Analisis akhlak al-karimah pada proses pembelajaran dalam persfektif ilmu pada Kitab Ta'lim al-Muta'allim

?r

ANALISIS AKIILAKT'L KARIMAII PADA PROSES
PEMBELAJARAN DALAM PERSPEI(TIF ILMU PADA

KITAB TA'LIM AL.MUTA'ALLIM
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhl Persyaratan Memperoleh
Gelar Sariana Pendidikan Islam (S. Pd.I)

I

II-.

ITII I
Oleh:

tr'AT'HI KUSIIMA
1810011000028

JT}RUS$[ PENDIDIKAI\I AGAMA ISLAM

T.AKULTAS ILMU TARBryAII DAN KEGT]RUAN
ITNTVERSTTAS rSLAM NEGERI

SYARIF FIIDAYATT]LLAII

JAKARTA
2014

OrN)

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan dibawah

ini

:

Nama


Fat'hi Kusuma

NIM

181001 1000028

Jurusan

Pendidikan Agama Islam/DMS

Alamat

Jl. Bakti Abri Kp. Sindang Karsa RT. 003/08 No. 42 Tapos,
Depok Jawa Barat

MEII'YATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul "Analisis Akhlakul Karimah Pada Proses Pembelaiaran

dalsm Pespektif llmu Pada Kitab Ta'lim Al-Muta'allim' adalah benar hasil karya
sendiri di bawah bimbingan dosen:


H. Ghufron Ihsan, MA

Nama

: Dr.

NIP

: 19530509198103 101006

Jurusan

: Pendidikan Agama Islam/DMS

Demikian surat pernyataan

ini

penulis buat dengan sesungguhnya dan penulis siap


menerima segala konsekuensi apabila pernyataan skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, Oktober 2014

x?

KONSEP AKIILAKUL KARIMAH DALAM
MENUNTUT ILMU PADA KITAB TA'LIM AI-

MUTA'ALLIM
SKRIPSI
Diqiulgn Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyatr dan Keguruan untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islanr (S. pd.

I)

Oleh:

FAT'III KUSI]MA

1810011000028

Di bawah bimbingan

Dr. H.Ghufron Ihsan. MA
NIP: 19530509198103101006

JTIRUS$I PEI\IDII}IKAI\ AGAMA ISLAM
FAKIULTAS ILMU TARBryAH DAht KEGT]RUA}I

I]NIVERSITAS ISI,AM NDGERI SYARIF' HIDAYATTILLAH

JAKARTA
2014

LEMBAR PENGESAHAN PAITITIA UJIAN

Skripsi berjudul (Anelisis Akhlakul lGrimah Pada
Pembelajaran 'Dalem Perepe*ilif


tmu

Pada

Kitrb

Proses

ifia,lim Al-Mutarallittt"

Diajr*an kepada Fakultas IInu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dan trllah dinyatakan lulus dalam {.Jjian Munaqasah padab
20 Oktober 2014 dihadapan para penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh

gdar sarjana Sl (S. Pd. I) dalam bidang Pendidikan Agama.
Jakart4 20 Oktober 2014

Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia (Ketua Jurusad Selretaris nrusan/Prodi)


Dr. Abdul Madiid Khon- M. As
NrP: 19580707i93703 1005

Pengqii

I

Drs. H. Abdul Ghofur, MA
NIP :19681208199703 1003

Penguji

II

Drs. Masan Af', M.Pd
NIP : 195107161981031005

Mengetahui
Dekan,


NurleorT.ifa'i, Ph.D
NIP: I 959 I 020198603200

I

ABSTRAK

Fat'hi Kusuman Analisis Akhlak al-Karimah Pada Proses Pembelajaran
dalam Persfektif Ilmu Pada Kitab Ta'lim al-Muta'allim, Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas IImu Tarbiyah dan Keguruan, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Agustus 2014,
Latar belakang penulis mengambil judul tersebut diatas karena
pengamatan penulis dewasa ini banyak masyarakat Islam yang sering kali
melakukan studi baik formal maupun'non formal kerap kali mengalami
kegagalan. Ada yang gagal ketika dalam proses belajar mengajar, ada juga
yang mengalami kegagalan dalam mempraktekkan atau mengamalkan
keilmuannya, Islam memandang kedudukan ilmu sangatlah penting, sebagai
jalan mengenal Allah dan beribadah kepada-Nya. Menuntut Ilmu merupakan
kewajiban setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan.
Metode pembahasan dalam penelitian ini bersifat deskriptif analisis

dan Pure l-ibrary Research. Sebagai sebuah library research, studi ini
difokuskan pada penelusuran dan penelaahan literatur sarta bahan pustaka
lainnya yang relevan dengan masalah yang dikaji, meliputi karya al-Zarn,qi
yaitu Ta'lim al-Muta'allim dengan cara rlenelusuri bab demi bab yang
membahas akhlak al-karimah dalam menuntut ilmu. Sedangkan bahan-bahan
tulisan lain yang berkaitan dengan Ta'lim al-Muta'allim sebagai sumber
sekunder serta semua tulisan yang berkaitan dengan akhlak al-karimah belajar
sebagai sumber pelengkap, yaitu membantu bahan penelitian, pembahasan,
dan analisis yang komprehensif dalam penyususnan skripsi ini.
Berdasarkan hasil penelitian penulis bahwa Akhlak al-Karimah pada
proses pembelajaran dalam perspektif ilmu pada kitab Ta'lim al-Muta'allim
merupakan kumpulan sikap dan perilaku yang harus dijalani oleh para pelajar dalam
menjalani proses pembelajaran. Adapun akhlak al-karimah yang terdapat dalam
kitab Ta'lim al-Muta'allim adalah sebagai berikut: 1) Niat saat belajar mencari ilmu
harus diniati dengan niat yang baik sebab dengan niat itu dapat mengantarkan pada
pencapaian keberhasilan. Memilih Guru hal tersebut bisa mempengaruhi kehidupan
peserta didik.Menghormati Guru adalah paling utama dibanding memuliakan yang
lain. Sebab dengan gurulah manusia dapat memahami tentang hidup, dapat
membedakan antara yang hak dan batil.Keseriusan, Ketekunan dan Cita-cita Luhur
bahwa orang yang mencari ilmu itu harus bersungguh-sungguh dan kontinyu. Orang

yang mencari ilmu tidak boleh banyak ticlur yang menyebabkan banyak waktu
terbuang sia-sia, dan dianjurkan banyak waktu malam yang digunakan belajar.
Permulaan Ukuran dan Tata Tertib Belajar seorang pelajar harus memperhatikan
benar permulaan belajar Kemudian ukuran dalam belajar sesuai dengan kadar
kemampuan seseorang dan dalam belajar harus tertib artinya harus diulang kembali
untuk mengingat pelajaran yang telah diajarkan.Tawakal Dalam bab ini diterangkan
bahwa setiap pelajar hendaknya selalu bertawakal selama dalam mencari ilmu.Wara
adalah meninggalkan hal-hal yang syubhat atau samar-samar hukumnya baik yang
menyangkut makanan, pakaian, maupun persoalan apapun.
Wrailahu

A'lam.

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim

Tiada kata yang paling indah dan pantasuntuk kami ucapkan selain dari
memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan

berbagai kenikmatan dan kasih sayang-Nya yang tak terhingga kepada kami.

Kami memuji, memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya. Kami berlindung
kepada Allah dari kejahatan-kejahatan diri kami dan keburukan-keburukan amal
dan perbuatan kami. Aku bersaksi tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali

Allah yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa
Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya'
Shalawat bersinggasanakan salam semoga selalu terlimpah keharibaan

junjungan alam Baginda Nabi besar Muhammad SAW, juga kepada keluarga,

Sahabat, dan Umatnya. Semoga diakhirat kelak semua umatnya akan
mendapatkan syafa' atul'uzmahnya.

Dengan segenap kerendahan hati penulissadar dengan sepenuhnya bahwa

dalam penyusunan skripsi

ini tidaklah sernudah

membalikkan telapak tangan

tidaklah sedikit halangan, hambatan, gangguan dan kesulitan yang dihadapi'
Namun berkat bantuan, bimbingan dan motivasi barbagai pihak akhirnya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada:

1.

Kementrian Agama Republik Indonesia, atas kesempatan yang telah

diberikan untuk mengikuti Program Peningkatan Kualifikasi
Akademik Jenjang S1 melalui kerja sama proglam Dual Mode System

(DMS) yang diselenggarakan oleh UIN syarif Hidayatullah Jakarta.

2,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta,

\;e

J.

Ketua Jurusan Pendidikan Agama IslamUIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.

4.

Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama IslamUIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.

5.

Bapak Drs. H. Ghufron Ihsan, MA. Dosen pembimbing skripsi yang

telah banyak meluangkan waktu, fikiran dan tenaganya untuk
memberikan arahan dan bimbingan serta saran-saran kepada penulis
dalam menyusun skripsi ini.
6.

Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang

tidak disebutkan satu persatu namanya yang telah mendidik

dan

memberikan ilmunya kepada penulis.
7.

Pimpinan dan Staff program Dual Mode system (DMS)

8.

Pimpinan dan Staff Karyawan Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) yang telah memberikan keluasan dalam peminjaman
buku-buku yang dibutuhkan.

9.

Kepala

MI

Terpadu Fatahillah KH.Sayadi,

S. Pd.I yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan DMS.
10.

Guru-Guru kami tercinta:

KH. Syukron Ma'mun, yang selalu

memberikan arahan-arahannya kepada penulis.

ll.Ayahanda sayadi, s. Pd.I dar, Ibunda Atik Mulyati, s. Pd. Kalian
adalah segalanya bagiku, Kalian telah memberikan segalanya untukku,

pengorbanan, kasih sayang, kelembutan sikap dan kemustajaban doadoa yang engkau panjatkan dan yang selalu engkau tujukan untukku.

7}.Kepada Adinda Raiha dan Fawaz yang selalu memberikan motivasi
untuk penulis.
13. Rekan-rekan Mahasiswa

PAI DMS kelas B yang selalu menjunjung

kekompakkan dalam berbagai hal terutama dalam proses belajar dan

pembelajaran

di

kampus tercinta. Khususnya Rodalih

S.Pd.I,

syachodir s.Pd.I, Abar s.Pd.I, Nicky s.Pd.I, sena Rachmadana S.sy,
Dian, dan teman-teman yang tidak disebutkan satu persatu yang selalu
memberikan dorongan semangat dan mengingatkan dikala khilaf.

ill

Pemilie rnenyadml ararr eoffihairtuan dan dorengan yang telah diberikan

smua pihek

Jaza'

ult&

p'cmm sadtr b*h*a,halq&

t3ara,

Akhi@ dai *egenap

All&4di yeg,M*61

kerendahan hati,

sriffiprui&, h{aha segalanya,

@B,pua - dan keherrdakNya
yeng.tuti*mrpe Ai'*i6ry:ffiteffi. j
'ffi iaf ytllg hlffi fiErLuak dan kita
t, if-t to,nmtrtif dari se rrua
kq ui ArB da$tr iffifi.h:i,fik'ffi
.$
skrip$i ini dapst b€ilfieixfadt khususnya
sail&t'p hm:r
seting masih banysk

mtuk penulix dan r*nrrmnyabagi pua penrbaca. Amiin. Wallahu A'lam

$

trsa, 12Iariuflri 2015

Pemrlis

tv

a.*

DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH

ABSTRAK
KATA PENGANTAR............
DAF"TAR ISL...,......
BAB I:

......................i

..........ii
.......v

PENDAHULUAN

Masalah
Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah

A.
B.

tatar Belakang

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian i.r...............

........,......1
....................,4
....................4
.....................5
......................5

BAB

II: KAJIAN TEORI
...................6
. A. AKHLAK
..................6
1. Pengertian Akh1ak..........;.............
........... 8
2. Akhlak Secara Termino1ogi...,.............
................17
3. Macam-macam Akhlak
....,26
4. Sumber Akhlak......
.................27
5. Manfaat Akhlak Mulia
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Akhlak.....................28
.,...29
7, Metode Pembinaan Akhlak.....
...................31
B. ILMU.......
.................,31
1. Pengertian Ilmu .........
2. Kegunaan Ilmu ...........r.......;..............r.......... ...................34
....................36
3. Pengertian Menuntut Ilmu (Belajar) ...........
.....40
C. Hasil Penelitian yang Relwan

BAB

III: METODOLOGI PE-NELITIAI\

A.

Objek dan Waktu

Penelitian..

.......43

vlt

C.
D.

Penelitian
Prosedur Peneiitian........ir..........

.........45

Fokus

.....................46

BAB IV : BEBERAPA BUTIR AKIILAK AL-KARIMAH DALAM
MENUNTUT ILMU MENURUT KITAB TA'LIM AL-MUTA'ALLIM

A.
B.

Mengenal

C.

Kandungan Kitab Ta'lim

Latar Belakang Penyusunan

Kitab

al-Zamuji.

....................48

al-Muta'alIim.............

1. Isi Kandungannya...........i...........r.......!..........
3.

.................47

.............52

...................52

Menuntut Ilmu dalam Perspektif Islam yang terdapat dalam Kitab

al-Muta'a11im.......,..,...........,.....-. .......56
.........,..,.......59
a. Penentuan Niat yang Kuat..........
........60
b. PErnilihan Guru dan Teman
.........,.......64
c. Penghormatan Terhadap Guru dan Ahli Ilmu.
d. Keseriusan dan ketekunan dalam mewujudkan cita-cita..............;....69
...............70
e. Ketaatan dalam proses dan Tata Tertib Belajar
.......74
f. Penyerahan diri kepada Altah (Tawakal)
Ta'lim

BAB V

:

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran.........
DAFTAR

PUSTAKA

................79
...,..............80

.....8I

vlll

BAB

I

PE,I\DAIIULUAN

A. Latar Belakaug

Masalah

Islam memandang kedudukan ilmu sangatlah penting, sebagai jalan
mengenal Allah dan beribadah kepada-Nya.Menuntut Ilmu merupakan kewajiban

setiap orang. I(alau ingin pintar haruslah rajin belajar dan berlatih. Untuk
mendapatkan ilmu manusia diperintah untuk menuntut

ilmu dari sejak kecil

sampai akhir hayatnya. Untuk memperoleh ilmu, baik itu ilmu agama maupun

ilmu lainnya, sudah barang tentu harus rnemperhatikan adab (tata krama) yang
seharusnya

ikuti agar ilmu yang pelajari tersebut dapat bermanfaat bagi diri

sendiri dan orang lain. Dan usaha yang intens harus dilakukan agar dapat
menjadikan adab tersebut sebagai pakaian yang melekat dalam diri setiap pribadi

muslim dan di manapun berada. Akhlak harus diapresiasikan dalam bentuk riil,
baik itu di sarana pendidikan formal maupun informal.

Akhlak mulia merupakan barometer terhadap kebahagiaan, keamanan,
kotertiban dalam kehidupan manusia dan dapat dikatakan bahwa ahklak
merupakan tiang berdirinya umat, sebagaimana shalat sebagai tiang agama
Islam.Dengan kata
b angs

anya.

P

enyair

lain apabila rusak akhlak suafu umat maka

b es

ar S yauqi pern ah menulis

rusaklah

:

f#t'&i{*i *s'r;'or;'*;.

t1'.iy-rir

i;ir rir

Sesungguhnya kejayaan suatu umat ftangsa) terletak pada akhlalvtya selagi

merekn berakhlak/berbudi perangai utama,
akhlalmya, maka jatuhlah umat (bangsa) ini.t

jika pada

mereka telah hilang

Untuk mencapai akhlak yang baik, manusia bisa mencapainya melalui
dua cara, M. Yatimin Abdullah menjabarkannya sebagai berikut:

"Pertama, melalui karunia Tuhan yang menciptakan manusia dengan
fitrahnya yang sernpuma, akhlak yang baik, serta nafsu syahwat yang
tunduk kepadaakal dan agama. Manusia tersebut dapat memperoleh ilmu
tumar

Bin Ahmad Baraja, Akhlak lit banin, (Surabaya: Ahmad Nabhan, tl) Juzll,h.2.

tanpa belajar dan tanpa melalui proses pendidikan. Manusia yang
tergolong ke dalam kelompokini adalah para nabi dan rasul Allah.
Kedua, melalui cara berj uang secarabersungguh-pungguh (muj ahadah) dan
latihan (riyadhah), yaknimembiasakah diri melakukan akhlak-akhlak
mulia. Ini yang dapat dilakukan oleh manusia biasa, yaitu dengan belajar
dan terus-menerus berlatih.

"'

Sejak manusia dilahirkan ke alam dunia, tak pemah luput dari dirinya hak
dan kewajiban yang selalu menyertainya dalam mengarungi kehidupan di dunia.
Salahsatu hak dan sekaligus kewajiban yang manusia kerjakan adalah menuntut

ilmu(belajar). Menuntut Ilmu merupakan hak yang patut dimiliki oleh manusia,
karena denganmenuntut ilmu (belajar) manusia akan mendapatkan ilmu, di mana

ilmu merupakan salah satubentuk nikmat yang dianugerahkan Allah swt kepada
manusia.

Adapun menuntut ilmu (belajar) dikatakan suatu kewajiban bagi setiap
manusia, karena tanpa menuntut ilmu (belajar) manusiatidak akan pernah dapat
melaksanakan kewajiban-kewajiban lain yang harus diatunaikan

di muka bumi

ini. Bahkan bagi seorang muslim kewajiban menuntut ilmu (belajar) inisangat
ditekankan sekali. Islam sebagai agarfla samawi yang terakhir, dikenal sebagai
agarna yang paling universal diantara agama-agama samawi

lain yang

ada

sebelum Islam.Keuniversalan Islam dikarenakan ajarannya yang bersifat universal
terhadap,semua sendi-sendi kehidupan. Sehingga akhlak dalam menuntut ilmu

pun ikut tercakup dalam ajaran Islam.Sejak manusia mengenal

peradaban,

menuntut ilmu (belajar) adalah proses mengenai peradabanitu sendiri. Dengan

demikian, menuntut ilmu (belajar) menjadi sebuah aktifitas yang harus di
jalanioleh manusia yang menginginkan nilai peradaban dinamis, baik untuk
dirinyasendiri mirupun untuk lingkungannya.
Dalam kaitannya dengan perkembangan manusia, menuntut ilmu (belajar)

merupakanfaktor penentu proses perkembangan, manusia memperoleh hasil
perkembanganberupa pengetahuan, sikap, keterampilan, nilai, reaksi, keyakinan

dan lain-laintingkah laku yang dimiliki menusia adalah diperoleh melalui
2

M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur'an. (lakarta: Amzah,
2007),b,21.

menuntut ilmu (belajar).3 '?endidikan Islam sangat peduli terhadap hak dan
kewajiban para murid (anakdidik) sebagaimana ia juga sangat peduli terhadap hak
dan kewajiban para gurutermasuk

di dalamnya etika-etika yang harus menjadi

pedoman bagi para murid".4

Berangkat

dari

kesadaran

ini,

upaya menciptakanbelajar

ur^empsrcepatdan menjamin kesuksesan menuntut

pemikiran tersendiri

di

yang

ilmu ftelajar) menjadi sebuah

kalangan para ilmuan. Sebut saja misalnya Socrates

dengan konsep dialektikanya. Begitu pula dengan tokoh-tokoh lainnya.Dalam
sejarah Isiam terdapat seorang yang mempunyai kepedulian yang tinggiterhadap

proses belajar, syaikh al-Zanuji, demikian namanya, menuangkan rangkaian
pengalaman dan renungannya tentang bagaimana seseorang mestinyasukses
belajar dalam sebuah kitab. Kitab tersebut diberi nama kitabTa'lim Muta'allim.

Apa yang beliau tuliskan kemudian menjadi referensi dasar dari parasantri
(sebutan pelajar bagi siswa

di lingkungan pondok

pesantren) hingga saat

ini.Terutarna di pondok pesanren salaf.

Menuntut ilmu (belajar) sebagai sarana unfuk memperoleh ilmu, haruslah
melalui jalan danpersyaratan yang benar. Karena jalan yang benar dan persyaratan
yang terpenuhidalam belajar adalah kunci untuk mencapai keberhasilan belajar.

Maka dari itudalam kitab Ta'lim Muta'alim al-Zarnuji lebih memfokuskan
pembahasannyapadajalan atau persyaratan (metode) yang harus ditempuh guna
memperolehkeberhasilan dalam menuntut ihnu(belajar). Oleh karena

itu

sudah

sepantasnya bagi para pencari ilmuharus mengetahui dan memahami syarat-syarat

yang harus dipenuhi dalammencari ilmu agar apa yang mereka harapkan bisa
tercapai, yaitu mendapakanilmu yang bermanfaat dan bisa rnengamalkamya.

Dari yang tercatat di atas tidak lantas menjadikan Ta'lim Muta'limnyaSyaikh al-Zamuji ketinggalan zaman sama sekali dan tidak layak lagidijadikan
referensi bagi santri. Penemuan-penemuan mutakhirdalam bidang pembelajaran,
menjadikan Ta'lim Muta'lim-nya Syaiktr al-Zurnuji menjadi tetap menarik untuk
3

54.

a

Alisuf

Sabri ,

Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1995), cet III, h.

Muhammad Athiyah al-Abrasyi, Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam, peneqemah:
Syamsudin Asyrafi, dkk., (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996), Cet. I,h.72

dikritisi maupun sebagai perbandingan
pembelajaran yang berkembang sekarang

danpelengkap

bagi teori-teori

ini. Karenadiakui atau tidak

banyak

tokoh (terutama pengasuh pondok pesantren) dilndonesia yang mengawali
studinya dengan secara ketat mempraktekkan apayang tercatat dalam Ta'lim alM ut a' lim -nya S yaik*r al-Zarrruji.

Mengingat proses menuntut ilmu (belajar) tidak akan pernah berhenti

hingga akhir dunia, makapenulis merasa tertarik untuk mengkaji pemikiran
Syaikh al-Zamuji. Benangmerahnya diharapkan penulis akan menjadi semacam
panduan belajar sederhanabagi santri atau pelajar dewasa

ini. Selanjutnya

ditulis lengkap dengan judul: ('Analisis Akhlak al-KarimahPada
Pe

akan

Proses

mbelaj arandalamPersfektif IImu Pada Kitab Ta' lim al-Muta' alli m?

B. Identifikasi

Masalah

Berdasarkan

latar belakang masalah di atas, maka penulis

mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

i.

Banyaknya murid yang kurang memiliki akhlak dalam menuntut
ilmu(belajar).

2.

Peserta didik tidak memperhatikan akhlak atau adab dalam menuntut ilmu

(belajar).

3.

Peserta didik yang kurang hormat terhadap guru.

C. Pembatasan Masalah.
Mengingat luasnya bidang garapan, maka untuk lebih memperjelas
danmemberi arah yang tepat dalam penulisan skripsi ini, perlu adanya pembatasan
masalah dalam pembahasannya. Maka penulis rnembatasi permasalahan sebagai

berikut:

1.

Konsepakhlak atau adab menuntut ilmu (belajar) dalam kitab Ta'lim
Muta'allim.

2.

Analisis Akhlak al-Karimah Pada Proses Pembelajaran dalam Perspektif
Ilmu Pada Kitab Ta'lim al-Muta'allim.

?.;,

D. Rumusan Masalah
Bordasarkan identifikasi

dan

pembatasan masalah, maka penulis

merumuskar masalah yang hendak di bahas adalah dalam skripsi

ini

sebagai

berikut:

1.

Bagaimana konsep akhtak atau adab menuntut ilmu (belajar) dalam

kitab Ta' lim Muta' allim?

2.

Bagaimana Analisis Akhlak al-Karimah Pada Proses Pembel ajaran
dalam Perspektif Ilmu Pada Kitab Ta'lim al-Muta'allim?

E. 'fujuan

dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1.

Untuk mengenal dan mengetahui lebih dalam pemikiran a!-Zarnuji.

2. Untuk menyingkap konsep aktrlak menuntut ilmu (belajar) dalam
pandeingan al-Zamaji yang terdapat dalatn kitab Ta'lim Muta'lim.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil

penelitian

ini sedikit

banyaknya dapat menambah kontribusi

dalamilmu pengetahuan khususnya di bidang pendidikan.

2.
3.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dari para pembaca.

Hasil penelitian ini merupakan langkah awal dan dapat ditindak lanjuti
oleh penulis berikutnya.

4. Memberikan

sumbangsih

karya ilmiah yang bermanfaat untuk

dipersembahkan kepada para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi

penulis sendiri.

6

BAB

II

KAJIAN TEORI
A.

AKIILAK

1.

Pengertian Akhlak
Kata Akhlaq berasal dari bahasa Arab yang sudah di Indonesiakan; yang

juga diartikan dengan istilah perangai atau kesopanan. Kata

jama' talrsir dan kataji!

sebagaimana halnya kata

ilflli

ijyii

adalah

adalahjama'talair

dari kata 'r#yuns artinya batang atau leher. Kata-kata tersebut, merupakan

jama' tal$ir yang tetap atau tidak dapat diubah bentuknya

dengan

jama'

talcsir yang lain.r Secara lingl,ristik (kebahasaan) kata akhlak merupakan isim

jarnid atau isim ghair mustaq yang tidak mempunyai akar kata, melainkan
kata tersebut memang begitu adanya2.Akhlak adalah isim masdar (bentuk

infinitif) dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan wazan tsulasi
mazid af'ala, yuf ilu if'alan yang berarti al-sajiyah (perangai), ath-thabi'ah
(kelakuan, tabi'at, watak dasar), al-'adat (kebiasaaan, kelaziman), al-maru'ah

(peradaban yang baik), dan

al-din (agama).3Pengertian akhlak secara

etimologi dapat diartikan sebagai budi pekerti, watak dan perangai.a

Kata al-khuluq merupakan sifat yang terpatri dalam jiwa, yang darinya

terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memikirakan dan
merenung terlebih dahulu.sJika sifat yang tertanam itu darinya terlahir
perbuatan-perbuatan baik dan terpuji menurut rasio dan syariat maka sifat

tersebut dinaniakan akhlak yang baik.Sedangkan

jika yang terlahir

adalah

perbuatan-perbuatan buruk, maka sifat tersebut dinamakan dengan akhlak
rMahiuddin,

Akhlak Tasawuf I ;Mukjizat Nabi, Karomah Wali dan Ma'rifah Sufi,

(Jakarta: Kalam Mulia, 2009), h. I

'

Moh. fudani, Akhlak Tasawuf; Nitai-Nilai AkhlaV Budipekerti dalam lbadat dan

Tasawuf,.(lakarta: Karya Mulia, 2005), h, 25

'Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. I
aM. Dahlan
Yacub al-Barry, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Surabaya: PT.
Arkola,200l), h. l9
slbid.,h. zg

""r'

yang buruk.Al-khuluq adalah suatu sifat jiwa dan gambaran batinnya. Dan
sebagaimana halnya keindahan bentuk

lahir manusia secara mutlak tak

terdapat terwujud hanya dengan keindahan dua mata, dengan tanpa hidung,

mulut dan pipi. Sebaliknya, semua unsur tadi harus indah

sehingga

terwujudlah keindahan lahir manusia itu6.

Demikian juga, dalam batin manusia ada empat rukun yang harus
terpertuhi seluruhnya sehingga terwujudlah keindahan khuluq 'akhlak'. Jika
empat rukun itu terpenuhi, indah dan saling bersesuaian,maka terwujudlah
keindahan akhlak itu. Ke empat rukun itu antar lain: a. Kekuatan ilmu, b.
Kekuatan marah, c. Kekuatan syahwat, d. Kekuataan mewujudkan keadilan
dianthra tiga kekuatan tadi.

a.

Kekuatan ilmu

Keindahan dan kebaikannya adalah dengan membentuknya hingga
menjadi mudah mengetahui perbedaan antarajujur dan dusta dalam ucapan,
antara kebenaran dan kebatilan dalam berakidah dan antara keindahan dan

keburukan dalam perbuatan.Jika kekuatan ini telah baik, maka lahirlah buah

hikmah, dan hikmah itu sendiri adalah puncak akhlak yang baik. Seperti
difirmankan oleh Allah SWT:

Gj"

($

t*,a:i J:o'\Aii,-r"i ;i ry i;

r'4ii ei

@:*li, ir:ii.llAL
Allah rilenganugerahkan Al Hikrnah (kefahaman yang dalam tentang Al
Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan
Barangsiapa yang dianugerahi hilcrnah, ia benar-benar telah dianugerahi
karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah-yang dapat
mengambil pelaj aran (dari firman Allah). (Q. S Al-B aq arah : 2 69)'

b.

Kekuatan Marah

I(eindahannya adalah jika pengeluaran marah itu dan penahannya sesuai
dengan tuntutan hikmah.
hdusa Subaiti, Akhlak Keluatga Muhammad SAW, (Iakara;Lentera Basritama, 2000), h.

l6

TDepartemen

2009), h.57

Agama

Rlll-Qur'an dan

Terjemahnya,(takarta:Citra Kharisma Bunda,

c.

Kekuatan syahwat.
Keindahan dan kebaikantya adalah jika ia ada dibawah perintah hikmah.

Maksudnya perintah akal dan syari,at.

d.

I(ekuatan keadilan.

Adalah kekuatan mengendalikan syahwat dan kemarahan dibawah
perintah akal dan syari'at.

Dari

keseimbangan kekuatan

akal terwujudlah, keindahan

dalam

pengaturan, ketinggian akal, pendapat yang baik, dan prasangka yang tepat,

cermat dalam melihat detail-detail perbuatan dan pernak-pernik penyakit

jiwa. Tindakan menguranginya akan dilahirkan perbuatan zalim, maker, tipu
daya,dan keculasan.Al-Qur'an telah menyrnggung akhlak-akhlak tersebut
dalam sifat-sifat orang yang beiimiur, Allan SWT berfirman:

1139.3

i;tt;, i

,i -ii:i frL t;v 'ufr Jrr1?i t*t

@-a; *$i i+i3l"i,,i W ,3,;a-Liu"r4;i
sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang

percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak
ragu-ragu dan mereka be{uang (berjihad) dengan harta dan jiwa merek a pada
jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.(e.S Al,Hujurat:15)8

2. Akhlak Secara Terminologi
a. Menurut Ibnu Miskawaih
ibnu Miskawaih memberikan ta,rif atau definisi akhlak yaitu:

iyqUs 4r ir
*?"auai
keadaanirwa
selalu
il"t:

akhlak adalah
seseorang yang
mendorong manusia
berbuat baik tanpa proses pemikiran atau pertimbangan.e

Menurut Ibnu Miskawaih akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang
selalu mendorong manusia berbuat baik tanpa proses pemikiran atau
pertimbangan. Menurut al-Qurtuby bahwa akhlak adalah suatu perbuatan yang

'ibid,h.l44
'Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf; Nilai-Nilai AkhlaH Budipekerti dalam lbqdat

Tasawuf, (Jakarta: Karya Mulia, 2OO5), h. 29

dan

bersumber dari adab kesopanannya karena perbuatan itu termasuk bagian dari

kejadiannya. Sedangkan Muhammad Ibn 'Illan al-Sadiqi menekankan bahwa

hanya perbuatan baik saja yang termasuk kategori akhlak.l0 Al-Farabi

itu bertujuan unfuk memperoleh kebahagiaan yang
ll
tertinggi yang dirindui dan diusahakan setiap orang.

menjelaskan bahwa ahlak
merupakan tujuan

b.

Menurut Al-Jurjani

Al-Jurjani mendefinisikan al*llak dalam bukunya, at-ta'rifat

sebagai

benkitt*.'Akhlak adalah istilah bagi sesuatu sifut yag tertanam kuat dalam diri,

yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa
perlu berpikir dan merenung. Jika dari sifat tersebut terlahir perbuatan-perbuatan
yang indah mgnurut akal dan syari'ah, dengan mudah, maka sifat tersebut
dinamakan dengan akhlak yang baik.Sedangkan darinya terlahir perbuatanperbuatan yang buruk, maka sifat tersebut dinamakan akhlak yang buruk."lz

c.

Menurut Ahmad bin Mushthafa (Tasy Kubra Zaadah)

Ia

seorang ulama ensiklopedis mendefinisikan aktrlak sebagai berikut:

Akhlak adalah ilmu yang darinya dapat diketahui jenis-jenis keutamaan. Dan
keutamaan

itu adalah terwujudnya keseimbangaan antara tiga kekuatan, yaitu:

kekuatan berpikir, kekuatan rnarah, kekuatan syahwat. "

d.

I

3

Menurut Muhammad bin Ali al-Faaruqi at-Tahanawi

Ia berkata "Akhlak adalah keseluruhannya kebiasaan, sifat alami, agama
dan harga diri."laMenurut definisi para ulama akhlak adalah suatu sifat yang
tertanam dalam

diri

dengan kuat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan

mudah, tanpa diawali denga berpikir panjang, merenung dan memaksakan

diriDari definisi

di

atas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah merupakan

tingkah laku dan perbuatan yang sudah nrelekat dan menetap dalam jiwa (menjadi
malakaUkebiasaan), karena perbuatan tersebut telah dilakukan berulang-ulang,

'oMahiuddin, Akhlqk Tasawuf

I

;Mukjizat Nabi, Karomah Wali dan Ma'rifah Sufi,

(Jakarta: Kalam Mulia, 2009), h. 5

"Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf; Nilai-Nilai Akhlatd Budipekerti dalam lbadat

Tasawuf, (Jakarta: Karya Mulia, 2005), h. 29
12Loc.

Cit.,hal3l

"Amr Khaled. Buku Pintar Akhlafr, (Jakarta: Zaman,20l0),h. 29
'olbid.,h.30

dan

a"r,

t0

terus menerus dan bersifat spontanitas serta dengan kesadaran
atau ketidaksengaj aan.

jiwa bukan paksaan

I5

Jika memperhatikan definisi-definisi yang telah dipaparkan diatas tampak

tidak ada yang bertentangan, melainkan memiliki kemiripan antara satu dengan
yang lainnya. Definisi-definisi akhlak tersebut secara substansial tampak saling
melengkapi, dan darinya terdapat ciri-ciri perbuatan akhlak, yaitu:16

1) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa
seseorang, sehingga telah menj adi kepribadiannya.

2) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan
tanpa melalui proses pertimbangan. Bukan berarti dalam melakukan
perbuatannya seseorang

itu dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan,

tiudur atau gila. Pada saat yang bersangkutan melakukan suatu perbuatan
dilakukan dalam keadaan sadar dan sehat fikirannya.

3)

Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam

diri

orang

yang mengerjakannya, tanpa adanya paksaan atau tekanan dari pihak

lain. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas

dasar

kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan.

4) Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan
sesungguhnya, bukan karena bermain-main atau berpura-pura.

5)

Ikhlas karena Allah SWT semata, bukan karena ingin dipuji
memamerkan kepada orang

lain agat

atau

perbuatannya mendapatkan

pujian.r?

Menurut Ibnu Miskawaih akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang

selalu mendorong manusia befbuat baik tanpa proses pemikiran

atau

pertimbangan. Menurut al-Qurtuby bahwa akhlak adalah suatu perbuatan yang
bersumber dari adab kesopanannya karena perbuatan

itu termasuk bagian

dari

kejadiannya. Sedangkan Muhammad Ibn 'Illan al-Sadiqi menekankan bahwa

"Ibid.,h.33

"Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006),h.4-6
lbid.

rT

-?*

11

hanya perbuatan

baik saja yang

menjelaskan bahwa ahlak

termasuk kategori akhlak.rs Al-Farabi

itu bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan yang

merupakan tujuan tertinggi yang dirindui dan diusahakan setiap orattg."Imam alGhazalimengemukakan definisi akhlak sebagai berikut

L-f

,*-)

ils1--a.

W i**

JulVt )J4:

:

lJ u,*,Ljt d aira ,.f 6:V ,:lLl

V-n s )'re d il).S,

Jt ?o-lu:-*

Bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam iiwa yang dari
padanya
timbul perbuatan-perbuatan dengan _mudah dengan tidak
-mem
er

lukan p ertimbangan pikir an

(t er

lebih dahulu).zo

Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa hakikat akhlak menurut alGhazali mencakup dua syarat'.Pertama, perbuatan

dilakukan berulang

itu

harus konstan, yaitu

kali dalam bentuk yang sama, sehingga dapat

menjadi

kebiasaan. Kedua, perbuatan itu harus tumbuh dengan mudah tanpa pertimbangan
dan pemikiran, yakni bukan karena adanya tekanan, paksaan dari orang lain atau

bahkan pengaruh-pengaruh dan bujukan yang indah dan sebagainya.Menurutnya

juga, bahwa akhlak bukanlah pengetahuan (ma'rifah) tentang baik dan jahat,
maupun kodrat (qudrah) untuk baik dan buruk, bukan pula pengamalan

(fi't) yang

baik dan jelek, melainkan suatu keadaan jiwa yang mantap (hay'arasikha finafs).21

Al-Jurjani mendefinisikan akhlak dalam bukunya, at-ta'ifat

sebagai

berikut:"Akhlak adalah istilah bagi sesuatu sifat yang tertanam kuat dalam diri,
yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa perlu

berpikir dan merenung. Jika dari sifat tersebut terlahir perbuatan-perbuatan yang
indah menurut akal dan syari'ah, dengan mudah, maka sifat tersebut dinamakan
dengan akhlak yang baik.Sedangkan darinya terlahir perbuatan-perbuatan yang
ttMahirrddin,

Akhlak Tasawuf

I

;Mu$izat Nabi, Karomah Wali dan Ma'rifoh Sufi,

(Jakarta: Kalam Mulia, 2009), h. 5

"Moh. Ardani, Akhtak Tasawttf; Nilai-Nilai AkhlaH Budipekerti dalam lbadat
Tasawuf, (Jakarta: Karya Mulia, 20A5), h. 29
2oAbuddin
Nata, op. cit., h. 3

2tlbid.,h.5

dan

12

buruk, maka sifat tersebut dinamakan akhlak yang buruk.22Menurut Ahmad bin
Mushthafa (Tasy Kubra Zaadah)Ia seorang ulama ensiklopedis mendefinisikan

akhlak sebagai berikut:Akhlak adalah ilmu yang darinya dapat diketahui jenisjenis keutamaan. Dan keutamaan itu adalah terwujudnya keseimbangaan antaru
tiga kekuatan, yaitu: kekuatan berpikir, kekuatan marah, kekuatan syahwat.23

Jika memperhatikan definisi-definisi yang telah dipaparkan diatas tampak

tidak ada yang bertentangan, melainkan memiliki kemiripan antara satu dengan
yang lainriya. Definisi-definisi alJrlak tersebut secara substansial tampak saling
melengkapi, dan darinya terdapat eiri-ciri perbuatan akhlak, yaitu:24

1)

Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa
seseorang, sehingga telah menj adi kepribadiannya.

2)

Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan

tanpa melalui proses pertimbangan. Bukan berarti dalam melakukan
perbuatannya seseorang

itu dalam keadaan tidak

sadar, hilang ingatan,

tidur atau gila. Pada saat yang bersangkutan melakukan suatu perbuatan
dilakukan dalam keadaan sadar dan sehat fikirannya.

3)

Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang tirtrbul dari dalam

diri orang yang

mengerjakannya, tanpa adanya paksaan atau tekanan dari pihak lain.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan,

pilihan dan keputusan yang bersangkutan.

4) Bahwa perbuatan akhlak

adalah perbuatan yang dilakukan dengan

sesungguhnya, bukan karena bermain-main atau b erpura-pura.

5) Ikhlas

karena Allah

swr

semata, bukan karena ingin dipuji atau

memamerkan kepada orang lain agar perbuatannya mendapatkan pujian.2s

Meskipun berbeda-beda dalam rumusan dari beberapa pemikir/ulama'
tersebut

di atas,

namun satu aspek principal yang sama adalah bahwa tujuan

utama Pendidikan Islam adalah agar manusia menjadi pengabdi Allah yang patuh

t'Ali Abdul Halim, Akhtak
Mulia. (Jakarta: Gema Insani, 2002),h. I I
Khale
Buku
Pintar
d.
Akhlak, (Iabrta: Zaman,2}l0),h. ig
"Amr

'oAbuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: pT. Raja Grafindo persada, 2OO6),h.4-6
2sIbid.

.t#!

13

dan setia26.sebagaimana yang telah diterangkan dalam al-Qur'an, Surat Adz- Dzariyat
ayat 56:

yr:;;flr*ji;.f.r"-t*C3
,'Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku. " (Q. S Adz-Dzaiyat : 5 6)27
Untuk mencapai tujuan utama pendidikan yang tersebut

di atas secara

optimal, maka pencapaian tujuan tersebut harus dilatcukan secara bertahap dan
berjenjang. Sehubungan dengan hal itu, maka tujuan Pendidikan Islam harus
mengacu kepada tujuan yang dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain:

a)

Dimensi Hakekat Penciptaan Manusia
Berdasarkan dimensi

ini, tujuan Pendidikan Islam diarahkan

kepada

pencapaian target yang berkaitan dengan hakekat penciptaan manusia oleh

AllahSWT.Dari sudut pandangan

ini, maka

Pendidikan Islam bertujuan

untulcnembimbing perkembangan peserta didik secara optimal agar menjadi
pengabdikepada Allah yang setia.Berangkat dari tujuan

ini, maka aktivitas

pendidikan diarahkan kepada upaya membimbing manusia agar dapat
menempatkan

diri dan berperan

sebagai individu yang taat dalam

menjalankan ajaran agama Allah.Jadi dimensi

ini

diarahkan

pada

pembentukan pribadi yang bersikap taat asas terhadap pengabdian kepada

Allah.

b)

Dimensi Tauhid
Mengacu kepada dimensi ini, maka tujuan Pendidikan Islam diarahkan

kepada upaya pembentukan sikap takwa.Dengan demikian pendidikan
ditujukan kepada upaya untuk membimbing dan mengembangkan potensi

peserta didik secara optimal agar dapat menjadi hamba Allah yang
bertakwa.2s

c)

Dirnensi Moral

Teologi Pendidikan, (lakarta: PT' Raja Grafindo persada, 2003),h.92
'uJalaluddirr,
zTDepartemen
Agama, Al - Qur' an dan t eri emah ny a

'8op. cit.,h.93-94

i"t

14

Dalam dimensi

ini manusia dipandang

sebagai sosok individu yang

memiliki potensi fitriyah.Maksudnya bahwa sejak dilahirkan, pada diri
manusia sudah ada sejumlah potensi bawaan yang diperoleh secara fitrah.
Menurut M. Quraish Shihab, potensi ini mengacu kepada tiga kecenderungan
utama yaitu benar, baik dan indah. Dalam hubungan dengan dimensi moral

ini, maka pelaksanaan pendidikan ditujukan kepada upaya

pembentukan

manusia sebagai pribadi yang bermoral.Tujuan pendidikan dititikberatkan

pada upaya pengenalan terhadap nilai-nilai yang baik dan kemudian
mengintemalisasikannya, sertamengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam
sikap dan perilaku melalui pembiasaan.

d)

Dimensi Perbedaan Individu

Manusia merupakan makhluk penciptaan yang unik.Secara umum
manusia memiliki sejumlah persamaan dan perbedaan antara individu yang

satu dengan yang lainnya. Sehubungan dengan kondisi itu, maka tujuan
pendidikan diarahkan pada usaha membimbing dan mengembangkan potensi

peserta didik secara optimal dengan tidak mengabaikan adanya faktor
perbedaan individu, serta menyesuaikan pengembangannya dengan kadar
kemampuan dari potensi yang

dimiliki masing-masing. Dimensi individu

dititikberatkan pada bimbingan dan pengembangan potensi fitrah manusia

dalam statusnya sebagai insan.Dengan dernikian dalam

memberikan

pendidikan kepada peserta didik, perlakuan terhadap individu harus pula
di das

e)

arkan atas pertimb angan p erbedaan ini.

2e

Dimensi Sosial
Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang memiliki dorongan

untuk hidup berkelompok secara bersama-sama.Oleh karena itu dimensi
sosialmengacu kepada kepentingan sebagai makhluk sosial, yang didasarkan

kepada pemahaman bahwa manusia hidup bermasyarakat.Dalam kaitan
dengan kehidupan bermasyarakat, tujuan pendidikan diarahkan kepada
pernbentukan manusia sosial yang memiliki sifat takwa sebagai dasar sikap
dan perilaku.Berangkat dari hal inilah, maka pendidikan dalam dimensi sosial

"Ibid.,h.95-96

15

dititikberatkan pada bagaimana upaya untuk membimbing dan
mengembangkan potensi peserta didik agar dapat berperan secara harmonis

dan serasi dalam kehidupan bermasyarakat.Jadi secara singkat tujuan
Pendidikan Islam dalam dimensi ini, adalah berupa usaha untuk
memanusiakan peserta didik agar mampu berperan dalam statusnya sebagai

al-Nas (maL:hluk sosial), abd Allah (hamba pengabdi Allah) dan sekaligus
sebagai khalifah Allah.30

0

Dimensi Profesional

Dalam hubungan dengan Dimensi Profesional, Pendidikan Islam
mempunyai tujuan tersendiri.Tujuannya diarahkan kepada upaya untuk
membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik, sesuai dengan
bakatnya masing-masing.Dengan demikian tujuan Pendidikan Islam dalam

dimensi

ini

diarahkan pada pembentukan kemampuan profesional yang

dilandasi keimanan serta ditujukan untuk kemaslahatan masyarakat.

g) Dimensi Ruang dan Waktu
Selain dimensi yang dikemukakan di atas, tujuan Pendidikan Islam juga
dapat dirumuskan atas dasar pertimbangan dimensi ruang dan waktu, yaitu di

mana dan kapan.Secara garis besar tujuan yang harus dicapai Pendidikan
Islam harus merangkum semua tujuan yang terkait dalam rentang ruang dan

waktu tersebut.Dan bila dikaitkan dengan dimensi ruang dan waktu,
Pendidikan Islam diarahkan pada dua tujuan utama yaitu untuk memperoleh
keselamatan di dunia dan.kesejahteraan hidup di akhirat'3'sedangkat tahaptahap tujuan pendidikan menurut Abu Ahmadi meliputi:

1) Tujuan Tertinggi / Terakhir

2) Tujuan Umum
3) Tujuan Khusus
4) Tujuan Sementara.3z

30lbid.,h.
3t

gB

lbid., h. 99-loo

"Ah^rdi, Itlo*
1992), h. 63.

Sebagai Paradigma llmu Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media,

16

Masih banyak sekali pendapat para ahli yang mengatakan bahwa tujuan

pendidikan adalah pembentukan akhlak. Muhammad Athiyah al-Abrasyi
misalnya mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa

dan t{uan pendidikan islam.33Menurut sebagian ahli, akhlak tidak perlu
dibentuk, karena akhlak adalah insting (garizah) yang dibawa manusia sejak
lahir.3a

selanjutnya pendapat lain mengatakan, akhlak adalah hasil dari

pendidikan, latihan, pembinaan dan peduangan keras dan sungguhsungguh.3slbnu Miskawaih,

Ibn Sina, al-Ghazali dan lain-lain

termasuk

kelompok yang mengatakan akhlak adalah hasil usaha (Muktasabahah).
Pada kenyataanya dilapangan, usaha pembinaan akhlak melalui berbagai
lernbaga pendidikan dengan berbagai macam metode terus dikembangkan. Ini

mnunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina, dan pembinaan ini ternyata
membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang berakhlak

mulia, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, hormat kepada orang tua, sayang

jika

anak-

ini semakin

terasa

kepada sesama makhluk Tuhan dan seterusnya. Bayangkan saja
anak tidak dibina dalam hal akhlak?.Keadaan pembinaan

diperlukan terutama pada saat dimana semakin banyak tantangan dan godaan
sebagai dampak dari kemajuan dibidang iptek.

Dengan demikian pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha
sungguh-sungguh dalam rangka membentuk pribadi, dengan menggunakan
sarana pendidikan dan pernbinaan yang terprogram

baik serta dilaksanakan

dengan sungguh-sungguh dan konsisten. Pembentuksn akhlak

ini dilakukan

berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha pembinaan, bukan

terjadi dengan sendirinya. Potensi rohaniah yang ada pada diri manusia,
termasuk didalamnya akal, nafsu amarah, nafsu syaltwat, fitrah, kata hati, hati

nurani dan intuisi dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan yang
tepat.
33Muhamrnad

Athiyah al-Abrasy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1974),cet. II, h. 15.
34Mansur
Ali Rajab, Ta'ammulatfi Falsafah al-Akhlaq, (Mesir: Maktabah al-Anjali al-

Misluiyah, l96l), h. 91.
3slbid.,90.

l7

3.

Macam-macam Akhlak

Akhlak didalam Islam terbagi menjadi dua macam, yaitu akhlak terpuji
(aklak al-karimah) dan akhlak yang tercela(akhlak al-mazmumah).

a.

Akhlak al-Karimah
Akhlsk al-Karimah berasal dari dua kata yaitu akhlak dan karimah. Kata

akhlak berasal dari bahasa arab, dari jamak kata Khuluq yang artinya "budi

pekerti, perangai, tingkah laku".36\dapun yang dimaksud dengan akhlak
adalah kebiasaan dan kehendak seseorang berdasarkan Al-Qur'an dan hadist

yang tertdnam secara mendalam."Bila kehendak seseorang dibiasakan untuk
melawan keinginan keinginan lain dengan secara langsung dan berturut-turut

maka

ia

berakhlak.3TKarimah berasal dari kata bahasa arabkarama yang

artinya mulia/terpuji. Adapun yang dimaksud dengan Akhlak terpuji adalah

suatu aturan atau norma yang mengatur hubungan antar sesama manusia
dengan tuhan dan alam sernesta.3s

Aqidah yang kuat merupakan akar bagi tegak dan kokohnya bangunan
Islam. Kemudian syariah dan ibadah merupakan cabang-cabang yang akan
membuatnya semakin rimbun, tampak subur, teduh dan kian menjulang.
Sementara akhlak adalah buah yang akan dihasilkan oleh pohon yang
berakarkan aqidah serta bercabang syariah dan berdaun ibadah. Pohon yang

baik, tentunya akan menghasilkan buah yang baik. Maka aqidah, syariah serta
ibadah yang mantab tentunya akan menghasilkan akhlak yang mantab pula,
36flamzah
Ya'qub, Etika Islam, (Bandung: Diponegoro, 1993), h. I l.
3'Ahmad Amin, Etika (Itmu Akhlak) ter. Farid Ma'ruf, (la?.a*a: Bulan Bintang 1975), h'
62-63

38Danski,

Akhl akul Karima&, http ://centermakalah.bloespot. cotn/20 I 2/02/makalahakhlakul-karimah-diklat,html, h. 4

18

yaitu akhlakul karimah. Ashadi Falih, dalam bukunya Akhlak Membentuk
Pribadi Muslim; Akhtakul katimah adalah menuju dan menghampiri diri
seseorang dan umat kepada Allah yang Mahakarim. Atau menuju pribadi
takwa.3e

Akhlak al-Karimah atau akhlak mulia amat banyak jumlahnya, namun

dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan
manusia, akhlak mulia itu dapat dibagi kepada tiga bagian. Pertama, akhlak

mulia kepada Allah SWT. Kedua, akhlak mulia kepada diri sendiri' Ketiga,

akhlak mulia kepada sesama manusiaa0. Ketiga akhlak tersebut

dapat

dikemukakan sebagai berikut:

1)

Akhlak Kepada Allah SWT

Titik tolak akhlak kepada AUah SWT adalah pengakuan dan

kesadaran

bahwa tiada tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian
agung sifat-sifat itu, jangankan manusia malaikat pun tak mampu menjangkau

hakikat-Nya. Banayak alasan mengapa manusia harus berakhlak baik
terhadap Allah SWT. diantaranya adalah hal-hal sebagai berikut:

a) Karena A1lah telah menciptakan

manusia dengan segala keistimewaan dan

kesempurnaannya. Sebagai yang diptakan sudah sepantasnya manusia

berterima kasih kepada yang menciptakanal. Sebagaimana termaktub
dalam al-Qur'an surat at-Tin ayat 5 Allah SWT berfirman:

@4F-

jhi

^fis:1!

,rAshadi Falih dan Cahyo Yusu{ Akhlak Membentuk Pribadi Muslim, (Semarang: CV
Aneka Ilmu IKAPI 2003), cet II, h' 197.
odt
tot. Xdani, atcnbik Tasawuf; Nilai-Nitai Akhlatr/ Budipekerti dalam lbadat dan
Tasawuf,(Jakarta: Karya Mulia, 2005), h' 49
at
tbtd., h. 49

?;r

19

Sesungguhnya Kami telah menciptakan rnAnusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya .42

b)

Karena Allah SWT telah membeiikan kelengkapan panca indera, hati
nurani dan naluri kepada manusia. Serhua potensi jasmani dan rohani ini

amat tinggi nilainya, karena dengan potensi tersebut manusia dapat
melakukan berbagaiaktivitas diberbagai bidang kehidupannya yang
membawa kePada kejayaannya.a3

2)

Akhlak Kepada Diri Sendiri'

Akhlak yang dimiliki pada setiap pribadi muslim merupakan pilar
dalam pendidikan agama Islam. Dengan sari pati kepribadian yang
semestinya

dimiliki setiap individu, ini diharapkan bisa membawa angin

segar dalam upaya pembentukan ahlak anak yang harus di tanamkan kepada

mereka diantarnnya yaitu:

a)

Salim:ul Aqidah

Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang
sepatutnya ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang

muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan
ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuanketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim
akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-

Nya:

@ lx#ri g: $ J.G3

Gw3,*s

ci; LIU

artinya: 'sesungguhnya shalatla,t, ibadahlat, hidup dan matila,t, semua bagi
Allah Tuhan semesta alam'(QS 6:162).

azDepartemen

Agama F.I, Al'Qur'a:n dan Teriemahnya.
o'Moh. Ardani, op. Cit.,h.5a

t},

20

Karena memiliki aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat
penting, maka dalam da'wahnya kepada para sahabat di Makkah, Rasulullah
Saw mengutamakan pembinaan aqidah, iman atau tauhid

b)

Shahihul lbadah.

Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah

Rasul saw yang penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan:
'shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.' Dari ungkapan ini

maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan
haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw yang berarti tidak boleh ada
unsur penambahan atau pengurangan.

c)

Matinul Khuluq.

Akhlak yang kokoh (rnatinul khuluq) atau akhlak yang mulia
merupakan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik

dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya.
Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di

dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki al,hlak yang mulia
bagi umat manusia, maka Rasulullah Saw ditutus untuk memperbaiki akhlak
dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung
sehingga diabadikan oleh Allah di dalam Al-Qur'an, Allah berfirman yang

artinya: 'Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang
agung'(QS 68:a).

d)

Qowiyyul Jismi.

Kekuatan jasmani (qowiyyul

jismi)

merupakan salah satu sisi

peribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim

memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam
secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji

di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik
yang sehat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk-bentuk

merupakan amalan

perjuangan lainnya.Oleh karena

itu,

kesiatan jasmani harus mendapat

perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama
daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai

?J

21

sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi, dan jangan sampai
seorang muslim sering sakitaa. Karena kekuatan jasmani juga termasuk yang

penting, maka Rasulullah saw bersabda yang artinya: 'Mu'min yang kuat
lebih aku cintai daripada mu'min yang lemah' (HR. Muslim).as

e)

Mutsaqqoful Filcri

Intelek dalam berfikir (mutsaqqoful filcri) merupakan salah satu sisi
peribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah

fatonah (cerdas) dan Al-Qur'an banyak mengungkap ayat-ayat yang
merangsang manusia untuk berpikir, misalnya firman

Allah dalam surat Al-

Baqoroh: Zlg,yangartinya: Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan

judi. Katakanlah: 'pada keduanya itu terdapat dosa besar dan

beberapa

manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.'

Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka na/kahkan. Katakanlah:
'Yang lebih dari keperluan.' Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu supaya kamu berfikir

Di dalam Islam, tidak

.46

ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan,

kecuali harus dimulai dengan aktiviti berfikir. Karenanya seorang muslim
harus rnemiliki wawasan keislaman dan keilmuar yang luas. Dapat kita

bayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpamendapatkan
pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu.Oleh karena itu

Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan

intelektualitas

seseorang.

0

Mujahadatul Linafsihi.
Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatul linafsihi) merupakan

salah satu kepribadian yang harus ada pada

diri

seorang muslim, karena

setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk.
Melaksanakan kecenderungan pada yang ba