Manajemen Modal Kerja dan Profitabilitas pada Perusahaan manufaktur Syariah dan Konvensional

MANAJEMEN MODAL KERJA DAN PROFITABILITAS
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
SYARIAH DAN KONVENSIONAL
(PERIODE 2007-2010)
SKRIPSI

Oleh
Ageng Satria Anugrah
NIM : 109081000094

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013 M / 1434 H

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I.

IDENTITAS PRIBADI

1.

Nama

: Ageng Satria Anugrah

2.

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 11 Mei 1990

3.

Alamat

: Jl. Kemital no.3 Blok E,
Perum. Ciputat Baru,
Ciputat,Tangerang Selatan.

II.


4.

Telepon

: 085779473615

5.

E-mail

: ageng.satria@gmail.com

PENDIDIKAN
1.

MI Madrasah Pembangunan IAIN Jakarta

Tahun 1996-2002

2.


SMPN 87 Jakarta

Tahun 2002-2005

3.

SMAN 87 Jakarta

Tahun 2005-2008

S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2009-2013

III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah

: Tri Djatmoko


2. Ibu

: Ety Sri Juhaeti

Alamat

: Jl. Kemital no.3 Blok E,
Perum. Ciputat Baru,
Ciputat, Tangerang Selatan

IV.

PENGALAMAN ORGANISASI
2012-2013

Staf Bidang Data dan Trading,
Lab. Pasar Modal FEB
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

vi


2011

Anggota Lingkar Studi Ekonomi Syariah (LiSEnSi)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2010-2011

Kepala Divisi Keuangan II,
Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2010-2011

Staf Divisi Keuangan
Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2010-2011

Staf Bidang Olahraga,
Badan Eksutif Mahasiswa Jurusan Manajemen

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

vii

WORKING CAPITAL MANAGEMENT AND PROFITABILITY IN
SYARIAH AND CONVENTONAL MANUFACTURING COMPANY
(THE PERIODE 2007-2010)
Ageng Satria Anugrah
Abstract
This study aimed to anylyze the differences and the effect of working capital
management on profitability index in Islamic and conventional manufacturing
company. Total of 23 companies from Chemical and Basic Industry Sector listed in
Indonesian Stock Exchange has taken as sample. The study was conducted in the period
of 2007 to 2010. Difference t-test was used to determine differences in the cash
conversion cycle, current assets and debt-to-asset ratio, and return on assets between
Islamic and conventional firms in the alpha 5%. While multiple regression is used to
determine the effect of the cash conversion cycle, current assets and debt-to-asset ratio
on return on assets with a 95% confidence level.The t-test result shows that return-onasset, current ratio, and debt-to-asset ratio in Islamic and conventional firms are
significantly different. Islamic companies have a higher level of profitability despite
having a higher current ratio position then conventional firms. Islamic firms also have

a lower debt ratio than conventional because such regulations specify. While the results
of the regression analysis in Islamic firms showed variable DAR have a negative impact
on ROA with a significance value of 0.018 which is smaller than alpha 0.05 so that the
effect is statistically significant. Whereas in conventional firms, cash conversion cycle
and debt-to-asset ratio was found negatively related to the return on asset value and
significance to CCC DAR 0.035 and 0.000 is less than the alpha 0.05 so we can
conclude the effect is significant. Thus, the criteria sharia company is proven to cause
the company is able to manage working capital well and create high profit.
Keywords : working capital management, profitability, Islamic and conventional firms.

viii

MANAJEMEN MODAL KERJA DAN PROFITABILITAS PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR SYARIAH DAN KONVENSIONAL (PERIODE
2007-2010)
Ageng Satria Anugrah
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan dan pengaruh manajemen
modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur syariah dan
konvensional. Sebanyak 23 perusahaan manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia

yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dijadikan sampel. Penelitian ini dilakukan
pada periode tahun 2007 sampai 2010. Uji beda t-test digunakan untuk mengetahui
perbedaan cash conversion cycle (CCC), current ratio (CR) dan debt-to-asset ratio
(DAR), antara perusahaan syariah dan konvensional pada alfa 5%. Sedangkan regresi
berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh CCC, CR dan DAR terhadap ROA
dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil uji beda t-test menunjukkan nilai signifikansi
CR dan DAR adalah sebesar 0.000 lebih kecil dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa CR dan DAR antara perusahaan syariah dan konvensional adalah berbeda.
Perusahaan syariah memiliki posisi current ratio yang lebih tinggi dibanding dengan
perusahaan konvensional. Perusahaan syariah juga memiliki rasio hutang yang lebih
rendah karena adanya peraturan yang mengatur batas tingkat hutang yang
diperbolehkan. Sedangkan hasil analisis regresi perusahaan syariah menunjukkan
variabel DAR memiliki pengaruh negatif terhadap ROA dengan nilai signifikansi
sebesar 0.018 lebih kecil dari derajat kesalahan 0.05 sehingga secara statistik
pengaruhnya adalah signifikan. Sementara diperusahaan konvensional, cash conversion
cycle dan debt-to-asset ratio ditemukan berhubungan negatif dengan return on asset
nilai signifikansi untuk CCC dan DAR adalah 0.035 dan 0.000 lebih kecil dari derajat
kesalahan 0.05 sehingga dapat disimpulkan pengaruhnya adalah signifikan. Dengan
demikian, kriteria perusahaan syariah terbukti menyebabkan perusahaan mampu
mengelola modal kerja dengan baik dan menciptakan profit yang tinggi.

Kata kunci : manajemen modal kerja, profitabilitas, perusahaan syariah dan
konvensional.

ix

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimphakan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana
Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada bidang studi
Manajemen Keuangan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Skripsi ini berjudul “Manajemen Modal Kerja dan Profitabilitas pada Perusahaan
Manufaktur Syariah dan Konvensional”. Tujian penelitian ini adalah untuk
menganalisis perbedaan dan pengaruh manajemen modal kerja pada perusahaan
manufaktur syariah dan konvensional. Penelitian ini juga didorong keinginan penulis
umtuk membuktikan bahwa konsep sistem ekonomi syariah lebih baik dari sistem
ekonomi yang eksis secara luas saat ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak yang telah yang telah memberikan dukungan, bantuan,

doa, serta semangat. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada :
1. Kedua orang tua, Ety Sri Juhaeti dan Tri Djatmoko. Dan kakak, Dipta Rizky
Satwika.
2. Prof Dr. Abdul Hamid, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta beserta seluruh jajarannya.
3. Suhendra, S.Ag., MM., selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh jajarannya.
4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, selaku Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan Dosen Pembimbing I.
5. Amalia, SE., MSM., Selaku Dosen Pembimbing II dan Pembimbing Akademik.
6. Keluarga Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
sahabat-sahabat, dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

x

Semoga dengan segala kebaikan dan bantuan dari semua pihak yang telah diberikan
kepada penulis akan mendapat balasa pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Amin.
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih jauh dari kriteria penelitian yang sempurna. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya, dan pembaca serta peneliti selanjutnya.

Jakarta, Juni 2013

Penulis

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................

i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ...........................................................

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .............................

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .............................................

iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .....................

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................

vi

ABSTRACT .. ................................................................................................... viii
ABSTRAK ....................................................................................................

ix

KATA PENGANTAR ....................................................................................

x

DAFTAR ISI ................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii
BAB I

BAB II

PENDAHULUAN ........................................................................

1

A. Latar Belakang .........................................................................

1

B. Perumusan Masalah .................................................................

8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................

9

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 10
A. Landasan Teori ........................................................................ 10
1. Keuangan Islam ................................................................. 10
2. Perbedaan Entitas Bisnis Syariah dan Konvensional ........ 12
3. Pasar Modal Syariah .......................................................... 15
4. Saham Syariah ................................................................... 16
5. Modal Kerja ....................................................................... 18
6. Manajemen Modal Kerja ................................................... 19
7. Profitabilitas....................................................................... 21
8. Cash Conversion Cycle ..................................................... 21

xii

9. Inventories Turn Over Period............................................ 22
10. Average Collection Period ............................................... 24
11. Payable Deferral Period .................................................. 25
12. Current Ratio .................................................................... 25
13. Debt Ratio ......................................................................... 26
B. Penelitian Terdahulu ................................................................ 26
C. Kerangka Berpikir .................................................................. 30
D. Hipotesis ................................................................................. 32
1. Hipotesis untuk Uji Beda ....................................................... 32
2. Hipotesis untuk Regresi Perusahaan Syariah ...................... 33
3. Hipotesis untuk Regresi Perusahaan Konvensional............ 34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 35
A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 35
B. Metode Penentuan Sampel ...................................................... 37
C. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 39
D. Metode Analisis Data ............................................................. 40
1. Jenis Penelitian .................................................................. 40
2. Uji Beda:Independent Sample ........................................... 41
3. Uji Regresi Berganda......................................................... 43
a. Uji Asumsi Klasik ....................................................... 44
b. Ketepatan Model (Goodness of Fit) ............................ 51
E. Operasionalisasi Variabel ........................................................ 55

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................ 57
A. Gambaran Umum Objek Penelitan .......................................... 57
1. Pasar Modal Syariah .......................................................... 57
2. Sektor Manufaktur: Industri Dasar dan Bahan Kimia ....... 58
3. Deskriptif Variabel Penelitian ........................................... 59
a. Perkembangan Return on Asset (ROA) ....................... 59
b. Perkembangan Cash Conversion Cycle (CCC) ........... 60
c. Perkembangan Inventories Collection Period (ICP) .. 61

xiii

d. Perkembangan Average Collection Period (ACP) ..... 62
e. Perkembangan Payable Deferal Period (PDP) .......... 63
f. Perkembangan Current Ratio (CR) ............................ 64
g. Perkembangan Debt to Asset Ratio (DAR) ................ 65
B. Analisis dan Pembahasan ........................................................ 66
1. Uji Beda ............................................................................. 67
a. Uji Normalitas ............................................................. 67
b. t-Test Independent ....................................................... 68
2. Analisis Regresi Berganda................................................. 73
a. Analisis Regresi Berganda Kelompok Perusahaan
Syariah ......................................................................... 73
1) Uji Asumsi Klasik ................................................. 73
2) Model Regresi........................................................ 77
3) Uji F ....................................................................... 78
4) Uji Signifikansi Individual (Uji Statistik t) ........... 78
5) Uji Koefesien Determinasi (R2) ............................. 80
b. Analisis Regresi Berganda Kelompok Perusahaan Konvensional
1) Uji Asumsi Klasik .................................................. 81
2) Model Regresi........................................................ 90
3) Uji F ....................................................................... 90
4) Uji Signifikansi Individual (Uji Statistik t) ........... 91
5) Uji Koefesien Determinasi (R2) ............................. 92
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 96
A. Kesimpulan .............................................................................. 96
B. Saran ........................................................................................ 97

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 99
LAMPIRAN

xiv

DAFTAR TABEL
No.

Keterangan

Halaman

2.1

Perbedaan Proses Bisnis Perusahaan Syariah dan Konvensional ........

15

2.2

Ringkasan Penelitian Terdahulu .........................................................

29

3.1

Daftar Kelompok Perusahaan Syariah yang Dijadikan Sampel ...........

38

3.2

Daftar Kelompok Perusahaan Konvensional yang Dijadikan Sampel .

38

3.3

Bentuk Transformasi Data ..................................................................

46

3.4

Pengambilan Keputusan Uji Durbin-Watson ......................................

48

3.5

Definisi Operasional Variabel .............................................................

55

4.1

Perbandingan Return Saham Sektoral dengan IHSG...........................

59

4.2

Uji Normalitas untuk Uji Beda ............................................................

67

4.3

Uji Normalitas untuk Uji Beda Setelah Transformasi Data .................

68

4.4

Uji Normalitas Output Uji Beda Bagian Pertama ................................

69

4.5

Uji Normalitas Output Uji Beda Bagian Kedua ..................................

70

4.6

Ringkasan Hasil Uji Beda.. .................................................................

72

4.7

Deskriptif Statistik Normalitas Perusahaan Syariah ............................

73

4.8

Hasil Uji Autokorelasi Perusahaan Syariah .........................................

75

4.9

Hasil Uji Multikolinieritas Perusahaan Syariah...................................

76

4.10

Uji F Perusahaan Syariah ...................................................................

78

4.11

Model Regresi Perusahaan Syariah ....................................................

78

4.12

Uji t Perusahaan Syariah ...................................................................

78

4.13

Uji Koefesien Determinasi Perusahaan Syariah ................................

80

4.14

Deskriptif Statistik Normalitas Perusahaan Konvensional ..................

82

4.15

Deskriptif Normal P-Plot Perusahaan Konvensional Setelah
Transformasi Data............. ..................................................................

85

4.16

Hasil Uji Autokorelasi Perusahaan Konvensional ...............................

87

4.17

Hasil Uji Autokorelasi Perusahaan Konvensional Setelah
Transformasi Data .............. ................................................................

89

4.18

Hasil Uji Multikolinieritas Perusahaan Konvensional .........................

90

4.19

Model Regresi Perusahaan Konvensional ...........................................

91

4.20

Uji F Perusahaan Konvensional ..........................................................

92

xv

4.21

Uji t Perusahaan Konvensional ...........................................................

92

4.22

Uji Koefesien Determinasi (R2) Perusahaan Konvensional .................

94

4.23

Ringkasan Hasil Analisis Regresi .......................................................

95

xvi

DAFTAR GAMBAR
No.

Keterangan

Halaman

1.1

Grafik Perbandingan Kinerja Indeks Syariah dan Konvensional........

2.1

Perbedaan Proses Bisnis Perusahaan Syariah dan Konvensional........ 13

2.2

Ilustrasi Cash Conversion Cycle ........................................................

22

2.3

Kerangka Pemikiran......... .................................................................

31

3.1

Bentuk Histogram Normalitas......... ..................................................

45

4.1

Grafik Perkembangan ROA pada Perusahaan Syariah dan
Konvensional.............. .......................................................................

4.2

64

Grafik Perkembangan CR pada Perusahaan Syariah dan
Konvensional.............. .......................................................................

4.7

63

Grafik Perkembangan PDP pada Perusahaan Syariah dan
Konvensional.............. .......................................................................

4.6

62

Grafik Perkembangan ACP pada Perusahaan Syariah dan
Konvensional.............. .......................................................................

4.5

61

Grafik Perkembangan ICP pada Perusahaan Syariah dan
Konvensional.............. .......................................................................

4.4

60

Grafik Perkembangan CCC pada Perusahaan Syariah dan
Konvensional.............. .......................................................................

4.3

2

65

Grafik Perkembangan DAR pada Perusahaan Syariah dan
Konvensional.............. .......................................................................

66

4.8

Grafik Normal P-Plot Perusahaan Syariah.........................................

73

4.9

Grafik Scatter Plot Perusahaan Syariah ............................................

77

4.10

Grafik Normal P-Plot Perusahaan Konvensional .............................

81

4.11

Grafik Histogram Perusahaan Konvensional ....................................

83

4.12

Grafik Normal P-Plot Perusahaan Konvensional Setelah

4.13

Transformasi Data............. ................................................................

83

Grafik Scatter plot Perusahaan Konvensional ..................................

89

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

: Daftar Perusahaan Manufaktur

Lampiran 2

: Data Penelitian

Lampiran 3

: Output SPSS Uji Beda

Lampiran 4

: Output SPSS Regresi Berganda Perusahaan Syariah

Lampiran 5

: Output SPSS Regresi Berganda Perusahaan Konvensional

Lampiran 7

: Tabel dl-du

xviii

BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang Masalah
Krisis kredit dan krisis ekonomi baru-baru ini, sekali lagi menyoroti
kerapuhan dari sistem ekonomi kapitalisme. Krisis kredit macet pada tahun
2007/2008 menyebabkan kepanikan dan gejolak pada pasar keuangan dan
menyebabkan bubble pasar properti Amerika Serikat pecah. Sehingga krisis
tersebut mengancam dunia dengan resesi ekonomi global, dan berpotensi
menghentikan pertumbuhan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan untuk
ekonomi barat serta berpotensi merugikan ekonomi dunia sebesar 1 triliun
dolar AS. (Boeari dan Guiso, 2008). Krisis kredit yang di ikuti krisis ekonomi
global pun akhirnya menuntut untuk pencarian sistem ekonomi alternatif.
Praktik bisnis Islam pun bangkit menjadi sebuah sistem ekonomi yang
lebih kebal dari krisis. Sebagai contoh, di Indonesia, terbukti bahwa kinerja
indeks saham berlabel syariah memiliki kinerja yang lebih baik ketika indeks
pada umumnya masih terhamabat sentimen negatif dari krisis amerika dan
eropa. Pada tahun pertama kinerja indeks saham syariah Indonesia (ISSI)
mampu tumbuh sebesar 10.92%. Begitu pula dengan Jakarta Islamic Index
(JII) mampu tumbuh

sebesar 6.85%. Pertumbuhan tersebut berhasil

melampaui indeks harga saham gabungan (IHSG) yang ada di titik 7,23%
pada periode yang sama.

1

Gambar 1.1
Grafik Perbandingan Kinerja Indeks Syariah dan Konvensional

(Sumber: www.infovesta.com)
Meski demikian, indeks ini masih tergolong cukup baru, oleh karena itu, masih
terlalu cepat untuk memutuskan apakah ISSI akan lebih baik dari indeks lainnya
dalam jangka panjang. Dan mengingat indeks ini hanya memasukkan emiten
dengan rasio hutang yang di bawah 45% dan berbasis syariah, tentu akan menjadi
suatu topik penelitian yang menarik di masa yang akan datang jika ternyata dalam
jangka panjang, kinerja Indeks ini tetap dapat mengalahkan kinerja indeks lainnya
secara umum. Sebab secara tidak langsung hal ini membuktikan bahwa emiten
de ga rasio huta g lebih re dah da bis is ya g halal ter yata

e iliki ki erja

2

yang lebih baik dibandingkan IHSG secara umum. Namun tentu, hipotesis ini masih
membutuhkan waktu untuk dibuktikan lagi kebenarannya (Rudiyanto, 2011)

Perkembangan Islamic Finance merupakan representasi masuknya
hukum-hukum religius dalam wilayah kehidupan komersial. Islamic finance
menentang hukum komersial sekuler yang diperasumsikan lebih efesien dan
superior, menentang hukum komersial yang memisahkan dari pertimbangan
religius dan kepatuhan atas jajarannya (Rodoni, 2009:26). Namun, pada
kenyataannya keadaan dunia bisnis saat ini masih berada di bawah sistem
kapitalisme yang tak terkendali dan tentunya masih jauh dari cita-cita Islam.
Oleh karena itu, bentuk entitas bisnis yang memiliki label syariah akan
lebih baik jika mengikuti bentuk bisnis yang telah dipraktikan kebanyakan
entitas bisnis (konvensional) lainnya selama ini. Namun tetap pada garis
perbedaannya yang terletak pada nilai-nilai prinsip dan aturan-aturan dasar
mengenai esensi aktifitas bisnis. Kombinasi bentuk entitas bisnis modern dan
aturan dan nilai-nilai islami merupakan aspek penting yang harus
dipertimbangkan oleh semua entitas bisnis syariah. Untuk itu, meraka tidak
hanya harus mengikuti prinsip-prinsip islam, namun juga membentuk diri
mereka sendiri dalam model yang diterima oleh bisnis moderen, tentu tanpa
harus mengkompromikan nilai-nilai dan prinsip dasar syariah. Hal tersebut
harus dilakukan oleh semua entitas bisnis yang berlabel syariah seperti
misalnya ; Bank Syariah, Asuransi Syariah, Pasar Modal Syariah, dan
Institusi non-finansial dan perusahaan Syariah lainnya. Model bisnis yang
sesuai kriteria syariah-serupa dengan entitas bisnis konvensional- harus fokus

3

paling tidak kepada lima aspek entitas bisnis ; fungsi manajemen, proses
bisnis, budaya organisasi (perusahaan), tata kelola perusahaan, dan tanggung
jawab sosial perusahaan. Kemudian aspek-aspek tersebut dikombinasikan
dengan nilai-nilai dan aturan syariah. Dalam setiap aktifitas dalam proses
manajemen bisnis, ada beberapa aspek yang ditekankan dalam prinsip
syariah. Aspek-aspek tersebut antara lain; pembiayaan, pemasaran, sumber
daya manusia, manajemen operasi. Dimana aspek-aspek tersebut harus
mengikuti aturan syariah yang disebut Fiqh Muamalah. Fiqh Muamalah
adalah hukum Islam yang mengatur hunbungan antara manusia dan semua
tindakan mereka dalam berinteraksi satu sama lain (semua diperbolehkan
kecuali ada ketentuan yang melarang). Ruang lingkup fiqh muamalah
meliputi antara lain , hukum yang berkaitan dengan semua aspek kehidupan
manusia serta hukum yang terkait aktifitas keuangan (Febianto, 2011:1-19).
Penelitian ini mencoba untuk mengkaji dan membandingkan bagaimana
kinerja perusahaan-perusahaan publik pada sektor manufaktur, baik yang
memenuhi kriteria syariah maupun yang masih berbasis konvensional.
Semua entitas bisnis atau perusahaan, baik syariah maupun konvensional
pasti melakukan manajemen keuangan. Dalam hukum syariah, diperbolehkan
semua jenis transaksi keuangan kecuali untuk beberapa elemen yang
mengandung riba (bunga dan semua margin yang tidak dibenarkan), maysir
(perjudian), dan gharar (ketidakpastian atau ketidak-jelasan). Hal ini wajib
dipatuhi bagi badan usaha untuk menggunakan dana yang halal. Perusahaan
tentu membutuhkan modal untuk menjalankan bisnisnya. Dalam bisnis

4

konvensional, biasanya perusahaan menggunakan sumber dana yang
megandung bunga di dalamnya. Hal tersebut dilarang oleh Islam karena
sifatnya yang merusak (Febianto,2011: 5).
Dalam manajemen keuangan, modal kerja merupakan salah satu aspek
keuangan yang paling mempengaruhi keberlangsungan operasi perusahaan.
Pengelolaan modal kerja yang tepat dapat menghindarkan perusahaan dari
kebangkrutan dan menentukan baik buruknya kinerja perusahaan. (Raheman,
et al. 2010: 414).
Preve dan Sarria-Allende (2010: 15) mendefinisikan modal kerja adalah
Modal dikurangi aset tetap , atau dalam konsep jangka pendek, modal kerja
adalah uang atau kas (aset likuid) yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan
yang timbul karena kewajiban lancar. Oleh sebab itu modal kerja harus
dikelola dengan baik. Manajemen

modal kerja adalah kegiatan yang

mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka
pendek perusahaan yang terdapat dalam perusahaan agar mampu membiayai
pengeluaran atau operasi perusahaan.Manajemen Modal Kerja meliputi tata
usaha aset lancar perusahaan - termasuk kas dan surat berharga, piutang, dan
persediaan-

dan pembiayaan, terutama kewajiban lancar, yang perlu di

penuhi oleh aset lancar.
Untuk itu, manajemen modal kerja di berbagai jenis perusahaan menjadi
penting untuk beberapa alasan, misalnya ; Pertama, aset lancar untuk
perusahaan yang bergerak pada sektor manufaktur dan distribusi meliputi dari
setengah total asetnya bahkan lebih. Kedua, bagi perusahaan kecil yang tidak

5

memiliki akses terhadap modal jangka panjang, liabilitas lancar menjadi
sumber pembiayaan yang utama. Dan ketiga, bagi perusahaan besar yang
sedang berkembang juga banyak yang memanfaatkan pembiayaan jangka
pendek untuk membiyai pertumbuhannya. (Horne dan Wachowiz, 2008:206)
Telah banyak peneliti yang mengkaji pengaruh manajemen modal kerja
terhadap profitabilitas dari berbagai pandangan di berbagai sektor. Beberapa
diantaranya sanagat menarik dan berguna untuk penelitan yang akan
dilakukan saat ini.
Ganesan (2007) menganalisis efesiensi manajemen modal kerja pada
industri peralatan telekomunikasi. Studinya menemukan bahwa days of
working capital (serupa cash coversion cycle) memiliki hubungan yang tidak
siginifikan terhadap income atau pendapatan. Sementara Quayyum (2011)
dalam studi nya menemukan bahwa cash conversion cycle dan quick ratio
berpengaruh negatif terhadap profitabilitas perusahaan, sedangkan interest
coverage ratio berpengaruh positif.
Ching, et al. (2011) melakukan studi untuk mengetahui hubungan antara
manajemen modal kerja dan profitabilitas pada perusahaan-perusahaan yang
terdaftar di bursa efek Brazil. Dalam penelitiannya, profitabilitas sebagai
variabel terikat diukur dengan tiga cara berbeda yaitu menggunakan Return in
Sales (ROS), Return on Assets (ROA), Retrun on Equity (ROE). Dan variabel
bebasnya adalah Cash Conversion Cycle (CCC), Debt Ratio, Days of
Working Capital, Days of Receivable, dan

Days of Inventories. Hasil

6

studinya menggunakan regresei linear berganda mengemukakan bahwa CCC
dan Debt Ratio memeliki hubungan negatif terhadap Profitabilitas.
Owalabi dan Alu (2012) melakukan studi serupa terhadap sektor
manufaktur di India, dengan menguji hubungan antara Inventories
Conversion Periode (ICP) , Cash Conversion Periode (CCP – serupa dengan
CCC), Debtors Collection Period (DCP), dan Creditors Payment Periode
(CPP)

dengan profitabiltas perusahaan (Return on Asset) pada sektor

manufaktur yang terdaftar pada Nigeria Stock Exchange. Hasilnya adalah
ICP,CCC, dan DCP memiliki pengaruh negatif terhadap ROA.
Studi hubungan antara manajemen modal kerja dengan profitabilitas pada
sektor fast moving consumer goods (FCMG) juga pernah dilakukan oleh
Bagachi dan Khamrui (2012) dalam kurun waktu 2001-2010. Variabel
independen yang digunakan adalah CCC, Interest Coverage Ratio (ICR),
Debt To Equity Ratio (DER), Age of inventory (sama dengan Days of
inventories dan ICP), Age of Debtor (AD), dan Age of Creditor (AC). Dan
Return on Asset digunakan sebagai pengukur profitabilitas. Ternyata CCC
dan DER secara parsial memiliki hubungan negatif terhadap ROA.
Sutanto dan Pribadi (2012) meneliti pengaruh modal kerja terhadap
profitabilitas pada satu perusahaan pribadi yang tergolong dalam sektor
Usaha Kecil dan Menengah (UMKM). Mereka menggunakan Current Ratio,
Recievable Turnover, dan Networking Capital Turnover sebagai variabel
independen, dan ROA sebagai variabel dependen. Penelitian tersebut

7

membuktikan bahawa secara simultan, variabel-variabel bebas tersebut
berpengaruh positif secara simultan terhadap profitabilitas.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dilihat
bahwa sistem ekonomi syariah belakangan ini berkembang sangat pesat dan
dipredikisi mampu menjadi sistem ekonomi alternatif. Namun, penelitian
yang dilakukan disektor keuangan syariah, khususnya yang terkait dengan
manajemen modal kerja, dirasakan masih sangat terbatas. Maka penulis
tertarik melakukan penelitian yang diberi judul :
”Manajemen Modal Kerja Dan Profitabilitas Pada Perusahaan
Manufaktur Syariah Dan Konvensional”
Terdapat beberapa perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian
terdahulu. Perbedaan tersebut terletak

pada metodologi penelitian,

perusahaan yang menjadi sampel penelitian, dan periode penelitian.
Metode analisis deskriptif, komparatif, dan kuantitatif dengan regresi
digunakan untuk menganalisis obyek penelitian yang dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu ; Perusahaan Syariah dan perusahaan konvensional. Sampel
dalam penelitian ini menggunakan perusahaan-perusahaan yang telah
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan periode penelitian yang dimulai
dari tahun 2007-2010. Periode tersebut dipilih karena adanya beberapa
keterbatasan yaitu ketersediaan laporan keuangan dan periode diterbitkannya
Daftar Efek Syariah oleh Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI).

8

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disajikan diatas dapat diketahui
bahwa modal kerja merupakan faktor penting atas tingkat profitabilitas suatu
perusahaan, sehingga masalah

dalam penelitian ini dirumuskan sebagai

berikut:
1. Apakah ada perbedaan manajemen modal kerja pada perusahaan syariah
dan perusahaan konvensional?
2. Bagaimana pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas
perusahaan syariah?
3. Bagaimana pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas
pada perusahaan konvensional?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian yang hendak
dicapai adalah :
1. Menganalisis ada atau tidaknya perbedaan manajemen modal kerja pada
perusahaan syariah dan perusahaan konvensional.
2. Menganalisis bagaimana pengaruh manajemen modal kerja terhadap
profitabilitas pada syariah.
3. Menganalisis bagaimana pengaruh manajemen modal kerja terhadap
profitabilitas pada perusahaam konvensional.
Sedangkan manfaat penelitian ini, antara lain :

9

1. Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
perusahaan khususnya pihak manajemen perusahaan tentang pengaruh
manajemen modal kerja terhadap proftabilitas perusahaan. Sehingga
diharapkan perusahaan dapat mengelola modal kerja dengan lebih efisien
agar mendapatkan profitabilitas yang tinggi. Dan pada akhirnya
memberikan kontribusi yang lebih baik pada perekonomian nasional.
2. Bagi Investor
Membantu investor dalam

melakukan keputusan investasi pada

perusahaan syariah dan atau konvensional.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya.
Memberikan referensi bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk
meneliti tentang pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas
dan pasar modal syariah, dan sebagai tambahan pengetahuan serta
menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama perkuliahan
yang diharapkan dapat dijadikan dasar penelitian–penelitian selanjutnya.

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Keuangan Islam
Rodoni (2009:26-27) menjelaskan, keuangan Islam merupakan
prinsip-prinsip kehidupan komersial keuangan yang didiverskasikan dari
epistomologi Islam. Pendekatan yang dapat dilakukan ada dua macam.
Pertama, disiplin yang memajukan alternatif-alternatif baru terhadapa
keuangan komersial konvensional. Disini dilakukan upaya kreatif
penafsiran ajaran agama untuk memajukan alternatif baru yang diyakini
dapat memberikan kemanfaatan lebih besar dengan tingkat mudharat yang
minimum. Pendekatan yang kedua adalah melakukan reevaluasi konsep
dan praktek keuangan dengan Fiqh. Dengan mempertanyakan dan menilai
apakah konsep dan praktek yang ada tersebut sejalan dengan syariah.
Penilaian akan jatuh pada penetepan halal, makruh, mubah, sunnah, atau
haram. Prinsip-prinsip dan petunjuk fundamental Al-Qur’an yang dapat
dibangun dalam tataran muamalah, khususnya dalam pembiayaan dan
investasi keuangan, antara lain :
a. Pembiayaan atau investasi hanya dapat dilakukan pada aset atau
kegiatan usaha yang halal, spesifik, dan bermanfaat.
b. Uang merupakan alat bantu pertukaran nilai, dimana pemilik harta
akan memperoleh bagi hasil dari kegiatan usaha tersebut, maka

11

pembiayaan atau investasi harus pada mata uang sama dengan
pembukaan kegiatan usaha.
c. Akad yang terjadi antara pemilik harta dengan emiten harus jelas.
d. Baik pemilik harta maupun emiten tidak boleh mengambil resiko yang
melebihi kemampuannya dan menimbulkan kerugian.
e. Penekanan pada mekanisme yang wajar dan prinsip kehati-hatian baik
pada investor maupun emiten.
2. Perbedaan Entitas Bisnis Syariah dan Konvensional (Febianto, 2011)
Bisnis syariah dapat didefinisikan sebagai semua aktifitas bisnis
yang tidak terbatas (dari segi kuantitas) kepemilikannya barang atau jasa
termasuk keuntungan, tetapi dapat dibatasi dalam hal cara mendapatkan
dan menggunakannya (menurut hukum syariah). Dalam Syariah, kekayaan
didefinisikan sebagai barang dan jasa yang dapat digunakan oleh manusia
dalam kehidupannya yang sesuai dengan hukum syariah.
Hukum Syariah dalam Islam adalah nilai inti yang menjadi
pedoman, strategis sertataktis, untuk organisasi bisnis. Dengan bimbingan
Syariah, bisnis adalah untuk mendapatkan empat hal utama:
a. Target hasil: profit-materi dan manfaat-nonmaterial,
b.

Pertumbuhan,

c.

kontinuitas,

d.

Rahmat Allah
Bisnis Islam yang didasari oleh hukum Syariah cukup jauh berbeda

dengan

bisnis

konvensional,

dalam

hal

cara

mendapatkan

dan

12

menggunakan kekayaan. Bisnis konvensional, dengan fondasi sekularisme
nya,

tidak

memperhatikan

hukum

syariah

disetiap

perencanaan,

pelaksanaan, dan semua usaha dalam mencapai tujuan bisnis. Namun
demikian, bisnis syariah harus membentuk diri mereka sendiri dalam
model

yang

diterima

oleh

bisnis

moderen,

tentu

tanpa

harus

mengkompromikan nilai-nilai dan prinsip dasar syariah. Model bisnis
yang sesuai kriteria syariah harus fokus paling tidak kepada lima aspek
entitas bisnis yang eksis yaitu ; fungsi manajemen, proses bisnis, budaya
organisasi (perusahaan), tata kelola perusahaan, dan tanggung jawab sosial
perusahaan. Kemudian aspek-aspek tersebut dikombinasikan dengan nilainilai dan aturan syariah.
Gambar 2.1

Perbedaan Proses Bisnis Perusahaan
Syariah dan Konvensional

(Sumber: Febianto,2011:7)

Dalam setiap aktifitas dalam proses manajemen bisnis, ada
beberapa aspek yang ditekankan dalam prinsip syariah. Aspek-aspek
13

tersebut antara lain; pembiayaan, pemasaran, sumber daya manusia,
manajemen operasi. Dimana aspek-aspek tersebut harus mengikuti aturan
syariah yang disebut Fiqh Muamalah. Fiqh Muamalah adalah hukum
Islam yang mengatur hunbungan antara manusia dan semua tindakan
mereka dalam berinteraksi satu sama lain (semua diperbolehkan kecuali
ada ketentuan yang melarang). Ruang lingkup fiqh muamalah meliputi
antara lain , hukum yang berkaitan dengan semua aspek kehidupan
manusia serta hukum yang terkait aktifitas keuangan. Perbedaan mendasar
dari proses manajemen bisnis entitas syariah dengan non-syariah
(konvensional) dapat di rangkum sebagai berikut :
Tabel 2.1
Perbedaan Proses Bisnis
Perusahaan Syariah dan Konvensional
Syariah (Islami)

Proses

Non-Syariah (Konvensional)

Bisnis
Visi dan Misi organisasi

Manajemen Visi dan Misi organisasi

saling berhubungan dengan

Strategis

tujuan penciptaan manusia

hanya didasarkan pada
kepentingan materil semata.

di dunia.
Terjamin halal untuk semua

Manajemen Tidak aada jaminan halal

input, proses, dan output.

Operasi

untuk setiap input, proses, dan

Serta memprioritaskan

output. Memprioritaskan

produktifitas sesuai koridor

produktifitas berdasarkan

syar’i.

keutungan semata.

Jaminan halal untuk setiap

Manajemen Tidak ada jaminan halal untuk

input, proses, dan output

Keuangan

finansial nya.

setiap input, proses, dan
output finansial nya.

14

Pemasaran dilakukan di

Manajemen Tidak ada jaminan halal

koridor jaminan halal.

Marketing

Sumber daya manusia yang

Manajemen Sumber daya manusia yang

profesional dan memiliki

Sumber

profesional. Hanya

tanggung jawab kepribadian

Daya

bertanggung jawab pada

islami kepada diri sendiri,

Manusia

dirinya sendiri dan atasan.

dalam aktifitas pemasaran.

atasan, dan Allah SWT.
(Sumber :Adaptasi dari Yusonto dan Widjajakusuma. 2002, Menggagas
Bisnis Islami. Dalam Febianto, 2011)
3. Pasar Modal Syariah
Pasar modal syariah adalah kegiatan yang berhubungan dengan
perdagangan efek syariah perusahaan publik yang berkaitan dengannya,
dimana semua produk dan mekanisme operasionalnya berjalan tidak
bertentangan dengan hukum muamalat Islamiyah. Pasar modal syariah
juga dapat diartikan sebagai pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip
syariah.Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh investor
maupun emiten, yaitu :
a. Instrumen atau efek yang diperjualbelikan harus sejalan dengan prinsip
syariah, seperti saham syariah dan sukuk (obligasi syariah) yang
terbebas dari unsur riba (interest) dan gharar (ketidakpastian atau
ketidaklengkapan informasi yang tidak dapat kelola dan berpotensi
menimbulkan sengketa)
b. Emiten yang mengeluarkan efek syariah (perusahaan syariah), baik
berupa saham ataupun sukuk, harus meanaati semua aturan syariah,
maka produk dan jasa yang dihasilkan harus sesuai syariah.

15

c. Semua efek harus berbasis harta (aset) atau transaksi riil (‘ain), bukan
mengharapkan keuntungan dari kontrak hutang piutang.
d. Semua transaksi tidak mengandung ketidakjelasan yang berlebihan
(gharar) atau spekulasi murni.
e. Mematuhi semua aturan Islam yang berhubungan dengan hutangpiutang, seperti tidak dibenarkan jual-beli utang dengan cara diskon;
emiten tidak boleh menerbitkan efek untuk membayar kembali utang
(bai‟ad dain bi ad-dain), tidak boleh adanya

kompensansi yang

berdasarkan dari pemabaharuan utang (restructuring); dan tidak
dibenarkan melakukan jual beli masa datang (forward) untuk transaksi
valuta asing. (Rodoni,2009 : 63.)
4. Saham Syariah
Kriteria pemilihan saham syariah didasarkan kepada Peraturan
Bapepam & LK No. II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek
syariah, pasal 1.b.7. Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa Efek
berupa saham, termasuk HMETD syariah dan Waran syariah, yang
diterbitkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik yang menyatakan bahwa
kegiatan usaha serta cara pengelolaan usahanya dilakukan berdasarkan
prinsip syariah, sepanjang Emiten atau Perusahaan Publik tersebut:
a. Tidak melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam angka
1 huruf b Peraturan Nomor IX.A.13, yaitu:
Kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah
antara lain:

16

1) Perjudian dan permainan yang tergolong judi ;
2) Perdagangan yang dilarang menurut syariah, antara lain :
(a) perdagangan

yang

tidak

disertai

dengan

penyerahan

barang/jasa; dan
(b) perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu;
3) Jasa keuangan ribawi, antara lain:
(a) bank berbasis bunga; dan
(b) perusahaan pembiayaan berbasis bunga;
4) Jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar)
dan/atau judi (maisir), antara lain asuransi konvensional;
5) Memproduksi,

mendistribusikan,

memperdagangkan

dan/atau

menyediakan antara lain:
(a) barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi);
(b) barang atau jasa haram bukan karena zatnya (haram lighairihi) yang
(c) ditetapkan oleh DSN-MUI; dan/atau
6) melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah).
b. Memenuhi rasio-rasio keuangan sebagai berikut :
1) Total utang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total assets
tidak lebih dari 45% (empat puluh lima per seratus);
2) Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya
dibandingkan dengan total pendapatan usaha (revenue) dan

17

pendapatan lain-lain tidak lebih dari 10% (sepuluh per seratus.
(idx.co.id)
5. Modal Kerja
Modal kerja adalah jumlah dana yang diinvestasikan dalam aktiva
lancar setiap perusahaan untuk membiayai kegiatan operasinya sehari-hari.
Brigham dan Houston (2009:489) mengemukakan bahwa modal kerja
adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek, seperti kas,
sekuritas yang mudah dipasarkan, piutang usaha dan persediaan. Prevere
(2010:15) mendefinisikan modal kerja adalah Modal dikurangi aset tetap ,
atau dalam konsep jangka pendek, modal kerja adalah uang atau kas (aset
likuid) yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan yang timbul karena
kewajiban lancar.
Modal

kerja dapat dikalasifikasikan berdasarkan komponennya

(Horne dan Wachowicz, 2008: 206), yaitu kas, marketable securities,
piutang, dan persediaan. Sebagai tambahan, modal kerja juga dapat
dibedakan menurut waktu, yaitu permanen atau sementara. Modal kerja
permanen adalah jumlah aset lancar yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan jangka panjang minimum perusahaan. Sedangkan modal kerja
sementara, adalah jumlah aset lancar yang bervariasi sesuai kebutuhan
musiman
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modal kerja
adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek dalam bentuk kas,
sekuritas, piutang dan persediaan yang digunakan untuk memenuhi

18

kegiatan operasi perusahaan. Agar kegiatan operasi perusahaan berjalan
lancar, maka dibutuhkan modal kerja yang cukup, oleh sebab itu modal
kerja harus dikelola dengan baik.

6. Manajemen Modal Kerja
Merujuk kepada definisi yang dijelaskan oleh Horne dan Wachowicz
(2008:115), yang dimaksud sebagai manajemen modal kerja adalah usaha
dan kegiatan yg meliputi penetapan tujuan serta penetapan cara-cara
penyelenggaraan pembinaan mengenai aset lancar perusahaan dan
pembiayaan yang dibutuhkan untuk mendanai aset lancar tersebut.
Manajemen modal kerja merupakan salah satu faktor terpenting untuk
menjalankan kegiatan operasional yang sudah direncanakan , oleh sebab
itu modal kerja harus dikelola dengan baik. Manajemen Modal Kerja
meliputi tata usaha aset lancar perusahaan - termasuk kas dan surat
berharga, piutang, dan persediaan- dan pembiayaan, terutama kewajiban
lancar, yang perlu di penuhi oleh aset lancar. Hal-hal yang mendasari
manajemen modal kerja terletak pada dua isu keputusan yang mendasar
bagi perusahaan, yaitu :
a. Penentuan tingkat optimal dari investasi pada aset lancar.
b. Penentuan kombinasi yang tepat antara pembiayaan jangka pendek
dan jangka panjang yang digunakan untuk investasi pada aset lancar.
Keputusan-keputusan tersebut dipengaruhi oleh trade-off yang harus
dilakukan antara profitabilitas dan risiko. Penurunan investasi pada aset

19

lancar, sejauh masih dapat mendukung penjualan, akan mengakibatkan
peningkatan laba perusahaan pada total aset. Selama biaya pembiayaan
jangka pendek lebih rendah dari biaya pada pembiayaan jangka menengah
maupun panjang, semakin besar proporsi utang jangka pendek terhadap
total utang maka akan semakin besar profitabilitas perusahaan. Jika sebuah
perusahaan menggunakan pendekatan hedging, setiap aset akan diimbangi
dengan instrumen pembiayaan yang memiliki waktu jatuh tempo yang
sama. Aset jangka pendek atau musiman akan dibiayai dengan hutang
jangka pendek. Komponen permanen dari aset lancar dan aset tetap jangka
panjang akan dibiayai dengan hutang jangka panjang dan atau ekuitas
(Horne dan Wachowiz,2008: 206).
Secara umum, semakin lama jadwal jatuh tempo pembiayaan yang
digunakan oleh perusahaan, semakin rendah risiko yang dihadapi. Namun,
semakin lama waktu jatuh tempo, maka semakin mahal biaya pembiayaan
yang harus dibayarkan. Sebagai konsekuensinya, perusahaan harus
menghadapi trade-off antara risiko dan profitabilitas. Berapa jumlah aset
lancar yang harus dijaga dan bagaimana hal tersebut dibiayai adalah saling
interdependen. Karena keduanya saling ketergantungan, maka kedua hal
tersebut harus dipertimbangkan secara bersama-sama (Horne dan
Wachowiz,2005 : 115).
7. Profitabilitas
Brigham dan Houston (2009: 86) menjelaskan, profitabilitas
digunakan untuk mengukur suatu perusahaan dalam menghasilkan laba.
20

Profitabilitas memberikan informasi tentang cara perusahaan beroperasi
dan merupakan sarana yang diperlukan untuk bertumbuh serta menjaga
kelangsungan hidupnya.
Untuk mengetahui tingkat profitabilitas sebuah perusahaan, pada
umumnya dilakukan analisis terhadap terhadap laporan keuangannya.
Rasio profabilitas berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan aset, dan
modal saham yang tertentu. Ada tiga rasio yang sering dibicarakan, yaitu :
profit margin, return on total asset (ROA), dan return on total equity
(ROE). (Hanafi dan Halim, 2009: 83). Namun, menurut Bagchi dan
Khamrui (2012: 4), diantara alat ukur yang profitabilitas yang ada, ROA
adalah yang paling baik karena menghubungkan secara langsung antara
profitabilitas sebuah usaha denga basis total aset yang dimilikinya.
8. Cash Conversion Cycle (CCC)
Cash onversion cycle merupaka lamanya waktu uang terikat pada
modal kerja atau lamanya waktu antara membayar modal kerja dan
mengumpulkan uang tunai dari penjualan modal kerja (Brigham dan
Houston, 2009: 495). Sedangkan menurut Gitman ( (2012: 641), cash
conversion cycle (CCC) adalah lama waktu yang dibutuhkan sebuah
perusahaan umtuk mengkonversi kas yang diinvestasikan dalam
operasinya menjadi penerimaan kas sebagai hasil dari kegiatan operasinya.

21

Gambar 2.2
Ilustrasi Cash Conversion Cycle

(Sumber : Brigham dan Houston, 2009: 496)
Secara konsep, perusahan akan mendapatkan keuntungan dengan
mempercepat penerimaan kas dan memperlambat pengeluaran kas untuk
pembayaran utang. Perusahaan akan memperlambat pengeluaran kas atau
pembayaran utang. Perusahaan akan mempercepat penerimaan kas untuk
dapat menggunakan uang tersebut lebih cepat untuk meningkatkan
efesiensi yang pada akhirnya meningkatkan profitabilitas. Sebaliknya,
perusahaan berusaha menunda pembayaran hutang selama yang mereka
bisa tanpa harus menurunkan kepercayaan kreditor sehingga perusahaan
mampu meningkatkan manfaat kas yang telah didapatkan (Horne dan
Wachowiz, 2008: 223). Cash conversion period merupakan kombinasi
dari penjumlahan inventories conversion period dengan avarege collection
period dikurangi payable deferral period. Berdasarkan hasil penelitian,
Shin dan Sonen dalam Brigham dan Houston (2009: 498) mengemukakan
bahwa mempersingkat cash conversion cycle akan menghasilkan
profitabilitas yang lebih tinggi. Jika sebuah perusahaan menjual lebih

22

cepat, mengumpulkan piutang lebih cepat, dan membayar hutang lebih
lama tanpa mempengaruhi penjualan dan meningkatkan biaya operasional,
maka periode pengumpulan kas akan berkurang, biaya bunga akan
berkurang, biaya bunga akan dapat dikurangi dan profit akan meningkat.
9. Inventories Conversion Period (ICP)
Inventory merupakan sejumlah bahan atau barang yang disediakan
oleh perusahaan, baik berupa barang jadi, bahan mentah, maupun barang
dalam proses yang disediakan untuk menjaga kelancaran operasi
perusahaan guna memenuhi permintaan konsumen setiap saat. Tujuan
manajemen persediaan adalah mengelola perputaran persediaan secepat
mungkin tanpa menimbulkan resiko kekurangan persediaan yang akan
berpengaruh pada hilangnya penjualan (Gitman,2012: 642).Tingkat
persediaan yang optimal tergantung pada penjualan, jadi penjualan harus
diperkirakan

sebelum

menentukan

persediaan.

Kesalahan

dalam

menentukan persediaan akan menyebabkan kehilangan penjualan atau
menambah beban biaya untuk penyimpanan.. Sedangkan rata-rata waktu
yang dibutuhkan perusahaan untuk mengubah bahan mentah menjadi
barang jadi kemudian menjualnya disebut inventory conversion period
(Brigham dan Houston, 2009: 496).
Penelitian Owalabi dan Alu (2012) dan Ching, et al

(2011)

menemukan bahwa