dengan
jumlah 18 petak percobaan, kemudian dibuat bedengan dengan jarak antar
bedengan sesuai dengan jarak tanam yang ditetapkan, sehingga masing-masing
terdapat 8 bedengan pada petak percobaan B1; 6 bedengan pada petak percobaan
A2 dan B2, 4 bedengan pada petak percobaan A3; 3 bedengan double row pada
petak percobaan A4 dan B4. Masing-masing petakan dilabel sesuai dengan
perlakuan yang diberikan, kemudian diinkubasi selama 2 minggu.
Penanaman
Pemasangan mulsa dilakukan pada Percobaan 2 untuk meminimalisir
persaingan tanaman dengan gulma seperti yang terjadi pada percobaan 1.
Penanaman benih kacang koro pedang dilakukan dengan cara ditugal dengan
kedalaman ±3 cm pada jarak tanam yang telah ditentukan pada masing-masing
perlakuan. Insektisida sistemik berbahan aktif Karbofuran diberikan pada saat
tanam dengan dosis 10 kg ha-1 dengan cara ditebar disekitar benih yang telah
ditanam. Jumlah keseluruhan petak percobaan adalah 18 unit dengan populasi
tanaman per petak adalah 80 tanaman untuk perlakuan dengan pemangkasan pada
jarak tanam (50 x 50) cm2 ; 42 tanaman untuk perlakuan tanpa pemangkasan pada
jarak tanam (70 x 70) cm2 dan perlakuan dengan pemangkasan pada jarak tanam
(70 x 70) cm2; 20 tanaman untuk perlakuan tanpa pemangkasan pada jarak tanam
(100 x 100) cm2 dan 60 tanam