Adaptasi Aktif dan Pasif 1 Adaptasi Aktif

302 lingkungan sesuai dengan keinginan pribadi Gerungan 1991:55. Bentuk-bentuk adaptasi yang dilakukan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir mencakup beragam tindakan rekayasa, perbaikan, atau perubahan, dibeberapa aspek kehidupan, yang meliputi:

1. Adaptasi Aktif dan Pasif 1 Adaptasi Aktif

Aktivitas masyarakat dalam mempengaruhi atau merubah lingkungan merupakan bentuk adaptasi manusia secara aktif. Seperti yang diungkapkan oleh Sapoetra 1987:50 mengenai adaptasi secara aktif yang berarti pribadi mempengaruhi lingkungan. Sedangkan Menurut Gerungan 1996 adalah individu berusaha untuk mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan diri, sifatnya adalah aktif alloplastis. Sehingga adaptasi bisa disebut sebagai strategi aktif manusia dalam menghadapi lingkungannya. a. Aktivitas untuk menambah pendapatan ketika bencana banjir yang dilakukan masyarakat dalam menambah pendapatan seperti mencari ikan di sungai, ojek perahu, dan mencari kayu bakar. Hal ini sesuai informasi dari beberapa informan sebagai berikut: Lah, banjir nek taun seng saiki masyarakat iku podo kuwater. Lek jaman biyen taun 94 kebanjiran iku dianggep namba rejeki. Kerono seng jenenge iwak iku akeh, dadi oleh tambahan duwek teko nangkepnebek iwak. Mergane wes biasa. Iku taun 94. Nek taun saiki masyarakat podo kuwater, masalahe iwak wes gak sepiroh akeh, kerono akeh wong nyetrum neng bengawan. Ono seng doleknggelek iwak, tapi yo gak sepiro-oh . Terjemah: Untuk banjir yang tahun ini masyarakat merasa resah. Kalau zaman sekitar tahun 1994 kebanjiran dianggap sebagai tambahan rejeki soalnya banyak ikan sehingga dapat tambahan penghasilan dari hasil tangkapan ikan. Soalnya masyarakat sudah terbiasa. Itu pada tahun 1994. Kalau tahun sekarang masyarakat merasa resah, masalahnya ikan sudah tidak terlalu banyak karena banyak orang yang menangkap ikan menggunakan setrum-setrum alat penangkap ikan menggunakan listrik di Sungai Bengawan Solo. Ada yang masih mencari ikan, tapi tidak terlalu banyak. Wawancara dengan informan Bapak Sahari selaku kepala Desa Plangwot Informasi di atas mengungkapkan bahwa kejadian bencana banjir digunakan sebagai momen untuk menambah pendapatan dengan menangkap ikan menggunakan alat seperti jaring, pancing, dan jala. Hal ini sesuai ungkapan dari informan. Lek banjer mas, ono seng ngojek perau utowo nambang. Biasane ngunu iku ono seng butoh opo-opo, yo antarwarga seng kebanjiran . Terjemah: 303 Kalau banjir mas, ada orang yang bekerja sebagai ojek perahu atau nambang. Biasanya dilakukan kalau ada orang yang butuh sesuatu, antar warga yang terkena banjir. Wawancara dengan informan Bapak Sahari selaku kepala Desa Plangwot Aktivitas masyarakat di atas termasuk adaptasi aktif dalam menghadapi bencana. Iwan 2009 mengungkapka bahwa strategi adaptasi aktif merupakan adaptasi yang mengutamakan segala potensi diri atau optimalisasi sumber daya manusia dalam menghadapi lingkungan. Sehingga aktivitas-aktivitas yang biasanya dijalankan sehari- hari bisa berubah sesuai dengan kondisi lingkungan. b. Aktivitas masyarakat untuk mengurangi resiko dampak terjadinya banjir seperti yang di ungkapkan oleh informan sebagai berikut: Nyegah banjer mek siji. Bayang iki diunggahno, terus diganjel kumbung siji. Munggah maneh diganjel kumbung loro. Lek ganjel wes keduwuren. Di jagak-i. Iku misale banjer terus ndelusup ora iso iku baru wes ngaleh . Terjemah: Banjir antisipasinya satu, tempat tidur dinaikkan, diganjal dengan satu batu. Jika air semakin tinggi, diganjal lagi dengan dua batu. Kalau ganjal sudah terlalu tinggi, maka akan diberi tiang. Seandainya banjir terus dan sudah tidak bisa masuk rumah maka baru pindah. Wawancara dengan informan Bapak Udiyanto. Aktivitas masyarakat demi mengurangi resiko terjadinya banjir yakni dengan cara 1 meninggikan perlengkapan dan peralatan rumah tangga dengan beberapa teknik seperti, memberikan tumpuhan pada tempat tidur, meja, kursi, dan lain-lain agar lebih tinggi, serta menempatkan barang-barang di bagian yang lebih tinggi. 2 Meninggikan rumah bagi warga yang mampu 2 Adaptasi pasif Adaptasi secara pasif menurut Gerungan 1996 adalah mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan sifatnya pasif autoplastis, misalnya seorang warga desa yang baru harus dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma dan nilai-nilai yang dianut masyarakat desa setempat. a. Masyarakat memahami fenomena akan terjadinya banjir dengan beberapa cara berdasarkan pengalaman sebelumnya. Hal ini juga sesuai yang diungkapkan oleh informan Bapak Surur yang menyatakan bahwa: Tondone banjer iku udan, lek udan terus iku langsung kenek banjer 304 Terjemah: Tandanya banjir hanya hujan, ketika hujan turun, hujan yang sering itu otomatis kena banjir . Wawancara dengan informan Bapak Surur selaku guru. Selain tanda di atas, masyarakat memahami akan datangnya bencana banjir melalui pengamatan waktu tanam. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Markumah yakni: Ulan papat teko iku wes mulai kate tandur, nah biyen ora ono wong iso tandur ngenteni banyu mundur, nek apan banyu mundur kasatan ora iso tandur. Sak iki enak ono areal desel . Terjemah: Bulan empat datang itu sudah mulai menanam padi. Kalau dulu tidak ada yang bisa menanam padi soalnya nunggu air surut, kalau air sudah surut tidak bisa menanam padi. Sekarang mudah mengambil air karena ada desel alat penyedot air. Wawancara dengan informan Ibu Markumah sekaligus warga yang terkena banjir Makna ungkapan dari informan di atas menandakan bahwa masyarakat memahami datangnya banjir melalui perhitungan bulan tanam yang menyatakan bahwa pada bulan 4 sudah mulai siap-siap musim tanam karena air sudah mulai surut. Pada bulan sebelumnya tentu air masih terlalu tinggi dan masih kemungkinan akan terjadinya banjir. Masyarakat memahami dengan perkiraan bulan yang sering terjadi banjir. Biasanya banjir mulai terjadi antara bulan oktober hingga januari. Hal ini juga berdasarkan kalender musim Desa Pelangwot. b. Mengurangimenekan pengeluaran kebutuhan konsumsi sehari-hari ketika terjadi banjir Ketika bencana banjir terjadi, masyarakat berusaha menekan kebutuhan sehari-hari agar dapat bertahan selama bencana banjir. Hal ini sesuai ungkapan Ibu Ahsana seperti kalimat di bawah ini: Yoo hemat, lah piye mane kanggo kebutuhan sesok . Ora tuku seng aneh-aneh. Terjemah: Ya hemat, mau gimana lagi buat kebutuhan yang akan datang. Tidak beli yang tidak perlu. Wawancara dengan informan Ibu Ahsana Penekanan pengeluaran merupakan strategi yang bersifat pasif, yaitu mengurangi pengeluaran keluarga misalnya pengeluaran biaya untuk sandang, pangan, biaya sosial, transportasi, kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan sehari-hari lainya. Seperti yang dikemukakan Scoot 1981 yang mengatakan bahwa kehidupan ekonomi masyarakat petani korban banjir meletakkan landasan etika subsistensi atas dasar pertimbangan prinsip safery frist dahulukan selamat. 305

2. Adaptasi sosial 1 Sistem kekerabatan

Dokumen yang terkait

BENTUK KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI TEKTONIK DI DESA DENGKENG Bentuk Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi Tektonik di Desa Dengkeng, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten.

0 3 15

PENDAHULUAN Bentuk Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi Tektonik di Desa Dengkeng, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten.

0 4 8

BENTUK KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI TEKTONIK DI DESA DENGKENG Bentuk Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi Tektonik di Desa Dengkeng, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten.

0 3 13

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

0 2 16

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI DESA NGOMBAKAN KECAMATAN Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Desa Ngombakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo.

1 14 16

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI DESA NGOMBAKAN KECAMATAN Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Desa Ngombakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo.

0 1 18

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN GANDEKAN KECAMATAN JEBRES Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Dikelurahan Gandekan Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

0 1 14

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI DESA LANGENHARJO KECAMATAN Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Desa Langenharjo Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.

0 4 13

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI DESA LANGENHARJO KECAMATAN GROGOL Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Desa Langenharjo Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo.

0 2 9

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN GANDEKAN Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Kelurahan Gandekan Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

0 1 13