d. Gejala yang dapat timbul diantaranyatermasuk nocturia, sakit pada bagian
abdominal, anoreksia, mual, kmbung, dan ascites Sukandar, 2009.
6. Diagnosis
Menurut Parker et al., 2008 dalam penetapan diagnosis gagal jantung tidak dapat dilakukan dengan tes tunggal. Hal tersebut di
karenakan gagal jantung dapat disebabkan atau diperburuk oleh berbagai gangguan baik dari jantung maupun bukan dari jantung. Tahap evaluasi
awal mencakup perhitungan darah komplit, serum elektrolit termasuk Mg, uji fungsi ginjal dan hati, urinalisis, profil lipid, x-ray dada, serta
elektrokardiogram EKG. Perhitungan BNP juga dapat membantu membedakan dyspnea yang disebabkan oleh gagal jantung atau penyebab
lain Parker et al., 2008.
7. Klasifikasi
Congestive Heart Failure dapat diklasifikasikan berdasarkan abnormalitas struktural jantung berdasarkan American College of
Cardiology FoundationAmerican Heart Association : a.
Stadium A yaitu Memiliki risiko tinggi berkembang menjadi gagal jantung. Tidak terdapat ganguan struktural atau fungsional jantung, tidak
terdapat tanda atau gejala. Contohnya seperti hipertensi, coronary artery disease, diabetes Parker et al., 2008.
b. Stadium B yaitu telah terbentuk penyakit struktur jantung yang
berhubungan dengan perkembangan gagal jantung. Tidak terdapat tanda
atau gejala. Contohnya seperti riwayat MI, Left Ventricular Hypertrophy, Left Ventricular Systolic dysfunction asimptomatik Parker et al., 2008.
c. Stadium C yaitu gagal jantung asimptomatis yang berhubungan dengan
penyakit struktural jantung yang mendasari. Contohnya Left Ventricular systolic dysfunction dan sesak nafas, kelelahan, retensi cairan, atau gejala
HF lain. Stage C termasuk pasien dengan asimptomatik yang pernah menerima pengobatan gejala HF Parker et al., 2008.
d. Stadium D yaitu penyakit struktural jantung yang lanjut serta gejala gagal
jantung yang sangat bermakna saat istirahat walaupun sudah mendapat terapi medis maksimal. Contohnya seperti pasien dengan gejala refractory
terhadap pengobatan tetapi toleransi pada farmakoterapi maksimal. Pasien membutuhkan hospitalisasi dan intervensi khusus Parker et al., 2008.
Klasifikasi berdasarkan gejala berkaitan dengan kapasitas fungsional menurut NewYork Heart Association :
a. Kelas I yaitu tidak terdapat batasan melakukan aktivitas fisik. Aktivitas
fisik sehari-hari tidak menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak nafas. b.
Kelas II yaitu terdapat batasan aktivitas ringan. Tidak terdapat keluhan saat istirahat, namun aktivitas fisik sehari-hari menimbulkan kelelahan,
palpitasi atau sesak nafas. c.
Kelas III yaitu terdapat batasan aktivitas bermakna. Tidak terdapat keluhan saat istirahat, tetapi aktvitas fisik ringan menyebabkan kelelahan,
palpitasi atau sesak.