Kesimpulan Mengenal Jamur Tiram

44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan pengujian hasil perancangan alat ukur sensor kelembaban udara berbasis arduino uno, dapat diambil beberapa kesimpulan: 1. Sensor DHT-22 memiliki toleransi persen kesalahan 1 pada suhu dan kelembaban. 2. Hasil pengendalian sudah dalam bentuk persen kelembaban yang ditampilkan di LCD. 3. Hasil dari penunjukkan persen kelembaban ini sudah linier atau stabil namun sensor memiliki keterbatasan dalam pengukuran.

5.2 Saran

Beberapa tambahan yang diperlukan dalam meningkatkan kemampuan alat ini adalah: 1. Supaya rangkaian yang digunakan tidak terganggu, sebaiknya alat ini dikemas dalam bentuk yang lebih aman dan terlindungi, sehingga penggunaannya lebih efektif Universitas Sumatera Utara 45 2. Dengan beberapa pengembangan dan penyempurnaan sistem dari alat ini akan dapat lebih baik lagi hasilnya. 3. Berhati-hatilah ketika menambungkan alat ke listrik, karena alat ini menggunakan listrik AC 220 Volt yang berbahaya. Universitas Sumatera Utara 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mengenal Jamur Tiram

Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur yang cukup populer di tengah masyarakat Indonesia. Sejak permintaan jamur meningkat baik domestik dan ekspor dalam beberapa tahun ini, banyak petani beralih ke budidaya jamur. Jamur banyak digemari karena disamping rasanya yang enak juga mengandung nilai protein dan karbohidrat lebih tinggi serta kalori lebih rendah dibanding buah- buahan dan sayuran. Untuk membudidayakan jamur ini, dibutuhkan ketelitian dan kesabaran karena harus mengatur suhu serta kelembaban yang sesuai dengan habitat jamur yang sebenarnya untuk memperoleh hasil yang maksimal dari pembudidayaan jamur tersebut. Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu. Untuk itu, saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat yang dibuat harus memperhatikan habitat alaminya. Dalam budidaya jamur tiram dapat digunakan substrat, seperti kompos serbuk gergaji kayu, ampas tebu atau sekam. Hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya jamur tiram adalah faktor ketinggian dan persyarataan lingkungan, sumber bahan baku untuk substrat tanam dan sumber Universitas Sumatera Utara 6 bibit.Miselium dan tubuh buahnya tumbuh dan berkembang baik pada suhu 26- 30 °C. Jamur dapat berhasil tumbuh di ruang bawah tanah, gudang, lumbung, rumah kaca, dan bahkan hanya di tempat tidur dekat rumah, asalkan memenuhi kondisi yang diperlukan - suhu konstan dekat 15 derajat, kelembaban tinggi, ventilasi yang baik dan pencahayaan yang buruk, sepertijamur, seperti tanaman hijau tidak perlu ringan dan dapat tumbuh bahkan dalam gelap.sinar matahari langsung mempengaruhi mereka. Hal yang paling penting dalam budidaya jamur - kemampuan untuk mempersiapkan substrat dengan benar, yang selanjutnya akan ditanam miselium. Untuk mempertahankan suhu dan kelembaban biasanya dilakukan secara manual. Cara tersebut kurang efektif dan efisien, karena dapat menyebabkan terjadinya pemborosan energi maupun waktu. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan suatu sistem yang dapat menjaga suhu maupun kelembaban yang diinginkan serta dapat bekerja secara otomatis Dalam proses pembudidayaan, syarat tumbuh jamur tiram yang baik antara lain: 1. Pengaturan suhu dan kelembaban. Untuk di daerah panas pengaturan suhu dan kelembaban ruanganpenumbuhan jamur tiram diperlukan suhu antara 22 c – 28 c sedangkan kelembaban 80 – 90 . Alat ukur suhu dapat menggunakan Termometer ruang dan alat ukur kelembaban menggunakan Hygrometer yang dipasang di dalam kumbung ruang tumbuh jamur danuntuk memaksimalkan pertumbuhan jamur kondisi suhu dan Universitas Sumatera Utara 7 kelembaban perlu diperhatikan, sehingga keadaan suhu dan kelembaban sesuai kebutuhan pertumbuhan jamur. Salah satu cara menjaga suhu dan kelembaban kumbung adalah dengan melakukan pengabutan air dari sprayer. Untuk frekwensi pengabutan kumbung tergantung cuaca. Pada musim hujan dimana suhu dan kelembaban normal, pengabutan cukup sekali saja pada pagi hari..Sebaliknya pada musim kemarau cuaca cukup panas pengabutan bisa dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Suhu inkubasi atau saat jamur tiram membentuk miselium dipertahankan antara 60-70. Suhu pada pembentukan tubuh buah berkisar antara 16-22º C. Kelembaban: udara selama masa pertumbuhan miselium 60-70. Kelembaban udara Pada pertumbuhan badan buah 80-90. Cahaya: Pertumbuhan jamur tiram sangat peka terhadap cahaya secara langsung. Cahaya tidak langsung cahaya pantul biasa ± 50-15000 lux bermanfaat dalam perangsangan awal terbentuknya tubuh buah. Intentisitas cahaya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur sekitar 200 lux 10. Sedangkan pada pertumbuhan miselium tidak diperlukan cahaya. Aerasi: Dua komponen penting dalam udara yang berpengaruh pada pertumbuhan jamur yaitu Oksigen O 2 dan Karbon Dioksida CO 2 . Oksigen merupakan unsure penting dalam respirasi sel. Sumber energi dalam sel dioksidasi menjadi karbondioksida. Konsentrasi Karbon Dioksida CO 2 yang terlalu banyak dalam kumbung menyebabkan pertumbuhan jamur tidak normal. Didalam kumbung jamur konsentrasi CO 2 tidak boleh lebih dari 0,02. Tingkat Keasaman pH Tingkat keasaman media tanam mempengaruhi pertumbuhan dan petkembangan jamur tiram putih. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan mempengaruhi penyerapan air dan hara, bahkan kemungkinan akan tumbuh Universitas Sumatera Utara 8 jamur yang lain yang akan menganggu pertumbuhan jamur tiram itu sendiri. pH optimum pada media tanam berkisar . 2. Pengaturan sirkulasi udara. Pada saat masih berbentuk miselium, jamur tidak memerlukan oksigen dalam jumlah besar. Namun pada saat jamur membentuk buah apabila kekurangan oksigen akan berakibat jamur jadi kerdil kecil . Bahkan tubuh buah tidak terbentuk dan miselium memadat dan meluas keseluruh arah. Oleh karena itu pengaturan sirkulasi udara garus rutin dilakukan dengan cara membuka cjendela kumbung lebih kurang 1 – 2 jam setiap harinya, agar oksigen bisa masuk dan karbondioksida bisa keluar. Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan pada proses budidaya jamur tiram agar tidak menemui kegagalan atau terkontaminasi yaitu: a. Faktor dari serbuk kayu yang digunakan Media kayu adalah media utama dalam penumbuhan jamur ini. Jadi sangat penting untuk memperhatikan jenis serbuk kayu yang digunakan. Hendaknya jenis kayu yang digunakan homogen atau tidak bercampur. Ini berpengaruh dalam lamanya waktu pengomposan dan juga tentunya perkembangan miselium. Paling bagus menggunakan jenis kayu sengon. Seringkali kegagalan timbul karena pencampuran ini tidak terkontrol, apalagi tercampur dengan jenis kayu yang bergetah seperti kayu pinus, damar, cemara, dan sebagainya. b. Faktor PH Universitas Sumatera Utara 9 Dalam pencampuran media baglog, tingkat PH dari serbuk gergaji harus diperhatikan yaitu di kisaran 7. PH yang terlalu basa 8 hingga 9 dapat menyebabkan kegagalan. Karena faktor PH ini, dalam budidaya diperlukan pengomposan. Metoda pengomposan bertujuan menurunkan PH serbuk gergajian. c. Faktor Air Dalam menambahkan air, seringkali kita tidak memeriksa air yang digunakan. Ada yang menggunakan air sumur, air PDAM, atau air kali biasa. Kandungan kimia pada air tersebut terkadang tidak diketahui, jika terdapat kandungan yang mungkin saja bisa menggagalkan dalam proses budidaya, hal ini tentunya tidak kita inginkan. Cara sederhana untuk mengatasinya adalah, air yang akan kita gunakan hendaknya diendapkan dahulu, bisa juga dengan mencampurkan arang untuk menetralisir dan memurnikan air. d Faktor campuran yang kurang baik Kadar dari campuran memang bermacam-macam dari masing-masing pebudidaya, tetapi rata-rata menggunakan nutrisi sekitar 10-15, ada yang maksimal hingga 20 dari berat gergajian. Nutrisi yang kami maksud di sini adalah perbandingan bekatul atau jagung. Pastikan bahan yang digunakan dalam campuran masih dalam kondisi segar dan baru, tentunya kualitasnya juga harus baik. e. Faktor sterilisasi Faktor ini yang sering menjadi momok pada budidaya. Metodenya banyak sekali, ada yang menggunakan tong, ada yang menggunakan steamer beton, plat baja. Universitas Sumatera Utara 10 Ada yang langsung dipanaskan, ada yang menggunakan boiler sebagai penghasil uap panasnya. Intinya cuma satu, bagaimana metoda yang digunakan tersebut dapat memanaskan media baglog hingga 114 derajat C dan mematikan semua bakteri yang ada. Sehingga baglog yang sudah steril tersebut dapat tumbuh miseliumnya setelah diinokulasi bibit jamur di dalamnya. Air yang digunakan dalam memanaskan baglog juga sebaiknya harus selalu baru dan bersih. Seharusnya setelah sterilisasi, jangka waktu untuk inokulasi tidak terlalu lama sehingga media baglog dalam keadaan steril. f. Faktor kesalahan dalam inokulasi Dalam melakukan inokulasi bibit jamur tiram, kondisi baglog setelah melalui proses sterlilisasi harus memiliki suhu yang pas.. Suhu baglog yang masih terlalu panas dapat menyebabkan kegagalan, begitu juga sebaliknya, suhu yang sudah terlalu dingin juga dapat menimbulkan kegagalan. Suhu yang baik kira-kira di kisaran 35-38 derajat C masih hangat sedikit, tapi tidak panas. g. Faktor bibit jamur yang kurang baik Bibit jamur tiram putih sangat penting sekali dalam menentukan tingkat keberhasilan dalam budidaya jamur tiram putih. Kualitas bibit ini sangat menentukan keberhasilan. Bibit yang sudah terlalu tua apalagi sudah tumbuh jamurnya kurang baik untuk digunakan. Bibit yang berumur masih muda memiliki kekuatan yang lebih baik. h Komposisi bibit Universitas Sumatera Utara 11 Komposisi nutrisi pada bibit jamur tiram menentukan kualitas kekuatan miselium dalam perkembangan di baglog nantinya. Indikasi sederhananya dapat terlihat pada warna putih miselium di botol bibit. Jika putihnya berwarna sangat putih, ini mengindikasikan nutrisi nya baik, tapi jika warna putihnya hanya semu saja, ini mengindikasikan nutrisi yang digunakan kurang. i Faktor kebersihan ruang inkubasi Pada ruang inkubasi, faktor kebersihan, sirkulasi udara, kelembaban juga harus sangat diperhatikan. Bisa jadi semua faktor sudah terlewati dengan baik, dan perkembangan miselium juga baik, tetapi karena ruang inkubasi kurang bersih, perkembangan miselium justru menjadi lambat dan malah terhenti sama sekali.

2.2 Sensor DHT-22