Gambaran Umum Kondisi Daerah Kota Tebing Tinggi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah Kota Tebing Tinggi

Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu dari tujuh kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Luas Wilayah Kota Tebing Tinggi adalah 3.843,8 hektar atau 38,438 km 2 , yang terdiri dari 5 lima Kecamatan dan 35 tiga puluh lima Kelurahan. Sebagian besar 50,99 persen lahan di Kota Tebing Tinggi dipergunakan sebagai lahan pertanian. Kota Tebing Tinggi yang berjarak sekitar 80 km dari Kota Medan ibukota Propinsi Sumatera Utara serta terletak pada jalur lintas utama Sumatera, yaitu yang menghubungkan Lintas Timur dan Lintas Tengah Sumatera Utara melalui Lintas Diagonal pada ruas jalan Tebing Tinggi- Pematangsiantar-Parapat-Balige-Siborong-borong. Kota Tebing Tinggi terletak diantara 3 16’-3 23’ Lintang Utara dan 99 07’-99 a. Sebelah Utara dengan PTPN III Kebun Rambutan, Kabupaten Serdang Bedagai. 12’ Bujur Timur dengan batas – batas : b. Sebelah Selatan dengan PTPN IV Kebun Pabatu dan Perkebunan Paya Pinang, Kabupaten Serdang Bedagai. c. Sebelah Timur dengan PT. Socfindo Tanah Besi dan PTPN III Kebun Rambutan, Kabupaten Serdang Bedagai. d. Sebelah Barat dengan PTPN III Kebun Gunung Pamela, Kabupaten Serdang Bedagai. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.1. Peta Kota Tebing Tinggi 4.1.1. Perkembangan PDRB di Kota Tebing Tinggi PDRB hakekatnya menggambarkan tingkatan aktifitas kegiatan perekonomian daerah yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat dan swasta dalam waktu tertentu. Dengan demikian PDRB dapat dijadikan indikator kegiatan pembangunan daerah bidang ekonomi. Universitas Sumatera Utara Perkembangan PDRB Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1. Perkembangan PDRB Kota Tebing Tinggi atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 1983-2010 Tahun PDRB Pertumbuhan Tahun PDRB Pertumbuhan Juta Rupiah Juta Rupiah 1983 288.957,00 5,08 1997 796.198,00 3,86 1984 311.403,00 7,77 1998 672.503,00 -15,54 1985 330.133,00 6,01 1999 691.982,00 2,90 1986 348.152,00 5,46 2000 713.799,00 3,15 1987 367.870,00 5,66 2001 738.549,00 3,47 1988 399.533,00 8,61 2002 767.274,00 3,89 1989 436.401,00 9,23 2003 800.484,00 4,33 1990 452.904,00 3,78 2004 839.640,00 4,89 1991 492.005,00 8,63 2005 876.470,00 4,39 1992 526.593,00 7,03 2006 923.200,00 5,33 1993 572.710,00 8,76 2007 978.410,00 5,98 1994 644.506,00 12,54 2008 1.037.465,00 6,04 1995 716.303,00 11,14 2009 1.099.238,00 5,95 1996 766.595,00 7,02 2010 1.165.932,00 6,07 Sumber : BPS Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 Pembangunan bidang ekonomi Kota Tebing Tinggi merupakan diantara tugas, fungsi dan ditanggungjawabi oleh Pemerintah Kota Tebing Tinggi oleh karena itu laju pertumbuhan PDRB turut diwarnai oleh kebijakan-kebijakan ekonomi Pemerintah Kota baik makro maupun mikro yang tetap bertujuan dan dalam koridor mensejahterakan masyarakat kota pada khususnya. Untuk itu tiap tahunnya pengalokasian dana melalui APBD diharapkan mampu dan sebagai instrumen dalam menggerakan pertumbuhan ekonomi. Universitas Sumatera Utara Untuk jelasnya perkembangan pertumbuhan PDRB Kota Tebing Tinggi digambarkan dalam grafik berikut: Sumber : BPS Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 Gambar 4.2. Perkembangan PDRB Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 Pada gambar di atas menunjukkan kondisi perekonomian periode 1983- 1992, mengalami pertumbuhan cukup baik dan tidak terdapat kontraksi atau pertumbuhan negatif. Artinya selama periode 1983-1992 mempertahankan pertumbuhan jangka panjang. Sedangkan periode 1993-2010 mengalami penurunan pertumbuhan atau kontraksi hal ini ditunjukkan oleh PDRB tahun 1994 dan pada PDRB tahun 1998. Pertumbuhan negatif tahun 1998 diakibatkan oleh resesi krisis moneter pertengahan tahun 1997 yang diikuti oleh krisis ekonomi yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi 1998 dengan perkembangan sebesar -15,54 . Kota Tebing Tinggi merupakan bagian dari Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI maka yang dialami oleh Indonesia dialami juga oleh Kota Tebing Tinggi khususnya ketika krisis moneter terjadi. Memasuki era tahun Universitas Sumatera Utara 1999 kondisi perekonomian mulai membaik dan pada tahun 2000 sudah mulai pulih kembali hingga tahun 2010 dengan perkembangan tercatat sebesar 6.07 . 4.1.2. Keadaan Perekonomian Daerah Sesuai dengan Visi Kota Tebing Tinggi yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Tebing Tinggi Nomor 15 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Tebing Tinggi Tahun 2006-2025, yaitu Tebing Tinggi sebagai “Kota Jasa dan Perdagangan dengan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas”. Visi tersebut mengandung makna bahwa pilar utama dalam pembangunan adalah sektor pendidikan, sektor kesehatan dan pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah. Hal ini senantiasa ditunjukan dengan pengalokasiaan anggaran dan kebijakan-kebijakan lainnya. Disamping juga penekanan terhadap pembangunan infrastruktur kota sebagai syarat yang harus dipenuhi dalam perwujudan kota jasa. Karena pada hakekatnya infrastruktur perkotaan ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah sekaligus sebagai kemudahan akses masyarakat dalam menikmati pelayanan yang disajikan oleh Pemerintah Kota. Aktivitas ekonomi utama yang bertumpu pada sektor perdagangan dan jasa sudah barang tentu tetap memperhatikan keberadaan potensi ekonomi lokal, dalam koridor dan sikap masyarakat yang senantiasa mengedepankan kereligiusan guna mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat. Diantara indikator penting untuk mengetahui keadaan perekonomian suatu daerah sekaligus potensi ekonomi di suatu wilayah dalam periode tertentu maka ditunjukkan oleh data Produk Domestik Regional Brutto PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000. PDRB diartikan sebagai jumlah seluruh nilai barang dan jasa Universitas Sumatera Utara akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi dalam suatu wilayah atau juga merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi sudah barang tentu juga akan berpengaruh terhadap pendapatan daerah. Apabila suatu daerah semakin mampu menggali potensi perekonomian daerah yang dimiliki, maka semakin besar pula Pendapatan Asli Daerah PAD dan PDRB daerah tersebut. Akhirnya akan semakin besar pula kemampuan daerah dalam menunjang pembangunan dan pelaksanaan otonomi daerah. Berbagai cara telah dilakukan oleh Pemerintah Kota untuk menggali sumber-sumber penerimaan guna membiayai pengeluaran yang dibutuhkan dalam melaksanakan pembangunan. Diantaranya adalah : pertama; menghimpun penerimaan dari semua sumber pendapatan daerah secara optimal sesuai ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku, kedua; mengupayakan peningkatan konstribusi dari masing-masing bagian pendapatan daerah sehingga kebutuhan pembiayaan Pemerintah Kota dapat dipenuhi secara tepat dan cukup. Dan yang ketiga adalah dengan memberdayakan potensi yang dimiliki untuk dapat meningkatkan penerimaan pendapatan daerah. Kondisi perekonomian daerah Kota Tebing Tinggi sebagaimana ditunjukan pada Tabel 4.1. PDRB per kapita Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 di atas.

4.1.3. Perkembangan Tingkat Bunga di Kota Tebing Tinggi

Teoritisnya Tingkat Bunga sangat menentukan investor dalam berinvestasi dan peranan Tingkat Bunga berpengaruh luas dalam aktivitas perekonomian disamping faktor-faktor lainnya. Pada tahun 1983 Tingkat bunga di Kota Tebing Tinggi tercatat 10,5 dan terus meningkat hingga tahun 1991 pada level 25,1. Universitas Sumatera Utara Tingkat bunga mengalami kenaikan pada tahun 1997 dan 1998 yang diakibatkan terjadinya krisis moneter yang diikuti oleh krisis ekonomi. Guna kekondusifan perekonomian maka pemerintah ketika itu menarik uang dari pasaran melalui naiknya suku bunga. Pulihnya perekonomian Indonesia dirasakan oleh daerah, pasca krisis moneter suku bunga terus mengalami penurunan hingga tahun 2010 yang tercatat 12,38. Perkembangan Tingkat Bunga di Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 adalah seperti tabel berikut : Tabel 4.2. Perkembangan Tingkat Bunga Kota Tebing Tinggi Tahun 1983- 2010 Tahun Tingkat Bunga Pertumbuhan Tahun Tingkat Bunga Pertumbuhan 1983 10,50 - 1997 17,34 5,60 1984 10,50 - 1998 23,16 33,56 1985 12,00 14,29 1999 22,93 0,99 1986 17,80 48,33 2000 16,59 27,65 1987 18,70 5,06 2001 17,90 7,90 1988 19,60 4,81 2002 17,82 0,45 1989 19,70 0,51 2003 15,68 12,01 1990 21,20 7,61 2004 14,05 10,40 1991 25,10 18,40 2005 15,66 11,46 1992 21,20 15,54 2006 15,10 3,58 1993 16,50 22,17 2007 13,01 13,84 1994 14,96 9,33 2008 14,40 10,68 1995 15,75 5,28 2009 13,12 8,89 1996 16,42 4,25 2010 12,38 5,64 Sumber : Bank Indonesia Tahun 1983-2010 Universitas Sumatera Utara Dan Perkembangan Tingkat Bunga di Kota Tebing Tinggi Tahun 1983- 2010 digambarkan dalam grafik berikut: Sumber : Bank Indonesia Tahun 1983-2010 Gambar 4.3. Perkembangan Tingkat Bunga Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 Universitas Sumatera Utara

4.1.4. Perkembangan Tingkat Upah di Kota Tebing Tinggi

Perkembangan Tingkat Upah di Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 adalah seperti tabel berikut : Tabel 4.3. Perkembangan Tingkat Upah Kota Tebing Tinggi Tahun 1983- 2010 Tahun Tingkat Upah Pertumbuhan Tahun Tingkat Upah Pertumbuhan Rupiah Rupiah 1983 20.000,00 - 1997 151.000,00 9,42 1984 20.000,00 - 1998 174.000,00 15,23 1985 25.000,00 25,00 1999 210.000,00 20,69 1986 25.000,00 - 2000 254.000,00 20,95 1987 25.000,00 - 2001 340.000,00 33,86 1988 36.000,00 44,00 2002 464.000,00 36,47 1989 36.000,00 - 2003 505.000,00 8,84 1990 57.900,00 60,83 2004 537.000,00 6,34 1991 57.900,00 - 2005 600.000,00 11,73 1992 67.500,00 16,58 2006 737.794,00 22,97 1993 93.000,00 37,78 2007 761.000,00 3,15 1994 112.500,00 20,97 2008 822.205,00 8,04 1995 126.500,00 12,44 2009 905.000,00 10,07 1996 138.000,00 9,09 2010 965.000,00 6,63 Sumber : Depnakertrans, Direktorat Pengupahan Jamsostek – Ditjen Binawas Dan Perkembangan Tingkat Upah di Kota Tebing Tinggi Tahun 1983- 2010 digambarkan dalam grafik berikut: Sumber: Depnakertrans, Direktorat Pengupahan Jamsostek – Ditjen Binawas Gambar 4.4. Perkembangan Tingkat Upah Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel 4.3. dan gambar 4.4. diatas menunjukkan bahwa peningkatan upah terus mengalami lonjakan kenaikan dan tidak ada penurunan pada tahun 1983 tingkat upah sebesar Rp. 20.000 dan pada tahun 2010 sebesar Rp. 965.000. Penetuan upah terpaut erat dengan kondisi dan dinamika perpolitikan. Dimulaianya era reformasi tahun 1998 menyebabkan perubahan pada hubungan industrial yang cendrung dan memungkinkan bagi pekerja untuk menuntut lebih akan hak-haknya. Hal ini ditandai dengan meningkatnya kebebasan menyuarakan aspirasi melaui demonstrasi dan unjuk rasa untuk menaikkan upah. Dilema peningkatan upah, kenaikan upah yang terlalu terlalu cepat dan tinggi berpotensi akan mengurangi kesempatan kerja.

4.1.5. Perkembangan Pengeluaran Pembangunan di Kota Tebing Tinggi

Perkembangan Pengeluaran Pembangunan di Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 adalah seperti tabel berikut : Tabel 4.4. Perkembangan Pengeluaran Pembangunan Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 Tahun Pengeluaran Pembangunan Pertumbuhan Tahun Pengeluaran Pembangunan Pertumbuhan Ribu Rupiah Ribu Rupiah 1983 653.963,60 - 1997 7.562.695,82 15,70 1984 744.178,80 13,80 1998 6.090.695,82 19,46 1985 125.600,00 83,12 1999 6.420.513,47 5,42 1986 186.268,00 48,30 2000 14.070.415,21 119,15 1987 164.927,00 11,46 2001 21.080.474,21 49,82 1988 1.210.305,59 633,84 2002 39.669.723,80 88,18 1989 1.976.795,00 63,33 2003 46.092.830,00 16,19 1990 2.062.506,88 4,34 2004 47.238.156,72 2,48 1991 3.452.526,37 67,39 2005 67.076.386,63 42,00 1992 3.516.259,00 1,85 2006 62.267.545,00 7,17 1993 4.367.497,16 24,21 2007 120.855.412,00 94,09 1994 4.545.070,38 4,07 2008 182.681.481,00 51,16 1995 8.683.974,84 91,06 2009 181.704.853,00 0,53 1996 8.971.249,84 3,31 2010 114.960.973,00 36,73 Sumber : Bappeda Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 Universitas Sumatera Utara Dan Perkembangan Pengeluaran Pembangunan di Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 digambarkan dalam grafik berikut: Sumber : Bappeda Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 Gambar 4. 5. Perkembangan Pengeluaran Pembangunan Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 Gambar di atas menunjukkan bahwa pada kurun waktu Tahun 1983-2010 perkembangan pengeluaran pembangunan Kota Tebing Tinggi yang ditampung dalam APBD mengalami penurunan pertumbuhan atau kontraksi pada tahun 1997-1998, kondisi ini disebabkan oleh krisis moneter yang berdampak pada Struktur APBD Kota Tebing Tinggi, semula pada Tahun 1996 APBD menganggarkan Pengeluaran Pembangunan sebesar Rp. 8.971.249.840 dan mengalami kontraksi pada tahun 1997 menjadi sebesar Rp. 7.562.695.820 -15.70 selanjutnya diikuti tahun 1998 menjadi sebesar Rp. 6.090.695.820 -19.46 . Pada tahun 1999 Pengeluaran Pembangunan mulai beranjak naik seiring dengan mulai pulihnya perekonomian. Pada tahun 2010 Pengeluaran Pembangunan kembali mengalami kontraksi hal ini lebih disebabkan pergeseran alokasi pembiayaan pada struktur APBD. Universitas Sumatera Utara Anggaran Pengeluaran Pembangunan dalam struktur APBD merupakan wujud investasi Pemerintah Kota khususnya dibidang infrastruktur melalui posrekening belanja modal. Karena Infrastruktur memegang peranan penting dalam menggerakan pertumbuhan ekonomi disamping juga investor akan tertarik untuk menanamkan investasinya jika daerah mempunyai infrastruktur yang baik dan berkualitas yang menjadikan daerah mempunyai daya saing. Contoh sederhananya dengan kualitas jalan yang baik maka hasil panen tanaman rakyat masih segar ketika dijual di pasar. Penelitian yang dilakukan oleh Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah, USAID dan The Asia Foundation 2005 yang menyimpulkan bahwa dari 59 kota yang diteliti Kota Tebing Tinggi berada pada tingkat 27 yang mempunyai infrastrukstur baik dan lebih baik dari pada Kota Pematang Siantar dan Binjai.

4.1.6. Perkembangan Investasi di Kota Tebing Tinggi

Perkembangan Investasi di Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 adalah seperti tabel berikut : Tabel 4. 5. Perkembangan Investasi Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 Tahun Investasi Pertumbuhan Tahun Investasi Pertumbuhan Juta Rupiah Juta Rupiah 1983 8.252,00 - 1997 65.683,00 15,89 1984 8.395,86 1,74 1998 58.725,00 10,59 1985 8.926,00 6,31 1999 125.770,00 114,17 1986 9.486,66 6,28 2000 136.580,00 8,60 1987 9.922,00 4,59 2001 141.790,00 3,81 1988 10.502,00 5,85 2002 133.440,00 5,89 1989 12.065,00 14,88 2003 151.550,00 13,57 1990 12.270,00 1,70 2004 159.470,00 5,23 1991 13.045,00 6,32 2005 151.222,43 5,17 1992 15.000,00 14,99 2006 170.684,69 12,87 1993 62.477,00 316,51 2007 170.283,31 0,24 1994 71.323,00 14,16 2008 175.542,12 3,09 1995 50.690,00 28,93 2009 180.800,93 3,00 1996 78.090,00 54,05 2010 209.867,76 16,08 Sumber : Bappeda Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 Universitas Sumatera Utara Dan Perkembangan Investasi di Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 digambarkan dalam grafik berikut: Sumber : Bappeda Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 Gambar 4. 6. Perkembangan Investasi Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 Tabel 4.5. dan gambar 4.6. di atas menunjukkan bahwa Investasi di Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 juga mengalami pasang surut. Kontraksi investasi terjadi pada tahun 1997 menjadi sebesar Rp. 65.683.000.000 dan tahun 1998 menjadi sebesar Rp. 58.725.000.000 dibandingkan pada tahun 1996 sebesar Rp..78.090.000.000 atau sebelum krisis moneter. Pada saat bergulirnya krisis moneter pemerintah menerapkan kebijakan menarik uang beredar dengan menaikkan suku bunga. Kebijakan demikian sudah barang tentu berimbas pula pada investasi. Diawali pada tahun 1999 hingga tahun 2010 perkembangan investasi dapat dikatakan mengalami lonjakan perkembangan cukup berarti. Investasi akan menimbulkan multiplier effect dalam perekonomian, meningkatnya stok kapital dan kapasitas produksi berakibat terserapnya tenaga kerja karena kegiatan produksi. Oleh karena itu daerah memerlukan investasi yang membuahkan kesempatan kerja. Penelitian “Pemeringkatan Daya Saing Investasi KabupatenKota” yang dilakukan oleh Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Universitas Sumatera Utara Daerah, USAID dan The Asia Foundation 2005, menunjukkan bahwa Kota Tebing Tinggi berada pada peringkat 35 dari 59 Kota yang diteliti, peringkat demikian menunjukkan bahwa Kota Tebing Tinggi baik sebagai tempat berinvestasi ketimbang Pematang Siantar dan Binjai.

4.1.7. Perkembangan Pengeluaran Rutin di Kota Tebing Tinggi

Dalam APBD pengeluaran pemerintah Kota Tebing Tinggi mengelompokan ke dalam dua bagian, pertama pengeluaran pembangunan dan yang kedua kelompok Pengeluaran Rutin. Pengeluaran rutin ini pada dasarnya berunsurkan pengeluaran untuk membiayai pelaksanaan aktivitas pemerintahan sehari-hari dan bersifat rutinitas termasuk belanja gaji pegawai negeri sipil PNS dan tunjangan-tunjangan yang melekat. Perkembangan Pengeluaran Rutin di Kota Tebing Tinggi Tahun 1983- 2010 adalah seperti tabel berikut : Tabel 4.6. Perkembangan Pengeluaran Rutin Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 Tahun Pengeluaran Rutin Pertumbuhan Tahun Pengeluaran Rutin Pertumbuhan Ribu Rupiah Ribu Rupiah 1983 937.567,80 - 1997 7.575.952,03 10,41 1984 1.098.120,70 17,12 1998 13.888.406,28 83,32 1985 1.210.718,38 10,25 1999 18.874.199,28 35,90 1986 1.446.296,00 19,46 2000 16.934.938,53 10,27 1987 1.717.068,20 18,72 2001 53.506.594,09 215,95 1988 1.559.749,68 9,16 2002 76.071.815,30 42,17 1989 1.786.100,60 14,51 2003 97.761.781,00 28,51 1990 1.976.765,45 10,67 2004 84.001.191,62 14,08 1991 2.510.731,76 27,01 2005 85.834.957,78 2,18 1992 3.125.348,00 24,48 2006 135.193.180,00 57,50 1993 4.270.339,37 36,64 2007 161.718.470,00 19,62 1994 4.552.553,39 6,61 2008 147.140.154,00 9,01 1995 6.168.814,45 35,50 2009 180.841.566,00 22,90 1996 6.861.814,45 11,23 2010 214.355.788,00 18,53 Sumber : Bappeda Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 Dan Perkembangan Pengeluaran Rutin di Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 digambarkan dalam grafik berikut : Universitas Sumatera Utara Sumber : Bappeda Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 Gambar 4.7. Perkembangan Pengeluaran Rutin Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 Tabel 4.6. dan Gambar 4.7. diatas memberikan gambaran bahwa dalam kurun waktu antara Tahun 1983 sebesar Rp. 937.567.800 sampai Tahun 2010 sebesar Rp. 214.355.788.000 Pengeluaran Rutin Pemerintah Kota Tebing Tinggi yang ditampung pada APBD Kota menunjukan peningkatan. Peningkatan ini lebih didasari oleh kenaikan gaji pegawai negeri sipil PNS dalam setiap tahunannya yang ditetapkan oleh PemerintahPresiden disamping juga pertambahan jumlah pegawai negeri sipil PNS Kota Tebing Tinggi. Dengan bertambahnya jumlah pegawai negeri sipil PNS Kota Tebing Tinggi maka turut serta membebani Pengeluaran Rutin. Praktiknya, dalam setiap tahun anggaran Pemerintah melalui Kementerian Dalam Negeri menerbitkan pedoman penyusunan APBD bagi Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota. Efisiensi dan efektifitas pengeluaran rutin menjadi penekanan penganggaran pada APBD. Singkatnya Pemerintah berupaya agar Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota dalam menetapkan kebijakan pengeloaan keuangannya menitikberatkan pengeluaran rutin harus lebih kecil Universitas Sumatera Utara daripada pengeluaran pembangunan. Dengan pertimbangan bahwa pengeluaran pembangunan lebih memberikan dampak langsung dalam menggerakan aktifitas perekonomian dan pertumbuhan ekonomi daerah.

4.1.8. Perkembangan ICOR di Kota Tebing Tinggi

Diantara indikator yang dapat digunakan untuk melihat kebutuhan investasi adalah Koefisien ICOR. Koefisien ICOR menunjukkan besaran investasi yang dibutuhkan untuk mewujudkan tingkat pertumbuhan yang diinginkan disamping juga menunjukkan tingkat efisiensi perekonomian, dengan demikian maka semakin rendah Koefisien ICOR semakin efisien perekonomian suatu daerah pada suatu waktu tertentu. Perkembangan ICOR di Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 adalah seperti tabel berikut : Tabel 4.7. Perkembangan Koefisien ICOR Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 Tahun Koefisien Pertumbuhan Tahun Koefisien Pertumbuhan ICOR ICOR 1983 0,59 - 1997 2,22 42,90 1984 0,37 36,68 1998 0,47 121,40 1985 0,48 27,40 1999 6,46 1460,00 1986 0,53 10,48 2000 6,26 3,04 1987 0,50 4,43 2001 5,73 8,49 1988 0,33 34,09 2002 4,65 18,91 1989 0,33 1,34 2003 4,56 1,77 1990 0,74 127,20 2004 4,07 10,75 1991 0,33 55,13 2005 4,11 0,82 1992 0,43 29,99 2006 3,65 11,04 1993 1,35 212,39 2007 3,08 15,56 1994 0,99 26,67 2008 2,97 3,62 1995 0,71 28,93 2009 2,93 1,54 1996 1,55 119,93 2010 3,15 7,51 Sumber : Bappeda Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 Universitas Sumatera Utara Dan Perkembangan Koefisien ICOR di Kota Tebing Tinggi Tahun 1983- 2010 digambarkan dalam grafik berikut : Sumber : Bappeda Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 Gambar 4.8. Perkembangan Koefisien ICOR Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 Berdasarkan Tabel 4.7. dan gambar 4.8. di atas menunjukkan Perkembangan ICOR Kota Tebing Tinggi dalam kurun waktu Tahun 1983-2010 mengalami fluktuasi, yang antara lain disebabkan oleh krisis moneter dan faktor- faktor lainnya. Menurut data di atas maka jika dirata-ratakan Koefisien ICOR dalam kurun waktu Tahun 1983-2010 adalah sebesar 2,24 yang memberi makna bahwa investasi yang dilakukan di Kota Tebing Tinggi cukup efisien dalam meningkatkan perekonomian daerah.

4.1.9. Perkembangan Kesempatan Kerja di Kota Tebing Tinggi

Kesempatan kerja muncul karena adanya investasi dan perluasan kesempatan kerja sangat ditentukan oleh laju pertumbuhan investasi, laju pertumbuhan penduduk serta angkatan kerja. Strategi pembangunan atau kebijakan yang diterapkan juga mempengaruhi usaha perluasan kesempatan kerja. Sebagai contoh dalam proses pengadaan barang jasa yang dibutuhkan oleh Universitas Sumatera Utara Pemerintah Daerah mensyaratkan agar pekerja yang melaksanakan proyekkegiatan berasal dari penduduk setempat. Diharapkan kebijakan demikian akan menciptakan perluasan kesempatan kerja yang pada akhirnya mendorong pendapatan penduduk daerah dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Berdasarkan data yang ada menunjukkan Perkembangan Kesempatan Kerja di Kota Tebing Tinggi Tahun 1983 adalah sebesar 35.835 jiwa dan pada Tahun 2010 adalah sebesar 65.751 jiwa. Pasang surutnya kesempatan kerja dalam kurun waktu tersebut dipengaruhi oleh krisis moneter di Indonesia yang juga dialami oleh Kota Tebing Tinggi disamping juga kondisi perpolitikan saat bergulirnya reformasi. Karena sebagaimana yang disinggung di atas tadi bahwa faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja diantaranya adalah investasi. Ketika bergulirnya krisis moneter investasi juga mengalami lonjakan penurunan. Untuk jelasnya perkembangan Kesempatan Kerja di Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 disajaikan sebagai berikut: Tabel 4.8. Perkembangan Kesempatan Kerja Kota Tebing Tinggi Tahun 1983 - 2010 Tahun Kesempatan Kerja Pertumbuhan Tahun Kesempatan Kerja Pertumbuhan Jiwa Jiwa 1983 35.835,00 - 1997 38.129,00 9,05 1984 36.603,00 2,14 1998 39.946,00 4,77 1985 40.312,00 10,13 1999 45.004,00 12,66 1986 44.317,00 9,94 2000 31.738,00 29,48 1987 42.554,00 3,98 2001 42.781,00 34,79 1988 44.431,00 4,41 2002 46.760,00 9,30 1989 46.426,00 4,49 2003 47.245,00 1,04 1990 36.918,00 20,48 2004 47.216,00 0,06 1991 44.456,00 20,42 2005 49.200,00 4,20 1992 48.740,00 9,64 2006 47.965,00 2,51 1993 41.848,00 14,14 2007 45.230,00 5,70 1994 40.198,00 3,94 2008 49.520,00 9,48 1995 36.844,00 8,34 2009 52.865,00 6,75 1996 41.925,00 13,79 2010 65.751,00 24,38 Sumber : BPS Sumatera Utara Tahun 1983-2010 Universitas Sumatera Utara Dan Perkembangan Kesempatan Kerja di Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010 digambarkan dalam grafik berikut : Sumber : BPS Sumatera Utara Tahun 1983-2010 Gambar 4.9. Perkembangan Kesempatan Kerja Kota Tebing Tinggi Tahun 1983-2010

4.2. Analisis Data