xl 6
Pelanggaran terhadap perintah yang diberikan oleh petugas pengatur lalu-lintas jalan dan atau isyarat pengatur lalu-lintas jalan
serta rambu-rambu atau tanda yang ada dipergunakan jalan; 7
Pelanggaran terhadap ketentuan tentang ukuran dan muatan yang diijinkan, cara menaikkan dan menurunkan penumpang dan atau
cara memuat dan membongkar barang; 8
Pelanggaran terhadap ijin trayek, jenis kendaraan yang diperbolehkan beroperasi di jalan yang ditentukan Yahya
Harahap, 2000: 413.
e. Proses Penanganan Perkara Pelanggaran Lalu-Lintas Oleh
Kejaksaan
1 Proses pemeriksaan Perkara Pelanggaran Lalu-Lintas
Ketentuan sebagaimana yang berlaku di dalam perundang- undangan bahwa tindak pidana pelanggaran yang terkait dengan
pelanggaran lalu-lintas jalan merupakan perkara yang termasuk di dalam tindak tertentu.
Pelanggaran yang terjadi yang terkait dengan lalu-lintas seperti yang disebutkan di atas adalah merupakan jenis perkara
tindak pidana ringan, yang berdasarkan ketentuan di dalam Hukum Acara Pidana beracara secara cepat, hal ini sesuai dengan
ketentuan di dalam Paragraf 2 Bagian Keenam Bab. XVI KUHAP mengenai pemeriksaan sidang di pengadilan, karena hal ini
merupakan kelanjutan dari jenis tindak pidana ringan. Bagian ini merupakan bentuk persamaan dengan “perkara pelanggaran
tertentu” yang sama-sama dimasukkan atau dikategorikan melalui proses beracara cepat di persidangan, namun terdapat letak
perbedaannya yaitu antara satu dengan yang lainnya mempunyai corak khusus tersendiri dalam hal pemeriksaannya. Di dalam
penanganan perkara tindak pidana pelanggaran lalu-lintas atau
xli “perkara pelanggaran tertentu”, persamaan yang paling utama
adalah bahwa keduanya diperiksa di sidang pengadilan secara cepat, terhadap perkara tersebut yang diajukan ke sidang
pengadilan hari itu harus diperiksa dan diputus hari itu juga Yahya Harahap, 2000: 413.
Seperti yang disebutkan pada bagian sebelumnya bahwa sidang pemeriksaan perkara pelanggaran lalu-lintas jalan adalah
jenis perkara yang termasuk dalam tindak pidana ringan dan termasuk dalam proses persidangan dengan beracara cepat, dalam
hal ini penyidik jaksa tidak perlu membuat berita acara pemeriksaan. Proses pemeriksaan dan pemanggilan menghadap
persidangan, ketentuannya adalah sebagai berikut: a
Di buat berupa catatan. Catatan itu bisa merupakan model formulir yang sudah
disiapkan oleh penyidik dan cara pembuatan catatan yang berbentuk formulir ini yang biasa dalam praktek.
b Catatan itu yang dibuat oleh Penyidik jaksa memuat:
1 Pelanggaran lalu-lintas yang didakwakan kepada terdakwa,
dan 2
Sekaligus dalam catatan itu berisi pemberitahuan hari, tanggal, jam, tempat sidang pengadilan yang akan dihadiri
terdakwa Yahya Harahap, 2000: 414. Bilamana semua ketentuan yang terkait dengan proses
pemeriksaan dan pemanggilan menghadap persidangan tersebut tidak tercantum semuanya maka pemberitahuan
yang dilakukan oleh penyidik adalah tidak sah. Pengaturan lain mengenai terdakwa yang menunjuk orang
lain atas kuasanya juga diperbolehkan dalam persidangan ini, hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 213 KUHAP. Terdapatnya
suatu
“ quasi”
antara pemeriksaan perkara pidana dan perkara
xlii perdata di dalam hal ini. Di dalam aturan undang-undang tersebut
memuat ketentuan sebagai berikut: a
Undang-Undang tidak mewajibkan terdakwa menghadap
in person
di sidang pengadilan. Hal ini di samping merupakan
quasi
keperdataan juga merupakan pengecualian terhadap asas
in absentia.
b Terdakwa dapat menunjuk seseorang untuk mewakilinya.
Apabila terdakwa terdakwa tidak mengahadap secara
in person
, ia
dapat menunjuk
seseorang wakil
untuk menggantikannya menghadap pemeriksaan sidang pengadilan.
c Penunjukkan wakil dengan surat.
Di dalam Pasal 213 KUHAP secara tegas menentukan bagaimana cara dan bentuk penunjukkan wakil. Penegasan ini
sangat tepat demi kepastian hukum, penunjukkan wakil dilakukan berupa “surat” dan sekalipun undang-undang tidak
menyebutkan berupa bentuk surat kuasa, surat yang dimaksudkan dalam pasal ini sebaiknya ditafsirkan sebagai
“surat kuasa”, karena jika perkataan di dalam surat tersebut dihubungkan dengan maksud surat itu sendiri yaitu surat yang
memuat pernyataan
penunjukkan wakil
menghadap pemeriksaan sidang Yahya Harahap, 2000: 414.
2 Proses Putusan Perkara Pelanggaran Lalu-Lintas
Proses acara persidangan dengan acara cepat ini meliputi perkara pelanggaran tindak pidana ringan dan pelanggaran
mengenai lalu-lintas jalan. Pemeriksaan yang dilakukan pada perkara pelanggaran lalu-lintas dilakukan dengan proses beracara
cepat hal tersebut sama dengan penanganan proses perkara tindak pidana ringan tipiring, hal tersebut sesuai dengan apa yang
dicantumkan pada paragraf 2 dua bagian keenam Bab. XVI
xliii KUHAP. Mengenai tata cara penanganan perkara pelanggaran
tindak pelanggaran lalu-lintas ini adalah sebagai berikut: a
Pemeriksaan dan putusan dengan hadirnya terdakwa: Pelimpahan perkara dilakukan oleh penyidik Polri
“Atas Kuasa Penuntut Umum”, yang selanjutnya diperiksa oleh pihak Kejaksaan sebagai penyidik yang mempunyai
kewenangan untuk menanganinya. Tugas dari kejaksaan dalam penanganan perkara ini adalah memeriksa kelengkapan
yang menjadi bagian proses perkara pelanggaran lalu-lintas, adapaun kelengkapan berkas perkara tersebut adalah adanya
catatan yang dibuat oleh pihak penyidik Polri yang meliputi mengenai tindak pidana pelanggaran lalu-lintas, beserta
catatan yang memuat identitas dari terdakwa. Setelah semua proses tahapan ini diperiksa kelengkapannya oleh penyidik
dari kejaksaan maka hal tersebut dianggap berkas perkara lengkap P-21, maka tindakan selanjutnya adalah pelimpahan
berkas perkara tersebut untuk disidangkan di pengadilan. Proses persidangan lalu-lintas ini adalah proses
pemeriksaan yang masuk dalam proses persidangan dengan beracara cepat. Adapun hakim yang memimpin sidang ini
adalah hakim tunggal, karena banyaknya perkara lalu-lintas ini yang cukup banyak maka dengan pertimbangan hakim
untuk mempersingkat penanganannya maka proses sidang pun dilakukan secara singkat yaitu terdakwa dihadapkan di muka
persidangan selanjutnya hakim menanyakan pelanggaran tersebut kepada terdakwa berdasarkan catatan yang diberikan
dari penyidik. Berdasarkan terhadap pelanggaran yang dilakukan terdakwa maka hakim kemudian menetapkan
putusan berdasarkan pelanggaran yang dilakukan terdakwa dan memutuskan sesuai dengan ketentuan yang mengatur
xliv mengenai pelanggaran tersebut. Hasil putusan sidang
pengadilan lalu-lintas ini berupa denda dan perampasan kemerdekaan. Selanjutnya setelah mendapat putusan hakim
tersebut maka terdakwa segera membayar denda atas pelanggaran tersebut kepada penyidik jaksa yang nantinya
sebagai eksekutor mengenai denda ini, yang nantinya akan dimasukkan ke dalam kas negara sebagai bentuk pemasukan
negara. b
Pemeriksaan dan putusan di luar hadirnya terdakwa. 1
Apabila terdakwa dan wakilnya tidak datang Apabila terdakwa atau wakilnya tidak hadir serta
tidak datang menghadap di sidang pengadilan maka tidak perlu adanya penundaan atau dimundurkannya pada hari
sidang yang akan datang. Ketentuan ini bersifat “imperatif” dan bukan
fakultatif, asalkan terdakwa tidak hadir atau wakilnya tidak datang menghadap sidang pemeriksaan tetap harus
diteruskan. Di dalam Pasal 214 ayat 1 KUHAP tidak terdapat kata “dapat” dilanjutkan, akan tetapi kalimatnya
berbunyi pemeriksaannya perkara dilanjutkan. 2
Setelah pemeriksaan dilanjutkan putusan diucapkan di luar hadirnya terdakwa.
Pemeriksaan dan pengucapan putusan di luar hadirnya terdakwa, merupakan rangkaian yang tak
terpisah dalam pemeriksaan perkara pelanggaran lalu- lintas jalan.
xlv Dalam arti tidak bisa dipisah antara pemeriksaan
dan pengucapan
putusan baik
dalam keadaan
pemeriksaan yang dihadiri terdakwa atau wakilnya maupun dalam keadaan pemeriksaan di luar hadirnya
terdakwa atau wakilnya. Pada dasarnya segala ketentuan yang mengatur tentang tata
cara proses persidangan terdapat ketentuan-ketentuan yang berlaku sesuai dengan aturan perundang-undangan yang ada. Ketentuan
tersebut sudah mencakup segala sesuatu yang terkait dengan proses beracara cepat di dalam sidang perkara tindak pidana ringan
berupa perkara pelanggaran lalu-lintas jalan. Gambaran kesulitan mengenai permasalahan penerapan
Pasal 214 ayat 6 KUHAP yang dihadapi oleh pengadilan terhadap kasus
verzet
atas putusan
verstek
yang terdakwanya memanfaatkan lubang yang terluang dalam proses pemeriksaaan
ini, dan untuk mengatasi problematika perilaku terdakwa yang ingin mempermainkan lubang tersebut, maka dapat ditempuh
dengan jalan alternatif berupa: a
Melalui proses Pasal 154 ayat 4 dan 5 KUHAP. Apabila terdakwa tidak datang menghadap sidang pada
pemeriksaan kembali, pemeriksaan ditunda dan memberitahu lagi terdakwa untuk datang untuk datang menghadap pada
hari sidang yang akan datang dan apabila terdakwa tidak hadir untuk yang kedua kalinya, hakim mengeluarkan surat perintah
untuk menghadapkan terdakwa dengan paksa. b
Alternatif kedua, dengan jalan menjatuhkan hukuman berupa denda.
Apabila pengadilan melihat gejala adanya kemungkinan terdakwa memanfaatkan kekosongan hukum yang terdapat
pada proses perlawanan hukum, jalan yang terpendek yang
xlvi dapat ditempuh oleh pengadilan adalah dengan jalan
menjatuhkan denda dan pemeriksaan perkara dapat ditutup Yahya Harahap, 2000: 422.
c Bentuk putusan Pelanggaran Lalu-Lintas jalan.
Bentuk putusan dalam acara pelanggaran lalu-lintas jalan cukup “sederhana”, tidak perlu memperhatikan pasal 197 ayat
1 KUHAP. Kesederhanaan bentuk putusan tersebut yaitu: 1
Berupa catatan yang dibuat oleh Hakim pada catatan atau formulir pemeriksaan yang disampaikan penyidik kepada
pengadilan. Pada catatan atau formulir pemeriksaan penyidik, di samping memuat penyidik tentang identitas
terdakwa, pelanggaran
yang didakwakan,
serta pemberitahuan tanggal, hari, jam dan tempat persidangan,
juga memuat catatan putusan yang dijatuhkan pengadilan; 2
Catatan putusan pengadilan itulah yang disebut “surat amar putusan”, yang menjadi amar putusan dalam perkara
pelanggaran lau-lintas jalan, apa yang dicatat oleh hakim pada formulir atau catatan pemeriksaan penyidik, misalnya
hakim cukup mencatat dalam catatan pemeriksaan penyidik tersebut: “denda Rp 7.5000.00” catatan inilah isi
dan amar putusan pengadilan dan catatan inilah isi putusan yang mesti dipenuhi terpidana yakni membayar denda
sejumlah Rp 7.500.00; 3
Panitera mencatat isi putusan ke dalam register. Isi putusan yang terdapat dalam catatan diambil alih oleh panitera ke
dalam catatan buku register perkara pelanggaran lalu- lintas. Adapun tujuan pencatatan ini selain untuk kepastian
hukum juga untuk menciptakan tertib administrasi peradilan yang baik dan teratur, sehingga semua kegiatan
pengadilan terekam dalam buku register Yahya Harahap, 2000: 426 .
xlvii
B. Kerangka Pemikiran.