1
BAB III
HAK MASYARAKAT dan MASYARAKAT ADAT ATAS SUMBER DAYA TAMBANG DALAM PERATURAN
PERUNDANGAN
A. Konsep Masyarakat dan Masyarakat Adat
1. Masyarakat
Pengertian dari masyarakat pada umumnya adalah sekelompok orang atau warga masyarakat yang terikat serta tunduk pada hukum
tertentu dengan rasa solidaritas yang tinggi diantara para anggotanya.
1
Menurut CST. Kansil : “masyarakat adalah persatuan manusia yang timbul
dari kodrat yang sama. Jadi masyarakat itu terbentuk apabila ada dua orang atau lebih hidup bersama
sehingga dalam pergaulan hidup timbul berbagai hubungan yang mengakibatkan seorang dan orang
lain
saling kenal
mengenal dan
pengaruh mempengaruhi.”
Masyarakat hukum merupakan himpunan kesatuan-kesatuan hukum, bagi individu maupun kelompok yang strukturnya
ditentukan oleh tipenya masing-masing sederhana, negara atau masyarakat internasional.
2
1
Ketentuan Umum Pasal 1 huruf f, PERDA Kabupaten Malinau Nomor 10 Tahun 2010 tentang hak ulayat masyarakat hukum adat atas tanah, hutan dan perairan sungai di Kabupaten Malinau
2
Abdul Halim Barkatulla, Refleksi Hukum, Jurnal Ilmu Hukum
“Budaya Hukum Masyarakat Dalam Perspektif Sistem Hukum”, FH UKSW, Salatiga, Edisi April 2011, hlm. 12
2
Menurut pandangan hukum yang kini berlaku, masyarakat bukanlah sesuatu golongan individu yang terjadi dengan kebetulan,
melainkan sesuatu organisme, yang terdiri dari pelbagai lapisan- lapisan yang wajar sebagai keluarga dan pamili; lapisan yang
terkecil dan yang terakhir adalah manusia sebagai individu. Apabila dipencilkan, jadi ditempatkan diluar hubungan masyarakat, maka
manusia sebagai individu itu sama sekali tak ada artinya; sebaliknya besarlah artinya sebagai anggota masyarakat. Baik kepentingan
umum maupun keadilan adalah menuntut, agar tiap-tiap orang menempati kedudukan dalam masyarakat sesuai dengan derajat
kepribadiannya.
3
Masyarakat hukum adalah sekelompok orang dalam wilayah tertentu dimana berlaku serangkaian peraturan sebagai pedoman
bertingkah laku bagi setiap anggota kelompok dalam pergaulan hidup mereka .
4
Macam-macam bentuk masyarakat hukum. a
Menurut dasar pembentukannya : masyarakat teratur, masyarakat yang diatur dengan tujuan tertentu.
masyarakat yang teratur yang terjadi dengan sendirinya. masyarakat yang tidak teratur
3
Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Pradnya Paramita, 2008, hlm. 51
4
http:id.shvoong.comlaw-and-politicslaw2289695-pengertian-dan-definisi-masyarakat- hukumixzz26OXxmdRe, diunduh pada 14 September 2012, pukul 06.25 WIB
3
b Menurut dasar hubungan yang diciptakan oleh para anggota
masyarakat : masyarakat paguyuban
masyarakat patembayan
c Menurut dasar peri kehidupannnya atau kebudayaannya :
masyarakat primitif dan modern masyarakat desa dan kota
masyarakat teritorial masyarakat genealogis
masyarakat teritorial genealogis
d Menurut hubungan keluarga :
keluarga inti keluarga luas
suku bangsa bangsa
Menurut pandangan hukum yang berlaku, perseorangan memang merupakan pendukung hak, akan tetapi bukan semata-mata untuk
kepentingan diri sendiri belaka, melainkan untuk kepentingannya sebagai
4
anggota masyarakat dan juga untuk mengembangkan pribadinya guna kepentingan masyarakat.
5
Masyarakat dan masyarakat hukum itu sebenarnya ditujukan kepada komunitas yang sama hanya saja berbeda penyebutan tergantung
apa yang disebutkan atau istilah apa yang dipakai dalam literatur hukum maupun bahan yang didapat dari internet. Masyarakat hukum yang
dimaksud disini adalah masyarakat hukum tempat hukum itu berlaku. 2.
Masyarakat Adat Masyarakat adat rechtsgemeenschap atau persekutuan hukum
adat adalah sekelompok orang yang terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga bersama suatu persekutuan hukum karena kesamaan tempat
tinggal ataupun atas dasar keturunan dan memiliki hak bersama atas tanah, hutan, air dan lingkungan bagi semua anggotanya yang penguasaan dan
pengaturannya dilakukan oleh Kepala Adat sebagai pemimpin persekutuan adat.
Di dalam berbagai peraturan dan pendapat para ahli hukum masyarakat adat disebut sebagai masyarakat hukum adat. Penyebutan
masyarakat hukum adat dan masyarakat adat sebenarnya menunjuk pada kelompok atau komunitas yang sama. Penulis memilih untuk
menggunakan istilah masyarakat adat pada judul karena lebih umum digunakan walaupun nantinya terdapat istilah masyarakat hukum adat
didalam penulisan.
5
Op. Cit., hlm. 50
5
Dalam ketentuan umum Pasal 1 UU PPLH Nomor 32 Tahun 2009 angka 31 juga menegaskan mengenai masyarakat adat yaitu :
Masyarakat hukum
adat adalah
kelompok masyarakat yang secara turun temurun bermukim di
wilayah geografis tertentu karena adanya ikatan pada asal usul leluhur, adanya hubungan yang kuat
dengan lingkungan hidup, serta adanya sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi, politik, sosial,
dan hukum.
Pengakuan terhadap masyarakat adat berdasarkan Pasal 63 ayat 1 huruf t Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup memberikan pernyataan : Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup, Pemerintah
bertugas dan
berwenang menetapkan
kebijakan mengenai
tata cara
pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat, kearifan lokal dan hak masyarakat hukum adat yang
terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Pasal tersebut hendak menjelaskan bahwa pengakuan keberadaan masyarakat adat, kearifan lokal dan dan hak masyarakat berkaitan dengan
lingkungan hidup merupakan tugas dan wewenang pemerintah baik di provinsi maupun di daerah. Masyarakat adat hidup dan bergantung pada
sumber daya alam yang ada disekitarnya sehingga pemerintah harus memberi perhatian pada masyarakat adat dengan cara melindungi kawasan
hutan, tanah, air dan lingkungan hidup mereka. Hak adat yang secara nyata masih berlaku dan dijunjung tinggi
didalam lingkungan masyarakat adat harus dihormati dan dilindungi dalam rangka perlindungan dan penegakan hak azasi manusia dalam masyarakat
6
yang bersangkutan dengan memperhatikan hukum dan peraturan perundang-undangan.
6
Dalam rangka penegakan hak azasi manusia, identitas budaya nasional masyarakat hukum adat, hak-hak adat yang masih secara nyata
dipegang teguh oleh masyarakat hukum adat setempat, tetap dihormati dan dilindungi sepanjang tidak bertentangan dengan asas-asas negara hukum
yang berintikan keadilan dan kesejahteraan rakyat. Selain itu ditegaskan pula keharusan bagi hukum, masyarakat dan pemerintah untuk menghargai
kemajemukan identitas dan nilai-nilai budaya yang berlaku pada komuitas adat setempat.
Menurut Van Vallenhoven : “masyarakat yang memperkembangkan ciri-ciri khas
hukum adat itu adalah persekutuan hukum adat adat rechtgemeneschap.”
Menurut Ter Haar :
7
“masyarakat hukum adat adalah sekumpulan orang yang teratur, bersifat tetap serta memiliki kekuasaan dan
kewenangan untuk mengurus kekayaan tersendiri berupa benda-benda, baik yang kelihatan maupun tidak kelihatan.
Faktor-faktor yang membentuk masyarakat hukum adalah
faktor teritorial, genealogis dan campuran.” Masyarakat hukum adat ada yang teritorial, karena para warganya
bertempat tinggal di wilayah yang sama, seperti nagari di Minangkabau. Ada pula yang genealogik, yang para warganya terikat oleh pertalian
darah, seperti suku dan kaum.
6
http:www.aman.orgmakalah_ttg_tambang_dan_masyarakat_adat.html, diunduh pada 1 April 2013, pukul 10.00 WIB
7
Ter Haar, Asas-asas dan Susunan Hukum Adat, Jakarta, Pradnya Paramita, 1983, hlm. 29.
7
Faktor teritorial yaitu terbentuknya masyarakat hukum adat yang disebabkan oleh adanya rasa keterikatan orang-orang pada suatu daerah
tertentu sehingga membentuk suatu masyarakat hukum.
8
Faktor genealogis yaitu faktor yang melandaskan kepada pertalian darah pertalian
suatu keturunan.
9
Faktor campuran diartikan sebagai perpaduan faktor teritorial dan genealogis yang membentuk suatu masyarakat hukum.
10
Jadi, sekelompok orang masyarakat yang hidup bersama dan menetap pada suatu daerah tertentu dan mempunyai aturan untuk mengatur angota-
angotanya disebut masyarakat hukum adat. Ciri-ciri dari masyarakat hukum adat adalah
11
: Adanya kelompok manusia yang dalam hal menyangkut integritas
mereka, kelompok manusia ini akan bertindak keluar sebagai satu kesatuan.
Di dalam kelompok manusia seperti itu terdapat pemerintahan yang mempunyai wewenang membuat peraturan dan memaksa berlakunya
peraturan bagi seluruh warga masyarakatnya. Di dalam kelompok manusia yang seperti itu juga terdapat harta
kekayaan yang terpisah dari masing-masing harta warga negara anggotanya.
Kelompok manusia yang seperti itu mempunyai wilayah sebagai wilayah kekuasaan.
8
Otje Salman Soemadiningrat, Rekonseptualisasi Hukum Adat Kontemporer, Bandung, Alumni,
2002, hlm. 114.
9
Surojo Wignjodipuro, Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, Jakarta, Gunung Agung, 1983,
hlm 78.
10
Op. Cit
., hlm. 115.
11
http:intisarihukum.blogspot.com201101ciri-ciri-masyarakat-hukum-adat.html, diunduh pada 14 September 2012, pukul 07.29 WIB
8
Rasa solidaritas antara sesama anggota masyarakat yang bersangkutan masih sangat tinggi.
Harta kekayaan kelompok dimaksudkan semata-mata hanya untuk kesejahteraan anggota masyarakat yang bersangkutan.
Setiap warga anggota masyarakat yang bersangkutan merasa bertanggung jawab terhadap harta kekayaan masyarakat.
Pada setiap warga masyarakat yang bersangkutan tidak terdapat pemikiran tentang pembubaran masyarakatnya.
Masyarakat yang bersangkutan dianggap keberadaanya sebagai suatu yang bersifat meta yuridis artinya bahwa keberadaan masyarakat yang
bersangkutan bukan dibentuk pihak luar dan tidak mungkin dibubarkan pihak luar.
B. Pengaturan Hak Masyarakat dan Masyarakat Adat Atas Sumber Daya