ANALISIS POTENSI, JENIS AGROINDUSTRI DAN KELAYAKAN PENDIRIAN AGROINDUSTRI BERBASIS IKAN DI KABUPATEN TULANG BAWANG

(1)

ABSTRACT

ANALYSIS OF POTENTION, AGROINDUSTRY TYPES AND FEASIBILITY FISHERY-BASED AGROINDUSTRY ESTABLISHMENT

IN TULANG BAWANG DISTRICT

By

MORALITA TAUHID

This study aims to identify the potential of local resources through the determination of potential fishery commodity and get the kind of fish-based agroindustry potential to be developed in Tulang Bawang, determine the location of fish-based agroindustry and the feasibility of establishing fish-based agroindustry. This research was conducted in four stages namely the determination of potential commodities and determination of agroindustry based potential comodity by using Analitycal Hierarchy Process (AHP) methode, agroindustry location determination by using Methode Comparison of Exponential (MPE) and the feasibility of establishing fish-based agroindustry selected from the aspect of the market, technical and technological, management, financial and sensitivity analysis. The result showed that Bandeng is a potential commodity elected and nugget agroindustries will be developed. Agroindustrial location determined in Rawa Jitu Timur. Supporting factors the feasibility of establishing agroindustries including the potential market is large enough that fish nuggets demand high enough in line with the increase amount of fish processed products every year by the equation y = 0,471x + 5,028 and availability of Bandeng raw materials increased with the equation y = 92,21x2+ 122,1x + 757,3. Bandeng nugget agroindustry meet the eligibility criteria that NPV positive value of Rp. 1.275.965.898.978, the IRR is greater than the discount factor of 12,75%, ie 55%, the value of B/C ratio is greater than 1 is 1,3 and the payback period of 7 years and 9 months, and based on sensitivity analysis to the increase of raw material is obtained that the feasibility of agroindustry maximum on the increase in raw materials of 12% per year.


(2)

ABSTRAK

ANALISIS POTENSI, JENIS AGROINDUSTRI

DAN KELAYAKAN PENDIRIAN AGROINDUSTRI BERBASIS IKAN DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Oleh

MORALITA TAUHID

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi potensi sumber daya lokal melalui penentuan komoditas perikanan potensial dan mendapatkan jenis agroindustri berbasis ikan yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Tulang Bawang, menentukan lokasi agroindustri berbasis ikan serta kelayakan pendirian agroindustri. Penelitian dilakukan dalam empat tahap yaitu penentuan komoditas potensial dan jenis agroindustri berbasis komoditas potensial menggunakan metode AHP, penetuan lokasi agroindustri menggunakan metode MPE dan analisa kelayakan pendirian agroindustri berbasis ikan yang terpilih ditinjau dari aspek pasar, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen, aspek finansial dan analisis sensitivitas. Hasil penelitian diperoleh bahwa bandeng merupakan komoditas potensial terpilih. Nugget merupakan agroindustri yang akan dikembangkan dengan lokasi agroindustri di Kecamatan Rawa Jitu Timur. Faktor pendukung kelayakan pendirian agroindustri ini antara lain adanya potensi pasar yang cukup besar yaitu permintaan nugget ikan yang cukup tinggi seiring dengan jumlah produk olahan ikan yang meningkat setiap tahunnya dengan persamaan y = 0,471x + 5,028 dan ketersediaan bahan baku ikan bandeng yang meningkat dengan persamaan y = 92,21x2+ 122,1x + 757,3. Agroindustri nugget ikan bandeng memenuhi kriteria kelayakan usaha yaitu NPV bernilai positif sebesar Rp. 1.275.965.898.978, IRR lebih besar daridiscount factor12,75% yaitu 55%, nilai B/C ratio lebih besar dari 1 yaitu 1,3 dan payback periode 7 tahun 9 bulan serta berdasarkan analisis sensitifitas terhadap kenaikan bahan baku diperoleh bahwa kelayakan usaha maksimal pada kenaikan bahan baku 12% per tahun.


(3)

ANALISIS POTENSI, JENIS AGROINDUSTRI

DAN KELAYAKAN PENDIRIAN AGROINDUSTRI BERBASIS IKAN DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Oleh

MORALITA TAUHID

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER SAINS

pada

Program Pascasarjana Magister Teknologi Industri Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(4)

(5)

Judul Tsis

Nama lHahasiswa No. Pokok tr{ahasiswa Progrm Sftdi

Fakultas

: AI{AI;I$-$ FIOITI{SL J[lt$t AG.RO8{Dil]S'TRI nAil KEIITYAKAIT PGNDIRIAI{ AGROII{I}USTRI BERBASIfI IKAI{ DI KABTIPATEN TIIIJTITG BAWANG

: $Qrofita &uftrid

: 0924851017

: Msgi$srTekndogiHqqtPefffryim '

: Pertmian

Iln $ri Hidaysti, ST.P", !il.n

NrP tytrg930

199512

2 001

MEFtlr..s]r_,$JtlI,

.

I. Krumisi,Fqsbinrbing

Dr, $ri Hidsyati, S,T'P- llI.P-NIP tylt(B30 t995t22 001

, : : . . t . r : '

-F$fi, lr.:fze flennmrMs- Ph.I). I$fiF, .I94maOf l9ZtrlltW? 001

_l , r , , ^


(6)

LENf,BAR PARNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa :

1. Tesis dengan judutr Anatrisis Potensi, Jenis Agroindustri dnn Kelayakan Pendirian Agroindustri Berbasis lkan di Kabupaten Tulang Bawang adalah karya $aya sendiri dan saya tidak rnelakukan penjiplakan atau pengutipan atas karya penulis lain dengan cara yang tidak sesuai etika ilmiah yan"gberlaku dalam masyarakat akademik atau yang disebut plagiari$me. 2. Hak intelektual atas katya ilmiah ini diserahkan sepenuhnya kepada

Universitas Lampung"

Atas pernyataan ini, apabila dikemudian hari ternyata diternukan adanya ketidakbenaran, saya bersedia menanggung akibat dan sanksi yang diberikan kepada saya" Saya bersedia dan sanggup dituntut sezuai dengan hukum yang berlaku.

Bandar Larnpung, Januari 2A76 Pembuat pernyataan,

Moralita Tauhid NPM. 0924051017


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang bernama lengkap Moralita Tauhid, dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 4 Oktober 1986. Buah hati pasangan Bapak M. Tauhid Arsyad, S.E. dan Ibu Dra. Febrina Pihrim ini terlahir sebagai sulung dari tiga bersaudara.

Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak PTP X Bandar Lampung pada tahun 1991. Kemudian berlanjut di SD Negeri 6 Penengahan dan diselesaikan pada tahun 1998, SLTP Negeri 9 Bandar Lampung pada tahun 2001, dan SMA Negeri 12 Bandar Lampung pada tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis yang mempunyai panggilan Atu ini terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diselesaikan pada tahun 2009.

Pada tahun yang sama, penulis menjadi Mahasiswa Program Pasca Sarjana Magister Teknologi Industri Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Semasa berkuliah, penulis juga bekerja sebagai Pelaksana Teknis pada Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Tulang Bawang hingga tahun 2013 dan sejak tahun 2014 hingga saat ini bertugas sebagai Pelaksana Teknis di Bidang Prasarana dan Sarana Pertanian pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung.


(8)

Seiring rasa syukurku pada-Mu ya Allah

kupersembahkan karya sederhana ini kepada :

Ayah (M. Tauhid Arsyad, S.E.) dan Ibu (Dra. Febrina Pihrim)

yang kucintai karena Allah, yang telah mendidikku dengan

penuh kasih sayang, kesabaran dan pengorbanan serta

senantiasa mendoakan untuk keberhasilanku.

Suamiku Rozi Agusdiansyah Jamain, S.TP. M.Si.

dan kedua anakku

Chaikal Ziliazka Jamain dan Chairiy Ziliazril Jamain

yang kucintai karena Allah dan senantiasa mewarnai hariku.

Adik-adikku Sugestiana Tauhid dan Irhamy Tauhid yang

selalu memberikan semangat dan mendukungku.


(9)

Allah tidak membebani seseorang

melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

(Q.S. Al-Baqarah : 286)



Keberanian timbul bukan tanpa ketakutan

tapi kemampuan untuk memutuskan

bahwa suatu hal lebih penting dari rasa takut

( The Princess Diaries 2 )



Janganlah menaruh perhatian pada kesalahan,

tetapi pada langkah-langkah untuk memecahkan

dan mencegah kesalahan yang sama terjadi lagi

( Mentalitas Dasar GKM )



Bertahanlah seperti air (ombak) yang selalu kembali

tanpa henti menggerogoti tembok kaku (dermaga)

yang tak mampu menahan serbuannya

( Sajak TAO )



Sesungguhnya bersama kesulitan ada

kemudahan


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Kerangka Pemikiran ... 3

D. Hipotesis ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Perikanan Tulang Bawang ... 9

B. Potensi Pemanfaatan Ikan ... 13

C. Metode Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk 1. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) ... 17

2. Metode Perbandingan Eksponensial ... 20

D. Aspek Finansial ... 21

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 28

B. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data ... 28

C. Tahapan Pelaksanaan Penelitian ... 29

1. Penentuan Komoditas Potensial ... 30

2. Penentuan Agroindustri a. Pemilihan Jenis Agroindustri berdasarkan Komoditas Potensial 31 b. Penentuan Lokasi Agroindustri ... 32


(11)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penentuan Komoditas Potensial

1. Penilaian Kriteria ... 39

2. Penentuan Prioritas ... 41

B. Penentuan Agroindustri 1. Penentuan Jenis Agroindustri berdasarkan Komoditas Potensial a. Penilaian Kriteria ... 44

b. Penentuan Agroindustri ... 48

2. Penentuan Lokasi Agroindustri ... 54

C. Analisis Kelayakan Usaha 1. Aspek Pasar dan Pemasaran ... 58

a. Pesaing Usaha ... 60

b. Konsep Produk ... 61

2. Aspek Teknis dan Teknologis a. Bahan Baku ... 62

b. Kapasitas Produksi ... 63

c. Mesin dan Peralatan ... 65

d. Diagram Alir dan Neraca Massa Pengolahan Nugget ... 67

e. Teknologi Proses Produksi ... 69

f. Kebutuhan Ruangan dan Tata Letak Pabrik ... 75

g. Desain Tata Letak ... 77

3. Aspek Manajemen a. Bentuk Usaha ... 81

b. Struktur Organisasi ... 81

c. Tenaga Kerja ... 84

d. Pelaporan ... 84

4. Aspek Finansial a. Analisis Finansial ... 85

b. Biaya Investasi ... 87

c. Struktur Pembiayaan ... 87

d. Harga Pokok Penjualan ... 88

e. Proyeksi Laba Rugi ... 89

f. Aliran Kas ... 90

g. Kriteria Kelayakan Investasi ... 91

5. Analisis Sensitifitas ... 92

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 94

B. Saran ... 95 DAFTAR PUSTAKA


(12)

i SANWACANA

Dengan mengucap Alhamdulilahirabill’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah meridhoi dan melimpahkan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. selaku Direktur Pasca Sarjana Universitas Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

3. Ibu Dr. Sri Hidayati, S.TP., MP., selaku Pembimbing Pertama sekaligus Ketua Program Pascasarjana Magister Teknologi Industri Pertanian atas kesabaran dalam memberikan bimbingan, bantuan, saran dan arahan dalam proses penyelesaian tesis dengan baik.

4. Ibu Prof. Ir. Tirza Hanum, M.S., Ph.D., selaku Pembimbing Kedua atas bimbingan, saran dan motivasinya untuk terus semangat memberikan yang terbaik dalam pengabdian.

5. Bapak Dr. Ir. Murhadi, M.Si. selaku Penguji sekaligus Pembimbing Akademik untuk saran, kritik serta arahan yang telah diberikan selama ini. 6. Bapak dan ibu dosen pengajar Program Pascasarjana Magister Teknologi


(13)

satu persatu, yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa, beserta para staf dan karyawan Magister Teknologi Industri Pertanian yang telah banyak membantu penulis.

7. Ibu (Dra. Febrina Pihrim) dan Ayah (M. Tauhid Arysad, S.E.) yang kucintai karena Allah atas kasih sayang, doa dan semua dukungan baik moril dan materi di setiap langkahku.

8. Suami, DuoChai-ku (Chaikal dan Chairiy) dan kedua adikku, terima kasih atas sayang, doa, perhatian, semangat dan dukungan kalian semua selama ini. 9. Keluarga besar MTA 2009 suatu kebahagian dapat mengenal kalian, terima

kasih atas semua canda tawa, kesalahpahaman dan kebersamaan selama ini. 10. Rekan-rekan Bidang Prasarana dan Sarana Pertanian Dinas Pertanian

Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung serta rekan-rekan lain yang tidak dapat dituliskan satu persatu.

Semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak dalam upaya peningkatan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, Januari 2016


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Skala perbandingan dalam Metode AHP ... 18

2. Kriteria dalam pemilihan lokasi agroindustri ... 32

3. Ranking alternatif pemilihan lokasi agroindustri ... 33

4. Urutan prioritas kriteria penentuan komoditas perikanan potensial ... 39

5. Urutan prioritas pemilihan komoditas ikan potensial ... 41

6. Urutan prioritas faktor kriteria penentu pemilihan agroindustri ... 45

7. Urutan prioritas pemilihan agroindustri berbasis ikan bandeng ... 48

8. Penentuan lokasi dengan menggunakan perbandingan eksponensial ... 55

9. Konsumsi ikan nasional Tahun 2010-2014 ... 58

10. Perkembangan jumlah produk olahan hasil perikanan 2010-2014 ... 59

11. Standar mutu nugget ikan ... 62

12. Spesifikasi teknis bahan baku ... 63

13. Rencana kapasitas produksi nugget ikan bandeng ... 63

14. Produksi ikan bandeng di Kabupaten Tulang Bawang ... 64

15. Mesin dan peralatan agroindustri nugget ikan bandeng ... 65

16. Kebutuhan luas ruangan pabrik ... 76

17. PerhitunganTotal Closeness Rating(TCR) ... 79

18. Kualifikasi dan jumlah kebutuhan tenaga kerja ... 84


(15)

20. Uraian sumber dana agroindustri nugget ikan ... 88

21. Rincian pengembalian pinjaman agroindustri nugget ikan ... 88

22. Perhitungan laba bersih agroindustri nugget ikan ... 90

23. Proyeksi aliran kas agroindustri nugget ikan ... 91

24. Kriteria kelayakan investasi agroindustri nugget ikan ... 91

25. Perbandingan antara kondisi kelayakan investasi awal dengan kondisi saat terjadi kenaikan bahan baku ... 92


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Peta daerah Kabupaten Tulang Bawang ... 9

2. Pohon industri ikan ... 14

3. Nugget ... 15

4. Struktur hierarki dalam Metode AHP ... 19

5. Grafik Analisis BEP ... 26

6. Skema tahapan pelaksanaan penelitian ... 29

7. Skema hierarki untuk analisis penentuan jenis komoditas ikan potensial ... 30

8. Skema hierarki untuk analisis pemilihan agroindustri ikan terpilih ... 31

9. Diagram alir untuk analisis aspek teknis dan teknologi ... 35

10. Diagram alir untuk analisis aspek manajemen ... 36

11. Diagram alir untuk analisis finansial industri ikan ... 38

12. Urutan prioritas pemilihan komoditas ikan potensial ... 44

13. Diagram alir pembuatan nugget (kiri) dan kerupuk ikan (kanan) ... 51

14. Urutan prioritas pemilihan agroindustri berbasis ikan bandeng ... 54

15. Grafik peningkatan dan persamaan garis produk olahan perikanan ... 60

16. Grafik peningkatan dan persamaan garis produksi ikan bandeng ... 64

17. Diagram alir proses pengolahan nugget ikan ... 68


(17)

19. Tata letak pabrik nugget ikan ... 80 20. Struktur organisasi perusahaan ... 82


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah potensial penghasil perikanan dan telah menyokong produksi perikanan nasional sebanyak 40 persen, mulai dari budidaya perikanan, hasil tangkapan, hingga hasil tambaknya (Anonim, 2012). Provinsi Lampung, khususnya Kabupaten Tulang Bawang merupakan kabupaten potensial yang memiliki potensi perikanan ketiga terbesar, dengan luas perairan sekitar 180.230 ha, produksi penangkapan ikan dari laut sebesar 14.438,70 ton dan produksi ikan air tawar dari rawa, sungai, waduk, kolam, tambak dan keramba mencapai 29.302,4 ton per tahun pada 2014 (Anonim, 2014a).

Pemanfaatan ikan di Kabupaten Tulang Bawang saat ini sebagian besar hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal. Petani menjualnya dalam keadaan segar dengan harga yang relatif tidak stabil tanpa adanya nilai tambah yang signifikan. Sementara pelaku usaha komoditi industri perikanan di Kabupaten Tulang Bawang hanya ada 2 unit dan semuanya mengolah udang sehingga masih banyak ikan yang belum termanfaatkan.

Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Bawang telah memberikan perhatian serius bagi pengembangan potensi perikanan sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan


(19)

dan Perikanan Nomor 12 Tahun 2010 tentang Minapolitan serta Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 35 Tahun 2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan, menyebutkan bahwa salah satu kawasan minapolitan di Provinsi Lampung adalah Kabupaten Tulang Bawang (Ruslan, 2011). Minapolitan dapat diartikan sebagai kota perikanan. Pengembangan konsep minapolitan secara fungsional bertumpu pada kegiatan sektor perikanan dengan basis pengembangan komoditas unggulan baik pada kegiatan budidaya laut, air payau maupun air tawar, termasuk produk-produk olahan dan jasa lingkungan perairan sebagai upaya mewujudkan kesejahteraan petani-nelayan guna mempercepat pembangunan disuatu daerah (Bakeri, 2003). Jika mengacu pada struktur perekonomian nasional, sektor perikanan merupakan salah satu sektor yang memiliki peran strategis dalam penyediaan lapangan pekerjaan serta sumber devisa negara (Anonim, 2005)

Efektivitas pengembangan sektor perikanan di Kabupaten Tulang Bawang tidak hanya sebatas pada pengembangan industri, namun dapat melahirkan model pengembangan agroindustri dengan pendekatan wilayah, yaitu berbasis pada sumber daya alam potensial. Dengan pendekatan sumber daya alam potensial yang selama ini terdapat di Kabupaten Tulang Bawang dalam jumlah besar yaitu nila, patin dan bandeng. Hal ini penting dilakukan dalam rangka menjamin kontinuitas dan stabilitas agroindustri, mengingat sifat ikan yang mudah rusak dan ketersediaan ikan melimpah pada musim panen maka perlu upaya pengembangan agroindustri berbasis pada sumber daya alam potensial. Namun dari ketiga komoditas tersebut belum dapat diketahui komoditas yang paling potensial untuk dikembangkan.


(20)

3 Pengembangan aneka olahan dari ikan diharapkan akan memberikan nilai tambah ekonomi dan meningkatkan nilai sosial komoditas serta mendorong tumbuhnya agroindustri, sehingga dapat menyerap tenaga kerja dalam upaya meningkatkan kesejahteraan penduduk pedesaan dan nelayan ikan khususnya. Guna mewujudkan pengembangan ini perlu adanya suatu analisis pemilihan pendirian agroindustri berbasis ikan yang layak untuk dikembangkan di Kabupaten Tulang Bawang.

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi potensi sumber daya lokal melalui penentuan komoditas perikanan potensial di Kabupaten Tulang Bawang

2. Mendapatkan jenis agroindustri berbasis ikan yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Tulang Bawang

3. Mengetahui kelayakan pendirian agroindustri berbasis ikan yang terpilih di Kabupaten Tulang Bawang ditinjau dari aspek pasar, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen, aspek finansial dan analisis sensitivitas

C. Kerangka Pemikiran

Kabupaten Tulang Bawang memiliki potensi perikanan yang cukup besar memiliki perairan laut, dilewati aliran sungai besar dan kecil, rawa-rawa, memiliki cekdam, kolam, tambak dan keramba yang merupakan potensi kegiatan perikanan serta peralatan penangkapan ikan serta didukung letak geografis yang


(21)

menguntungkan karena dari jalur darat maupun laut dekat dengan kota-kota perdagangan yang sebagian besar penduduknya mengkonsumsi ikan. Berdasarkan Data Anonim (2014b), produksi ikan di Kabupaten Tulang Bawang adalah 43.741,1 ton meningkat sebanyak 229,41 ton dibanding tahun 2013.

Jika mengacu pada hasil produksi perikanan lokal, komoditas yang paling banyak dikembangkan adalah bandeng, patin dan nila dengan produksi masing-masing 1.370 ton, 54,7 ton dan 34,2 ton (Anonim, 2014a). Mengingat sifat ikan yang mudah rusak dan ketersediaan ikan melimpah pada musim panen maka perlu upaya pengembangan agroindustri berbasis pada sumber daya alam potensial. Penentuan salah satu dari tiga komoditas potensial tersebut dapat dilakukan melalui sistem penunjang keputusan kriteria majemuk. Guna mendukung pengambilan keputusan berdasarkan kriteria majemuk yang sudah ditetapkan akan menjadi efektif jika menggunakan motode yang tepat.

Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan antara lain metode Bayers, metode Comparative Performance Index (CPI), metode perbandingan eksponensial (MPE), metode Delphi ataupun metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Namun penting untuk menentukan penggunaan metode yang tepat dalam rangka mendapatkan informasi alternatif keputusan yang baik. Metode Bayers merupakan teknik yang digunakan untuk melalukan analisis dalam pengambilan keputusan terbaik dari sejumlah alternatif dengan tujuan menghasilkan perolehan yang optimal (Marimin, 2004). Menurut Rangkuti (2009) bahwa metode CPI merupakan indeks gabungan yang dapt digunakan untuk menentukan penilaian atau peringkat dari berbagai alternatif


(22)

5 berdasarkan kriteria. Sementara itu, metode delphi merupakan modifikasi dari teknik brainwriting dan survei. Pada penggambilan keputusan metode Bayers dan CPI hanya terdapat satu pembanding dan hasil hanya dihitung berdasarkan nilai rata-rata sehingga kemungkinan terdapat nilai yang sama cukup besar, sedangkan pada metode delphi proses pengambilan keputusan lambat dan menghabiskan waktu.

Menurut Marimin (2004), metode MPE merupakan metode pengambilan keputusan yang mengkuantifikasikan hasil penilaian kriteria keputusan secara eksponensial sehingga nilai skor keputusan yang dipilih menjadi lebih besar dan lebih nyata. Metode ini berbeda dengan metode Bayers, metode CPI dan Delphi karena menghasilkan nilai alternatif yang perbedaannya lebih kontras sehingga kemungkinan terdapat nilai yang sama lebih kecil.

Sementara itu, Metode AHP merupakan metode pengambilan keputusan dimana suatu persoalan kompleks yang akan dipecahkan dalam suatu kerangka pikir yang terorganisir, sehingga persoalan kompleks tersebut dapat disederhanakan dan dihasilkan keputusan yang efektif serta dipercepat proses pengambilan keputusannya (Marimin, 2004). Dengan demikian masalah yang kompleks atau tidak berkerangka, dimana data dan informasi dari masalah sangat sedikit, dapat terselesaikan dengan memilih yang terbaik dari sejumlah alternatif yang telah dievaluasi dengan memperhatikan beberapa kriteria. Metode ini berbeda dengan metode lainya karena analisis lebih komplek dan dapat dibuat subkriteria yang masing-masing kriteria ataupun subkriteria dapat dilihat nilainya. Metode menyederhanakan persoalan kompleks sehingga mudah dimengerti, mengunakan


(23)

konsistensi untuk menilai prioritas dan tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesis hasil yang representatif.

Penggunaan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam pengambilan keputusan atau pada penentuan salah satu dari tiga komoditas potensial dan jenis agroindustri yang akan dikembangkan dipilih karena dapat menyelesaikan persoalan yang komplek menjadi sederhana dengan proses cepat dan hasil yang efektif. Dalam pengambilan keputusan untuk menentukan salah satu komoditas yang akan dipilih maka pengambilan keputusan untuk alternatif majemuk dilakukan dengan memperhatikan kriteria majemuk berupa kemudahan budidaya, ketersediaan benih dan pakan, kemampuan permodalan, kondisi agroklimat dan SDM pembudidaya. Sementara penentuan jenis agroindustri dilakukan dengan mengambil tiga langkah alternatif produk yaitu agroindustri kerupuk, abon dan nugget dengan memperhatikan kriteria potensi pasar, teknologi, modal, sumber daya manusia, nilai tambah dan kompetitor.

Penentuan jenis agroindustri dilakukan dengan pertimbangan faktor budaya dan teknologi. Faktor budaya yaitu kebiasaan masyarakat Indonesia yang gemar mengkonsumsi ikan, didukung pola hidup modern dengan tingkat kepraktisan yang tinggi. Kerupuk, abon dan nugget memenuhi kriteria karena praktis, mudah dimasak, minim limbah dan bahan pengawaet serta dapat disimpan dalam waktu yang lama. Ditinjau dari teknologi, pengolahan ikan menjadi kerupuk, abon dan nugget memerlukan teknologi yang sederhana dan mampu diterima masyarakat serta meningkatkan nilai tambah. Penentuan alternatif produk ini diharapkan memperkecil ruang lingkup sasaran strategis peningkatan produksi olahan hasil


(24)

7 perikanan pada rencana pembangunan perikanan di Kabupaten Tulang Bawang yang masih bersifat umum.

Setelah ditentukan jenis komoditas dan agroindustrinya, maka dilakukan penentuan lokasi agroindustri dengan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) (Marimin, 2004). Metode MPE dipilih karena adanya fungsi ekponensial dapat mengurangi bias yang mungkin terjadi pada analisis sehingga urutan prioritas keputusan lebih nyata. Dengan demikian terlihat perbedaan nilai perhitungan terhadap lokasi yang dipilih secara lebih nyata dengan memilih hasil perhitungan terbesar.

Guna menilai sejauh mana manfaat yang diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha diperlukan analisis kelayakan. Pada umumnya kelayakan pendirian suatu industri dapat ditinjau dari beberapa aspek antara lain aspek bahan baku, aspek pasar, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan analisis finansial. Aspek bahan baku merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi karena menyangkut ketersediaan bahan baku. Aspek pasar diperlukan untuk mengevaluasi dan mengetahui tingkat permintaan pasar, peluang usaha serta pesaing usaha dalam pendirian usaha. Aspek teknis dan teknologi di perlukan untuk mengetahui kebutuhan teknis proyek usaha dan jenis teknologi yang tepat untuk digunakan. Aspek menajemen dilakukan untuk menentukan bentuk usaha yang akan didirikan.

Selanjutnya, analisis finansial mengaji jumlah dana yang diperlukan terhadap keuntungan yang dihasilkan dengan membandingkan pengeluaran biaya modal


(25)

tetap, modal kerja, penyusutan, dan sebagainya dengan perolehan keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan indikator penilaianNet Present Value(NPV),Internal Rate of Return(IRR),Benefit Coast Ratio(B/C ratio),Pay Back Periode (PBP) dan analisis sensitivitas. Dengan demikian dapat ditentukan agroindustri yang dipilih layak untuk didirikan atau tidak.

D. Hipotesis

Terdapat satu jenis produk untuk agroindustri ikan yang layak didirikan di Kabupaten Tulang Bawang, ditinjau dari aspek pasar, teknis dan teknologi, manajemen serta finansial.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkembangan Perikanan Tulang Bawang

Usaha perikanan merupakan usaha terpadu yang mempunyai kegiatan penangkapan atau pembudidayaan ikan termasuk kegiatan mengangkut, menyimpan dan mengolah serta mengawetkan sampai pemasaran hasilnya untuk tujuan komersial. Di Provinsi Lampung, ada lima sentra produksi utama komoditas perikanan, yaitu Lampung Timur, Lampung Selatan, Tulang Bawang, Tanggamus dan Bandar Lampung. Oleh karena itu, Kabupaten Tulang Bawang (Gambar 1) menjadi kabupaten ketiga terbesar pendukung hasil perikanan Provinsi Lampung (Anonim, 2012).


(27)

Kabupaten Tulang Bawang memiliki potensi perikanan, baik budidaya ikan laut dan air tawar, maupun tambak. Kondisi fisiografis wilayah Kabupaten Tulang Bawang disebelah timur yang berbatasan dengan laut jawa, dikelilingi banyak sungai-sungai kecil dan dua sungai besar serta areal basah berupa hamparan rawa yang luas (Subagio, 2014). Hasil perikanan dapat memenuhi kebutuhan gizi masyarakat ataupun sebagai sumber pendapatan. Oleh karena itu, peran subsektor perikanan yang merupakan bagian dari sektor pertanian memberikan peran cukup penting dalam pembangunan daerah Tulang Bawang.

Total produksi ikan di Kabupaten Tulang Bawang pada Tahun 2014 adalah 43.741,1 ton dengan luas panen 180.230 ha dengan tiga komoditas unggulan budidaya perikanan selain udang yaitu bandeng, patin dan nila dengan produksi masing-masing 1370 ton, 54,7 ton dan 34,2 ton (Anonim, 2014a).

Guna mendukung kegiatan perikanan di Kabupaten Tulang Bawang terdapat berbagai jenis armada tangkap dan peralatan tangkap. Data Anonim (2014b), terdapat 1.779 armada tanggkap baik yang menngunakan motor maupun tanpa menggunakan motor, sedangkan peralatan tangkap mencapai 1.675 peralatan (dayang, dokol, pukat cincin, jaring insang, jaring lingkar, jaring kritik, tramel, bagan tetap, serok, pancing, jaring dan bubu). Sementara itu, Kabupaten Tulang Bawang juga telah membangun 1 unit Pelabuhan Perikanan Pantai dan 2 unit Tempat Pelelangan Ikan (TPI) untuk nelayan agar dapat melakukan pemasaran ikan sampai ke Sumatera Selatan dan Jawa.


(28)

11

Saat ini di Kabupaten Tulang Bawang terdapat lebih kurang 36 industri, dibidang pertanian dan perikanan terdapat 15 industri terdiri dari industri kelapa sawit, gula tebu, tapioka dan udang. Pada bidang industri perikanan baru mengelola komoditas udang secara besar, sedangkan hasil perikanan lainya hanya dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan beberapa daerah di Lampung.

Hasil produksi perikanan yang umumnya dijual segar dan sangat tergantung pada mekanisme pasar ini merupakan permasalahan bagi nelayan selaku produsen ikan tangkap. Hal ini dikarenakan kurang termanfaatkannya hasil perikanan di daerah Tulang Bawang secara optimal akibat industri pengolahan ikan masih belum memiliki kontribusi yang besar dalam menyerap kelebihan penawaran ikan hasil tangkap nelayan sehingga pada saat produksi tinggi maka harga jual ikan menjadi rendah. Penurunan harga terjadi karena nelayan umumnya tidak memiliki daya tawar yang tinggi karena tidak ada pilihan menjual ikan dan transaksi sangat cepat. Hal ini menyebabkan posisi tawar petani nelayan rendah sehingga pendapatannya juga rendah, meskipun potensi perikanan cukup besar.

Dalam rangka memacu perkembangan pembangunan perikanan yang kuat dan tangguh maka perlu didukung oleh sektor industri. Oleh karena itu, salah satu program utama di bidang perikanan Kabupaten Tulang Bawang adalah meningkatkan nilai tambah melalui pengolahan hasil pertanian dan perencanaan kampung partisipatif atau pemberdayaan masyarakat petani-nelayan. Menurut Aziz (1993), berkembangnya kegiatan tersebut akan meningkatkan nilai tambah produk dan daerah, perluasan diversifikasi produksi, pendapatan petani-nelayan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Hal ini juga sesuai dengan Rencana


(29)

Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Bawang untuk mengembangkan Pembangunan Perikanan Berbasis Minapolitan pada daerah kecamatan yang berpotensi perikanan.

Minapolitan dapat diartikan sebagai kota perikanan. Pengembangan konsep minapolitan bertujuan mendorong percepatan pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan dengan pendekatan dan sistem manajemen kawasan cepat tumbuh layaknya sebuah kota (Ruslan, 2011). Sementara itu, menurut Bakeri (2003), minapolitan merupakan agropolitan yang secara fungsional bertumpu pada kegiatan sektor perikanan dengan basis pengembangan komoditas unggulan baik pada kegiatan budidaya laut, air payau maupun air tawar, termasuk produk-produk olahan dan jasa lingkungan perairan sebagai upaya mewujudkan kesejahteraan petani-nelayan guna mempercepat pembangunan disuatu daerah.

Pada umumnya kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan sektor kelautan dan perikanan antara lain masih lemahnya akses pelaku bisnis kelautan dan perikanan terhadap permodalan, teknologi dan pengolahan hasil perikanan serta tata niaga hasil perikanan yang masih terlalu panjang, kelembagaan petani nelayan belum berjalan optimal, pemanfaatan potensi sumber daya dan hasil perikanan yang belum optimal serta terhambatnya upaya peningkatan nilai tambah produk hasil perikanan karena kurang berkembangnya agroindustri, penguasaan teknologi, informasi dan permodalan, terbatasnya sarana dan prasarana penangkapan dan sumber daya manusia sehingga sulit melakukan


(30)

13

transformasi alih teknologi, fluktuasi harga jual komoditas perikanan sangat tinggi sehingga petani-nelayan enggan melanjutkan usahanya.

Dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan perikanan maka Dinas Perikanan dan Kelautan di Kabupaten Tulang Bawang merencanakan program utama yaitu peningkatan sarana dan prasarana produksi, bimbingan teknis dan intensifikasi budidaya di kawasan minapolitan yang ditetapkan, bimbingan dan manajemen usaha perikanan; bantuan permodalan bagi pelaku utama, pengembangan industri pengolahan hasil perikanan dan perencanaan Pembangunan Kampung Partisipatif.

B. Potensi Pemanfaatan Ikan

Berdasarkan komposisi kimia dan kandungan nutrisi, ikan mempunyai prospek sebagai bahan pangan dan bahan baku industri. Hampir seluruh bagian tubuh ikan dapat dimanfaatkan, baik kepala, tulang, daging, jeroan maupun hatinya. Dalam bentuk ikan utuh, ikan dapat diolah misalnya menjadi berbagai produk ikan fermentasi seperti bekasem, peda, surimi, kamoboko dan lainnya. Daging ikan dapat diproses menjadi berbagai makanan olahan (Adawyah, 2007). Ragam potensi pemanfaatan ikan selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.


(31)

Gamba

Ikan

mbar 2. Pohon industri ikan (Wijanarko, 2005)

Kepala

Tepung Ikan Pakan Ternak

Daging/Utuh

Fillet Kerupuk Tepung Ikan

Ikan Asin Minyak Ikan

Bakso Ikan Ikan Asap

Presto Dendeng

Pempek Abon Ikan Ikan Fermentasi

Kecap Ikan Ikan Kering Nugget Ikan Sosis Ikan Otak-otak Terasi

Jeroan/ Kotoran

Silase Minyak Ikan

Hati Minyak Ikan

Tulang

Gelatin Tepung Tulang

Ikan


(32)

15

Pengetahuan tentang diversifikasi olahan daging ikan giling di masyarakat masih terbatas, sementara itu produk bahan baku ikan lokal melimpah sehingga untuk dapat mencapai hasil yang optimal dengan meningkatkan pengetahuan tentang diversifikasi olahan daging ikan giling diantaranya nugget, abon, kerupuk dan lain-lain.

1. Nugget

Salah satu jenis produk olahan yang digemari masyarakat adalah nugget. Nugget adalah jenis produk olahan makanan yang berbahan daging giling (ayam atau ikan) yang diberi bumbu, dipipihkan dan dicetak dalam berbagai bentuk serta dilapisi tepung (Permatasari, 2012). Nugget memiliki umur simpan relatif lama karena perlakuan penyimpanan pada suhu beku. Menurut Aswar (1995), umumnyanugget berbentuk persegi panjang ketika digoreng menjadi kekuningan dan kering.

Gambar 3. Nugget (Anonim, 2013a)

Nugget dapat dibuat berbahan dasar daging ikan dan biasanya dikenal dengan nugget ikan. Nugget dapat dibuat dari daging ikan berdaging putih, tidak berbau lumpur dan tidak terlalu berbau amis. Ikan bandeng merupakan salah satu ikan yang dapat diolah menjadi nugget. Selain digemari masyarakat, bandeng memiliki


(33)

rasa daging yang enak dan nilai gizi yang tinggi sehingga memiliki tingkat konsumsi yang tinggi dengan harga yang terjangkau (Syamsuddin, 2010).

2. Abon Ikan

Abon ikan adalah ikan olahan yang dibuat dari daging ikan dan diproses secara tradisional melalui perebusan, pemberian bumbu dan penggorengan. Abon merupakan produk kering, dimana penggorengan merupakan salah satu tahap yang umumnya dilakukan dalam pengolahannya (Fachruddin, 1997). Teknologi pembuatan abon adalah sebagai berikut: ikan yang sudah dicuci bersih kemudian disiangi, dikukus dan dicabik-cabik, setelah itu ikan dimasukkan ke dalam wajan, diberi bumbu, santan, lalu digoreng hingga kering, abon yang sudah jadi kemudian ditiriskan/dipress, diangin-anginkan dan siap untuk dikemas.

Abon ikan disukai masyarakat karena memiliki bermacam-macam rasa antara lain asin, manis, bawang dan lain-lain (Kusumayanti, dkk., 2011). Pada umumnya abon ikan digunakan sebagai lauk makan oleh orang dewasa maupun anak-anak.

3. Kerupuk Ikan

Kerupuk ikan merupakan makanan ringan (snack food) terbuat dari campuran daging ikan dan tepung tapioka yang bersifat kering dan renyah. Kerupuk ikan termasuk produk yang banyak disukai karena rasanya enak, renyah, tahan lama, mudah dibawa dan disimpan serta dapat dinikmati kapan saja. Biasanya dimakan sebagai cemilan atau pelengkap makanan (Ratnawati, 2013).


(34)

17

Membuat kerupuk ikan tergolong sangat mudah dan sederhana meskipun membutuhkan waktu yang lama untuk penjemurannya kira-kira selama 2 3 hari supaya benar-benar kering dan mendapatkan hasil yang bagus. Kerupuk dibuat dengan cara mencampur daging ikan giling dengan tepung tapioka dan bumbu, lalu dikukus, diiris tipis dan dikeringkan.

C. Metode Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk

Pengambilan keputusan memerlukan alat bantu dalam mengambil keputusan yang bersifat kompleks dengan resiko yang besar seperti perumusan kebijakan. Salah satu alat bantu tersebut dapat berupa decision making model (model pembuat keputusan) yang memungkinkan dalam pengambilan keputusan untuk masalah yang bersifat kompleks seperti Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE).

1. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

Menurut Sulisworo (2009), Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah suatu metode yang sering digunakan untuk menilai tindakan yang dikaitkan dengan perbandingan bobot kepentingan antara faktor serta perbandingan beberapa alternatif pilihan. AHP umumnya digunakan dengan tujuan untuk menyusun prioritas dari berbagai alternatif pilihan yang ada dan bersifat kompleks (Saaty, 1993). AHP merupakan pendekatan dasar dalam pengambilan atau membuat keputusan. Tujuan dari AHP ini adalah menyelesaikan masalah yang kompleks atau tidak berkerangka dimana data dan informasi statistik dari masalah yang


(35)

dihadapi sangat sedikit, mengatasi antara nasionalitas dan intuisi, memilih yang terbaik dari sejumlah alternatif yang telah dievaluasi dengan memperhatikan beberapa kriteria.

Beberapa keunggulan metode AHP yaitu (1) dapat digambarkan secara grafis sehingga mudah dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan; (2) keputusan kompleks dapat diuraikan menjadi keputusan-keputusan yang lebih kecil sehingga dapat ditangani dengan mudah; dan (3) AHP menguji konsistensi penilaian, bila terjadi penyimpangan yang terlalu jauh dari nilai konsistensi sempurna maka hal ini meninjukkan bahwa penilaian perlu diperbaiki atau hirerarki harus distruktur ulang.

Marimin (2004), menyatakan terdapat (empat) prinsip dasar dan kerja Analytical Hierarchy Process (AHP), seperti dijelaskan di bawah ini:

(1) Penyusunan Hierarki

Penyusunan hierarki adalah menguraikan persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur melalui prinsip pemecahan (decomposition), yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hirarki seperti pada Gambar 4. Penyusunan hirerarki harus mampu didekomposisi menjadi tujuan (goal) dari suatu kegiatan, identifikasi pilihan-pilihan (options) dan perumusan kriteria (criteria). Langkah pertama yaitu merumuskan tujuan. Kemudian menentukan kriteria dari tujuan tersebut. Berdasarkan tujuan dan kriteria, beberapa alternatif diidentifikasi. Pilihan-pilihan tersebut hendaknya merupakan pilihan yang potensial sehingga jumlah pilihan tidak terlalu banyak.


(36)

19

Gambar 4. Struktur Hierarki dalam Metode AHP

(2) Penilaian Kriteria Alternatif

Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan (comparative judgement). Menurut Saaty (1993), untuk berbagai persoalan skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Skala perbandingan dalam Metode AHP

Nilai Perbandingan Keterangan

1 3 1/3 5 1/5 7 1/7 9 1/9

2,4,6,8 atau 1/2., 1/4, 1/6, 1/8

Kriteria/Alternatif A sama pentingnya dengan B A sedkit lebih penting dari B

Kebalikannya (B sedikit lebih penting dari A) A jauh lebih penting dari B

Kebalikannya (B jauh lebih penting dari A) A sangat jelas lebih penting dari B

Kebalikannya (B sangat jelas lebih penting dari A) A mutlak lebih penting dari B

Kebalikannya (B mutlak lebih penting dari A) Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan

(3) Penentuan Prioritas

Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparation). Nilai-nilai perbandingan relatif

Tujuan (Goal)

Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3

Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

Tujuan

Kriteria 4 Kriteria 5

Kriteria


(37)

kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Baik kriteria kualitatif maupun kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan judgement yang ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian matematik.

(4) Konsistensi Logis

Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Konsistensi memiliki dua makna, yaitu: 1) pertama adalah objek-objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi, dan 2) Kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara objek-objek yang didasarkan pada kriteria tertentu.

2. Metode Perbandingan Eksponensial

Menurut Marimin (2004), metode perbandingan eksponensial (MPE) merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang mengkuantifikasikan pendapat seseorang atau lebih dalam skala tertentu. Pada prinsipnya ia merupakan metode skoring terhadap pilihan yang ada. Dengan perhitungan secara eksponensial, perbedaan nilai antar kriteria dapat dibedakan tergantung kepada kemampuan orang yang menilai.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pemilihan keputusan dengan MPE adalah:


(38)

21

2. Penyusunan kriteria keputusan yang akan dikaji,

3. Penentuan derajat kepentingan relatif setiap kriteria keputusan dengan menggunakan skala konversi tertentu sesuai keinginan pengambil keputusan, 4. Penentuan derajat kepentingan relatif dari setiap alternatif keputusan, dan 5. Pemeringkatan nilai yang diperoleh dari setiap alternatif keputusan

Formulasi penghitungan total nilai setiap pilihan keputusan adalah sebagai berikut :

( )= ( )

Keterangan :

Tni = Total Nilai Alternatif

Ke-Vij = derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada keputusan ke-i, yang dapat dinyatakan dengan skala ordinal (1,2,3,4,5)

Bj = derajat kepentingan kriteria keputusan, yang dinyatakan dengan bobot m = jumlah kriteria keputusan

D. Aspek Finansial

Aspek finansial mengkaji tentang keuntungan proyek (Sutojo, 2003). Evaluasi finansial dimaksudkan untuk memperkirakan jumlah dana yang diperlukan, baik untuk dana tetap maupun modal kerja awal. Evaluasi aspek finansial juga mempelajari struktur pembiayaan serta sumber dana modal yang digunakan, berapa bagian dari jumlah kebutuhan dana tersebut yang wajar dibiayai dengan pinjaman dari pihak ketiga, serta dari mana sumbernya dan berapa besarnya.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis finansial yaitu diantaranya modal investasi, modal kerja dan penyusutan. Analisis finansial suatu proyek


(39)

memandang perbandingan pengeluaran uang dan perolehan keuntungan dari proyek tersebut (Kadariah, dkk., 1999). Rencana proyek dapat dilanjutkan bila hasil analisis menunjukkan net benefit yang bernilai positif, bila sebaliknya yaitu bernilai negatif, maka rencana investasi tersebut sebaiknya dibatalkan.

Umar (2003) menyatakan, analisis terhadap aspek finansial mencakup beberapa hal yaitu:

(1) Kebutuhan modal tetap

Kebutuhan modal meliputi: (1) kebutuhan modal untuk aset tetap atau barang investasi berupa lahan, bangunan, kendaraan, mesin dan sebagainya, (2) kebutuhan modal untuk membiayai kegiatan pra operasional seperti percobaan, survey, perizinan, dan sejenisnya, (3) kebutuhan modal kerja, yaitu modal yang harus selalu ada di perusahaan untuk menjaga agar perusahaan dapat beroperasi berkelanjutan.

(2) Biaya operasi (modal kerja)

Biaya operasi berbeda untuk setiap jenis kegiatan usaha. Biaya operasi meliputi biaya produksi (bahan baku, tenaga kerja, biaya overhead (pabrik), biaya administrasi (gaji dan alat tulis kantor), biaya pemasaran, penyusutan, dan angsuran bunga. Biaya usaha dikelompokkan menjadi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Pengelompokan biaya usaha ini dimaksudkan untuk mempermudah penghitungan biaya. Menurut Thomas (2010), jenis biaya dibedakan menjadi tiga yaitu:

• Biaya tetap atau fixed cost merupakan biaya yang mempunyai perilaku perubahannya tidak ditentukan oleh aktivitas produksi. Biaya tetap ini seakan satu paket dengan objek biayanya karena berapapun besarnya


(40)

23

aktivitas produksi biayanya tetap tidak berubah. Batasan yang lazim adalah faktor waktu.

• Biaya variabel atau variable cost mempunyai perilaku perubahannya amat tergantung pada besarnya aktivitas produksi. Semakin tinggi aktivitas produksi maka akan semakin tinggi pula biaya variabelnya. Karakteristik perubahannya adalah tetap dalam satuan dan variabel dalam total. Contoh : Biaya bahan baku mempunyai sifat berbanding searah dengan dengan biaya variabel artinya semakin besar biaya bahan baku maka akan semakin besar pula total biaya variabelnya.

• Biaya campuran ataumixed costatausemi variable costmempunyai sifat biaya yang mendua, setengah tetap dan setengah lagi variabel. Dalam berbagai analisa biaya maka biaya campuran ini harus dituntut untuk dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel saja. Contoh : Beban listrik yang potensial menjadi biaya campuran, karena listrik penerangan merupakan elemen biaya tetap sedangkan listrik untuk menggerakkan mesin lebih signifikan menjadi biaya variabel.

(3) RugiLaba Usaha

Pernyataan rugi laba suatu perusahaan menyatakan keadaan penerimaan, biaya dan rugi laba perusahaan dalam suatu periode tertentu.

(4) Kriteria kelayakan investasi

Kriteria investasi yang digunakan antara lain : nilai sekarang (NPV), titik impas (BEP), periode pengembalian (PBP), tingkat pengembalian investasi (IRR), dan analisis sensitivitas.


(41)

Net Present Value(NPV)

Menurut Kadariah, dkk.(1999), NPV merupakan selisih antara present value dari keuntungan danpresent valuedari biaya.

Rumusnya adalah sebagai berikut :

NPV =

(1 + )

Keterangan :

Bt= keuntungan pada tehun ke-t Ct= biaya pada tahun ke-t N = umur ekonomis dari proyek i = suku bunga yang berlaku

Jika NPV ≥ 0 maka proyek dapat dijalankan, nika NPV < 0 maka proyek ditolak.

Internal Rate of Return(IRR)

Menurut Kadariah, dkk. (1999), IRR adalah nilai faktor diskonto (i) yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol, yaitu :

IRR = ( ) + NPV( )

NPV( ) NPV( ) ( ) ( )

Keterangan :

NPV(+)= NPV bernilai positif NPV(-)= NPV bernilai negatif

i(+)= suku bunga yang membuat NPV positif i(-)= suku bunga yang membuat NPV negatif


(42)

25

Jika IRR dari suatu proyek sama dengan tingkat suku bunga yang berlaku, maka NPV dari proyek itu sebesar 0. Jika IRR ≥ i, maka proyek layak untuk dijalankan, begitupula sebaliknya.

Net Benefit-Cost Ratio(Net B/C)

Untuk menghitung indeks ini terlebih dahulu dihitung selisih antara keuntungan dan biaya untuk setiap tahun t. Rumusnya adalah :

Net B/C = (1 + )

(1 + )

Keterangan :

B = Penerimaan total C = biaya total

i = tingkat suku bunga

n = umur ekonomis dalam tahun t = 1,2, ..., n.

Suatu usaha dinyatakan layak secara finansial jika nilai Net B/C lebih tinggi daripada 1.

Pay Back Periode(PBP)

Newman (1990) menyatakan, pay back periode (PBP) adalah periode dari waktu yang dibutuhkan untuk mencapai profit atau keuntungan lainnya dari suatu investasi dimana nilainya sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan pada investasi tersebut. Secara sederhana, PBP dapat diartikan sebagai jangka waktu pada saat NPV sama dengan nol. Nilai NPV berbanding terbalik dengan PBP. Jika nilai NPV semakin besar, maka nilai PBP semakin


(43)

Total Penerimaan (TR) Biaya Total (TC)

Biaya Tetap (FC) BEP

Volume penjualan Biaya Variabel (VC)

Penerimaan/biaya (Rp.)

mengecil dan demikian pula sebaliknya. Sementara itu, titik impas ataubreak event point (BEP) adalah titik dimana total biaya produksi sama dengan pendapatan. Titik impas menunjukkan bahwa tingkat produksi sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Menurut Kotler (2002) hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel dapat disajikan pada rumus penjualan BEP dan Gambar 5.

Penjualan BEP =

( )

Gambar 5. Grafik Analisis BEP (Kottler, 2002)

Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas atau sering dikenal dengan istilah analisis kepekaan bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai faktor luar dan dalam proyek terhadap kemampuan proyek atau industri mencapai jumlah hasil penjualan dan keuntungan. Faktor luar antara lain perkembangan harga produk yang akan dihasilkan, peningkatan harga bahan baku, perubahan suku bunga bank, perubahan tingkat marjin keuntungan perusahaan, perubahan kebijakan


(44)

27

pemerintah seperti ketetapan pajak, dan faktor-faktor lain (Sutojo, 2003). Analisis sensitivitas memberikan gambaran sejauh mana proyek atau rencana industri akan tetap layak secara finansial jika terjadi perubahan-perubahan pada faktor-faktor tersebut.

Diskonto

Diskonto adalah bunga tunggal dibayarkan pada awal peminjaman uang. Besar suku bunganya disebut dengan besar diskonto. Proses perhitungan diskonto menggunakan sistem bunga tunggal, sehingga untuk menghitung besarnya diskonto hampir sama dengan perhitungan besarnya bunga tunggal jika besarnya pinjaman dan % diskonto diketahui. Besarnya nilai pinjaman pada sistem diskonto nilainya sama dengan jumlah modal yang harus dibayar saat jatuh tempo. Adapun yang berkaitan dengan diskonto adalah:

• Bunga Majemuk: Cara pembayaran bunga yang dilakukan pada setiap akhir periode tertentu dengan besar bunga ditambahkan (digabung) pada modal awal, bunga pada periode berikutnya dihitung dari besar modal yang sudah digabung dengan bunga.

• Frekuensi Penggabungan: adalah seringnya bunga digabungkan dengan modal dalam waktu satu tahun.

• Periode Bunga: adalah lamanya waktu antara dua penggabungan bunga terhadap modal yang berurutan.


(45)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Lokasi penelitian pendirian agroindustri berbasis ikan dilaksanakan di Kabupaten Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2014.

B. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dan wawancara dengan para pakar yang berkaitan dengan pendirian industri berbasis ikan. Para pakar tersebut berasal dari instansi Pemerintahan Daerah Kabupaten Tulang Bawang diantaranya Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Perikanan dan Kelautan, Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, Badan Penanaman Modal, kalangan Perbankan, petani-nelayan ikan serta peneliti dari Universitas Lampung.

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang didapatkan secara langsung berupa hasil wawancara yang ditulis dalam bentuk kuesioner dan sebagainya. Sementara itu, data sekunder


(46)

9

agroindustri. Sumber jurnal, data statistik da sebagainya. Pengumpul dan keterangan sehi pertimbangan pengam

C. Tahapan Pelak

Penelitian ini dibag potensial, (2) penent penetuan lokasi agroi Skema tahapan peneli

Gamba Penentuan Kom

Potensia Penentua

9

ber data sekunder ini dapat diperoleh melalui k dari instansi-instansi pemerintah, swasta, bala

pulan data bertujuan untuk memperoleh infor sehingga dapat digunakan dalam pemecahan gambilan keputusan.

laksanaan Penelitian

bagi dalam empat tahapan yaitu (1) penent nentuan jenis agroindustri berbasis komoditas

roindustri dan (4) analisa kelayakan pendiri nelitian dapat dilihat pada Gambar 6.

mbar 6. Skema tahapan pelaksanaan penelitian omoditas

ial • M

uan Agroindustri berbasis Komoditas

Potensial Terpilih • M

Penentuan Lokasi

Agroindustri • M

Analisis Kelayakan Pendirian Agroindustri • Pa • Te • M • Fi • • • • ✂9

ui laporan, artikel, alai penelitian dan nformasi, gambaran han masalah dan

nentuan komoditas oditas potensial, (3) ndirian agroindustri. an Metode AHP Metode AHP Metode MPE Pasar

Teknis dan Teknologi Manajemen

Finansial :

• NVP • IRR • B/C Ratio • Analisis


(47)

1. Penentuan Komoditas Potensial

Penentuan komoditas perikanan yang paling potensial untuk dikembangkan dilakukan dengan menggunakan metode analisis hierarki proses (AHP). Penentuan diawali dengan penyebaran kuesioner (Lampiran 1) kepada lima orang pakar yang berasal dari Dinas Kelautan dan Perikanan, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, petani pembudidaya ikan, praktisi akademis bidang budidaya perikanan Universitas Lampung dan kalangan perbankan.

Kriteria yang digunakan yaitu kemudahan budidaya, ketersediaan benih dan pakan, kemampuan permodalan, kondisi agroklimat dan SDM pembudidaya. Skema hirerarki pemilihan jenis komoditas perikanan potensial ditunjukkan pada Gambar 7. Interpetasi hasil kuesioner dilakukan dengan menggunakan software expert choiceversi 11.0 yang mendukung aplikasi metode AHP.

Gambar 7. Skema hierarki untuk analisis penentuan jenis komoditas ikan potensial Memilih Jenis Komoditas

Perikanan

Kemudahan Budidaya

Ketersediaan Benih dan

Pakan

Kemampuan Permodalan

Bandeng Nila Patin

Goal

Kondisi Agroklimat

SDM Pem budidaya

Kriteria


(48)

✆ ✝

2. Penentuan Agroindustri

a. Pemilihan Jenis Agroindustri Berdasarkan Komoditas Potensial

Pemilihan jenis agroindustri yang paling potensial untuk dikembangkan dengan menggunakan analisis hierarki proses (AHP) dengan cara menyebarkan kuesioner (Lampiran 2) kepada beberapa pakar yaitu Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Badan Penanaman Modal, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Koperasi Perindustrian dan Pergadangan dan praktisi akademis bidang pengolahan hasil perikanan Universitas Lampung. Pola pikir untuk analisis dengan metode AHP, dapat digambarkan dalam Gambar 8.

Kriteria yang digunakan yaitu peluang pasar, teknologi, modal, SDM, Nilai tambah dan kompetitor. Alternatif jenis agroindustri yang dipilih yaitu kerupuk ikan, abon ikan dan nugget ikan. Interpetasi hasil kuesioner dilakukan dengan menggunakansoftware expert choiceversi 11.0 yang mendukung aplikasi metode AHP.

Gambar 8. Skema hierarki untuk analisis pemilihan agroindustri ikan terpilih Memilih Angroindustri

Berbasis Ikan

Peluang pasar

Teknologi Modal

Kerupuk Abon Ikan Nugget Ikan Goal

Sumber Daya Manusia

Nilai

Tambah Kompetitor Kriteria


(49)

b. Penentuan Lokasi Agroindustri

Penentuan lokasi agroindustri berbasis ikan dilakukan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) dengan menyebarkan kuesioner kepada para pakar yang bersal dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Dinas Kelautan dan Perikanan, Badan Penanaman Modal, Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan serta kalangan perbankan.

Penentuan kriteria dalam pemilihan lokasi ini diperoleh melalui brainstorming dengan para pakar serta melalui studi pustaka. Kriteria yang dipertimbangkan meliputi hal apa saja yang mempengaruhi keberhasilan pendirian pabrik yang terdiri dari 15 kriteria seperti yang diuraikan pada Tabel 2 dan rangking alternatif pada Tabel 3.

Tabel 2 . Kriteria dalam pemilihan lokasi agroindustri

Kriteria Jenis Kriteria Keputusan Kelompok Kriteria

1 Kemudahan perizinan pendirian industri A

2 Dukungan pemerintah terhadap pengembangan industri A

3 Tingkat pajak bumi dan bangunan A

4 Kondisi daerah yang kondusif A

5 Ketersediaan transportasi B

6 Ketersediaan sarana listrik B

7 Dukungan masyarakat disekitar lokasi B

8 Tingkat adapatasi masyarakat terhadap industry B

9 Ketersediaan sarana telekomunikasi B

10 Ketersediaan sarana air B

11 Potensi bahan baku C

12 Ketersediaan tenaga kerja C

13 Ketersediaan lahan untuk industry C

14 Pasokan bahan baku terhadap alternatif yang akan dikembangkan

C


(50)

✠✠

Alternatif lokasi ditentukan sedemikian hingga mewakili kriteria tersebut yaitu daerah yang memiliki potensi perikanan paling besar. Penentuan Lokasi ini juga bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi responden dalam memberikan penilaian dengan memperkecil ruang lingkup pada lokasi yang dianggap sebagai sentra penghasil komoditas perikanan.

Tabel 3. Rangking alternatif pemilihan lokasi agroindustri Skala

Nilai

Kelompok Alternatif

A B C D

1 Sangat rendah sekali Sangat buruk sekali Sangat sedikit sekali Sangat jauh sekali 2 Sangat rendah Sangat buruk Sangat sedikit Sangat jauh

3 Rendah Buruk Sedikit Jauh

4 Agak rendah Agak buruk Agak sedikit Agak jauh

5 Sedang Sedang Sedang Sedang

6 Agak tinggi Agak baik Agak banyak Agak dekat

7 Tinggi Baik Banyak Dekat

8 Sangat tinggi Sangat baik Sangat banyak Sangat dekat 9 Sangat tinggi

sekali Sangat baik sekali Sangat banyak sekali Sangat dekat sekali

3. Analisis Kelayakan Usaha a. Aspek pasar dan pemasaran

Aspek yang dikaji pada analisis aspek pasar adalah potensi pasar, kebutuhan pasar, serta peluang pasar atau kecenderungan permintaan produk. Semua aspek tersebut diukur dengan teknik yang sesuai dengan kebutuhan penelitian dan sumber data yang diperoleh. Peluang pasar akan didapatkan dari selisih jumlah penjualan produk industri ikan dan potensi pasar produk ikan di Indonesia dan di Kabupaten Tulang Bawang, selain juga didukung oleh pasokan bahan baku yaitu


(51)

ikan untuk meraih pangsa pasar tersebut. Data diperoleh dari berbagai pustaka dan literatur terkait seperti data dari Kementrian Kelautan dan Perikanan dan lainnya.

b. Aspek teknis dan teknologi

Aspek ini mempelajari kebutuhan-kebutuhan teknis proyek yaitu penentuan kapasitas produksi, jenis teknologi yang paling tepat untuk digunakan, penggunaan peralatan dan mesin, serta tata letak pabrik. Data-data yang diperlukan pada analisis ini adalah data daerah-daerah potensi penghasil ikan, data konsumen. dan teknologi proses yang sudah ada, tabulasi kebutuhan mesin dan peralatan. Data-data tersebut dapat memperkirakan kapasitas pabrik, mesin-mesing apa yang digunakan, neraca masa, tata letak pabrik dan kebutuhan luas pabrik tersebut. Diagram alir untuk analisis aspek teknis dan teknologi dapat dilihat pada Gambar 9.


(52)

☞ ✌

Gambar 9. Diagram alir untuk analisis aspek teknis dan teknologi MULAI

Jenis Komoditas Perikanan dan daerah-daerah potensial penghasil ikan

Penyusunan penilaian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi situasi dan

kondisi masing-masing alternatif

Penyebaran kuisioner

Pengolahan data hasil kuisioner Jenis Industri dan Lokasi Pabrik

- Data tentang teknologi proses yang telah ada

- Pangsa pasar yang mungkin diraih

Pemilihan teknologi proses, mesin dan peralatan yang paling optimal

memungkinkan

Penetuan kapasitas, penyusunan neraca masa diagram alir proses produksi

Membuat keterkaitan antar aktivitas kebutuhan luasan ruang produksi, dan

operator

Penyusunan site plan


(53)

c. Aspek manajemen

Analisis manajemen operasi meliputi analisis penentuan terhadap bentuk usaha yang dipergunakan, jenis-jenis pekerjaan yang diperlukan, persyaratan-persyaratan yang diperlukan agar dapat menjalankan pekerjaan tersebut dengan baik, dan bagaimana struktur organisasi yang dipergunakan. Jumlah kebutuhan tenaga kerja disesuaikan dengan kebutuhan penanganan alat proses dan penanganan bahan baku. Diagram alir untuk analisis aspek manajemen dapat di lihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Diagram alir untuk analisis aspek manajemen MULAI

-Tujuan Perusahaan

- Data prakiraan investasi yang diperlukan dari penggunaan mesin dan bahan baku

- Data kapasitas produksi

- Teknologi proses yang digunakan

Bentuk Usaha yang dipilih

Membuat kebutuhan tenaga kerja dan spesifikasi pekerjaan

Membuat struktur organisasi


(54)

✎ ✏

d. Aspek finansial

Analisis kelayakan usaha dilakukan dengan perhitungan finansial melalui kriteria-kriteria kelayakan seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR),Net Benefit Cost Ratio(B/C) danPay Back Periode(PBP).

e. Analisis sensitivitas

Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan analisis proyek jika ada suatu kesalahan dalam perhitungan biaya atau benefit. Secara lengkap prosedur aspek finansial produksi dapat dilihat pada Gambar 11.


(55)

Gambar 11. Diagram alir analisis finansial industri ikan Mulai

-Data luas area lahan yang dibutuhkan

-Konstruksi bangunan dan komponen yang digunakan -Data mesin dan bahan baku yang digunakan -Kapasitas terpasang

-Fasilitas dan sarana dan prasarana -Tenaga kerja yang diperlukan -Sumber dana yang tersedia

Tabulasi biaya bahan baku dan biaya pembantu Tabulasi biaya

tenaga kerja

Tabulasi modal tetap

Biaya pemeliharaan

depresiasi dan asuransi operasional tahunanTabulasi biaya

Tabulasi modal kerja (3 bulan biaya operasional)

Tabulasi biaya investasi Alternatif sumber daya yang tersedia

Tabulasi pembayaran angsuran angsuran secara konvensional Tabulasi laporan rugi laba secara konvensional

Tabulasi perhitungan criteria kelayakan secara konvensional dan syariah

Apakah layak? Apakah perlu syarat? Dapat direalisasikan Proyek tidak memungkinkan

direalisasikan

Dapat direalisasikan dengan syarat


(56)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Bandeng merupakan komoditas perikanan yang potensial dikembangkan di Kabupaten Tulang Bawang dengan nilai agregat Analytical Hierarchy Proses(AHP) tertinggi sebesar 0,453.

2. Nugget memiliki nilai agregatAnalytical Hierarchy Proses (AHP) tertinggi yaitu 0,472 sehingga agroindustri nugget yang terpilih untuk dikembangkan sebagai agroindustri berbasis komoditas bandeng dan Kecamatan Rawa Jitu Timur dipilih sebagai lokasi agroindustri dengan nilai MPE tertinggi sebesar 179.058.

3. Berdasarkan potensi pasar, teknis dan teknologi, manajemen serta finansial agroindustri nugget ikan bandeng layak didirikan dengan memperhatikan : a. Adanya potensi pasar yang cukup besar yaitu permintaan nugget ikan

yang cukup tinggi seiring dengan jumlah produk olahan ikan yang meningkat setiap tahunnya dengan persamaan y =0,471x+5,028.

b. Ketersediaan bahan baku ikan bandeng meningkat dengan persamaan y=92,21x2+122,1x+757,3 diprediksi tahun 2015 jumlah bahan baku adalah 1.953,49 ton.


(57)

c. Agroindustri nugget ikan bandeng memenuhi kriteria kelayakan usaha yaitu NPV bernilai positif sebesar Rp. 1.275.965.898.978; IRR lebih besar dari discount factor12,75% yaitu 55%, nilai B/C ratio lebih besar dari 1 yaitu 1,3 danpay back periode7 tahun 9 bulan.

d. Berdasarkan analisis sensitifitas terhadap kenaikan bahan baku diperoleh bahwa kelayakan usaha maksimal pada kenaikan bahan baku 12% per tahun.

B. Saran

Diperlukan kajian lebih lanjut mengenai analisis dampak lingkungan karena limbah yang dihasilkan dari usaha nugget ikan tergolong tinggi dan dapat menimbulkan bau yang tidak sedap.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Adawyah, R. 2007.Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara. Jakarta. Afrisanti, D.W. 2010. Kualitas Kimia dan Organoleptik Nugget Daging Kelinci

dengan Penambahan Tepung Tempe (Skripsi). Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Alamsyah, Y. 2008.Nugget. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Amalia, U. 2012. Pendugaan Umur Simpan Produk Nugget Ikan dengan Merek

Dagang Fish Nugget “So Lite” (Skripsi). Program Studi Teknologi Hasil

Perikanan. Universitas Diponegoro. Semarang.

Anonim. 1995. Teknik Pengelolaan Penggelondongan Bandeng. Direktorat Bina Pembenihan Direktorat Jenderal Perikanan. Jakarta.

Anonim. 2002. Pembuatan Abon. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil Pertanian. Departemen Perindustrian. Jakarta.

Anonim. 2005. Rencana Strategis 2005-2009. Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Anonim. 2007. Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK) Budidaya Bandeng. Direktorat Kredit, BPR dan UKM Bank Indonesia. Jakarta.

Anonim. 2010. Sumber Air Minum. http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/

tabel?tid=303&wid=61000000.Diakses tanggal 3 Desember 2014.

Anonim. 2012. Mempertahankan Pemasok Ikan Terbesar.

http://www.lampungpost.com/mempertahankan-pemasok-ikan-terbesar6362.htm. Diakses tanggal 12 Februari 2012.

Anonim. 2013a. Bandeng Juwana. https://bandengjuwanaolahan.wordpres.com. Diakses tanggal 17 Juni 2015.

Anonim. 2013b. SNI 7758 : 2013 Nugget Ikan. Badan Standardisasi Nasional (BSN). Jakarta.


(59)

Anonim. 2013c. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tulang Bawang. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Tulang Bawang. Menggala.

Anonim. 2014a. Tulang Bawang dalam Angka. Badan Pusat Statistik Tulang Bawang. Menggala.

Anonim. 2014b. Profil Agribisnis Perikanan Tulang Bawang. Dinas Perikanan dan Kelautan Tulang Bawang. Menggala.

Anonim. 2014c. Laporan Kinerja KKP Tahun 2014. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Apple, J.M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan (Terjemahan). Penerbit ITB. Bandung.

Aswar.1995. Pembuatan Fish Nugget dari Ikan Nila Merah (Oreochramis sp.) (Skripsi) Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Athi’illah. 2011.Aksesibilitas.http://athidanalyst .blogspot.com/2011/07/akses-aksesibilitas.html?m=1. Diakses tanggal 17 Juni 2015.

Aziz, I.J.1993. Ilmu Ekonomi Regional dan Beberapa Aplikasinya di Indonesia. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia. Jakarta.

Bakeri, Z. 2003. Minapolitan untuk Pembangunan Sektor Perikanan. http://www.luwutimurkab.go.id/lutim2/index.php?option=com_content&vie w=article&id=898:minapolitanuntukpembangunan

sektor-perikanan.&catid=78. Diakses tanggal 5 Mei 2012.

Buckle, K.A., R.A Edwards, G.H Fleet and M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta : UI Press. 365 hal.

Desroisier, N. W. 1988.Teknologi Pengawetan Pangan. UI Press. Jakarta. Fachruddin, L. 1997.Membuat Aneka Abon. Kanisius, Yogyakarta. 69 hlm.

Farid, R. 2014. Menyiapkan Alat dan Bahan Membuat Nugget Ikan. http://infopenyuluhan.blogspot.com/2014/05/menyiapkan-alat-dan-bahan-membuat.html. Diakses tanggal 3 Desember 2014.

Fellows, J. P. 2000. Food Processing Technology : Principles and Practise 2nd Edition.Woodhead Publ, Lim. England, Cambridge.

Fitriyani. 2011. Hubungan antara Kepuasan Kerja dengan Komitmen Kerja (Skripsi). Fakultas Psikologi UMS. Surakarta.


(60)

✖✗

Giyanti, S. 2008. Pembuatan Kerupuk Ikan. Pustakaxt.gem.com. Pusat Studi Ekonomi Kebijakan Publik UGM. Yogyakarta.

Godam. 2013. Komposisi Kandungan Gizi Ikan Bandeng. http://zonaherbal1.wordPress.com/2013/05/20/Gizi-Bandeng. Diakses tanggal 3 Desember 2014.

Hayami, Y. 1987. Agricultural Marketing and Processing in Upland Java. A perspective from a Sunda Village. CGPRT Centre. Bogor.

Hadi, N. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Chiken Nugget (Skripsi). Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Hadiwiyoto, S. 1993.Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Liberty.Yogyakarta. Ilyas, S. 1993. Teknologi Refrigerasi Hasil Perikanan : Teknik Pendinginan

Ikan. CV. Paripurna. Jakarta.

Jamaluddin, Budi R., Pudji H. dan Rochmadi. 2008. Model Matematik Perpindahan Panas dan Massa Proses Penggorengan pada Keadaan Hampa. Univeristas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Kadariah, L., Karlina dan C. Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek (Edisi Revisi). Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Jakarta.

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI - Press. Jakarta.

Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran (Edisi ke Sepuluh Jilid I Terjemahan). PT. Prenhallindo. Jakarta.

Kusumayanti, H., W. Astuti, dan Broto. 2011. Inovasi Pembuatan Abon Ikan sebagai Salah Satu Teknologi Pengawetan Ikan. Gema Teknologi Volume 16 No. 3 Periode April 2011 - Oktober 2011. Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta. Grassindo. 197 hlm.

Mashitoh, P. 2013. Analisis Pendirian Agroindustri Berbasis Ikan di Kabupaten Mesuji(Tesis). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Newman, D.G. 1990. Engineering Economic Analysis. 3rd Edition. Bina Aksara. Jakarta. 130 hlm.

Nursyamzulkifli. 2012. Budidaya Perikanan : Ikan Patin. http://bebeksambek.wordpress. com/2012


(61)

Permatasari, P.K. 2012. Nugget Tempe dengan Subtitusi Ikan Mujaer sebagai Alternatif Makanan Sumber Protein, Serat dan Rendah Lemak (Skripsi). Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang.

Pieppo. 2013. Pemasaran Produk Olahan Bandeng. http://avievpieoppofoundation.tumblr.com/post/67472959286/pemasaran-produk-olahan-bandeng/. Diakses tanggal 17 Juni 2015.

Rahmansyah. 2004.Analisis Daya Dukung Lingkungan Perairan Teluk Awarange Kabupaten Barru Sulawesi Selatan bagi Pengembangan Budidaya Bandeng dalam Keramba Jaring Apung (Tesis). Sekolah Pasca Sarjana Intitut Pertanian Bogor. Bogor.

Ratnawati, R. 2013. Eksperimen Pembuatan Kerupuk Rasa Ikan Banyar dengan Bahan Dasar Tepung Komposit Mocaf dan Tapioka (Skripsi). S1 PKK Konsentrasi Tata Boga, Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi, Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Ruslan. 2011. Pemkab Tuba Ekspos Masterplan Minapolitan.

http://www.lampungpost.com/ruwa-jurai/30576-pemkab-tuba-ekspos-masterplan-minapolitan.html. Diakses tanggal 5 Mei 2012.

Saaty TL. 1993. Pengambilan Keputusan bagi Para Pemimpin. Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi Kompleks (Terjemahan).PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.

Schoemaker, R. 1991. Transportation of live and processed seafood. Infofish Technical Handbook. 3.29 pp.

Soeharto. 1990. Manajemen Proyek Indonesia (Persipan, Pelaksanaan dan Pengolahan). Edisi Pertama Agritech. Yogyakarta.

Subagio. 2014. Tulang Bawang Budidayakan Ikan.

http;//antaranews.com/disnakanhut-tulangbawang-budidayakan-ikan.html.

Diakses tanggal 12 Februari 2012.

Suhendra, R. Mukhariak dan D. Ratnasari. 2004. Pengolahan Nugget Ikan sebagai Variasi Olahan Ikan yang Murah dan Bergizi. Universitas Airlangga. Surabaya.

Sulisworo. 2009. Analisis Hierarki Proses. http://blog.uad.ac.ai.sulisworo/

2009/04/16/analisis-hierarki-proses/. Diakses tanggal 12 Februari 2012.

Susanto, H. 2006.Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta. Susanto, H dan K. Amri. 2002.Budidaya Ikan Patin. Penebar Swadaya. Jakarta.


(62)

100 Susanto, T. dan Sucipto. 1994. Pengemasan dan Penyimpanan. Teknologi Hasil

Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.

Suryani, R. 2014. Penerapan Blue Economy terhadap Industri Ikan Bandeng melalui Konsep Zero Waste System bagi Masyarakat Desa Depok Pekalongan. http:repository.ipb.ac.id/handle/123456789/73756. Diakses tanggal 17 Juni 2015.

Sutojo, S. 2003.Studi Kelayakan Proyek. PT. Pustaka Binaman Pressindo.Jakarta. Syamsuddin, R. 2010. Sektor Perikanan Kawasan Indonesia Timur : Potensi,

Permasalahan dan Prospek. PT. Perca. Jakarta.

Syarief, R dan A. Irawati, 1988. Pengetahuan Bahan untuk Industri Pertanian. Mediatama Sarana Perkasa, Jakarta.

Tan, S.M. 1994. Processing Of Marinated Fish and Battered and Breaded Fish Burger and Nugget. ASEAN-Canada Fisheries. Post Harvest Tecnology Project. Phase II. Asean.

Tanoto, E. 1994. Pembuatan Fish Nugget dari Ikan Tenggiri (Skripsi). Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Thomas, N. 2010. Biaya Tetap versus Biaya Variabel versus Biaya Campuran.

http://www.resumeakun.com/2010/06/biaya-tetap-versus-biaya-variabel.html. Diakses tanggal 10 Agustus 2011.

Umar, H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis.PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Wijanarko. 2005. Model Pengembangan Agroindustri Perikanan. Fakultas

Teknologi Hasil Perikanan. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Yulianti, H. 2010.Pembuatan Fish Nugget “Fine” sebagai Peluang Usaha Baru

untuk Meningkatkan Nilai Gizi dan Kecerdasan Masyarakat Indonesia. Malang. Universitas Negeri Malang.

Yelfia. 2015. Gigih Kenalkan Produk Olahan Ikan.

http://berita.suara.merdeka.com/sm.cetak/gigih;kenalkan-produk-olahan-ikan. Diakses tanggal 17 Juni 2015.


(1)

✒ ✓ c. Agroindustri nugget ikan bandeng memenuhi kriteria kelayakan usaha yaitu NPV bernilai positif sebesar Rp. 1.275.965.898.978; IRR lebih besar dari discount factor12,75% yaitu 55%, nilai B/C ratio lebih besar dari 1 yaitu 1,3 danpay back periode7 tahun 9 bulan.

d. Berdasarkan analisis sensitifitas terhadap kenaikan bahan baku diperoleh bahwa kelayakan usaha maksimal pada kenaikan bahan baku 12% per tahun.

B. Saran

Diperlukan kajian lebih lanjut mengenai analisis dampak lingkungan karena limbah yang dihasilkan dari usaha nugget ikan tergolong tinggi dan dapat menimbulkan bau yang tidak sedap.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Adawyah, R. 2007.Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara. Jakarta. Afrisanti, D.W. 2010. Kualitas Kimia dan Organoleptik Nugget Daging Kelinci

dengan Penambahan Tepung Tempe (Skripsi). Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Alamsyah, Y. 2008.Nugget. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Amalia, U. 2012. Pendugaan Umur Simpan Produk Nugget Ikan dengan Merek Dagang Fish Nugget “So Lite” (Skripsi). Program Studi Teknologi Hasil Perikanan. Universitas Diponegoro. Semarang.

Anonim. 1995. Teknik Pengelolaan Penggelondongan Bandeng. Direktorat Bina Pembenihan Direktorat Jenderal Perikanan. Jakarta.

Anonim. 2002. Pembuatan Abon. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil Pertanian. Departemen Perindustrian. Jakarta.

Anonim. 2005. Rencana Strategis 2005-2009. Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Anonim. 2007. Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK) Budidaya Bandeng. Direktorat Kredit, BPR dan UKM Bank Indonesia. Jakarta.

Anonim. 2010. Sumber Air Minum. http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/ tabel?tid=303&wid=61000000.Diakses tanggal 3 Desember 2014.

Anonim. 2012. Mempertahankan Pemasok Ikan Terbesar.

http://www.lampungpost.com/mempertahankan-pemasok-ikan-terbesar6362.htm. Diakses tanggal 12 Februari 2012.

Anonim. 2013a. Bandeng Juwana. https://bandengjuwanaolahan.wordpres.com. Diakses tanggal 17 Juni 2015.

Anonim. 2013b. SNI 7758 : 2013 Nugget Ikan. Badan Standardisasi Nasional (BSN). Jakarta.


(3)

✔✕ Anonim. 2013c. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tulang Bawang. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Tulang Bawang. Menggala.

Anonim. 2014a. Tulang Bawang dalam Angka. Badan Pusat Statistik Tulang Bawang. Menggala.

Anonim. 2014b. Profil Agribisnis Perikanan Tulang Bawang. Dinas Perikanan dan Kelautan Tulang Bawang. Menggala.

Anonim. 2014c. Laporan Kinerja KKP Tahun 2014. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Apple, J.M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan (Terjemahan). Penerbit ITB. Bandung.

Aswar.1995. Pembuatan Fish Nugget dari Ikan Nila Merah (Oreochramis sp.) (Skripsi) Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Athi’illah. 2011.Aksesibilitas. http://athidanalyst.blogspot.com/2011/07/akses-aksesibilitas.html?m=1. Diakses tanggal 17 Juni 2015.

Aziz, I.J.1993. Ilmu Ekonomi Regional dan Beberapa Aplikasinya di Indonesia. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia. Jakarta.

Bakeri, Z. 2003. Minapolitan untuk Pembangunan Sektor Perikanan. http://www.luwutimurkab.go.id/lutim2/index.php?option=com_content&vie w=article&id=898:minapolitanuntukpembangunan

sektor-perikanan.&catid=78. Diakses tanggal 5 Mei 2012.

Buckle, K.A., R.A Edwards, G.H Fleet and M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta : UI Press. 365 hal.

Desroisier, N. W. 1988.Teknologi Pengawetan Pangan. UI Press. Jakarta. Fachruddin, L. 1997.Membuat Aneka Abon. Kanisius, Yogyakarta. 69 hlm.

Farid, R. 2014. Menyiapkan Alat dan Bahan Membuat Nugget Ikan. http://infopenyuluhan.blogspot.com/2014/05/menyiapkan-alat-dan-bahan-membuat.html. Diakses tanggal 3 Desember 2014.

Fellows, J. P. 2000. Food Processing Technology : Principles and Practise 2nd Edition.Woodhead Publ, Lim. England, Cambridge.

Fitriyani. 2011. Hubungan antara Kepuasan Kerja dengan Komitmen Kerja (Skripsi). Fakultas Psikologi UMS. Surakarta.


(4)

✖✗ Giyanti, S. 2008. Pembuatan Kerupuk Ikan. Pustakaxt.gem.com. Pusat Studi

Ekonomi Kebijakan Publik UGM. Yogyakarta.

Godam. 2013. Komposisi Kandungan Gizi Ikan Bandeng. http://zonaherbal1.wordPress.com/2013/05/20/Gizi-Bandeng. Diakses tanggal 3 Desember 2014.

Hayami, Y. 1987. Agricultural Marketing and Processing in Upland Java. A perspective from a Sunda Village. CGPRT Centre. Bogor.

Hadi, N. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Chiken Nugget (Skripsi). Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Hadiwiyoto, S. 1993.Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Liberty.Yogyakarta. Ilyas, S. 1993. Teknologi Refrigerasi Hasil Perikanan : Teknik Pendinginan

Ikan. CV. Paripurna. Jakarta.

Jamaluddin, Budi R., Pudji H. dan Rochmadi. 2008. Model Matematik Perpindahan Panas dan Massa Proses Penggorengan pada Keadaan Hampa. Univeristas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Kadariah, L., Karlina dan C. Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek (Edisi Revisi). Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Jakarta.

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI - Press. Jakarta.

Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran (Edisi ke Sepuluh Jilid I Terjemahan). PT. Prenhallindo. Jakarta.

Kusumayanti, H., W. Astuti, dan Broto. 2011. Inovasi Pembuatan Abon Ikan sebagai Salah Satu Teknologi Pengawetan Ikan. Gema Teknologi Volume 16 No. 3 Periode April 2011 - Oktober 2011. Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta. Grassindo. 197 hlm.

Mashitoh, P. 2013. Analisis Pendirian Agroindustri Berbasis Ikan di Kabupaten Mesuji(Tesis). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Newman, D.G. 1990. Engineering Economic Analysis. 3rd Edition. Bina Aksara. Jakarta. 130 hlm.

Nursyamzulkifli. 2012. Budidaya Perikanan : Ikan Patin.

http://bebeksambek.wordpress. com/2012 /05/23/budidaya-perikanan-ikan-patin.Diakses tanggal 3 Desember 2014.


(5)

✘✘ Permatasari, P.K. 2012. Nugget Tempe dengan Subtitusi Ikan Mujaer sebagai Alternatif Makanan Sumber Protein, Serat dan Rendah Lemak (Skripsi). Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang.

Pieppo. 2013. Pemasaran Produk Olahan Bandeng. http://avievpieoppofoundation.tumblr.com/post/67472959286/pemasaran-produk-olahan-bandeng/. Diakses tanggal 17 Juni 2015.

Rahmansyah. 2004.Analisis Daya Dukung Lingkungan Perairan Teluk Awarange Kabupaten Barru Sulawesi Selatan bagi Pengembangan Budidaya Bandeng dalam Keramba Jaring Apung (Tesis). Sekolah Pasca Sarjana Intitut Pertanian Bogor. Bogor.

Ratnawati, R. 2013. Eksperimen Pembuatan Kerupuk Rasa Ikan Banyar dengan Bahan Dasar Tepung Komposit Mocaf dan Tapioka (Skripsi). S1 PKK Konsentrasi Tata Boga, Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi, Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Ruslan. 2011. Pemkab Tuba Ekspos Masterplan Minapolitan. http://www.lampungpost.com/ruwa-jurai/30576-pemkab-tuba-ekspos-masterplan-minapolitan.html. Diakses tanggal 5 Mei 2012.

Saaty TL. 1993. Pengambilan Keputusan bagi Para Pemimpin. Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi Kompleks (Terjemahan).PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.

Schoemaker, R. 1991. Transportation of live and processed seafood. Infofish Technical Handbook. 3.29 pp.

Soeharto. 1990. Manajemen Proyek Indonesia (Persipan, Pelaksanaan dan Pengolahan). Edisi Pertama Agritech. Yogyakarta.

Subagio. 2014. Tulang Bawang Budidayakan Ikan.

http;//antaranews.com/disnakanhut-tulangbawang-budidayakan-ikan.html. Diakses tanggal 12 Februari 2012.

Suhendra, R. Mukhariak dan D. Ratnasari. 2004. Pengolahan Nugget Ikan sebagai Variasi Olahan Ikan yang Murah dan Bergizi. Universitas Airlangga. Surabaya.

Sulisworo. 2009. Analisis Hierarki Proses. http://blog.uad.ac.ai.sulisworo/ 2009/04/16/analisis-hierarki-proses/. Diakses tanggal 12 Februari 2012. Susanto, H. 2006.Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta. Susanto, H dan K. Amri. 2002.Budidaya Ikan Patin. Penebar Swadaya. Jakarta.


(6)

100

Susanto, T. dan Sucipto. 1994. Pengemasan dan Penyimpanan. Teknologi Hasil Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.

Suryani, R. 2014. Penerapan Blue Economy terhadap Industri Ikan Bandeng melalui Konsep Zero Waste System bagi Masyarakat Desa Depok Pekalongan. http:repository.ipb.ac.id/handle/123456789/73756. Diakses tanggal 17 Juni 2015.

Sutojo, S. 2003.Studi Kelayakan Proyek. PT. Pustaka Binaman Pressindo.Jakarta. Syamsuddin, R. 2010. Sektor Perikanan Kawasan Indonesia Timur : Potensi,

Permasalahan dan Prospek. PT. Perca. Jakarta.

Syarief, R dan A. Irawati, 1988. Pengetahuan Bahan untuk Industri Pertanian. Mediatama Sarana Perkasa, Jakarta.

Tan, S.M. 1994. Processing Of Marinated Fish and Battered and Breaded Fish Burger and Nugget. ASEAN-Canada Fisheries. Post Harvest Tecnology Project. Phase II. Asean.

Tanoto, E. 1994. Pembuatan Fish Nugget dari Ikan Tenggiri (Skripsi). Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Thomas, N. 2010. Biaya Tetap versus Biaya Variabel versus Biaya Campuran.

http://www.resumeakun.com/2010/06/biaya-tetap-versus-biaya-variabel.html. Diakses tanggal 10 Agustus 2011.

Umar, H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis.PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Wijanarko. 2005. Model Pengembangan Agroindustri Perikanan. Fakultas

Teknologi Hasil Perikanan. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Yulianti, H. 2010.Pembuatan Fish Nugget “Fine” sebagai Peluang Usaha Baru untuk Meningkatkan Nilai Gizi dan Kecerdasan Masyarakat Indonesia. Malang. Universitas Negeri Malang.

Yelfia. 2015. Gigih Kenalkan Produk Olahan Ikan. http://berita.suara.merdeka.com/sm.cetak/gigih;kenalkan-produk-olahan-ikan. Diakses tanggal 17 Juni 2015.