4. Estimasi tentang fluktuasi harga bahan mentah yang bersangkutan diwaktu
waktu yang akan datang 5.
Peraturan-peraturan pemerintah yang menyangkut persediaan material. 6.
Harga pembelian bahan mentah. 7.
Biaya penyimpanan dan resiko penyimpanan di gudang. 8.
Tingkat kecepatan material menjadi rusak atau turun kualitasnya.
2.2 Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan merupakan tindakan yang sangat penting dalam menghitung berapa jumlah optimal tingkat persediaan yang diharuskan, serta
kapan saatnya mulai mengadakan pemesanan kembali. Tujuan pengendalian persediaan adalah menciptakan keseimbangan antara persediaan dan permintaan.
2.2.1 Fungsi Pengendalian Persediaan
Menurut Assuari dalam jurnal Ruauw 2011:2, tujuan pengendalian persediaan dapat diartikan sebagai usaha untuk:
1. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan yang
menyebabkan proses produksi terhenti; 2.
Menjaga agar penentuan persediaan perusahaan tidak terlalu besar sehingga biaya yang berkaitan dengan persediaan dapat ditekan.
3. Menjaga agar pembelian bahan baku secara kecil-kecilan dapat dihindari
2.3 Analisis ABC
Analisis ABC merupakan suatu teknik pengelompokkan yang digunakan dalam manajemen bisnis dalam pemberian kategorisasi data yang besar ke dalam
kelompok-kelompok. Istilah ini dirumuskan oleh Ekonom Italia bernama Vilfredo Pareto. Pemberian nama ini didasarkan pada setiap kelompok yang sering ditandai
dengan A, B, dan C. Penggunaan dari teknik ini didasarkan pada kriteria umum yaitu kegiatan yang sifatnya mendesak dan penting untuk dilakukan, kegiatan
yang sifatnya penting tetapi tidak mendesak dan kegiatan yang tidak penting dan tidak mendesak. Setiap kelompok diurutkan berdasarkan prioritasnya Darmanto,
2012. Menurut Pawitan 2008, Analisis ABC merupakan metode persediaan
yang menggunakan prinsip Pareto, sebagaimana dapat dilihat dalam grafik
berikut.
Gambar 2.1 Metode Analisis ABC Klasifikasi ABC digunakan untuk mengelompokkan persediaan menjadi
tiga kategori berdasarkan kaidah Pareto pada besaran volume tahunan. Adapun yang dimaksud dengan nilai dalam klasifikasi ABC bukan harga persediaan per
unit, melainkan volume persediaan yang dibutuhkan dalam satu periode biasanya satu tahun dikalikan dengan harga per unit. Analisis pareto direpresentasikan
sebagai sebuah diagram, seperti terlihat pada Gambar 2.2. Pada Gambar 2.2 tersebut, bahan baku dapat dikelompokkan menjadi tiga
kategori, yaitu 1 kategori barang A, yaitu kelompok barang yang mempunyai volume keuangan persediaan paling tinggi. Jenis barang tersebut mungkin hanya
15 dari jumlah barang persediaan tapi mencakup 70 sampai dengan 80 dari total nilai keuangan tahunan 2 kategori barang B, yaitu kelompok barang
persediaan dengan besar uang tahunan yang sedang. Jenis barang ini 30 dari jumlah barang persediaan dan mencakup 15 sampai dengan 25 dari total nilai
keuangan tahunan. 3 kategori barang C, yaitu kelompok barang yang mempunyai nilai volume keuangan yang rendah, yang memiliki hanya sekitar 5
saja dari total nilai keuangan tahunan, tetapi meliputi sekitar 55 dari total barang persediaan.
Sebagaimana yang dikutip oleh Pawitan 2008 merumuskan beberapa strategi pengelolaan persediaan berdasarkan analisis ABC antara lain adalah a
sumber daya pembelian yang dipakai harus lebih besar untuk persediaan kelompok barang A daripada kelompok barang C; b pengendalian persediaan
untuk kelompok A harus lebih ketat; dan c peramalan untuk kelompok A harus lebih diperhatikan.
Analisis ABC memiliki sejumlah prosedur untuk mengelompokkan material-material inventori ke dalam kelas A, B dan C. Hal ini sebagaimana yang
disampaikan oleh Devnani, at.al dalam Darmanto dan Hartati 2012. Adapun Aturan analisis ABC disajikan dalam langkah-langkah sebagai berikut:
1. Penentuan penggunaan volume material per periode waktu biasanya per
tahun. 2.
Gandakankalikan volume penggunaan per periode waktu dari setiap material dengan biaya per unitnya untuk memperoleh nilai total penggunaan biaya per
periode waktu.
3. Jumlahkan nilai total penggunaan biaya dari semua material tersebut untuk
memperoleh nilai total penggunaan biaya keseluruhan agregat. 4.
Bagi nilai total penggunaan biaya dari setiap biaya inventori tersebut dengan nilai total penggunaan biaya agregat, untuk menentukan persentase nilai total
penggunaan biaya dari setiap material inventori. 5.
Daftarkan material-material itu dalam suatu tingkatan persentase nilai total penggunaan biaya dengan urutan menurun dari terbesar sampai terkecil.
6. Klasifikasikan material-material inventori itu ke dalam kelas A, B dan C
dengan kriteria umum 20 kedalam kelas A, 30 ke dalam kelas B, dan 50 jenis material diklasifikasikan ke dalam kelas C. Devnani, at.al 2010
menggunakan acuan setiap kelasnya 10, 20, 70 dalam inventori bidang farmasi.
2.4 Metode ROP Re Order Point