Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota, ICOR, Investasi Terhadap Perekonomian Daerah Kota Tebing Tinggi

(1)

S

E K O L AH

P A

S C

A S A R JA

NA

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH

KOTA, ICOR, INVESTASI TERHADAP PEREKONOMIAN

DAERAH

KOTA TEBING TINGGI

TESIS

Oleh

MOCH ILHAM

NIM. 107018041/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH

KOTA, ICOR, INVESTASI TERHADAP PEREKONOMIAN

DAERAH KOTA TEBING TINGGI

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan pada Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

MOCH ILHAM

107018041/EP

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(3)

Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN

PEMERINTAH KOTA, ICOR, INVESTASI

TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH KOTA

TEBING TINGGI

Nama : MOCH ILHAM

Nomor Pokok : 107018041

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ramli, MS) (Prof. Dr. Syaad Afifuddin, M. Ec

Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof.Dr.Sya’ad Afifuddin, SE, M.Ec) (Prof.Dr.Ir.A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 15 Pebruari 2013

PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Prof. Dr. Ramli, MS

Anggota : 1. Prof. Dr. Syaad Afifuddin, M. Ec 2. Dr. Bastari, SE, MM

3. Dr. Tavi Supriana, M. Si


(5)

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH KOTA, ICOR, INVESTASI TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH

KOTA TEBING TINGGI”

PERNYATAAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Pebruari 2013 Penulis,


(6)

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH KOTA, ICOR, INVESTASI TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH

KOTA TEBING TINGGI ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Perekonomian Daerah Kota Tebing Tinggi dengan Tingkat Bunga, Tingkat Upah, Pengeluaran Pembangunan, Investasi, Pengeluaran Rutin, ICOR, dan Kesempatan Kerja. Metode analisis yang digunakan adalah analisis jalur, menggunakan data sekunder berupa data time series yang bersumber dari Badan Pusat Statistik, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Tebing Tinggi, dan sumber-sumber lainnya. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Pertumbuhan Tingkat Bunga, Tingkat Upah, Pengeluaran Pembangunan, Investasi, Pengeluaran Rutin, ICOR, dan Kesempatan Kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Perekonomian Daerah Kota Tebing Tinggi dan secara parsial pertumbuhan Tingkat Bunga berpengaruh positif namun tidak signifikan, Tingkat Upah berpengaruh positif dan signifikan, Pengeluaran Pembangunan berpengaruh positif namun tidak signifikan, Investasi berpengaruh positif dan signifikan, Pengeluaran Rutin berpengaruh negatif dan signifikan, ICOR berpengaruh negatif namun tidak signifikan, dan Kesempatan Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Perekonomian Daerah Kota Tebing Tinggi.

Kata Kunci : Tingkat Bunga, Tingkat Upah, Pengeluaran Pembangunan, Investasi, Pengeluaran Rutin, ICOR, Kesempatan Kerja, Perekonomian Daerah Kota Tebing Tinggi.


(7)

ANALYSIS OF CITY GOVERMENT EXPENDITURE, ICOR, INVESTMENT EFFECT TO

OF TEBING TINGGI CITY

THE REGIONAL ECONOMIC

ABSTRACT

This study aims to determine the relationship among the regional economic of Tebing Tinggi City with interest rate, wage rate, government’s development expenditure, investment, routine expenditure, ICOR and employment. The method of analysis used was path analysis with using secondary data time series which source from Central Statistics Agency, the Regional Development Planning Board of Tebing Tinggi City and other sources. Research shows that growth of interest rate, wage rate, government’s development expenditure, investment, routine expenditure, ICOR and employment simultaneously significant effect the regional economic of Tebing Tinggi City and partially growth of interest rate positive but not significant, wage rate positive and significant, government’s development expenditure positive but not significant, investment positive and significant, routine expenditure negative and significant, ICOR negative but not significant, employment positive and significant effect on the regional economic of Tebing Tinggi City.

Keywords : Interest Rate, Wage Rate, Government’s development expenditure, Investment, Routine expenditure, ICOR, Employment, and the regional economic of Tebing Tinggi City.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan rahmat dan hidayah-Nya Penulis dapat merampungkan tesis ini dengan judul

“Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota, ICOR, Investasi Terhadap Perekonomian Daerah Kota Tebing Tinggi”.

Selesainya penulisan tesis ini adalah karena berkat bimbingan dan arahan Bapak dan Ibu Dosen di Magister Ekonomi Pembangunan khususnya Bapak Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji dengan segenap kesabarannya, kesediaan waktunya, dedikasi dan pengabdiannya sekaligus buah pikir cemerlangnya.

Dalam mengikuti perkuliahan dan penulisan tesis ini, Penulis banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Kemudian daripada itu dikesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Bapak Prof.Dr.Ir.A. Rahim Matondang, MSIE Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Prof. Dr. Syaad Afifuddin, SE, M.Ec, Ketua Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan waktu serta arahan kepada penulis;

3. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS, Sekretaris Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan waktu serta arahan kepada penulis;


(9)

4. Bapak Dr. Bastari, SE, MM, Ibu Dr. Tavi Supriana, M. Si dan Bapak HB. Tarmizi, SU, sebagai Dosen Penguji;

5. Bapak dan Ibu dosen pengajar pada Magister Ekonomi Pembangunan. Terima kasih untuk semua ilmu yang telah diajarkan;

6. Rekan-rekan mahasiswa angkatan XIX Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang selalu mendukung dalam perkuliahan;

7. Seluruh Staf dan karyawan sekretariat Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT yang membalas kebaikan semuanya, Amin Ya Rabbal Alamin. Ketidaksempurrnaan tesis ini sangat Penulis sadari, dan menjadi harapan bagi Penulis agar tesis ini dapat bermanfaat. Apabila Pembaca mendapat manfaat dari tesis ini semata hanya karena Ridho, tuntunan dan petunjuk Allah SWT.

Medan, Pebruari 2013 Penulis


(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

N a m a : Moch Ilham

A g a m a : Islam

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Tempat/Tanggal lahir : Tebing Tinggi, 12 Nopember 1979

Jenis Kelamin : Laki-laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Nama Istri : Tri Ariyani, SE

Anak : Asyfa Shakirah

Nama Orangtua laki-laki : H. Husen Soekardi (Alm.) Nama Orangtua perempuan : Hj. Raudah Hanoum

Riwayat Pendidikan Formal :

1. Sekolah Dasar Negeri No. 164519 Tebing Tinggi Lulus Tahun 1991 2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tebing Tinggi Lulus Tahun 1994 3. Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Tebing Tinggi Lulus Tahun 1997 4. Sarjana Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Lulus Tahun

2004


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Landasan Teori ... 9

2.1.1. Pengeluaran Pemerintah ... 9

2.1.1.1. Teori Pengeluaran Pemerintah ... 9

2.1.1.2. Pengelompokan Pengeluaran Pemerintah ... 13

2.1.1.3. Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi ... 15

2.1.2. Investasi ... 17

2.1.2.1. Teori Investasi ... 17

2.1.2.2. Investasi dan Tingkat Bunga ... 19

2.1.2.3. Investasi dan Kesempatan Kerja ... 21

2.1.2.4. Investasi dan Tingkat Upah ... 22

2.1.2.5. Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi ... 24

2.1.3. ICOR (Incremental Capital Output Ratio ... 26

2.1.4. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) ... 28

2.1.4.1. Teori PDRB ... 28

2.1.4.2. Metode Penghitungan PDRB ... 28

2.2. Penelitian Sebelumnya ... 29

2.3. Kerangka Konseptual ... 34

2.4. Hipotesis Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 36

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 36

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 37


(12)

3.5.1. Koefisiean Determinasi (R2

3.5.2.Uji F (Uji Keseluruhan) ... 42 ) ... 42 3.6. Menyamakan Tahun Dasar PDRB perkapita atas Dasar Harga Konstan 2000 ... 46 3.7. Defenisi Operasional ... BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49

4.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah Kota Tebing Tinggi ... 49 4.1.1. Perkembangan PDRB di Kota Tebing Tinggi ... 51 4.1.2. Keadaan Perekonomian Daaerah ... 4.1.3. Perkembangan Tingkat Bunga di Kota Tebing Tinggi .... 55 4.1.4. Perkembangan Tingkat Upah di Kota Tebing Tinggi ... 57 4.1.5. Perkembangan Pengeluaran Pembangunan di Kota Tebing Tinggi ... 58 4.1.6. Perkembangan Investasi di Kota Tebing Tinggi ... 60 4.1.7. Perkembangan Pengeluaran Rutin di Kota Tebing Tinggi ... 62 4.1.8. Perkembangan ICOR di Kota Tebing Tinggi ... 64 4.1.9. Perkembangan Kesempatan Kerja di Kota Tebing Tinggi ... 65

4.2. Analisis Data67

4.2.1. Analisis Data Hasil Regresi Pengaruh Tingkat Bunga dan Tingkat Upah terhadap invetasi68 4.2.2. Analisis Data Hasil Regresi Pengaruh Investasi

terhadap Kesempatan Kerja ... 71 4.2.3. Analisis Data Hasil Regresi Pengaruh Tingkat

Bunga,Tingkat Upah, Pengeluaran Pembangunan, Investasi, Pengeluaran Rutin, ICOR dan

Kesempatan Kerja terhadap Perekonomian

Daaerah ... 74 4.3. Perhitungan Pengaruh ... 79 4.3.1. Direct Efect/Pengaruh Langsung79

4.3.1.1. Pengaruh Langsung Tingkat Bunga dan

Tingkat Upah terhadap invetasi ... 79 4.3.1.2. Pengaruh Langsung Investasi terhadap

Kesempatan Kerja ... 80 4.3.1.3. Pengaruh Langsung Tingkat Bunga,

Tingkat Upah, Pengeluaran Pembangunan, Investasi, Pengeluaran Rutin, ICOR dan Kesempatan Kerja terhadap Perekonomian Daaerah ...

4.3.2. Indirect Efect/Pengaruh secara tidak langsung ... 81 4.3.3. Pengaruh Total (Total Efect) ... 82 4.4. Pembahasan ... 83

4.4.1. Pembahasan Analisis Pengaruh Tingkat Bunga dan

Tingkat Upah terhadap invetasi ... 83 4.4.2. Pembahasan Analisis Pengaruh Investasi terhadap


(13)

4.4.3. Pembahasan Analisis Pengaruh Tingkat Bunga, Tingkat Upah, Pengeluaran Pembangunan, Investasi, Pengeluaran Rutin, ICOR dan

Kesempatan Kerja terhadap Perekonomian Daaerah ... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 93

5.1. Kesimpulan ... 5.2. Saran-saran ... 94 DAFTAR PUSTAKA ... 95


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor J udul Halaman

1.1. Pengeluaran Pembangunan dan Pengeluaran Rutin Kota Tebing Tinggi Tahun 2006-2010 (dalam Ribu Rupiah) ... 3 1.2. Perkembangan Investasi Kota Tebing Tinggi Tahun 2006-2010 ... 4 1.3. Perkembangan PDRB Kota Tebing Tinggi atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Tahun 2006-2010 ... 5 4.1. Perkembangan PDRB Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 ... 51 4.2. Perkembangan Tingkat Bunga Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 56 4.3. Perkembangan Tingkat Upah Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 . 57 4.4. Perkembangan Pengeluaran Pembangunan Kota Tebing Tinggi

Tahun 1983- 2010 ... 58 4.5. Perkembangan Investasi Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 ... 60 4.6. Perkembangan Pengeluaran Rutin Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 ... 62 4.7. Perkembangan ICOR Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 ... 64 4.8. Perkembangan Kesempatan Kerja Kota Tebing Tinggi Tahun

1983-2010 ... 66 4.9 Hasil Regresi Pengaruh Jumlah Tingkat Bunga dan Tingkat Upah

terhadap Invetasi ... 69 4.10. Hasil Regresi Hasil Regresi Pengaruh Investasi terhadap

Kesempatan Kerja ... 72 4.11. Hasil Regresi Pengaruh Tingkat Bunga, Tingkat Upah, Pengeluaran

Pembangunan, Investasi, Pengeluaran Rutin, ICOR dan Kesempatan Kerja terhadap Perkonomian Daaerah ... 75


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor J udul Halaman 2.1. Kerangka Konseptual ... 34 3.1. Kurva uji F-Statistik ... 43 4.1. Peta Kota Tebing Tinggi

4.2. Perkembangan PDRB Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010

4.3. Perkembangan Tingkat Bunga Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 56 4.4. Perkembangan Tingkat Upah Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 . 57 4.5. Perkembangan Pengeluaran Pembangunan Kota Tebing Tinggi

Tahun 1983- 2010 ... 59 4.6. Perkembangan Investasi Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 ... 61 4.7. Perkembangan Pengeluaran Rutin Kota Tebing Tinggi Tahun

1983-2010 ... 63 4.8. Perkembangan ICOR Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 ... 65 4.9. Perkembangan Kesempatan Kerja Kota Tebing Tinggi Tahun

1983-2010 ... 67 4.10. Hasil Analisis Diagram Jalur Analisis Pengaruh Tingkat Bunga,

Tingkat Upah, Pengeluaran Pembangunan, Investasi, Pengeluaran Rutin, ICOR dan Kesempatan Kerja terhadap PDRB Kota Tebing Tinggi ... 68


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor J udul Halaman

1 Data Penelitian ... 99

2 Data Penelitian dalam LN ... 100

3 Hasil Regresi Persamaan I ... 101

4 Hasil Regresi Persamaan II ... 104


(17)

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH KOTA, ICOR, INVESTASI TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH

KOTA TEBING TINGGI ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Perekonomian Daerah Kota Tebing Tinggi dengan Tingkat Bunga, Tingkat Upah, Pengeluaran Pembangunan, Investasi, Pengeluaran Rutin, ICOR, dan Kesempatan Kerja. Metode analisis yang digunakan adalah analisis jalur, menggunakan data sekunder berupa data time series yang bersumber dari Badan Pusat Statistik, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Tebing Tinggi, dan sumber-sumber lainnya. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Pertumbuhan Tingkat Bunga, Tingkat Upah, Pengeluaran Pembangunan, Investasi, Pengeluaran Rutin, ICOR, dan Kesempatan Kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Perekonomian Daerah Kota Tebing Tinggi dan secara parsial pertumbuhan Tingkat Bunga berpengaruh positif namun tidak signifikan, Tingkat Upah berpengaruh positif dan signifikan, Pengeluaran Pembangunan berpengaruh positif namun tidak signifikan, Investasi berpengaruh positif dan signifikan, Pengeluaran Rutin berpengaruh negatif dan signifikan, ICOR berpengaruh negatif namun tidak signifikan, dan Kesempatan Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Perekonomian Daerah Kota Tebing Tinggi.

Kata Kunci : Tingkat Bunga, Tingkat Upah, Pengeluaran Pembangunan, Investasi, Pengeluaran Rutin, ICOR, Kesempatan Kerja, Perekonomian Daerah Kota Tebing Tinggi.


(18)

ANALYSIS OF CITY GOVERMENT EXPENDITURE, ICOR, INVESTMENT EFFECT TO

OF TEBING TINGGI CITY

THE REGIONAL ECONOMIC

ABSTRACT

This study aims to determine the relationship among the regional economic of Tebing Tinggi City with interest rate, wage rate, government’s development expenditure, investment, routine expenditure, ICOR and employment. The method of analysis used was path analysis with using secondary data time series which source from Central Statistics Agency, the Regional Development Planning Board of Tebing Tinggi City and other sources. Research shows that growth of interest rate, wage rate, government’s development expenditure, investment, routine expenditure, ICOR and employment simultaneously significant effect the regional economic of Tebing Tinggi City and partially growth of interest rate positive but not significant, wage rate positive and significant, government’s development expenditure positive but not significant, investment positive and significant, routine expenditure negative and significant, ICOR negative but not significant, employment positive and significant effect on the regional economic of Tebing Tinggi City.

Keywords : Interest Rate, Wage Rate, Government’s development expenditure, Investment, Routine expenditure, ICOR, Employment, and the regional economic of Tebing Tinggi City.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Cita-cita mulia tersebut dapat diwujudkan melalui pelaksanaan pembangunan diantaranya pembangunan bidang perekonomian. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik menyatakan pertumbuhan ekonomi (untuk nasional/negara diukur dengan pertumbuhan PDB dan daerah dengan PDRB) bergantung pada perkembangan faktor-faktor produksi yaitu ; modal, tenaga kerja dan teknologi (Sukirno : 2005).

Sejalan dari itu maka pemerintah sebagai pemegang kekuasaan penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara mempunyai peranan penting dalam mencapai dan mewujudkan tujuan pembangunan. Peranan pemerintah dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan besar, yaitu: (1) peranan alokasi, mengusahakan agar alokasi sumber-sumber ekonomi dilaksanakan secara efisien; (2) peranan distribusi pendapatan atau kekayaan; dan (3) peranan stabilisasi perekonomian (Mangkoesobroto : 2001).

Peranan stabilisasi perekonomian dilakukan karena keadaan perekonomian tidak selalu sesuai dengan yang diinginkan dan dapat menghambat tujuan pembangunan seperti tingkat inflasi yang tinggi, meningkatnya pengangguran dan lain sebagainya. Persoalan ini dapat diatasi dengan mengendalikan perekonomian yaitu melalui kebijakan fiskal.


(20)

Kebijakan fiskal yang ditetapkan oleh pemerintah tercermin dalam APBN untuk pemerintah pusat dan APBD untuk pemerintah daerah (provinsi, kabupaten dan kota). Kebijakan fiskal meliputi langkah-langkah pemerintah membuat perubahan dalam bidang perpajakan, pengeluaran pemerintah dengan maksud untuk mempengaruhi pengeluaran agrerat dalam perekonomian.

Pengeluaran Pemerintah Indonesia seperti yang termuat dalam APBN maupun APBD pada dasarnya dibagi dalam dua kelompok, yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin meliputi belanja pegawai, barang, pemeliharaan, perjalanan dinas, pinjaman beserta bunga dan subsidi yang kesemua jenis pengeluaran tersebut sifatnya adalah merupakan pengeluaran konsumsi. Sedangkan pengeluaran pembangunan terbagi menurut sektor-sektor pembangunan yang lebih bersifat sebagai akumulasi stok kapital atau kata lainnya pengeluaran pembangunan berupa belanja modal dan pemeliharaan merupakan pengeluaran pemerintah untuk pelaksanaan proyek-proyek terdiri dari sektor-sektor pembangunan dengan tujuan untuk melakukan investasi.

APBN maupun APBD secara prinsip hampir sama yaitu berbentuk neraca yang menggambarkan alokasi penerimaan dan pengeluaran baik secara rutin maupun pembangunan. Kebijakan pemerintah daerah dapat tercermin dari pengalokasian pengeluaran pemerintah yang memperhatikan prioritas pembangunannya, kebutuhannya, aspirasi masyarakat dan potensi yang dimiliki masing-masing daerah.

Pada Tabel 1.1 dapat dilihat besarnya pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan dari total APBD Kota Tebing Tinggi. Secara total pengeluaran rutin memiliki porsi yang lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran pembangunan.


(21)

Hal ini diantaranya dipengaruhi besarnya jumlah pegawai yang otomatis membutuhkan biaya pengeluaran rutin yang lebih besar pula.

Tabel 1.1. Pengeluaran Pembangunan dan Pengeluaran Rutin Kota Tebing Tinggi Tahun 2006-2010 (dalam Ribu Rupiah)

Tahun 2006 2007 2008 2009 2010

Pengeluaran

Pembangunan 62.267.545,00 120.855.412,00 182.681.481,00 181.704.853,00 114.960.973,00

Pengeluaran

Rutin 135.193.180,00 161.718.470,00 147.140.154,00 180.841.566,00 214.355.788,00

Total Pengeluaran Pemerintah

197.460.725,00 282.573.882,00 329.821.635,00 362.546.419,00 329.316.761,00

Sumber : Bappeda Kota Tebing Tinggi Tahun 2006-2010

Pengakuan akan pentingnya peranan investasi, baik investasi publik maupun swasta, dalam menunjang pembangunan diawali dengan diperkenalkannya model pertumbuhan setelah berakhirnya perang dunia kedua, yaitu pada tahun 1950 – 1960an oleh para pakar pembangunan seperti Rostow dan Harrod-Domar. Rostow berpendapat bahwa diantara sekian banyak strategi pokok pembangunan untuk tinggal landas adalah pengerahan atau mobilisasi dana tabungan, baik dalam mata uang domestik maupun valuta asing guna menciptakan bekal investasi yang memadai untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi (Todaro : 2004). Selanjutnya Todaro menjelaskan bahwa salah satu komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi adalah akumulasi modal (capital accumulation), yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia. Akumulasi modal terjadi apabila sebagian pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan di kemudian hari.


(22)

Dalam konteks pembangunan regional, investasi memegang peran penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Investasi akan menimbulkan efek pengganda (multiplier effect) bagi perekonomian. Peningkatan investasi tidak hanya akan meningkatkan permintaan agregat, tetapi juga meningkatkan penawaran agregat melalui meningkatnya stok capital dan kapasitas produksi. Investasi yang akan masuk ke suatu daerah diharapkan akan menciptakan lapangan kerja baru hingga dan akan meningkatkan kesempatan kerja yang pada akhirnya akan menggerakan perekonomian daerah. Ketepatan perhitungan ICOR sangat dibutuhkan dalam menentukan besarnya kebutuhan investasi. Tingkat keuntungan yang diramalkan, tingkat bunga, ramalan mengenai ekonomi di masa depan, kemajuan teknologi, tingkat pendapatan nasional dan perubahannya, keuntungan yang diperoleh, situasi politik, pengeluaran yang dilakukan pemerintah serta kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh pemerintah daerah setempat menjadi faktor penentu ditanamkannya investasi disuatu daerah.

Nilai investasi yang ditanamkan di Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 mengalami peningkatan sebagaimana yang ditunjukan pada tabel 1.2. berikut :

Tabel 1. 2. Perkembangan Investasi Kota Tebing Tinggi Tahun 2006-2010

Tahun 2006 2007 2008 2009 2010

Investasi

(Juta Rupiah) 170.684,69 170.283,31 175.542,12 180.800,93 209.867,76 Perkembangan

(%) 12,87 (0,24) 3,09 3,00 16,08

Sumber : Bappeda Kota Tebing Tinggi Tahun 2006-2010

Indikator dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu, karena aktivitas perekonomian adalah suatu proses


(23)

penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output, proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat (Mankiw, 2003).

Kota Tebing Tinggi yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional membutuhkan investasi yang cukup besar guna mendorong pertumbuhan ekonomi, yang sebagian besar diharapkan berasal dari investor. Merujuk pada Visi Kota Tebing Tinggi yaitu “Kota Jasa dan Perdagangan dengan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas” sebagaimana diamanahkan dalam Peraturan Daerah Kota Tebing Tinggi Nomor 15 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Tebing Tinggi Tahun 2006-2025 maka dalam lingkup daerah, salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi yang diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan ekonomi makro adalah dengan melihat dari pertumbuhan angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) baik atas dasar harga berlaku maupun berdasarkan atas dasar harga konstan. Perekonomian daerah Kota Tebing Tinggi ditunjukan dari perkembangan PDRB Kota Tebing Tinggi atas dasar harga konstan yang dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 1.3. Perkembangan PDRB Kota Tebing Tinggi atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2006-2010

Tahun 2006 2007 2008 2009 2010

PDRB

(Juta Rupiah) 923.200,00 978.410,00 1.037.465,00 1.099.238,00 1.165.932,00 Perkembangan

(%) 5,33 5,98 6,04 5,95 6,07

Sumber : BPS Kota Tebing Tinggi Tahun 2006-2010

Pengeluaran pemerintah, investasi merupakan diantara objek penelitian yang banyak diminati kalangan peneliti. Banyaknya teori-teori tentang pengaruh pengeluaran


(24)

pemerintah dan investasi menjadi cerminan dan indikatornya. Terkait dengan hal ini dan menyikapi fenomena sebagaimana latar belakang yang dikemukakan di atas maka Penulis tertarik mengadakan penelitian lebih lanjut dengan judul : “Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kota, ICOR, Investasi terhadap Perekonomian Daerah Kota Tebing Tinggi”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah-masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah tingkat bunga dan tingkat upah berpengaruh terhadap investasi di Kota Tebing Tinggi?

2. Apakah investasi berpengaruh terhadap kesempatan kerja di Kota Tebing Tinggi?

3. Apakah tingkat bunga, tingkat upah, pengeluaran pembangunan, investasi, pengeluaran rutin, ICOR, dan kesempatan kerja berpengaruh terhadap perekonomian daerah Kota Tebing Tinggi ?

4. Bagaimanakah pengaruh langsung, tidak langsung dan total efek tingkat bunga, tingkat upah, pengeluaran pembangunan, investasi, pengeluaran rutin, ICOR, dan kesempatan kerja berpengaruh terhadap perekonomian daerah Kota Tebing Tinggi ?


(25)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat bunga dan tingkat upah terhadap investasi di Kota Tebing Tinggi;

2. Untuk mengetahui pengaruh investasi terhadap kesempatan kerja di Kota Tebing Tinggi;

3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat bunga, tingkat upah, pengeluaran pembangunan, investasi, pengeluaran rutin, ICOR, dan kesempatan kerja terhadap perekonomian daerah Kota Tebing Tinggi.

4. Untuk mengetahui pengaruh langsung, tidak langsung dan total efek tingkat bunga, tingkat upah, pengeluaran pembangunan, investasi, pengeluaran rutin, ICOR, dan kesempatan kerja terhadap perekonomian daerah Kota Tebing Tinggi

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat antara lain : 1. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui

terkait tingkat bunga, tingkat upah, pengeluaran pembangunan, investasi, pengeluaran rutin, ICOR, kesempatan kerja, dan perekonomian Kota Tebing Tinggi.

2. Sebagai masukan bagi Pemerintah Kota Tebing Tinggi dalam menentukan kebijakan pembangunan daerah khususnya bagi aparatur perencana.

3. Sebagai bahan acuan atau refrensi bagi penelitian selanjutnya terutama yang berminat terkait dengan tingkat bunga, tingkat upah, pengeluaran


(26)

pembangunan, investasi, pengeluaran rutin, ICOR, kesempatan kerja, dan perekonomian daerah.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Landasan Teori

2.1.1. Pengeluaran Pemerintah

2.1.1.1. Teori Pengeluaran Pemerintah

Teori ini dapat digolongkan menjadi dua bagian, diantaranya yaitu Teori Makro yang terdiri dari : (Mangkoesoebroto : 2001)

1. Rostow dan Musgrave, dimana mereka menghubungkan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan ekonomi. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, menurut mereka rasio rasio pengeluaran pemerintah terhadap pendapatan nasional-relatif besar.

Tahap awal pemerintah harus menyediakan berbagai sarana dan prasarana. Selanjutnya tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap diperlukan guna memacu pertumbuhan agar dapat lepas landas. Bersamaan dengan itu pula posisi investasi pihak swasta juga meningkat.

Dalam suatu proses pembangunan, menurut Musgrave rasio investasi total terhadap pendapatan nasional semakin besar, namun rasio investasi pemerintah terhadap pendapatan nasional akan mengecil. Rostow berpendapat bahwa pada tahap lanjut pembangunan terjadi peralihan aktivitas pemerintah, dari penyediaan prasarana ekonomi ke pengeluaran-pengeluaran untuk layanan sosial seperti kesehatan dan pendidikan.


(28)

Teori Rostow dan Musgrave adalah pandangan yang timbul dari pengamatan atas pengalaman pembangunan ekonomi yang dialami banyak negara, tetapi tidak didasari oleh suatu teori tertentu. Selain itu tidak jelas, apakah tahap pertumbuhan ekonomi terjadi dalam tahap demi tahap, atau beberapa tahap dapat terjadi secara simultan.

2. Hukum Wagner, Wagner melakukan pengamatan terhadap negara-negara Eropa, Amerika Serikat dan Jepang pada abad ke-19 yang menunjukkan bahwa aktivitas pemerintah dalam perekonomian cenderung semakin meningkat. Wagner mengukur dari perbandingan pengeluaran pemerintah terhadap produk nasional. Temuan oleh Richard Musgrave dinamakan hukum pengeluaran pemerintah yang selalu meningkat (law of growing public expenditures). Wagner sendiri menamakannya hukum aktivitas pemerintah yang selalu meningkat (law of ever increasing state activity).

Hukum tersebut dapat dirumuskan dengan notasi:

GpCt > GpCt > GpCt-2 > ... > YpCt YpCt-1 YpCt-2 YpCt-n

GpCt-n

Dimana:

Gpc = Pengeluaran pemerintah perkapita

YpC = Produk atau pendapatan nasional perkapita t = Indeks waktu

Menurut Wagner ada lima aspek yang menyebabkan pengeluaran pemerintah selalu meningkat yaitu pertama; tuntutan peningkatan perlindungan keamanan dan pertahanan, kedua; kenaikan tingkat pendapatan masyarakat, ketiga; urbanisasi yang mengiringi pertumbuhan ekonomi, keempat;


(29)

perkembangan demokrasi dan kelima adalah ketidakefisienan birokrasi yang mengiringi perkembangan pemerintahan.

3. Peacock dan Wiseman, mengemukakan pendapat lain dalam menerangkan perilaku perkembangan pemerintah. Mereka mendasarkannya pada suatu analisis "dialektika penerimaan-pengeluaran pemerintah".

Pemerintah selalu berusaha memperbesar pengeluarannya dengan mengandalkan penerimaan dari pajak. Padahal masyarakat tidak menyukai pembayaran pajak yang kian besar.

Mengacu pada teori pemungutan suara (voting), mereka berpendapat bahwa masyarakat mempunyai batas toleransi pajak, yakni suatu tingkat dimana masyarakat dapat memahami besarnya pungutan pajak yang dibutuhkan oleh pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

Tingkat toleransi pajak ini merupakan kendala yang membatasi pemerintah untuk menaikkan pungutan pajak secara tidak semena-mena atau sewenang-wenang.

Menurut Peacock-Wiseman, perkembangan ekonomi menyebabkan pungutan pajak meningkat yang meskipun tarif pajaknya mungkin tidak berubah, pada gilirannya mengakibatkan pengeluaran pemerintah meningkat pula.

Dalam keadaan normal, kenaikan pendapatan nasional menaikkan penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Apabila keadaan normal jadi terganggu, katakanlah karena perang atau ekstemalitas lain, maka pemerintah terpaksa harus memperbesar pengeluarannya untuk mengatasi gangguan dimaksud.


(30)

Konsekuensi yang timbul adalah tuntutan untuk memperoleh penerimaan pajak lebih besar. Pungutan pajak yang lebih besar menyebabkan dana swasta untuk investasi dan modal kerja menjadi berkurang.

Efek ini disebut efek penggantian (displacement effict). Postulat yang berkenaan dengan efek ini menyatakan, gangguan sosial dalam perekonomian menyebabkan aktivitas swasta digantikan oleh aktivitas pemerintah.

Pengentasan gangguan acap kali tidak cukup dibiayai semata-mata dengan pajak sehingga pemerintah mungkin harus juga meminjam dana dari luar negeri. Setelah gangguan teratasi, muncul kewajiban melunasi utang dan membayar bunga. Pengeluaran pemerintah pun kian membengkak karena kewajiban baru tersebut. Akibat lebih lanjut ialah pajak tidak turun kembali ke tingkat semula meskipun gangguan telah usai.

Saat terjadi gangguan sosial dalam perekonomain timbul efek penggantian, maka sesudah gangguan berakhir timbul efek lainnya yaitu efek inspeksi (inspection effect). Postulat efek ini menyatakan, gangguan sosial menumbuhkan kesadaran masyarakat akan adanya hal-hal yang perlu ditangani oleh pemerintah sesudah redanya gangguan sosial tersebut.

Kesadaran semacam ini menggugah kesediaan masyarakat untuk membayar pajak lebih besar, sehingga memungkinkan pemerintah memperoleh penerimaan pajak yang lebih besar. Kondisi inilah yang dimaksudkan dengan analisis dialektika penerimaan-pengeluaran pemerintah.

Menjadi catatan dari Teori Peacock dan Wiseman adalah bahwa adanya toleransi pajak, yaitu suatu limit perpajakan, akan tetapi mereka tidak menyatakan pada tingkat berapakah toleransi pajak tersebut. Clarke menyatakan bahwa limit


(31)

perpajakan sebesar 25% dari pendapatan nasional. Apabila limit tersebut dilampaui maka akan terjadi inflasi dan gangguan sosial lainnya.

2.1.1.2. Pengelompokan Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah dapat dinilai dari berbagai segi sehingga dapat dibedakan menjadi: (Suparmoko : 2000)

1. Pengeluaran itu merupakan investasi yang menambah kekuatan dan ketahanan ekonomi di masa-masa yang akan datang.

2. Pengeluaran itu langsung memberikan kesejahteraan dan kegembiraan bagi masyarakat.

3. Merupakan penghematan pengeluaran yang akan datang.

4. Menyediakan kesempatan kerja lebih banyak dan penyebaran tenaga beli yang lebih luas.

Berdasarkan atas penilaian ini dikelompokkan bermacam-macam pengeluaran negara seperti:

1. Pengeluaran self liquiditing sebagian atau seluruhnya, dimana pengeluaran pemerintah mendapatkan pembayaran kembali dari masyarakat yang menerima jasa-jasa barang-barang yang bersangkutan. Misalnya pengeluaran untuk jasa-jasa perusahaan negara, atau untuk proyek-proyek produktif barang ekspor.

2. Pengeluaran yang reproduktif, yaitu mewujudkan keuntungan-keuntungan ekonomis bagi masyarakat, yang dengan naiknya tingkat penghasilan dan sasaran pajak yang lain akhirnya akan menaikkan penerimaan pemerintah. Misalnya pengeluaran untuk bidang pengairan, pertanian, pendidikan, kesehatan masyarakat (public health).


(32)

3. Pengeluaran yang tidak self liquditing maupun yang tidak reproduktif merupakan pengeluaran yang langsung menambah kegembiraan dan kesejahteraan masyarakat misalnya untuk bidang-bidang rekreasi, pendirian monumen, obyek-obyek tourisme dan sebagainya. Dan hal ini dapat juga mengakibatkan naiknya penghasilan nasional dalam arti jasa-jasa tadi.

4. Pengeluaran yang secara langsung tidak produktif dan merupakan pemborosan misalnya untuk pembiayaan pertahanan/perang meskipun pada saat pengeluaran terjadi penghasilan perorangan yang menerimanya akan naik. 5. Pengeluaran yang merupakan penghematan di masa yang akan datang

misalnya pengeluaran untuk anak-anak yatim piatu. jika tidak dijalankan sekarang, kebutuhan-kebutuhan pemeliharaan bagi mereka di masa mendatang pada waktu usia yang lebih lanjut pasti akan lebih besar.

Di Indonesia, pengeluaran pemerintah dapat dibedakan menurut dua klasifikasi, yaitu : (Dumairy : 2002)

1. Pengeluaran rutin

Pengeluaran rutin merupakan pengeluaran untuk pemeliharaan atau penyelenggaraan roda pemerintahan sehari-hari, meliputi belanja pegawai; belanja barang; berbagai macam subsidi (subsidi daerah dan subsidi harga barang); angsuran dan bunga utang pemerintah; serta jumlah pengeluaran lain. Anggaran belanja rutin memegang peranan yang penting untuk menunjang kelancaran mekanisme sistem pemerintahan serta upaya peningkatan efisiensi dan produktivitas, yang pada gilirannya akan menunjang tercapainya sasaran dan tujuan setiap tahap pembangunan. Penghematan dan efisiensi pengeluaran


(33)

rutin perlu dilakukan untuk menambah besarnya tabungan pemerintah yang diperlukan untuk pembiayaan pembangunan nasional.

Penghematan dan efisiensi tersebut antara lain diupayakan melalui efisiensi dan efektif alokasi pengeluaran rutin, pengendalian dan koordinasi pelaksaanan pembelian barang dan jasa kebutuhan departemen / lembaga negara non departemen, dan pengurangan berbagai macam subsidi secara bertahap.

2. Pengeluaran pembangunan

Pengeluaran pembangunan merupakan pengeluaran yang bersifat menambah modal masyarakat dalam bentuk pembangunan baik prasarana fisik dan non fisik Dibedakan atas pengeluaran pembangunan yang dibiayai dengan dana rupiah dan bantuan proyek.

Pengeluaran pembangunan merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk membiayai program-program pembangunan sehingga anggarannya selalu disesuaikan dengan dana yang berhasil dimobilisasi. Dana ini kemudian dialokasikan pada berbagai bidang sesuai dengan prioritas yang telah direncanakan.

2.1.1.3. Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi

Pengeluaran pemerintah adalah seperangkat produk yang dihasilkan yang memuat pilihan atau keputusan yang dibuat oleh pemerintah untuk menyediakan barang-barang publik dan pelayanan kepada masyarakat. Total pengeluaran pemerintah merupakan penjumlahan keseluruhan dari keputusan anggaran pada masing tingkatan pemerintahan (pusat-propinsi-daerah). Pada masing-masing tingkatan dalam pemerintahan dapat mempunyai keputusan akhir – proses


(34)

pembuatan yang berbeda dan hanya beberapa hal pemerintah yang di bawahnya dapat dipengaruhi oleh pemerintah yang lebih tinggi (Lee Robert, Jr and Ronald W. Johnson : 1998).

Untuk memahami berbagai pengaturan pendanaan bagi pemerintah pusat (daerah) maka harus mengetahui keragaman fungsi yang dibebankannya. Fungsi tersebut adalah : pertama : Fungsi penyediaan pelayanan yang berorientasi pada lingkungan dan kemasyarakatan; kedua : Fungsi pengaturan, yakni merumuskan dan menegakkan pusat perundangan; ketiga : Fungsi pembangunan, keterlibatan langsung maupun tidak langsung dalam bentuk-bentuk kegiatan ekonomi dan penyediaan prasarana; keempat : Fungsi perwakilan, yaitu menyatakan pendapat daerah di luar bidang tanggung jawab eksekutif; kelima : Fungsi koordinasi, yakni melaksanakan koordinasi dan perencanaan investasi dan tata guna tanah regional (daerah).

Pengeluaran pemerintah (goverment expenditure) adalah bagian dari kebijakan fiskal (Sadono : 2000) yakni suatu tindakan pemerintah untuk mengatur jalannya perekonomian dengan cara menentukan besarnya penerimaan dan pengeluaran pemerintah tiap tahunnya yang tercermin dalam dokumen APBN untuk nasional dan APBD untuk daerah/regional. Tujuan dari kebijakan fiskal ini adalah dalam rangka menstabilkan harga, tingkat output maupun kesempatan kerja dan memacu pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu maka peningkatan pengeluaran pemerintah akan menyebabkan semakin meningkatkan pendapatan daerah, peningkatan aggregat demand mendorong kenaikan investasi dan pada akhirnya menyebabkan kenaikan produksi.


(35)

2.1.2. Investasi

2.1.2.1. Teori Investasi

Menurut Mankiw (2004) investasi (investment) adalah tambahan bersih terhadap stock capital yang ada (net additional to existing capital stock). Investasi dibedakan berdasarkan sumber modalnya yaitu Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA). Perusahaan maupun rumah tangga membeli barang-barang investasi untuk menambah persediaan modalnya dan mengganti modal yang ada setelah habis dipakai.

Michael (2004), mengemukakan bahwa sumber daya yang akan digunakan untuk meningkatkan pendapatan dan konsumsi dimasa yang akan datang disebut investasi. Investasi diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanaman-penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian. Investasi disebut juga dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal.

Kaum klasik dalam Jinghan (2000), mengulas keuntungan merangsang investasi. Semakin besar keuntungan maka semakin besar akumulasi modal dan investasi. Keuntungan tidak akan naik secara terus menerus, tetapi menurun jika persaingan dalam menghimpun modal antar kapitalis meningkat, dikarenakan oleh naiknya upah yang diakibatkan oleh persaingan antar kaum kapitalis. Jika upah dan sewa naik maka menurunlah keuntungan.

Keynes dalam Jinghan (2000), mengemukakan bahwa pendapatan total sebagai fungsi pekerjaan total dalam suatu negara. Semakin besar pendapatan nasional maka semakin besar volume pekerjaan, dan demikian sebaliknya.


(36)

Investasi naik maka menyebabkan naiknya pendapatan, karena pendapatan meningkat maka permintaan lebih banyak terhadap barang konsumsi, sehingga menyebabkan kenaikan berikutnya pada pendapatan dan pekerjaan dan mempengaruhi penerimaan pajak.

Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi sebagai ”pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatanperalatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa di masa depan”. Menurut Boediono (1992) investasi adalah pengeluaran oleh sector produsen (swasta) untuk pembelian barang dan jasa untuk menambah stok yang digunakan atau untuk perluasan pabrik.

Dalam model pertumbuhan endogen dikatakan bahwa hasil investasi akan semakin tinggi bila produksi agregat di suatu negara semakin besar. Dengan diasumsikan bahwa investasi swasta dan publik di bidang sumberdaya atau modal manusia dapat enciptakan ekonomi eksternal (eksternalitas positif) dan memacu produktivitas yang mampu mengimbangi kecenderungan ilmiah penurunan skala hasil. Meskipun teknologi tetap diakui memainkan peranan yang sangat penting, namun model pertumbuhan endogen menyatakan bahwa teknologi tersebut tidak perlu ditonjolkan untuk menjelaskan proses terciptanya pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Implikasi yang menarik dari teori ini adalah mampu menjelaskan potensi keuntungan dari investasi komplementer (complementary investment) dalam modal atau sumberdaya manusia, sarana prasarana infrastruktur atau kegiatan


(37)

penelitian. Mengingat investasi komplementer akan menghasilkan manfaat personal maupun sosial, maka pemerintah berpeluang untuk memperbaiki efisiensi alokasi sumberdaya domestik dengan cara menyediakan berbagai macam barang publik (sarana infrastruktur) atau aktif mendorong investasi swasta dalam industri padat teknologi dimana sumberdaya manusia diakumulasikannya. Dengan demikian model ini menganjurkan keikutsertaan pemerintah secara aktif dalam pengelolaan investasi baik langsung maupun tidak langsung.

Investasi swasta di Indonesia dijamin keberadaannya sejak dikeluarkannya Undang-Undang No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-Undang No.12 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Berdasarkan sumber dan kepemilikan modal, maka investasi swasta dibagi menjadi penanaman modal dalam negeri dan asing. Dengan semakin besarnya investasi pemerintah pada barang publik maka diharapkan akan mendorong pertumbuhan sektor pertumbuhan sektor swasta dan rumah tangga dalam mengalokasikan sumberdaya yang ada di suatu daerah. Hal ini pada akhirnya akan menyebabkan makin meningkatnya PDRB.

2.1.2.2. Investasi dan Tingkat Bunga

Peningkatan investasi yang ditanamkan pada suatu negara atau daerah, ditentukan oleh beberapa faktor, yang antara lain: tingkat bunga, ekspektasi tingkat return, tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat laba perusahaan, situasi politik, kemajuan teknologi dan kemudahan-kemudahan dari pemerintah. Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberikan keuntungan kepada para pemilik modal (investor).


(38)

Para investor hanya akan menanamkan modalnya apabila tingkat pengembalian modal dari modal yang ditanamkan (return of investment), yaitu berupa persentase keuntungan neto (belum dikurangi dengan tingkat bunga yang dibayar) yang diterima lebih besar dari tingkat bunga. Seorang investor mempunyai dua pilihan di dalam menggunakan modal yang dimilikinya yaitu dengan meminjamkan atau membungakan uang tersebut (deposito), dan menggunakannya untuk investasi.

Tingkat bunga kredit perbankan merupakan biaya opportunitas dalam pembentukan investasi oleh sektor bisnis, sehingga peningkatan tingkat bunga kredit perbankan akan menurunkan tingkat investasi dan kemudian menurunkan pertumbuhan ekonomi. Penurunan intensitas persaingan bank akan meningkatkan penawaran kredit perbankan atau berasosiasi positif dengan struktur kredit perbankan. Praktiknya, peningkatan struktur kredit perbankan akibat penurunan intensitas persaingan bank akan meningkatkan investasi sektor riil.

Ramalan mengenai keuntungan dimasa depan akan memberikan gambaran pada investor mengenai jenis usaha yang prospektif dan dapat dilaksanakan dimasa depan dan besarnya investasi yang harus dilakukan untuk memenuhi tambahan barang-barang modal yang diperlukan. Dengan bertambahnya pendapatan nasional maka tingkat pendapatan masyarakat akan meningkat, daya beli masyarakat juga meningkat, total aggregat demand meningkat yang pada akhirnya akan mendorong tumbuhnya investasi lain.


(39)

2.1.2.3. Investasi dan Kesempatan Kerja

Pada suatu daerah di mana tingkat kesempatan kerjanya tinggi, sudah barang tentu akan mengurangi tingkat pengangguran dan sebaliknya jika kesempatan kerja itu rendah maka pengangguran akan meningkat. Tinggi rendahnya tingkat kesempatan kerja dipengaruhi oleh beberapa komponen pokok, komponen tersebut di suatu negara jenisnya berbeda-beda.

Menurut Simanjuntak (2001) faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja, yaitu:

Pertama, kondisi perekonomian. Pesatnya roda perekonomian suatu daerah mencerminkan aktivitas produksi yang tinggi, kapasitas produksi yang tinggi membutuhkan tingginya faktor produksi diantaranya adalah tenaga kerja. Jadi banyak perusahaan yang menambah tenaga kerja baru. Kedua, pertumbuhan penduduk. Kualitas pertumbuhan ekonomi akan dipengaruhi oleh tingginya angka pertumbuhan penduduk. Oleh sebab itu semakin tinggi jumlah penduduk akan mengurangi kesempatan orang untuk bekerja. Ketiga, Produktivitas/kualitas sumber daya manusia. Tingginya produktivitas dan kualitas sumber daya seseorang akan mendorong tingginya tingkat kesempatan kerja, dan sebaliknya kualitas sumber daya manusia yang rendah akan kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkannya. Keempat Tingkat upah. Kenaikan upah yang tidak dibarengi dengan kenaikan kapasitas produksi akan bmenyebabkan pihak perusahaan akan mengurangi jumlah karyawannya, hal tersebut akan menurunkan tingkat kesempatan kerja. Kelima, Struktur umur penduduk. Semakin besar struktur umur penduduk yang digolongkan mudah, maka kesempatan kerja akan menurun dan sebaliknya.


(40)

Dengan demikian Adanya investasi-investasi baru memungkinkan terciptanya barang modal baru sehingga akan menyerap faktor produksi baru yaitu menciptakan lapangan kerja baru atau kesempatan kerja yang akan menyerap tenaga kerja yang pada gilirannya akan mengurangi pengangguran dan berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi. Atau kata lainnya kesempatan kerja lahir karena invesatasi dan uasaha untuk memperluas kesempatan kerja ditentuakan oleh laju pertumbuhan investasi, pertambahan pendudu dan angkatan kerja.

2.1.2.4. Investasi dan Tingkat Upah

Factor produksi secara umum digolongkan pada 4 bagian, yaitu tanah, tenaga kerja, kewirausahaan dan modal. klaster pada 4 bagian tersebut didasarkan atas perbedaan elastisitas penawaran parsial, karakteristik yang terkandung pada setiap produksi dan imbalan yang diterima pemilik factor produksi. Perbedaannya bersesuaian dengan perkembangan bargaining position antara tiga kelompok masyarakat, kapitalis, tuan tanah dan tenaga kerja. Besaran yang akan diterima oleh pelaku aktivitas akan ditentukan dan menyesuaikan dengan kondisi pasar. Tenaga kerja akan mendapatkan upah, tuan tanah mendapatkan sewa tanah, pemilik modal mendapatkan tingkat bunga (Makmun dan Yasin dalam Novita, 2007).

Kapitalis memandang tenaga kerja sebagai factor produksi atau input. Iklim uasaha yang dinamis menuntut adanya penyesuaian perlakuan terhadap tenaga kerja. Perusahaan akan memberikan perlakuan lain terhadap tenaga kerja karena ketidakstabilan sifat dan karakter tenaga kerja. Jika tanah dan modal dapat diperjualbelikan dipasar sedangkan tenaga kerja tidak demikian. Namun


(41)

demikian, hal ini tidak cukup menjadikan alasan bagi aliran ekonomi utama untuk melakukan pembedaan analisis terhadap factor produksi lain.

Menurut Sumarsono (2003), pengusaha mempekerjakan sejumlah karyawan sedemikian rupa sehingga nilai pertambahan hasil marginal seorang sama dengan upah yang diterima orang tersebut. Tingkat upah yang dibayarkan oleh pengusaha adalah:

W = WMPPL = MPPL x P Dimana :

W = tingkat upah (labour cost) yang dibayarkan perusahaan kepada karyawan

P = harga jual barang (hasil produksi) dalam rupiah per unit barang WMPPL = marginal physical product of labour atau pertambahan hasil

marginal pekerja, diukur dalam unit barang per unit waktu

MPPL = volume of marginal physical product of labour atau nilai pertambahan hasil marginal pekerja atau karyawan

Dalam teori Neoklasik menyatakan bahwa karyawan memperoleh upah senilai dengan pertambahan hasil marginalnya. Upah berfungsi sebagai imbalan atas usaha kerja yang diberikan seseorang tersebut kepada pengusaha. Upah dibayar olehpengusaha sesuai atau sama dengan usaha kerja (produktivitas) yang diberikan kepada pengusaha.

Dalam perekonomian pasar-bebas tradisional ciri-ciri utamanya adalah penonjolan kedaulatan konsumen, utilitas atau kepuasan individual, dan prinsip maksimalisasi keuntungan, persaingan sempurna dan efisiensi ekonomi dengan produsen dan konsumen yang atomistik yakni tidak ada satu pun produsen atau


(42)

konsumen yang mempunyai pengaruh atau kekuatan cukup besar untuk mendikte harga-harga input maupun output produksi tingkat penyerapan tenaga kerja dan harganya (tingkat upah) ditentukan secara bersamaan atau sekaligus oleh segenap harga output dan faktor-faktor produksi dalam suatu perekonomian yang beroperasi melalui perimbangan kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran (Todaro, 2000).

Produsen meminta lebih banyak tenaga kerja sepanjang nilai produk marjinal (marginal product) yang akan dihasilkan oleh pertambahan satu unit tenaga kerja (yaitu produk marjinal atau tambahan secara fisik dikalikan dengan harga pasar atas produk yang dihasilkan oleh tenaga kerja tersebut) melebihi biayanya (yakni tingkat upah). Dengan asumsi bahwa hukum produk marjinal yang semakin menurun (Law Diminishing Marginal Product) berlaku dan harga produk ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar, maka nilai produk marjinal tenaga kerja tersebut akan memiliki kemiringan yang negatif atau mengarah dari bawah ke atas.

Pada sisi penawaran, setiap individu diasumsikan selalu berpegang teguh pada prinsip maksimalisasi kepuasan (Utility Maximization). Kenaikan tingkat upah akan setara dengan kenaikan harga bersantai (biaya oportunitas).

2.1.2.5. Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Investasi merupakan diantara faktor yang krusial bagi kelangsungan proses pembangunan atau pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Untuk keperluan tersebut maka dibangun pabrik-pabrik, perkantoran, alat-alat produksi dan infrastruktur yang dibiayai melalui investasi baik berasal dari pemerintah maupun swasta.


(43)

Korelasi positif antara investasi dengan pertumbuhan ekonomi diuraikan secara sederhana namun jelas di dalam model pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar. Teori Harord Domar (dikemukakan oleh Evsey domar dan R.F. Harrod) mengemukakan model pertumbuhan ekonomi yang merupakan pengembangan dari teori keynes. Teori tersebut menitikberatkan pada peranan tabungan dan investasi yang sangat menentukan dalam pertumbuhan ekonomi daerah (Lincoln Arsyad :1997).

Asumsi yang digunakan dalam teori ini adalah bahwa : 1) perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan barangbarang modal yang ada di masyarakat digunakan secara penuh. 2) Dalam perekonomian terdiri dari dua sektor, yaitu sektor rumah tangga dan perusahaan, berarti sektor pemerintah dan perdagangan luar negeri tidak ada. 3) Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik original (nol). 4) Kecenderungan untuk menabung (marginal propensity to save = MPS) besarnya tetap, demikian juga rasio antara modal dan output (Capital Output Ratio) dan ratio penambahan modal-output (Incremental Capital Output Ratio).

Studi kuantitatif yang dilakukan menemukan korelasi positif dan signifikan antara investasi dengan pertumbuhan ekonomi (Tambunan : 2001). Argumen utama dari hasil studi tersebut adalah bahwa investasi menambah jumlah stok kapital per pekerja oleh karenanya menaikkan produktivitas. Namun teori ini memiliki kelemahan yaitu kecenderungan menabung dan ratio pertambahan modal-output dalam kenyataannya selalu berubah dalam jangka panjang sehingga proporsi penggunaan tenaga kerja dan modal tidak konstan,


(44)

harga selalu berubah dan suku bunga dapat berubah dan selanjutnya akan mempengaruhi investasi.

Untuk meningkatkan output dilakukan dengan meningkatkan produktivitas, melalui penambahan investasi guna memperbaharui tekhnologi yang digunakan dan / atau investasi guna meningkatkan kemampuan SDM (human capital). Dengan demikian akan meningkat rasio kapital–tenaga kerjanya. Dengan meningkatnya rasio antara kapital–tenaga kerja secara konsisten diharapkan akan meningkatkan PDRB (Pancawati : 2000).

Investasi swasta atau PMDN bruto merupakan komponen dari perbelanjaan agregat yang sifatnya tidak stabil, dan menjadi salah satu sumber penting dari konjungtur dalam perekonomian. Besarnya investasi perusahaan dapat diterangkan dalam analisis hubungannya dengan tingkat suku bunga, apabila suku bunga rendah lebih banyak investasi yang akan dilakukan, dan sebaliknya kenaikan suku bunga akan menyebabkan pengurangan dalam jumlah investasi (Sukirno : 2000). Akhirnya kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan kemakmuran masyarakat.

2.1.3. ICOR (Incremental Capital Output Ratio)

Incremental Capital Output Ratio dikembangkan oleh Sir Ray Harrod dan Evsey Domar yang dikenal dengan Harrod Domar Model. Teori ini menunjukkan adanya hubungan antara peningkatan stok kapasitas produksi dan kemampuan masyarakat untuk menghasilkan output. Investasi dan ICOR

(Incremental Capital Output Ratio) merupakan dua variabel fundamental yang masing-masing dapat dijelaskan secara garis besar sebagai berikut : investasi


(45)

(investasi netto) didefenisikan sebagai perubahan/penanaman stok barang modal atau:

It = Δk

I

t

t = Kt-K

Misalnya di Medan nilai stok barang modal pada tahun 1999(K

t-1

1800) = 31

juta rupiah, dan pada tahun 2000 (K1801

ICOR adalah kebalikan dari ratio pertambahan output terhadap pertambahan investasi yang pada intinya menunjukkan hubungan antara penambahan stok barang modal dan pertambahan output atau melihat seberapa besar peningkatan investasi yang diperukan untuk mendpatkan laju pertumbuhan ekonomi yang diinginkan, yang digambarkan dengan rumus sebagai berikut :

) = 40 juta rupiah. Kalau dalam pengertian investasi bruto, misalnya pembentukan modal tetap bruto 13 juta rupiah tetapi penambahan stok baru hanya 10 juta rupiah berarti penggantian stok lama (penyusutan) sebesar 3 juta rupiah.

Y = y.K 1/y = K/y

Dimana ratio Y = rasio output-kapital dan 1/y = ratio kapital output (ICOR).

Dalam perkembangannya pemakaian konsep ICOR mengalami modifikasi menjadi ICOR dengan rumus sebagai berikut :

ICOR = (ΔK/Y) (ΔY/Y) atau ICOR = (I/Y) (ΔY/Y) Dimana ΔK = 1


(46)

Semakin baik kualitas investasi maka semakin kecil ICOR, sebaliknya semakin buruk kualitas investasi maka semakin besar angka ICOR. (Nopirin : 2000).

2.1.4. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) 2.1.4.1. Teori PDRB

PDRB adalah merupakan Nilai Tambah Bruto (NTB) atau nilai barang dan jasa ahir yang di hasilkan oleh unit-unit produksi di dalam suatu wilayah atau region dalam suatu periode tertentu, basanya satu tahun. Nilai Tambah Bruto (NTB) adalah nilai produksi bruto dari barang dan jasa tersebut dikurangi seluruh biaya antara yang dikeluarkan.

PDRB perkapita adalah total PDRB di bagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun pada peeriode tertentu. Pendapatan perkapita adalah total PDRB dikurangi dengan penyusutan dan pajak tidak langsung di bagi dengan jumlah penduduk pertengahan taahun pada periode tertentu.

Pertubuhan ekonomi adalah total PDRB per sektor/sub sektor atas dasar harga konsstan pada tahun n di bagi dengan total PDRB per sektor/sub sektor atas dasar harga konstan pada tahun n-1 dikali 100 dikurangi 100 (persen). Distribusi persentase PDRB adalah total PDRB per sektor/sub sektor di bagi dengan total PDRB dikali 100 (persen).

2.1.4.2. Metode penghitungan PDRB

Para pakar ekonomi untuk menghitung besar Produk Domestik Regional Bruto dengan beberapa pendekatan (Basri : 2002), yakni : besar PDRB ialah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang di hasilkan oleh berbagai unit produksi dalam wilayah region suatu negara dalam jangka setahun. Jadi, Produk Domestik


(47)

Regional Bruto merupakan jumlah nilai seluruh barang dan jasa pada akhir tahun di suatu daerah atau region.

Dalam pendekatan ini, PDRB ialah sejumlah balas jasa yang di terima oleh faktor-faktor produksui yang turut serta dalam proses produksi di wilayah suatu daerah regional dalam jangka setahun.

PDRB menunjukan jumlah seluruh komponen permintaan akhir, meliputi pengeluaran konsumsi rumah tangga dan a) Pendekatan Produksi b) Pendekatan Pendapatan c) Pendekatan Pengeluaran lembaga swasta yang tidak mencari keuntungan, pengeluaran konsumsi pemerintah serta ekspor netto (Ekspor-Netto) dalam jangka setahun.

2.2. Penelitian Sebelumnya

Penelitian sebelumnya yang menjadi fokus dan acuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Nurinayah (2001) dengan judul Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Produk Domestik Bruto Terhadap Investasi di Indonesia Tahun 1983-2000. Dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara suku bunga terhadap investasi, dimana hal tersebut ditunjang oleh analisa statistik yang menunjukkan nilai korelasi sebesar 5,10%.

2. Penelitian Setyari Wiwin, dkk (2008) tentang faktor penentu investasi swasta di Indonesia periode 1989-2005, menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari varibel nilai tukar, tingkat suku bunga terhadap investasi swasta.


(48)

3. Penelitian Brata (2005) mengenai investasi sektor publik lokal, pembangunan manusia dan kemiskinan yang berkesimpulan bahwa investasi swasta berperan mengurangi kemiskinan melalui penyediaan lapangan kerja yang memungkinkan terjadinya pendapatan masyarakat.

4. Penelitian Deddy (2008) tentang Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, dan Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi Jawa Tengah, dengan kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Tengah (Y) selama tahun pengamatan 1985-2006 adalah : realisasi nilai Penanaman Modal Asing (PMA), realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Angkatan Kerja (AK) dan Pengeluaran Pemerintah Daerah (EXPD). Hasil analisis mengenai pengaruh PMA, PMDN, Angkatan Kerja dan pengeluaran pemerintah daerah terhadap pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Tengah menunjukkan hubungan yang positif signifikan.

5. Rani dan Abdullah dalam Elfindri dan Bactiar, (2000) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa faktor utama yang menyebabkan tingginya perluasan kesempatan kerja dalam industri-industri yang berorientasi eksport adalah karena industri-industri tersebut lebih tepat untuk mencapai skala ekonomi karena luasnya pasar menyebabkan kegiatan usaha juga meningkat, sehingga menyebabkan keperluan tenaga kerja untuk jenis pekerjaan tertentu bertambah dan pekerja-pekerja lebih terkonsentrasi untuk bekerja dalam jenis pekerjaan tertentu dengan keahliannya.


(49)

6. Ayu dan Nenik dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh jumlah usaha, nilai investasi, dan Upah minimum terhadap permintaan tenaga Kerja pada industri kecil dan menengah Di kabupaten semarang, menemukan bahwa Secara simultan atau bersama-sama variabel unit usaha, nilai investasi, dan upah minimum kabupaten mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap permintaan tenaga kerja pada Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten Semarang.

7. Penelitian Puput dan Edy dengan judul Pengaruh Ketersediaan Tenaga Kerja, Infrastruktur, Pendapatan Perkapita dan Suku Bunga Terhadap Investasi Industri Kota Semarang. Berkesimpulan bahwa Tingkat suku bunga pinjaman baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek berpengaruh terhadap investasi industri di Kota Semarang. Tingkat suku bunga pinjaman merupakan faktor yang cukup penting dalam menarik investasi karena sebagian besar dana investasi berasal dari pinjaman bank termasuk investasi di sektor industri. Jika tingkat suku bunga pinjaman ini turun maka masyarakat akan semakin tertarik meminjam dana di bank dalam rangka berinvestasi.

8. Rosleni (2012) dengan penelitian berjudul Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Terhadap Penerimaan Pajak Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak di Provinsi Sumatera Utara. Menyimpulkan bahwa Tingkat Upah berpengaruh positif dan signifikan terhadap investasi.

9. Penelitian Boediono dalam sitorus (2011) yang mencoba untuk mengidentifikasikan faktor-faktor penentu dari permintaan uang di Indonesia selama periode 1975-1984. Kerangka kerja yang digunakan mengadopsi pada


(50)

pendekatan yang selama ini berkembang, di mana faktor yang mempengaruhi permintaan uang masyarakat adalah gross domestic product (GDP), suku bunga dalam negeri (umumnya digunakan suku bunga deposito), dan inflasi domestik, serta dengan memperhitungkan karakteristik dari perekonomian Indonesia, seperti keterbukaan pada sektor perdagangan dan finansialnya terhadap kondisi perekonomian internasional. Variabel GDP merupakan terkait dengan motif permintaan uang untuk transaksi. Dari penelitian ini menghasilkan indikasi bahwa beberapa tingkat bunga terbukti mempengaruhi permintaan uang.

10. Penelitian Imom (2010) yang berjudul Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah dan Krisis Ekonomi terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Utara. Pada pokoknya Imom menyimpulkan bahwa Pengeluaran Pembangunan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.

11. Novita (2008) dengan penelitian berjudul Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja terhadap PDRB Sumatera Utara. Penelitian yang dilakukan Linda ini membuktikan bahwa Investasi PMDN tahun sebelumnya dan Investasi PMA Tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap PDRB secara parsial.

12. Hariani (2008), dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun 1977-2005, Penelitian ini bertujuan untuk mengukur seberapa besar pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur selama periode 1977-2005 dengan menggunakan metode regresi sederhana


(51)

Ordinary Least Square (OLS). Membuktikan bahwa variabel pengeluaran rutin mempunyai pengaruh yang dominan terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Timur tahun 1977-2005.

13. Smith dalam Subri (1997) berpandangan bahwa manusialah sebagai faktor produksi utama yang menentukan kemakmuran bangsa-bangsa. Karena sumber daya alam tidak ada artinya kalau tidak ada sumber daya manusia yang pandai mengolahnya sehingga bermanfaat bagi kehidupan. Hal ini dapat diartikan bahwa seyogianya pemerintah mendorong dan memberdayakan penduduk untuk ikut serta berperan aktif pemenuhan kebutuhannya, penciptaan lapangan kerja baru sehingga tercipta kesempatan kerja disamping juga peningkatan kualitas, keterampilan dan keahlian dan lain sebagainya. Sehingga pada gilirannya menekan angka pengangguran yang berimplikasi stagnan dan menurunnya pertumbuhan ekonomi.

14. Penelitian Arif (2011) tentang Pengaruh Efisiensi Perekonomian terhadap Pertumbuhan Ekonomi 32 Provinsi di Indonesia dengan hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa dari 32 provinsi yang dijadikan objek penelitian, 20 provinsi menunjukkan hubungan yang negatif antara ICOR dengan pertumbuhan ekonomi dan 12 provinsi menunjukkan hubungan yang positif antara ICOR dengan pertumbuhan ekonomi. Hasil analisis data panel menunjukkan bahwa ICOR dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang negatif dan signifikan dimana apabila ICOR turun sebesar 1 poin maka pertumbuhan ekonomi 32 Provinsi Indonesia akan meningkat sebesar 0,41 persen. Hasil penelitian proyeksi ICOR Indonesia menunjukkan bahwa terjadi penurunan angka ICOR Indonesia tahun 2011 – 2015.


(52)

2.3. Kerangka Konseptual

Dengan merujuk pada landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

Gambar 2.2. di atas menjelaskan variabel-variabel yang saling mempengaruhi dalam bentuk kerangka konseptual. Dalam konsep pertama, Investasi merupakan variabel X4 yang disebut sebagai variabel dependen atau

variabel terikat, Tingkat Bunga sebagai variabel X1, Tingkat Upah sebagai

variabel X2, yang merupakan variabel independen atau variabel bebas. Dimana

variabel eksogenus (X1 dan X2) mempengaruhi Investasi sebagai variabel

dependen (X4).

Tingkat Upah ( X2)

Pengeluaran Pembangunan ( X3)

I nvestasi ( X4)

Pengeluaran Rutin ( X5)

I COR ( X6)

Kesempatan kerja ( X7)

Tingkat Bunga ( X1)

Perekonomian Daerah ( Y) PY X1

PY X5

PY X4

PY X3

PX7 X4

PY X2

PX4 X1

PX4 X2

e3

e2

e1

PY X6


(53)

Selanjutnya pada Konsep kedua, Kesempatan Kerja sebagai variabel X7

yang disebut sebagai variabel dependen atau variabel terikat, Investasi sebagai variabel X4, yang merupakan variabel independen atau variabel bebas

mempengaruhi Kesempatan Kerja sebagai variabel dependen (X7).

Kemudian Konsep ketiga, perekonomian daerah merupakan variabel Y yang disebut sebagai variabel dependen atau variabel terikat, Tingkat Bunga sebagai variable X

1, Tingkat Upah sebagai variabel X2, Pengeluaran

Pembangunan sebagai variabel X3, Investasi sebagai variabel X4, Pengeluaran

Rutin sebagai variabel X5, ICOR sebagai variabel X6, Kesempatan Kerja sebagai

variabel X7, yang merupakan variabel independen atau variabel bebas. Dimana

variabel eksogenus (X1, X2, X3, X4, X5, X6, dan X7) mempengaruhi

Perekonomian Daerah sebagai variabel dependen (Y).

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini Penulis membuat hipotesis sebagai berikut :

1. Tingkat Bunga dan Tingkat Upah berpengaruh negatif terhadap Investasi; 2. Investasi berpengaruh positif terhadap Kesempatan Kerja;

3. Tingkat Bunga, Tingkat Upah, Pengeluaran Pembangunan, Investasi, Pengeluaran Rutin, ICOR, dan Kesempatan Kerja berpengaruh terhadap Perekonomian Daerah.


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

Langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna pemecahan masalah sekaligus pengujian hipotesis penelitian adalah merupakan metode penelitian.

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Dengan menganalisis pengaruh variabel eksogenus yaitu variabel Tingkat Bunga, Tingkat Upah, Pengeluaran Pembangunan, Investasi, Pengeluaran Rutin, ICOR, dan Kesempatan Kerja terhadap variabel indogenus Perekonomian Daerah selama kurun waktu 28 tahun (1983-2010) adalah menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder (time series). Variabel Tingkat Bunga, Tingkat Upah, Pengeluaran Pembangunan, Investasi, Pengeluaran Rutin, ICOR, dan Kesempatan Kerja serta Perekonomian Daerah sebagai variabel independen sumber datanya diperoleh dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Kota Tebing Tinggi, Bank Indonesia dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Tebing Tinggi, dalam kurun waktu 28 tahun (1983-2010).


(55)

(56)

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pencatatan langsung berupa data time series yaitu data dari tahun 1983–2010 (28 tahun).

3.4. Model Analisis Data

Pengolahan data statistik dilakukan dengan Software program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) versi 17.

Untuk mengetahui hubungan antara variabel Tingkat Bunga, Tingkat Upah, Pengeluaran Pembangunan, Investasi, Pengeluaran Rutin, ICOR, dan Kesempatan Kerja terhadap Perekonomian Daerah, digunakan metode kuadrat linier terkecil (Ordinary Least Square) dan analisis jalur (Path Analysis) dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel-variabel eksogenus (variable bebas) terhadap variabel endogenus (variable terikat) baik secara langsung maupun tidak langsung.

Secara matematis dalam model ekonomitrika hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat dirumuskan dalam fungsi sebagai berikut :

Untuk mengetahui hubungan antara Tingkat Bunga dan Tingkat Upah sebagai variabel eksogenus terhadap variabel Investasi sebagai variabel endogenus :

Investasi = f (Tingkat Bunga, Tingkat Upah) ………... (3.1)

Untuk mengetahui hubungan antara variabel Kesempatan Kerja berpengaruh terhadap Investasi

Kesempatan Kerja = f (Investasi)………..…………(3.2)


(57)

Untuk mengetahui hubungan antara variabel Tingkat Bunga, Tingkat Upah, Pengeluaran Pembangunan, Investasi, Pengeluaran Rutin, ICOR, Kesempatan Kerja berpengaruh terhadap Perekonomian Daerah :

Perekonomian Daerah = f (Tingkat Bunga, Tingkat Upah, Pengeluaran Pembangunan, Investasi, Pengeluaran Rutin, ICOR, Kesempatan Kerja) ... (3.3)

Untuk membuktikan hipotesis tersebut maka dibuat model sebagai berikut :

X4 = PX4 X1 + PX4 X2 +

e1

Dimana;

……….………..…… (i)

X4

X

= Investasi tahun ke t 1

X

= Tingkat Bunga 2

PX

= Tingkat Upah 4

X

= Koefisien regresi 7 = PX7 X4 +

e2

Dimana;

………...(ii)

X7

X

= Kesempatan Kerja 4

PX

= Investasi 7

Y = PY X

= Koefisien regresi

1 + PY X2 + PY X3 + PY X4 + PY X5 + PY X6 + PY X7 +

e3

dimana:

...(iii)

Y = Perekonomian Daerah

X1

X

= Tingkat bunga 2

X

= Tingkat upah 3 = Pengeluaran rutin


(58)

X4

X

= Investasi 5

X

= Pengeluaran pembangunan 6

X

= ICOR 7

PY1,2...n = Koefisien regresi masing-masing variabel independent. = Kesempatan Kerja

e = error

Selanjutnya persamaan demikian ditrasferkan ke dalam bentuk logaritma natural sebagai berikut :

Ln X4 = PX4 LnX1 + PX4 LnX2 + e1

Ln X

………. (persamaan linier 1)

7 = PX7 LnX4 + e2

LnY

………...… (persamaan linier 2)

= PY LnX1 + PYLn X2 + PYLn X3 + PYLn X4 + PYLn X5 + PYLn

X6 + PY LnX7 + e3

Untuk membuktikan hipotesis pertama, kedua, dan ketiga dibuktikan dengan model sebagai berikut :

……….. (persamaan linier 3)

a. Pengaruh langsung (direct effect) X4 = PX4 X1 + PX4 X2 +

e

1. Pengaruh variabel X

1

1 (Tingkat Bunga) terhadap variabel X4

X

(Investasi) secara langsung diformulasikan sebagai berikut :

1 X4 = PX4 X

2. Pengaruh variabel X

1

2 (Tingkat Upah) terhadap variabel X4

X

(Investasi) secara langsung diformulasikan sebagai berikut :

2 X4 = PX4 X

X

2


(59)

3. Pengaruh variabel X4 (Investasi) terhadap variabel X7

X4 X

(Kesempatan Kerja) secara langsung diformulasikan sebagai berikut :

7 = PX7 X4

Y = PY X

1 + PY X2 + PY X3 + PY X4 + PY X5 + PY X6 + PY X7 +

e3

4. Pengaruh variabel X

1

X

(Tingkat Bunga) terhadap variabel Y (Perekonomian Daerah) secara langsung diformulasikan sebagai berikut :

1 Y = PY X1

5. Pengaruh variabel X

2

X

(Tingkat Upah) terhadap variabel Y (Perekonomian Daerah) secara langsung diformulasikan sebagai berikut :

2 Y = PY X2

6. Pengaruh variabel X

3

X

(Pengeluaran Pembangunan) terhadap variabel Y (Perekonomian Daerah) secara langsung diformulasikan sebagai berikut :

3 Y = PY X3

7. Pengaruh variabel X

4

X

(Investasi) terhadap variabel Y (Perekonomian Daerah) secara langsung diformulasikan sebagai berikut :

4 Y = PY X4

8. Pengaruh variabel X

5

X

(Pengeluaran Rutin) terhadap variabel Y (Perekonomian Daerah) secara langsung diformulasikan sebagai berikut :

5 Y = PY X5

9. Pengaruh variabel X

6

X

(ICOR) terhadap variabel Y (Perekonomian Daerah) secara langsung diformulasikan sebagai berikut :

6 Y = PY X6

10. Pengaruh variabel X

7 (Kesempatan Kerja) terhadap variabel Y


(60)

X7 Y = PY X7

b. Pengaruh tidak langsung (indirect effect)

11.Pengaruh variabel X1 (Tingkat Bunga) terhadap variabel Y (Perekonomian

Daerah) melalui X4 (Investasi

X

)

1 X4 Y = (P X4 X1) (P Y X4

12.Pengaruh variabel X

)

2 (Tingkat Upah) terhadap Y (Perekonomian Daerah)

melalui X4

X

(Investasi)

2 X4 Y= (PX4 X2) (P Y X4

13.Pengaruh variabel X

)

4 (Investasi) terhadap variabel Y (Perekonomian

Daerah) melalui X7

X

(Kesempatan Kerja)

4 X7 Y = (Px7 X4) (Py X7

c. Pengaruh total (total effect)

)

14.Pengaruh Total variabel X1 (Tingkat Bunga) terhadap variabel Y

(Perekonomian Daerah) melalui X4 (Investasi

X

)

1 X4 Y = (PX4 X1) + (P Y X4

15.Pengaruh Total variabel X

)

2 (Tingkat Upah) terhadap variabel Y

(Perekonomian Daerah) melalui X4

X

(Investasi)

2 X4 Y= (PX4 X2) + (P Y X4

16.Pengaruh Total variabel X

)

4 (Investasi) terhadap variabel Y (Perekonomian

Daerah) melalui X7

X

(Kesempatan Kerja)


(61)

3.5. Uji Kesesuaian (Test Goodness Of Fit)

Uji kesesuaian (Test of Goodness Fit) diperlukan untuk mengetahui apakah model yang dibuat cukup baik atau tidak. Pengujian statistik akan dilakukan dengan menganalisis :

3.5.1. Koefisien Determinasi (R2

Uji R

)

2

dilakukan dengan tujuan untuk melihat seberapa besar variasi dari variabel-variabel independen secara bersamaan mampu memberikan penjelasan mengenai variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai R2 yang dihasilkan dalam pengolahan model regresi. Nilai R2 yang digunakan adalah 0 sampai 1 ( 0 < R2 < 1 ). Apabila R2 = 0, menunjukan bahwa variabel dependen sama sekali tidak dapat menjelaskan variabel independen. Apabila R2

3.5.2. Uji F (Uji Keseluruhan)

= 1, maka variabel dependen dapat dijelaskan seluruhnya oleh variabel independen.

Uji F-statistik merupakan pengujian dengan tujuan untuk menguji signifikan koefisien regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah: (Nachrowi dan Usman, 2006, 17)

H0 : ß1 = ß2 = ß3

H1 : tidak demikian (paling tidak ada satu slope yang ≠ 0) = …. = ßk = 0

Pengujian dilakukan dengan menggunakan tabel ANOVA (Analysis of Variance) untuk mengetahui nilai F-hitung. Selanjutnya Nilai F-hitung dibandingkan dengan nilai F-tabel, jika F-hitung > F-tabel maka H0

Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut :

ditolak, yang diartikan bahwa variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.


(62)

Ho : b1 = b2 = bk

H

= 0 (tidak ada pengaruh)

a : b2

Pengujian dilakukan dngan membandingkan nilai F-hitung dengan F- table. Jika F hitung > F table maka Ho ditolak, artinya variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen nilai F-hitung, dengan menggunakan rumus :

≠ bn ≠ 0 (ada pengaruh)

Dimana : R2

k = Jumlah variabel independen + intercept = Koefisien Determinasi

n = Jumlah sampel

H0 diterima

Ha diterima

H0 diterima Ha diterima 0 cr

Gambar 3.1. Kurva Uji F-statistik

maka kriteria pengambilan keputusan : Ho

H

diterima (F*<F-tbel) artinya variabel independen secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

a diterima (F*> F-tabel) artinya variabel independen secara parsial


(1)

Casewise Diagnosticsa

Case Number Std. Residual Kesempatan Kerja Predicted Value Residual

1 -.834 10.49 10.5981 -.11146

2 -.681 10.51 10.5989 -.09105

3 .020 10.60 10.6018 .00264

4 .708 10.70 10.6046 .09454

5 .388 10.66 10.6067 .05187

6 .692 10.70 10.6093 .09241

7 .972 10.75 10.6157 .12992

8 -.749 10.52 10.6165 -.10002

9 .621 10.70 10.6193 .08296

10 1.261 10.79 10.6258 .16850

11 -.373 10.64 10.6917 -.04988

12 -.720 10.60 10.6978 -.09622

13 -1.254 10.51 10.6820 -.16757

14 -.437 10.64 10.7020 -.05834

15 -1.087 10.55 10.6940 -.14526

16 -.700 10.60 10.6888 -.09353

17 -.071 10.71 10.7240 -.00950

18 -2.713 10.37 10.7278 -.36254

19 -.492 10.66 10.7295 -.06569

20 .195 10.75 10.7267 .02604

21 .228 10.76 10.7326 .03048

22 .206 10.76 10.7350 .02752

23 .532 10.80 10.7325 .07113

24 .300 10.78 10.7381 .04011

25 -.138 10.72 10.7380 -.01849

26 .529 10.81 10.7394 .07072

27 1.008 10.88 10.7408 .13472

28 2.589 11.09 10.7477 .34597

a. Dependent Variable: Kesempatan Kerja

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 10.5981 10.7477 10.6809 .05690 28

Std. Predicted Value -1.454 1.174 .000 1.000 28

Standard Error of Predicted Value .025 .045 .035 .006 28

Adjusted Predicted Value 10.5938 10.7513 10.6797 .05714 28

Residual -.36254 .34597 .00000 .13112 28

Std. Residual -2.713 2.589 .000 .981 28

Stud. Residual -2.800 2.709 .004 1.018 28

Deleted Residual -.38605 .37882 .00120 .14122 28

Stud. Deleted Residual -3.285 3.136 .002 1.113 28

Mahal. Distance .000 2.115 .964 .638 28

Cook's Distance .000 .349 .039 .077 28


(2)

(3)

Lampiran 5. Hasil Regresi Persamaan III

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Perekonomian Daerah 13.3405 .40556 28

Tingkat Bunga 2.7940 .22697 28

Tingkat Upah 11.8983 1.31592 28

Pengeluaran Pembangunan 15.8224 2.11332 28

Investasi 10.8092 1.23137 28

Pengeluaran Rutin 16.2926 1.89188 28

ICOR 1.4100 .29862 28

Kesempatan Kerja 10.6809 .14293 28

Correlations Perekonomian Daerah Tingkat Bunga Tingkat Upah Pengeluaran

Pembangunan Investasi

Pengeluaran

Rutin ICOR

Kesempatan Kerja Pearson Correlation Perekonomian Daerah

1.000 -.047 .967 .946 .949 .922 -.282 .509

Tingkat Bunga -.047 1.000 -.124 -.144 -.130 -.186 .282 -.033

Tingkat Upah .967 -.124 1.000 .965 .960 .985 -.331 .534

Pengeluaran Pembangunan

.946 -.144 .965 1.000 .910 .939 -.258 .512

Investasi .949 -.130 .960 .910 1.000 .930 -.223 .398

Pengeluaran Rutin .922 -.186 .985 .939 .930 1.000 -.382 .588

ICOR -.282 .282 -.331 -.258 -.223 -.382 1.000 -.204

Kesempatan Kerja .509 -.033 .534 .512 .398 .588 -.204 1.000

Sig. (1-tailed) Perekonomian Daerah

. .407 .000 .000 .000 .000 .073 .003

Tingkat Bunga .407 . .265 .232 .255 .172 .073 .435

Tingkat Upah .000 .265 . .000 .000 .000 .043 .002

Pengeluaran Pembangunan

.000 .232 .000 . .000 .000 .092 .003

Investasi .000 .255 .000 .000 . .000 .127 .018

Pengeluaran Rutin .000 .172 .000 .000 .000 . .022 .000

ICOR .073 .073 .043 .092 .127 .022 . .149

Kesempatan Kerja .003 .435 .002 .003 .018 .000 .149 .

N Perekonomian

Daerah

28 28 28 28 28 28 28 28

Tingkat Bunga 28 28 28 28 28 28 28 28

Tingkat Upah 28 28 28 28 28 28 28 28

Pengeluaran Pembangunan

28 28 28 28 28 28 28 28

Investasi 28 28 28 28 28 28 28 28

Pengeluaran Rutin 28 28 28 28 28 28 28 28

ICOR 28 28 28 28 28 28 28 28


(4)

Variables Entered/Removed

Model Variables Entered Variables Removed Method 1 Kesempatan Kerja,

Tingkat Bunga, Investasi, ICOR, Pengeluaran Pembangunan, Pengeluaran Rutin, Tingkat Upaha

. Enter

a. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1

.988a .977 .969 .07163 1.723

a. Predictors: (Constant), Kesempatan Kerja, Tingkat Bunga, ICOR, Investasi, Pengeluaran Pembangunan, Pengeluaran Rutin, Tingkat Upah

b. Dependent Variable: Perekonomian Daerah

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 4.338 7 .620 120.797 .000a

Residual .103 20 .005

Total 4.441 27

a. Predictors: (Constant), Kesempatan Kerja, Tingkat Bunga, ICOR, Investasi, Pengeluaran Pembangunan, Pengeluaran Rutin, Tingkat Upah

b. Dependent Variable: Perekonomian Daerah

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 5.585 1.426 3.915 .001

Tingkat Bunga .049 .074 .028 .662 .515

Tingkat Upah .424 .138 1.376 3.062 .006

Pengeluaran Pembangunan .038 .032 .196 1.193 .247

Investasi .137 .058 .415 2.352 .029

Pengeluaran Rutin -.240 .057 -1.121 -4.221 .000

ICOR -.119 .063 -.088 -1.899 .072

Kesempatan Kerja .429 .146 .151 2.945 .008


(5)

Casewise Diagnosticsa

Case Number Std. Residual PDRB Predicted Value Residual

1 -.836 12.57 12.6339 -.05985

2 .011 12.65 12.6480 .00080

3 -.377 12.71 12.7343 -.02704

4 -.035 12.76 12.7629 -.00248

5 1.424 12.82 12.7135 .10202

6 -.380 12.90 12.9253 -.02723

7 .495 12.99 12.9509 .03543

8 -.494 13.02 13.0588 -.03537

9 .179 13.11 13.0934 .01283

10 -.984 13.17 13.2446 -.07045

11 -.843 13.26 13.3185 -.06040

12 -.362 13.38 13.4022 -.02594

13 1.663 13.48 13.3627 .11912

14 .461 13.55 13.5167 .03301

15 2.332 13.59 13.4206 .16704

16 .125 13.42 13.4098 .00893

17 -.326 13.45 13.4707 -.02338

18 -1.168 13.48 13.5620 -.08368

19 .306 13.51 13.4905 .02190

20 -1.350 13.55 13.6473 -.09669

21 -.193 13.59 13.6068 -.01379

22 -.715 13.64 13.6919 -.05120

23 -.897 13.68 13.7479 -.06429

24 -.085 13.74 13.7417 -.00606

25 .971 13.79 13.7241 .06958

26 .067 13.85 13.8475 .00478

27 .594 13.91 13.8676 .04256

28 .417 13.97 13.9392 .02986

a. Dependent Variable: Perekonomian Daerah

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 12.6339 13.9392 13.3405 .40085 28

Std. Predicted Value -1.763 1.494 .000 1.000 28

Standard Error of Predicted Value .021 .053 .037 .009 28

Adjusted Predicted Value 12.6474 13.9137 13.3443 .39907 28

Residual -.09669 .16704 .00000 .06165 28

Std. Residual -1.350 2.332 .000 .861 28

Stud. Residual -1.590 2.529 -.021 .997 28

Deleted Residual -.15507 .19644 -.00378 .08411 28

Stud. Deleted Residual -1.658 2.989 .000 1.063 28

Mahal. Distance 1.455 13.958 6.750 3.480 28

Cook's Distance .000 .270 .047 .068 28


(6)