44 Buddha. Pada tahun 1006 Sriwijaya juga telah membangun wihara
sebagai tempat suci agama Buddha di Nagipattana, India Selatan. Hubungan Sriwijaya dengan India Selatan waktu itu sangat erat.
Bangunan lain yang sangat penting adalah Biaro Bahal yang ada di Padang Lawas, Tapanuli Selatan. Di tempat ini pula terdapat
bangunan wihara.
Kerajaan Sriwijaya akhirnya mengalami kemunduran karena beberapa hal antara lain
:
a Keadaan sekitar Sriwijaya berubah, tidak lagi dekat dengan
pantai. Hal ini disebabkan aliran Sungai Musi, Ogan, dan Komering banyak membawa lumpur. Akibatnya. Sriwijaya
tidak baik untuk perdagangan. b
Banyak daerah kekuasaan Sriwijaya yang melepaskan diri. Hal ini disebabkan terutama karena melemahnya angkatan laut
Sriwijaya, sehingga pengawasan semakin sulit. c
Dari segi politik, beberapa kali Sriwijaya mendapat serangan dari kerajaan-kerajaan lain. Tahun 1017 M Sriwijaya mendapat
serangan dari Raja Rajendracola dari Colamandala, namun Sriwijaya masih dapat bertahan. Tahun 1025 serangan itu
diulangi, sehingga Raja Sriwijaya, Sri Sanggramawi jayat tunggawarman ditahan oleh pihak Kerajaan Colamandala.
Tahun 1275, Raja Kertanegara dari Singhasari melakukan Ekspedisi Pamalayu. Hal itu menyebabkan daerah Melayu
lepas. Tahun 1377 armada angkatan laut Majapahit menyerang Sriwijaya Serangan ini mengakhiri riwayat Kerajaan Sriwijaya.
b. Kerajaan Mataram Kuno 1. Letak Geografis
Kerajaan Mataram Kuno terletak di pedalaman Jawa Tengah dengan daerah intinya disebut Bhumi Mataram. Daerah tersebut
dikelilingi oleh banyak pegunungan dan gunung-gunung, antara lain Pegunungan Serayu, Gunung Prau, Gunung Sindoro, Gunung
Sumbing, Gunung Ungaran, Gunung Merbabu, Gunung Merapi, Pegunungan Kendang, Gunung Lawu, Gunung Sewu dan Gunung
Kidul. Daerah itu juga dialiri banyak sungai antara lain Sungai Bengawan Solo. Wilayah kerajaan yang tertutup secara geografis dan
subur yang sesuai untuk bidang pertanian. Hal ini menyebabkan kerajaan yang bersifat agraris semakin kuat.
2. Dinasti Sanjaya
45
1 Sumber Sejarah
Berikut sumber sejarah mengenai berdirinya dinasti Sanjaya:
a Prasasti Canggal
Prasasti Canggal berangka tahun 732 M, prasasti ini menginfokan bahwa di Jawa Tengah sudah ada
kerajaan yang bernama Mataram dan raja-rajanya menganut agama Hindu.
b Prasasti Balitung 907 M
Prasasti ini dikeluarkan oleh Raja Diah Balitung. Raja Diah Balitung mengeluarkan prasasti ini sehubungan
dengan pemberian hadiah tanah kepada lima orang patihnya di Mantyasih karena lima patihnya itu telah
berjasa terhadap kerajaan. Dalam Prasasti Balitung disebutkan nama raja yang pernah memerintah di
Kerajaan Mataram dari dinasti Sanjaya.
2 Kehidupan Politik
Kemajuan Mataram diperintah oleh raja-raja keturunan dari dinasti Sanjaya. Raja-raja tersebut adalah Rakai Mataram
Sang Ratu Sanjaya, Sri Maharaja Rakai Pikatan, Sri Maharaja Rakai Kayuwangi, Sri Maharaja Rakai Watuhumalang, Sri
Maharaja Watukura Diah Balitung, Sri Maharaja Daksa, dan Sri Maharaja Rakai Wawa.
3. Dinasti Syailendra
Di Jawa Tengah bagian selatan daerah Bagelen dan Yogyakarta, pada pertengahan abad ke-8 M diperintah seorang raja
dari dinasti Syailendra.
1 Sumber Sejarah a Prasasti Kalasan 778 M
Dalam Prasasti Kalasan menyebutkan tentang seorang raja dari dinasti Syailendra yang bersifat
menunjuk Rakai Pangkaran untuk mendirikan satu bangunan suci bagi Dewi Tara dan sebuah wihara untuk
para pendeta.
b Prasasti Kelurak 782 M di Daerah Prambanan
Prasasti Kelurak menyebutkan pembuatan arca Manjusri yang merupakan perwujudan Sang Buddha,
Wisnu, Manjusri, dan Sanggha yang dapat disamakan
46 dengan Brahma, Wisnu dan Syiwa. Prasasti Kelurak
yang menyebutkan nama raja yang memerintah pada saat itu yaitu Raja Indra.
c Prasasti Ratu Boko 856 M
Dalam Prasasti Ratu Boko menyebutkan kekalahan Raja Balaputradewa dalam perang saudara
melawan kakaknya
Pramodhawardani, dan
selanjutnya melarikan diri ke Sriwijaya.
d Prasasti Nalanda 860 M
Dalam Prasasti Nalanda menyebutkan tentnag asal usul Raja Balaputradewa. Disebutkan bahwa
Balaputradewa adalah putra dari Raja Samaratungga dan cucu dari Raja Indra.
2 Kehidupan Politik
Dinasti Sanjaya pada akhir abad ke-8 M terdesak oleh dinasti Syailendra. Walaupun kedudukan raja-raja dinasti
Snajaya telah terdesak oleh dinasti Syailendra, namun kedudukan mereka sebagai raja yang terhormat tetap diakui,
hanya saja harus tunduk terhadap raja-raja Syailendra sebagai penguasa tertinggi atas seluruh Mataram.
Berdasarkan prasasti yang telah ditemukan dapat diketahui raja-raja yang pernah memerintah dinasti Syailendra.
Raja-raja tersebut, yakni Raja Indra, Raja Samaratungga, dan Balaputradewa. Pada waktu Samaratungga memerintah
dibangun Candi Borobudur, namun sebelum candi selesai dibuat,
Raja Samaratungga
meninggal. Balaputradewa
merupakan anak dari selir dan yang sebenarnya berhak menggantikan Samaratungga adalah Pramodhawardani putri
yang lahir dari permaisuri. Namun, Pramodhawardani menolak karena tidak sanggup untuk memerintah. Setelah
Pramodhawardani menikah dengan Rakai Pikatan yang ingin mempersatukan seluruh kekuasaan di Jawa Tengah di bawah
pemerintahan dinasti Sanjaya terjadi berbagai perubahan. Rakai Pikatan mendesak Pramodhawardani untuk menarik
takhtanya kembali sehingga terjadi perang saudara. Dalam peperangan tersebut, Balaputradewa kalah di Bukit Ratu Boko
Prasasti Ratu Boko tahun 856 M dan melarikan diri ke Sriwijaya.
47
C. Metode Pembelajaran