PENGARUH SINETRON RADEN KIAN SANTANG TERHADAP PERILAKU RELIGI ANAK. (STUDI PADA SISWA SD NEGERI 5 SUKADANA PASAR LAMPUNG TIMUR)

(1)

ABSTRAK

PENGARUH SINETRON RADEN KIAN SANTANG TERHADAP PERILAKU RELIGI ANAK.

(STUDI PADA SISWA SD NEGERI 5 SUKADANA PASAR LAMPUNG TIMUR)

Oleh Imam Mubaraq

Komunikasi massa adalah komunikasi menggunakan perantara media massa salah satunya adalah televisi sebagai penyampaian informasi kepada masyarakat. Berbagai macam program yang ditayangkan salah satunya adalah tayangan hiburan yaitu sinetron Raden Kian Santang. Sinetron ini bergenre kolosal dan memberikan perilaku religi khususnya bagi anak-anak. Perilaku religi adalah perilaku positif yang patut di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sinetron Raden Kian Santang terhadap perilaku religi pada siswa SD Negeri Sukadana Pasar Lampung Timur. Penelitian ini menggunakan teori SOR (stimulus organism respons) dengan metode penelitian kuantitatif. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian adalah regresi linier sederhana dengan taraf signifikansi 5%. Berdasarkan hasil regresi yang menunjukkan bahwa nilai t hitung lebih besar dari t tabel (5,595>1665) maka Ho ditolak.

Artinya bahwa ada pengaruh sedang antara sinetron Raden Kian Santang terhadap perilaku religi pada siswa SD Negeri 5 Sukadana Pasar Lampung Timur. Jadi dalam kasus ini dapat disimpulkan bahwa sinetron Raden Kian Santang mempengaruhi perilaku religi pada siswa yaitu sebesar 27%.


(2)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF RADEN KIAN SANTANG SERIES TOWARDS RELIGIOUS BEHAVIOUR OF CHILDREN.

(STUDY ON STUDENTS OF SDN 5 SUKADANA MARKET EAST LAMPUNG)

By

Imam Mubaraq

Mass communication is communication using mass media intermediaries. One of them is television as the medium of information to the public. There are various kinds of programs that aired on the television. One of them is Raden Kian Santang series. It is a colossal series that provides religious behavior with colossal genre, especially for children. Religious behavior is a positive behavior that should be applied in everyday life.

This study aims to determine how much the influence of Raden Kian Santang series towards religious behavior on elementary school students of SD Negeri 5 Sukadana Market East Lampung. This study uses the theory of SOR (stimulus organism response) with quantitative research method. Data analysis technique used in the study is a simple linear regression with a significance level of 5%. The regression indicates that the value of t is greater than t table (5.595> 1665) then Ho is rejected.

This means that there is moderate influence of Raden Kian Santang series towards religious behavior on students of SDN 5 Sukadana Market East Lampung. So it can be concluded that Raden Kian Santang series affects students religious behavior that is equal to 27%.


(3)

(STUDI PADA SISWA SD NEGERI 5 SUKADANA PASAR LAMPUNG TIMUR)

Oleh

IMAM MUBARAQ

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU KOMUNIKASI

Pada

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukadana, kabupaten Lampung Timur pada tanggal 10 Oktober 1991. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, buah cinta dari pasangan Abdur Rahim dengan Laili Raudah (Almarhumah). Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Aisyiah Busthanul Atfhal Sukadana Lampung Timur pada tahun 1998, SD Negeri 5 Sukadana Lampung Timur pada tahun 2004, SMP Negeri 1 Sukadana Lampung Timur pada tahun 2007, Dan SMA Negeri 1 Sukadana Lampung Timur pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur reguler PKAB.

Semasa menjadi mahasiswa, Penulis cukup aktif dalam kegiatan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Komunikasi Universitas Lampung di bidang penelitian dan pengembangan (Research and Development) dan Forum Silaturahmi Pengembangan Islam (FSPI) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Sebelum aktif dalam pengerjaan skripsi, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) selama 30 hari pada tahun 2013 di Radar Lampung. Penulis juga melakukan Kuliah Kerja Nyata selama 30 hari di Desa Kedaton, Kecamatan Kasui, Kabupaten Way Kanan.


(8)

KUPERSEMBAHKAN KARYA INI KEPADA

:

ALLAH SWT

Yang selalu melindungiku dalam setiap masa-masa

sulitku, yang memberikan anugerah dan kekuatan

dalam menjalani kehidupan didunia hingga sampai

masa yang dikehendakinya.

Kedua orang tua ku, Abdur Rahim dan Laili Raudah

(Almarhumah) serta Adikku satu-satunya yang paling

cantik Wachida Putri atas doa, kasih sayang, yang tak

henti-hentinya memberikan semangat dan

pengorbanan yang tidak mungkin terbalaskan.

Bapak Bahusin S.E dan Mami, Daing ku Habibbuloh ST.

MT. Puang Yazid RM dan Bunda. Uni, Lati, umaten, Duli,


(9)

MOTO

Demikianlah Hidup. Bukan Diatas atau Dibawah,

Tapi Bagaimana Menyikapinya Dengan Penuh

Keyakinan dan Cinta

(

Imam Mubaraq

)

Yakinlah ada sesuatu yang menantimu selepas banyak

kesabaran(yang kau jalani) yang akan membuatmu terpana

hingga kau lupa

pedihnya rasa sakit


(10)

SANWACANA

Segala puji dan syukur tercurahkan pada ALLAH SWT atas segala berkah dan rahmatnya lah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Sinetron Raden Kian Santang Terhadap Perilaku Religi (Studi Pada Siswa SD Negeri 5 Sukadana Pasar Lampung Timur)”, sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Berbekal pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki serta dukungan, motivasi dan bantuan dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak Drs. agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Lampung beserta jajarannya.

2. Bapak Drs. Teguh Budi Rahardjo, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

3. Bapak Agung Wibawa S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing utama. Terimakasih atas segala waktu, kesabaran, bimbingan, masukan, serta saran


(11)

5. Bapak Drs. Sarwoko M.si selaku dosen pembimbing akademik.

6. Para dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah membagikan ilmu pengetahuan, pengalaman dan pelajaran hidup. 7. Seluruh staff dan karyawan FISIP Unila yang telah membantu dalam pelayanan

administrasi yang penulis butuhkan.

8. SD Negeri 5 Sukadana Pasar Lampung Timur yang telah bersedia membantu penulis menyelesaikan penelitian ini.

9. Untuk grup wacana yang paling heboh, dimulai dari yang laki ya, Dio, Umar, Hafiz, Adipato, Aji putra petir, Amel alias sumi, Hesti Hestong, Dina Ulia sekaligus guru saya haha yang banyak bener ngebantu dalam menyelesaikan skripsi saya, makasih banyak ya Dina, Siti Fatimah, Leni Destia Edward ayo Len semangat skripsinya jangan males-malesan lagi hehe, Ani Annisa Lasmah, Emirulyta Harda Ninggar, Fina Yulanda,dan Ncik Hani haha. Dari hati paling

dalam sebelumnya saya meminta ma’af kalau saya selama ini banyak salah sama kalian semua, dima’afin ngga, ma’afin yah haha.

10. Untuk teman – teman Komunikasi’10, terimakasih kebersamaannya dan semoga yang belum lulus agar cepat menyusul.

11. Keluarga besar nyerupa kost, Sepupu saya Lukman Hakim, Aak Sigit, Andri, Gomgom, Rizal, Agung Sem, Rizki, Adatua Simbolon, Mbul, Bonji dan Kak Danil yang paling heboh.


(12)

13. Temen-temen seperjuangan Kuliah Kerja Nyata (KKN) periode II Juli-Agustus 2013 Desa Kedaton Kecamatan Kasui, Kabupaten Way Kanan.

13. Keluarga Besar Ilmu Komunkasi.

14. Seluruh pihak yang telah banyak membantu.

Penulis


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR BAGAN ... v

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Penelitian Terdahulu ... 10

2.2 Tinjauan Tentang Pengaruh ... 12

2.3 Tinjauan Tentang Perilaku ... 13

2.4 Tinjauan Tentang Komunikasi Massa ... 18

2.5 Tinjauan Tentang Televisi... 22

2.6 Tinjauan Tentang Sinetron ... 23

2.7 Teori SOR ... 28

2.8 Kerangka Pikir ... 29

2.9 Hipotesis ... 32

BAB III. METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Tipe Penelitian ... 33

3.2 Metode Penelitian... 33

3.3 Definisi Konsep ... 34

3.4 Definisi Operasional... 35

3.5 Populasi dan Sampel ... 38

3.6 Sumber Data ... 39


(14)

3.8 Teknik Pengolahan Data ... 41

3.9 Teknik Pemberian Skor ... 42

3.10 Teknik Pengujian Instrumen Penelitian ... 43

3.10.1 Uji Validitas ... 43

3.11 Uji Reliabilitas ... 44

3.12Uji Normalitas ... 45

3.13 Teknk Analisis Data ... 45

BAB IV. GAMBARAN UMUM ... 48

4.1 Gambaran Sinetron Raden Kian Santang ... 48

4.2 Gambaran SD Negeri 5 Sukadana Pasar Lampung Timur... 50

1.Profil Sekolah ... 50

4.3.Gambaran Tentang Lokasi Penelitian dan Terpaan Media…………. 55

BAB V. PEMBAHASAN ... 56

5.1. Penyajian Hasil Penelitian... 56

5.1.1. Hasil Uji Validitas ... 56

5.1.2. Hasil Uji Realibilitas ... 57

5.1.3. Hasil Uji Normalitas ... 59

5.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 60

5.2.1. Jenis Kelamin ... 60

5.2.2. Usia ... 61

5.2.3. Tingkatan Kelas Sekolah ... 61

5.3. Pengolahan Data ... 62

5.3.1. Tayangan Sinetron Raden Kian Santang (Variabel X) ... 63

5.3.1.1. Frekuensi Menonton Sinetron Raden Kian Santang ... 63

5.3.1.2. Rata-Rata Menonton Sinetron Raden Kian Santang dalam 1 Bulan ... 64

5.3.1.3. Durasi Menonton ... 65

5.3.1.4. Rata-Rata Jumlah Menonton Sinetron Raden Kian Santang Dalam 1 Minggu ... 66

5.3.2. Anak-Anak dan Perubahan Perilaku Religi (Variabel Y) ... 67

5.3.2.1. Proses Perhatian Anak ... 67

5.3.2.2. Tingkatan Perhatian Anak Terhadap Adegan Perilaku Taat dan Tawakal ... 68

5.3.2.3. Proses Pengertian Anak ... 69

5.3.2.4. Proses Penerimaan Perilaku Religi Anak ... 70

5.4. Analisis Hubungan Antar Variabel ... 83


(15)

BAB VI. KESIMPULAN ... 91 6.1. Kesimpulan ... 91 6.2. Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel No. Halaman

1. Perbedaan dan Kontribusi Penelitian Terdahulu ... 11

2. Tabel Definisi Operasional ... 37

3. Tabel Pra Riset ... 38

4. Tabel Pra Riset………..39

5. Tabel Kemantapan Alpha ... 45

6. Tabel Jumlah Siswa SD Negeri 5 Sukadana Pasar Lampung Timur .. 51

7. Tabel Jumlah Rombongan Belajar ... 52

8. Tabel Sarana Sekolah SD Negeri 5 Sukadana Pasar Lampung Timur 52 9. Tabel Prasarana SD Negeri 5 Sukadana Pasar Lampung Timur... 53

10. Tabel Data Guru ... 54

11. Uji Validitas Variabel X... 56

12. Uji Validitas Variabel Y... 57

13. Uji Realibilitas Variabel X ... 58

14. Uji Realibilitas Variabel Y ... 58

15. Hasil Uji Normalitas (One Sample Kormogorov Smirnov Test) ... 59

16. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 60

17. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 61

18. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkatan Kelas Sekolah ... 62

19. Frekuensi Menonton Kian Santang dalam seminggu. ... 63

20. Rata-rata Menonton Sinetron Raden Kian Santang dalam Sebulan ... 64

21. Durasi Menonton Sinetron Raden Kian Santang dalam Satu Episode 65 22. Rata-rata Menonton Sinetron Raden Kian Santang dalam seminggu . 67 23. Tingkatan Perhatian Terhadap Perilaku Taat dan Tawakal ... 68

24. Tingkatan Kemudahan Bahasa yang digunakan ... 69

25. Tingkatan Perilaku Mengucapkan Lafadz Basmallah... 71

26. Tingkatan Perilaku Mengucapkan Lafadz Hamdallah ... 72

27. Tingkatan Perilaku Mengucapkan Lafadz Istighfar ... 73

28. Tingkatan Perilaku Menjadi Pribadi yang Sabar ... 74

29. Tingkatan Perilaku Menjadi Orang Yang tidak Pendendam... 75

30. Tingkatan Perilaku Untuk Mengajak Bershalawat ... 76

31. Tingkatan Perilaku Melantunkan Ayat-ayat Suci Al-qur’an ... 77

32. Tingkatan Perilaku Untuk Tidak BerbuatLicik ... 78


(17)

36. Tingkatan Untuk Tidak Berprasangka Buruk (Su’uzdon) ... 82 37. Hasil Perhitungan Regresi Linier ... 83


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. SD Negeri 5 Sukadana Pasar Lampung Timur ... 50


(19)

DAFTAR BAGAN Bagan


(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Saat ini banyak sekali macam-macam komunikasi yang bisa dilakukan manusia untuk berinteraksi dengan sesama manusia secara langsung maupun tidak langsung, secara langsung biasanya dilakukan dengan bertatap muka langsung sedangkan komunikasi tidak langsung biasanya dilakukan melalui perantara media, komunikasi melalui media juga bisa digolongkan dalam komunikasi massa karena menyangkut khalayak banyak.

Komunikasi massa adalah komunikasi yang sering dilakukan melalui perantara media massa, seperti televisi, radio, surat kabar, dan film. Komunikasi massa dapat diartikan dalam dua cara, yakni, pertama, komunikasi oleh media, dan kedua, komunikasi untuk massa. Namun ini tidak berarti komunikasi massa adalah komunikasi untuk setiap orang. Media tetap cenderung memilih khalayak, dan demikian pula sebaliknya khalayak pun memilih-milih media (Rivers, 2008:18-19).

Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung di mana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti


(21)

radio, televisi, surat kabar, dan film. Komunikasi massa ciri tersendiri, sifat pesannya terbuka dengan khalayak yang variatif, baik dari segi usia, agama, suku, pekerjaan, maupun dari segi kebutuhan (Cangara, 2011:37). Pesan komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan baliknya (tertunda) dan sangat terbatas. Selain itu sifat penyebaran pesan melalui media massa berlangsung begitu cepat, serempak dan luas. Salah satu alat komunikasi massa yang sering digunakan saat ini adalah televisi.

Televisi adalah media komunikasi massa yang saat ini menjadi salah satu alat komunikasi yang paling efektif bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi. Di indonesia pemakaian televisi di kalangan anak-anak meningkat pada waktu libur, bahkan bisa melebihi 8 jam per hari. Hal ini disebabkan televisi memiliki sejumlah keunggulan,terutama kemampuannya dalam menyatukan antar fungsi audio dan visual, ditambah kemampuannya memainkan warna.

Selain itu televisi juga mampu mengatasi jarak dan waktu sehingga penonton didaerah-daerah terpencil dapat menikmati siaran televisi (Cangara, 2011:14-15). Televisi juga menjadi wadah media komunikasi massa, karena televisi menjadi alat untuk masyarakat memperoleh pengetahuan, wawasan, dan informasi. Sebagai salah satu alat komunikasi massa televisi memiliki 3 fungsi bagi masyarakat/ khalayak luas, yaitu to inform, education, dan yang terakhir adalah control sosial.

Dalam perkembangannya, persaingan antar stasiun televisi di Indonesia saat ini semakin ketat. Setiap stasiun televisi berupaya meningkatkan kualitas siaran mereka melalui program unggulan yang sedang diminati oleh masyarakat. Tentu


(22)

3

saja ini bertujuan agar para pemasang iklan juga mengiklankan produk mereka di stasiun televisi tersebut.Adanya persaingan antar stasiun televisi yang begitu pesat membuat setiap stasiun televisi berupaya meningkatkan keragaman program acara mereka. Bahkan saat ini sejumlah stasiun televisi berupaya memetakan segmen pemirsa mereka, tentunya didasarkan pada asumsi keuntungan dari pemilihan segmen tersebut. Sebagai salah satu contoh adalah stasiun televisi MNC TV yang berupaya membidik segmen anak-anak, remaja dan dewasa. MNC TV saat ini merupakan stasiun televisi yang paling banyak menyiarkan sinetron bergenre kolosal.

Sinetron kolosal dengan segmen anak-anak, remaja, dan dewasa memang menjadi salah satu sasaran utama karena potensi jumlah penontonnya yang sangat besar, tidak saja dari mereka yang berumur 5-13 tahun, tetapi juga ditonton oleh kelompok remaja dan orang tua. Dalam penelitian ini peneliti memilih siswa kelas 5 dan 6 SD karena diusia itulah yakni 11-12 tahun anak-anak terampil atau cepat meniru adegan-adegan atau perilaku-perilaku yang biasa mereka lihat di layar kaca, mereka sangat cepat untuk melakukan apa saja yang mereka tonton atau mereka lihat khususnya adegan idola mereka dalamhal ini adalah sinetron Raden Kian Santang.

Namun sayangnya hampir tidak ada penelitian dan pemantauan yang dilakukan secara intensif dan berkesinambungan terhadap materi tayangan sinetron kolosal yang ditayangkan. Padahal keluhan akan tayangan sinetron kolosal telah sering dilontarkan dalam berbagai diskusi publik, artikel surat kabar/majalah, dan surat pembaca surat kabar. Isi siaran anak-anak yang terkait dengan kekerasan, mistis,


(23)

dan moral menjadi keluhan yang utama. Saat ini anak-anak tidak hanya menyukai tayangan kartun tetapi juga tayangan kolosal. Berbicara tentang anak saat ini seperti tidak ada habisnya, pada umumnya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan masa yang panjang dalam rentan kehidupan, bagi kehidupan anak, masa kanak-kanak seringkali dianggap tidak ada akhirnya, sehingga mereka (anak-anak) tidak sabar menunggu saat yang didambakan yaitu pengakuan dari masyarakat bahwa mereka bukan lagi anak-anak tapi orang dewasa. Anak juga menjadi cikal bakal penerus generasi bangsa, semakin baik kepribadian seorang anak sekarang maka semakin baik pula kehidupan masa depan bangsa. Masa anak-anak adalah dimulai dari usia 6-13 tahun. Dari aspek agama khususnya agama Islam anak-anak merupakan mahluk yang dhaif dan mulia, yang keberadaannya adalah kewenangan dari kehendak Allah SWT dengan melalui proses penciptaan (sumber: http://www.kpi.go.id diakses pada September 2014).

Salah satu sinetron kolosal yang menjadi acara favorit anak di MNC TV saat ini adalah sinetron kolosal Raden Kian Santang. Sinetron kolosal ini disenangi tidak hanya oleh kalangan anak-anak, namun juga remaja dan dewasa. Raden Kian Santang adalah tokoh tasawuf dari tanah pasundan kaum tasawuf ditanah air pada umumnya. Tokoh Kian Santang ini pertama kali berhembus dan dikisahkan oleh Raden Cakrabuana atau Pangeran Walangsungsang ketika menyebarkan Islam di tanah Cirebon dan pasundan. Sinetron Raden Kian Santang ini juga menjadi peringkat ketiga dengan episode terbanyak di televisi dengan 835 episode dalam satu musim tayang (sumber: http://www.kpi.go.id diakses pada September 2014).


(24)

5

Sinetron ini bercerita seputar kehidupan tokoh utamanya, Raden Kian Santang. Seorang pendekar cilik yang memiliki ilmu dan kekuatan yang sangat sakti. Sejak lahir Raden Kian Santang sudah menampakkan keistemewaannya. Antara lain, sejak kecil dia sudah pintar baca Al-Qur’an, bisa membaca kejadian yang akan datang,tahu apa yang ada di pikiran orang lain, suka menolong, dan lebih dekat dengan masyarakat miskin ketimbang kalangan istana. Namun, ada yang cemas dengan kelahiran Kian Santang, yaitu Nini Durga Dewi (Dwi Putrantiwi), tokoh aliran hitam. Perempuan ini sangat sakti, bisa menjelma jadi apa saja. Dia juga banyak pengikut yang sangat setia, rela melakukan apa saja yang diperintahkan Nini Durga. Lahirnya Kian Santang sudah diramalkan Nini Durga, bahwa anak itu kelak bakal menjadi penghalang sepak terjangnya. Wanita penyihir yang sakti ini berusaha menyingkirkan Kian Santang dengan berbagai cara. Dengan kesaktiannya dia menjelma jadi apa saja untuk mendekati Kian Santang Kecil. Tapi, usahanya selalu gagal karena Kian Santang sangat cerdik.

Di samping bisa membaca pikiran orang, Kian Santang juga banyak akal. Sering kali ayah Kian Santang, Prabu Siliwangi muncul menolongnya juga dengan menyamar. Syeh Hasanuddin, kakek gurunya juga terkadang muncul, mengajarkan mengaji atau ilmu-ilmu kesaktian lainnya. Raden Kian Santang juga menyajikan adegan-adegan yang bersifat religius sehingga diasumsikan dapat mendorong penonton untuk melakukan tindakan religius. Adegan-adegan tersebut misalnya, Raden Kian Santang melakukan shalat, adzan, kemudian setiap ia ingin melakukan sesuatu dan setiap kali mengawali aktivitas ia selalu mengucapkan lafadz basmalah. Raden Kian Santang juga tidak pernah lupa untuk mengingatkan teman-temannya untuk beribadah.


(25)

Pada episode 2, Selasa 29 Mei 2012, Nini Durga kepanasan karena ayat-ayat Qur’an yang dilantunkan Raden Kian Santang sampai ke telinganya Nini Durga. Lalu menyuruh anak buahnya untuk menangkap Kian Santang. Mereka berhasil menangkap Kian Santang dan dimasukan ke dalam karung goni. Lalu pada episode 4, 30 Mei 2012, Nini Durga menyuruh anak buahnya mengejar Raden Kian Santang, lalu Raden Kian Santang mengajak teman-temannya sholawatan untuk mengusir anak buahnya Nini Durga.

Teori SOR mengasumsikan media massa mempunyai pemikiran bahwa audience bisa dibentuk dengan cara apa yang dikehendaki media. Media massa dalam teori SOR mempunyai efek langsung “disuntikkan” ke dalam ketidaksadaran audience. Berbagai perilaku yang diperlihatkan televisi dalam adegan filmnya, memberi rangsangan masyarakat untuk menirunya. Begitu kuatnya pengaruh televisi, penonton tidak kuasa untuk melepaskan diri dari keterpengaruhan itu. Jika dibandingkan dengan media massa lain, televisi sering dituduh sebagai agen yang mempengaruhi lebih banyak perilaku masyarakatnya (Hidayat, 2007:165-166).

Peneliti berasumsi adanya pengaruh antara Sinetron Raden Kian Santang sebagai media informasi dan perilaku anak-anak terhadap tayangan Sinetron Raden Kian Santang.Hal ini dikarenakan adanya indikator-indikator pendorong anak-anak untuk melakukan dan meniru apa yang disajikan oleh Tayangan Sinetron Raden Kian Santang, Khususnya perilaku yang diperankan oleh tokoh Raden Kian Santang yang memiliki kepribadian religius yang kemudian disampaikan olehnya


(26)

7

kepada anak-anak yang menonton adegan Raden Kian Santang pada sinetron Raden Kian Santang.

Penulis memilih judul ini sebagai bahan penelitian karena didasari dari banyaknya anak-anak yang menyukai tayangan sinetron Raden Kian Santang. Menjadi menarik ketika pesan yang disampaikan dalam sinetron ini tidak melulu bernilai negatif seperti perkelahian, permusuhan, dan penghianatan, tetapi nilai positif seperti perilaku juga sangat ditonjolkan di sinetron ini. Penulis memilih SD Negeri 5 Sukadana Pasar Lampung Timur sebagai sumber data dari penelitian ini. Hal ini dikarenakan hasil pra riset yang telah dilakukan oleh peneliti mengindikasikan bahwa siswa-siswi kelas 5 dan 6 di SDN 5 Sukadana Pasar Lampung Timur ini dinilai cukup banyak yang menonton tayangan sinetron Raden Kian Santang.

Sekolah Dasar Negeri 5 Sukadana Pasar Lampung Timur dipilih sebagai objek penilitian dikarenakan hasil pra riset yang dilakukan mengindikasikan bahwa siswa-siswi kelas 5 dan 6 di SDN 5 Sukadana Pasar Lampung Timur ini dinilai cukup banyak yang menonton tayangan sinetron Raden Kian Santang yakni berjumlah 78 siswa. Jika dibandingkan dengan SD yang berada di perkotaan siswa-siswa yang menonton tayangan sinetron Raden Kian Santang tidak sebanyak yang ada di SDN 5 Sukadana Pasar bahkan bisa dihitung karena pengaruh tayangan yang lebih modern, siswa-siswi dikota lebih memilih bermain dengan gadget mereka atau memilih permainan online ketimbang menonton


(27)

kenapa penulis memilih SDN 5 Sukadana Pasar Lampung Timur yang berada di pinggiran kota sebagai objek penelitian.

Pengukuran pengaruh antara tayangan Sinetron Raden Kian Santang terhadap perilaku anak ini sudah selesai diteliti dengan metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Kuesioner sudah selesai dibagikan kepada anak-anak SDN 5 Sukadana Pasar Lampung Timur yang kemudian dianalisis untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Sinetron Raden Kian Santang terhadap perilaku Religi anak-anak di SDN 5 Sukadana Pasar Lampung Timur.

Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis melakukan suatu penelitian awal dengan judul : “Pengaruh Sinetron Raden Kian Santang terhadap Perilaku Religi

Anak” (Studi pada Siswa SDN 5 Sukadana Pasar Lampung Timur).

1.2RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Seberapa Besar Pengaruh Sinetron Raden Kian Santang terhadap Perilaku Religi Anak”

1.3 TujuanPenelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Sinetron Raden Kian Santang terhadap perilaku religi anak.


(28)

9

1.4Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat berguna dalam mengembangkan pengetahuan dan wawasan bagi pembaca mengenai Pengaruh Sinetron Raden Kian Santang terhadap Perilaku Religi Anak pada Siswa SDN 5 Sukadana Pasar Lampung Timur

2. Kegunaan Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat berguna sebagai:

a. Bahan masukan yang berharga bagi pembaca dan khususnya masyarakat untuk lebih memahami mengenai perkembangan sinetron di Indonesia.

b. Untuk melengkapi dan memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Jurusan Ilmu omunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai perbandingan dan tolak ukur serta mempermudah penulis dalam menyusun penelitian ini. Iksan (1996) menyatakan bahwa tinjauan pustaka harus mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan permasalahan penelitian : teori, konsep-konsep, analisa, kesimpulan, kelemahan dan keunggulan pendekatan yang dilakukan orang lain. Peneliti harus belajar dari peneliti lain, untuk menghindari duplikasi dan pengulangan penelitian atau kesalahan yang sama seperti yang dibuat oleh peneliti sebelumnya.

Penelitian sebelumnya dipakai sebagai acuan dan referensi penulis dan memudahkan penulis dalam membuat penelitian ini. Penulis telah menganalisis penelitian terdahulu yang berkaitan dengan bahasan di dalam penelitian ini. Berikut ini tabel perbedaan mengenai tinjauan penelitian terdahulu beserta kontribusi bagi penelitian ini:


(30)

11

Tabel 1. Perbedaan dan Kontribusi Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Dora Yonica, Universitas Lampung, 2011

Judul Penelitian Analisis Perilaku Imitasi Anak Setelah Menonton Film Naruto.

Hasil Penelitian

Anak-anak tidak berubah perilakunya dalam hal ini adalah perilaku mencontoh (imitasi) yang meniru perilaku perilaku dalam film Naruto seperti unsur kekerasannya, anak-anak hanya meniru jurus-jurusnya namun tidak serius.

Kontribusi Penelitian Menjadi referensi bagi penelitian penulis serta membantu dalam proses penyusunan penelitian.

Perbedaan Penelitian

Yang diteliti oleh peneliti sebelumnya adalah sikap dan perilaku imitasi anak-anak setelah menonton film Naruto, sedangkan yang ingin diteliti oleh peneliti sekarang adalah perilaku religi anak-anak setelah menonton sinetron Raden Kian Santang. Metode yang digunakan juga berbeda, peneliti sebelumnya menggunakan metode kualitatif. Sedangkan metode peneliti sekarang adalah metode kuantitatif.

Penelitian Dora Yonica menggunakan teori S-O-R. Metode penelitian yang digunakan Dora Yonica yaitu metode kualitatif. Dengan demikian penulis sangat terbantu dalam langkah, metode dan sebagainya. Namun penelitian ini jelas memiliki perbedaan yaitu metode yang digunakan juga berbeda, peneliti sebelumnya menggunakan metode kualitatif. Sedangkan metode peneliti sekarang adalah metode kuantitatif.


(31)

2.2 Tinjauan Tentang Pengaruh

Menurut McQuail dalam bukunya Teori Komunikasi Massa (1996:41), mengatakan bahwa pengaruh adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dan dirasakan, dan dilakukan sebelum dan sesudah menerima pesan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak kepercayaan dan perbuatan seseorang. Dalam hal ini pengaruh bisa terjadi pada pengetahuan, dan tingkah laku seseorang sehingga dapat diartikan bahwa pengaruh adalah perubahan atau penguatan keyakinan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.

Pengaruh adalah suatu keadaan hubungan timbal balik, atau hubungan sebab akibat antara apa uang mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi. Dua hal ini adalah yang akan dihubungkan dan dicari pada hal yang menghubungkannya. Di sisi lain pengaruh adalah berupa daya yang bisa memicu sesuatu, menjadikan sesuatu berubah. Maka jika salah satu yang disebut pengaruh berubah, akan ada akibat yang ditimbulkan.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh timbul dari sesuatu (orang atau benda) dan bisa terjadi pada pengetahuan, dan tingkah laku. Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengaruh Sinetron Raden Kian santang terhadap perilaku anak.


(32)

13

2.3 Tinjauan Tentang Perilaku

Definisi perilaku menurut Kamus besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud di gerakan (tingkah laku) tidak saja badan atau ucapan. Robert Kwick (1974) dalam Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Menurut Notoatmodjo (1993) faktor-faktor yang berperan dalam pembentukan perilaku dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu:

1. Faktor internal

Faktor yang berada dalam diri individu itu sendiri yaitu berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi dan sebagainya untuk mengolah pengaruh-pengaruh dari luar. Motivasi merupakan penggerak perilaku, hubungan antara kedua konstruksi ini cukup kompleks, antara lain dapat dilihat sebagai berikut:

a. Motivasi yang sama dapat saja menggerakkan perilaku yang berbeda demikian pula perilaku yang sama dapat saja diarahkan oleh motivasi yang berbeda.

b. Motivasi mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu.

c. Penguatan positif/ positive reinforcement menyebabkan satu perilaku tertentu

cenderung untuk diulang kembali.

d. Kekuatan perilaku dapat melemah akibat dari perbuatan itu bersifat tidak menyenangkan.


(33)

2. Faktor eksternal

Faktor-faktor yang berada diluar individu yang bersangkutan yang meliputi objek, orang, kelompok dan hasil-hasil kebudayaan yang disajikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya.

2.3.1 Tinjauan Tentang Perilaku Anak

Dalam sebuah buku yang berjudul “Perilaku Manusia” Leonard F. Polhaupessyi. Menguraikan perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Untuk aktifitas ini mereka harus berbuat sesuatu, misalnya kaki yang harus diletakkan pada kaki yang lain. Jelas, ini sebuah bentuk perilaku, cerita ini dari satu segi. Jika seseorang duduk diam dengan sebuah buku di tangannya, ia dikatakan sedang berperilaku, ia sedang membaca. Sekalipun pengamatan dari luar sangat minim.

Berbicara mengenai perilaku atau tingkah laku adalah merupakan gerak yang dilakukan oleh manusia, baik itu perilaku baik maunpun perilaku buruk. Dalam Kamus Besar Indonesia (1990:20), dinyatakan bahwa perilaku adalah tanggapan atau reaksi dari individu yang terwujud dalam gerak atau tingkah laku, tidak saja badan namun ucapan. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organism, dan kemudian organism tersebut merespon Stimulus-Organisme-Respon (SOR).

Menurut N.M Purwanto (1990), Perilaku adalah segala tindakan atau perbuatan manusia yang terlihat maupun tidak terlihat, didasari atau tidak didasari termasuk didalamnya cara bagaimana berbicara, cara berfikir, cara melakukan sesuatu dan


(34)

15

cara bereaksi terhadap segala sesuatu yang datangnya dari luar diri maupun didalam dirinya.

Sebagian besar anak hidup di lingkungan keluarganya. Pendidikan dalam keluarga akan memberikan landasan bagi kehidupan di masa yang akan datang. Oleh karena itu pakar psikologi ini Oos M. Anwas (1998) mengatakan bahwa perilaku adalah apa yang dialami anak dimasa kecil, kelak akan membekas dalam diri anak dan mewarnai kehidupannya di saat tumbuh menjadi remaja.

Dari definisi perilaku di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku adalah reaksi yang diwujudkan dalam gerak dan tingkah laku yang dapat dilihat secara langsung atau tidak langsung, baik gerakan maupun ucapan. Dalam pandangan lain perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua mahluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing.

Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baikyang dapat diamatilangsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo, 2003: 114).


(35)

2.3.2 Bentuk - Bentuk Perilaku

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran, yang terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).

2.3.3 Domain Perilaku

Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respons dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor – faktor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Faktor internal yaitu karakteristikorang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

b. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang. (Notoatmodjo, 2007 hal: 139)


(36)

17

2.3.4 Proses Terjadinya Perilaku

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni.

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu

2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

3. Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya). Hal ini berarti perilaku responden sudah lebih baik lagi

4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru

5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (rangsangan).

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting). (Notoatmodjo, 2003: 122).

2.3.5 Perilaku.

Pengertian yang lebih singkat dikemukakan oleh Dojosantoso (1986 : 3 ) bahwa perilaku adalah keterikatan manusia pada Tuhan sebagai sumber ketentraman dan kebahagiaan. Keterikatan manusia secara sadar terhadap Tuhan merupakan perilaku manusia "religius" manusia religius dapat diartikan sebagai manusia yang berhati nurani serius, teliti dalam pertimbangan batin.


(37)

Menurut Vergote (Dister, 1990) individu yang memiliki perilaku adalah individu yang tahu dan mau menerima serta menyetujui aturan perilaku yang benar, yang diwariskan oleh masyarakat kepadanya dan selanjutnya ia menjadikannya sebagai milik sendiri, keyakinan pribadi, iman kepercayaan batiniah yang diwujudkannya dalam perilaku sehari-hari. Manusia religius, menurut Spranger (Widyana, 1995) adalah manusia yang berketuhanan, memandang segala macam bentuk kehidupan adalah merupakan suatu kesatuan atau unity.

2.4 Tinjauan Tentang Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah studi ilmiah tentang media massa beserta pesan yang dihasilkan, pembaca/pendengar/penonton yang akan coba diraihnya, dan efeknya terhadap mereka. (Nurudin:2007: 2) menyatakan bahwa Komunikasi massa merupakan disiplin kajian ilmu sosial yang relatif muda jika dibandingkan dengan ilmu psikologi, sosiologi, ilmu politik, dan ekonomi. Sekarang ini komunikasi massa sudah dimasukkan dalam disiplin ilmiah. Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi media melalui media massa (media cetak dan elektronik). Jadi disini jelas media massa menunjuk pada hasil produk teknologi modern sebagai saluran dalam komunikasi massa.

Menurut Rakhmat (2011), definisi yang paling sederhana tentang komunikasi

massa dirumuskan Bittner (1980:10) yaitu, “Mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people” (Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang). Berdasarkan definisi tersebut, dapat diartikan bahwa komunikasi


(38)

19

massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human communication) yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik, yang mampu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi”.

Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa komunikasi massa adalah sebuah bentuk komunikasi yang memanfaatkan media massa untuk menyebarkan pesan kepada khalayak luas pada saat yang bersamaan. Massa dalam hal ini merujuk pada khalayak yang tersebar di berbagai tempat, tidak terbatas jumlahnya dan anonim. Elizabeth Noelle-Neuman (1973 : 92) dalam Rakhmat (2011) menyebutkan empat tanda pokok dari komunikasi massa, yaitu :

1. Bersifat tidak langsung, artinya harus melewati media teknis (teknologi media). Komunikasi massa mengharuskan adanya media massa dalam prosesnya, hal ini dikarenakan teknologi yang membuat komunikasi massa dapat terjadi. Dapat dibayangkan bahwa tidak mungkin seseorang melakukan komunikasi massa tanpa bantuan media massa (teknologi), bahkan bila ia berteriak sekencang-kencangnya.

2. Bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta komunikasi. Dalam istilah komunikasi, reaksi khalayak yang dijadikan masukan untuk proses komunikasi berikutnya disebut umpan balik (feedback). Namun dalam sistem komunikasi massa, komunikator sukar menyesuaikan pesannya dengan reaksi komunikan (khalayak luas dalam hal ini). Komunikasi bersifat irreversible, yang artinya ketika sudah terjadi tidak dapat diputar balik (diulang). Begitu juga halnya dengan komunikasi massa. Sebuah informasi yang telah disebarkan, tidak dapat diputar ulang


(39)

seperti membuat air menjadi es, kemudian membuat es menjadi air kembali. Dalam komunikasi massa, publik atau khalayak hanya menjadi penerima informasi. Pada saat komunikasi massa dilakukan, khalayak tidak dapat langsung memberikan feedback untuk mempengaruhi pemberi informasi, dalam hal ini untuk aliran komunikasi sepenuhnya diatur oleh komunikator. Namun demikian, dalam komunikasi massa masih terdapat kemungkinan adanya siaran ulang, yaitu memutar ulang tayangan yang sama dalam televisi atau radio.

3. Bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan anonim. Komunikasi dengan media massa memungkinkan komunikator untuk menyampaikan pesan kepada publik yang tidak terbatas jumlahnya, siapapun dan berapapun orangnya selama mereka memiliki alat penerima (media) siaran tersebut.

4. Mempunyai publik yang secara geografis tersebar. Seperti dikemukakan sebelumnya, komunikasi massa tidak hanya ditujukan bagi sekelompok orang di kawasan tertentu, namun lebih kepada khalayak luas di manapun mereka berada. Oleh karena itu, lewat media massa seseorang atau sekelompok orang dapat melakukan persuasi kepada banyak orang di berbagai tempat dengan efisien

2.4.1 Karakteristik Komunikasi Massa

Ada 5 macam karakteristik komunikasi massa, (Rivers, 2008: 19-20) Karakteristik terpenting pertama komunikasi massa adalah sifatnya yang satu arah. Memang ada televisi atau radio yang mengadakan dialog interaktif yang


(40)

21

melibatkan khalayak secara langsung, namun itu hanya untuk keperluan terbatas. Kedua, selalu ada protes seleksi (Rivers, 2008: 19-20). Misalnya, setiap media memilih khalayaknya. Ketiga, karena media mampu menjangkau khalayak secara luas, jumlah media yang diperlukan sebenarnya tidak terlalu banyak sehingga kompetisinya selalu berlangsung ketat.

Keempat, untuk meraih khalayak sebanyak mungkin, harus berusaha membidik sasaran tertentu. Sebagai contoh, editor koran selalu mengingatkan reporternya untuk mencari berita yang menarik minat orang-orang yang akan menyampaikannya kepada orang lain. Televisi juga merancang programnya untuk memikat segmen khalayak tertentu yang akan menyebarluaskannya, misalnya acara opera sabun untuk ibu-ibu rumah tangga. Kelima, komunikasi dilakukan oleh institusi sosiala yang harus peka terhadap kondisi lingkungannya. Ada interaksi tertentu yang berlangsung antara media dan masyarakat. Media tidak hanya memengaruhi tatanan politik, sosial, dan ekonomi dimana ia berada, namun juga dipengaruhi olehnya.

Oleh sebab itu, untuk memahami media secara baik, kita harus memahami pula lingkungan atau masyarakat dimana media itu berada. Sedangkan untuk memahami sebuah masyarakat, kita harus menelaah latar belakang, asumsi-asumsi dan keyakinan-keyakinan dasarnya. Untuk itu, diperlukan penguasaan atas sejarah, sosiologi, ilmu ekonomi, dan filsafat, demi memahami media secara benar.


(41)

2.5 Tinjauan Tentang Televisi

Televisi merupakan bagian dari media massa karena dalam penyampaian pesannya televisi menggunakan saluran media elektronik melalui gelombang frekuensi radio dan penerimaannya pada pesawat penerima yang muncul pada sebidang layar. Bedanya televisi dengan radio adalah televisi hadir dengan media audio visual, sedangkan radio hanya media radio saja. Televisi hadir untuk memberikan ragam informasi baik itu dari dalam negeri maupun dari luar negeri, melaksanakan kontrol sosial dan juga berfungsi sebagai alat hiburan. Fungsi sebagai media hiburan inilah yang menempati porsi terbesar di dalam dunia pertelevisian (Salim, 1995: 1028).

Hal ini bisa dilihat dari banyaknya jam tayang untuk acara hiburan di televisi, seperti acara sinetron, talk show, kuis, FTV, musik, dan lain-lain. Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang menghasilkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa. (Kuswandi, 1996 : 22) Televisi yang bersifat informatif, hiburan maupun terbukti pada abad ke- 20 ini televisi menjadi fenomena besar bagi semua khalayak. Dalam hal ini, yang patut kita cermati berkaitan dengan fungsi televisi sebagai media hiburan telah menjadikan pemirsa penonton televisi sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan karena televisi merupakan tontonan yang enak dinikmati, gratis, dan efektif.

Arini Hidayati dalam penelitiannya tentang motivasi pemirsa dalam menonton televisi lebih condong menggunakan televisi sebagai media hiburan. Dari 136 responden, 74 diantaranya ( 54,4 % ) menonton televisi karena ingin mendapatkan


(42)

23

hiburan dari tayangan yang akan dilihatnya. Sedangkan responden yang lain menggunakan media televisi sebagai media informasi. Hasil ini menunjukkan bahwa bagi pemirsa menonton televisi adalah sebagai media hiburan karena televisi adalah media hiburan. Mereka menggunakannya sebagai sarana pelepas lelah setelah belajar, bekerja, atau untuk mengisi waktu-waktu luang. Sehingga fungsi utama televisi adalah sebagai media hiburan (Hidayati, 1998 : 103).

2.6 Tinjauan Tentang Sinetron 2.6.1. Pengertian sinetron

Sinetron merupakan kepanjangan dari sinema elektronik yang berarti sebuah karya cipta seni budaya, yang merupakan media komunikasi pandang dengar yang dibuat berdasarkan sinematografi dengan di rekam pada pita video, melalui proses elektronik lalu ditayangkan melalui stasiun penyiaran televisi, sebagai media komunikasi massa, sinetron memiliki ciri-ciri, diantaranya bersifat satu arah serta terbuka untuk publik secara luas dan tidak terbatas (Muhyidin, 2002 : 204). Menurut (Yeni Salim) dalam bukunya kamus bahasa Indonesia sinetron adalah pertunjukkan sandiwara yang dibuat khusus untuk penanyangan di media elektronik.

Sinetron sebagai sinema berseri merupakan sesuatu hal yang khusus yang di tayangkan media televisi, dengan cerita yang dibuat dengan sedemikian rupa sehingga sinetron menjadi acara yang sangat digemari oleh kalangan masyarakat baik dari kalangan orang tua sampai anak-anak, maupun dari kalangan bawah, menengah dan kalangan atas.


(43)

Sadar atau tidak, sinetron dapat mengubah pola hidup masyarakat, alasannya sederhana saja, masyarakat ingin meniru kehidupan yang dikisahkan dalam sinetron, apalagi kalau bintang yang memerankannya adalah idolanya. Banyak paket sinetron di televisi bukan hal yang luar biasa, sinetron merupakan satu bentuk aktualisasi komunikasi dan interaksi manusia yang diolah berdasarkan alur cerita, untuk mengangkat permasalahan hidup manusia sehari-hari.

Sehingga seseorang atau kelompok masyarakat merasa bahwa sinetron merupkan bagian dari kehidupan mereka sehari-hari akan terasa kurang apabila mereka belum menonton sinetron, kadang mereka sampai melupakan waktu karena takut akan ketinggalan alur cerita berikutnya.

2.6.2 Ciri – Ciri Sinetron

Berikut ini merupakan cirri-ciri yang ada pada tayangan sinetron di televisi :

a. Bentuk narasi dengan akhir cerita mengambang. Berjangka waktu panjang. Bisa saja menjadi tak terbatasdalam menceritakan kisahnya.

b. Lokasi utamanya bertempat disuatu yang mudah di identifikasi. Alias familiar, dan di situlah tokoh – tokoh tersebut sering melakukan perannya. c. Ketegangan antara konvensi realisme dan melodrama. Realisme

mengacukepada seperangkat konvensi yang menyatakan bahwa drama

tersebut merupakan refresentasi dari apa yang terjadi di “ Dunia nyata “

dengan tokoh – tokoh yang akrab dan masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari – hari. Tehnik narasi secara sengaja mengaburkan pandangan pemirsa bahwa tayangan tersebut hanyalah sebuah konsruksi di layar kaca. Musik –musik yang dramatis dan tayangan close up pun


(44)

25

menjadi bumbu pelengkap yang sangat pas untuk membangun ketegangan dalam setiap episodenya, yang nantinya akan dipotong pada momen yang tepat, dan membuat penonton semakin pemasaran.

d. Tema yang berputar – putar dan menonjolkan hubungan interpersonal. Perkawinan, perceraian, putus hubungan, dan aksi balas dendam menjadiinti dari opera sabu, dan memberikan minat emosional pada cerita. e. Sinetron yang memiliki nama “ Sinema “ tetap memiliki perbedaan dengan

sinema yang diputar di bioskop. Berikut ini adalah perbedaan antara sinetron dengan sinema/tayangan yang biasa diputar bioskop :

1. Sinetron

a. Menggunakan kamera elektronik dengan video recorder b. Bahannya berupa pita di dalam kaset.

c. Penyajiannya dipancakan dari stasiun televisi dan diterima melalui layar kaca pesawat televisi rumah – rumah.

d. Pengambilan gambarnya dari sudut yang lebih sempit ( angle close shoot ).

e. Memiliki alur cerita yang kuat dan mengangkat realita kehidupan sehari – hari.

2. Tayangan Layar Putih

a. Menggunakan kamera optic b. Bahannya berupa sesuloid.

c. Medium penyajiannya melalui proyektor dan layar putih.


(45)

2.6.3. Jenis –Jenis Sinetron

Sinetron yang pada mulanya sebagai drama televisi mengalami perkembangan yang pesat. Teknik produksi yang semakin canggih seiring dengan dan pengetahuan dan teknologi, menghasilkan program sinetron yang berkualitas semakin baik. Tidak mengherankan apabila sinetron memiliki banyak penggemar dengan karakteristik dan keinginan yang sangat beragam, ada penggemar sinetron yang sangat menyukai kisah percintaan, ada yang lebih suka cerita misteri, ada yang menggemari drama yang bersifat lelucon, dan sebagainya. Oleh karena itu para pembuat program sinetron (production house) berusaha memproduksi berbagai jenis sinetrondengan menonjolkan salah satu ciri khasnya. Ada yang menonjolkan unsur kekuatan cerita dalam sinetron yang diproduksi, ada yang menonjolkan unsur fisik/perkelahian. ada pula yang menonjolkan unsur gaib/mistik, dan lain-lain biasanya unsur gaib/mistik ada di sinetron yang jenisnya macam kolosal dan misteri.

2.6.4 Tinjauan Tentang Sinetron Raden Kian Santang

Raden Kian Santang adalah salah satu sinetron yang yang ber genre kolosal Indonesia, saat ini sinetron Raden Kian Santang juga menjadi salah satu sinetron kolosal unggulan di MNC TV. Sinetron ini juga menjadi naungan rumah produksi yang baru untuk Inne Azri selaku pemeran Nyai Subang Larang. Sebelumnya Inne Azri tampil memukau di sinetron Jangan Berhenti Mencintaimu produksi Multivision Plusyang tayang beberapa tahun silam di SCTV.


(46)

27

Hadirnya Raden Kian Santang menambah daftar sinetron MD Entertainment yang bertema kolosal. Sebelum Raden Kian Santang, terlebih dulu tayang Dewi Bintari. Sinetron fantasi kolosal yang dibintangi Luna Maya dan Indra L.Bruggman ini memperoleh rating yang stabil di 10 besar, bahkan 5 besar. Tak heran jika MNC TV menayangkan sinetron sejenis.

Prabu Siliwangi ( Ananda George ), Raja Pajajaran mempunyai seorang permaisuri bernama Nyai Subang Larang ( Inne Azri ). Nyai Subang Larang berasal dari keluarga Muslim. Ayahnya seorang syeh Bandar di karawang, bernam Kiay Tapa. Sejak kecil Nyai Subang Larang belajar ilmu agama. Nyantri di pesantren Quro milik Syeh Hasannudin. Buah pernikahannya dengan Nyai Subang Larang, Prabu Siliwangi mempunyai 3 orang putra, Walang Sungsang ( Ahmad Ridho ), dikenal dengan pangeran Cakra Buana, Rara Santang ( Rientammy ), dan si bungsu Raden Kian Santang ( Alwi Assegaf ). Ketiga anak ini dibesarkan dalam pengajaran islam sehingga tumbuh menjadi muslim dan muslimah yang taat.

Sejak lahir Raden Kian Santang sudah menampakkan keistimewaannya. Antara lain, sejak kecil dia sudah pintar baca Al-Qur’an, bisa membaca kejadian yangakan dating, tahu apa yang ada di pikiran orang lain, suka menolong, dan lebih dekat dengan masyarakat miskin ketimbang kalangan istana. Namun, ada yang cemas dengan kelahiran Kian Santang, yaitu Nini Durga Dewi ( Dwi Putrantiwi ), tokoh aliran hitam. Perempuan ini sangat sakti, bisa menjelma jadi apa saja.


(47)

Dia juga banyak pengikut yang sangat setia, rela melakukan apa saja yang diperinthkan Nini Durga. Lahirnya Kian Santang sudah diramalkan Nini Durga, bahwa anak itu kelak bakal menjadi penghalang sepak terjangnya. Wanita penyihir yang sakti ini berusaha menyingkirkan Kian Santang dengan berbagai cara. Dengan kesaktiannya dia menjelma jadi apa saja untuk mendekati Kian Santang Kecil. Tapi, usahanya selalu gagal karena Kian Santang sngat cerdik.

Disamping bisa membaca pikiran orang, juga banyak akal. Sering kali ayah Kian Santang, Prabu Siliwangi muncul menolongnya juga dengan menyamar. Syeh Hasanuddin, kakek gurunya juga kadang – kadang muncul, mengajarkan mengaji atau ilmu-ilmu kesaktian lainnya. Adapun pesan nilai-nilai komunikasi tradisional di dalam sinetron ini yakni seperti kostum yang digunakan tokoh-tokohnya yang masih kental akan pakaian Sunda, lalu tata krama ketika bertemu orang yang lebih tinggi kastanya dan lebih tua masih sangat kental akan budaya tradisionalnya, seperti arah yang ditanyakan seseorang.

2.7 Teori SOR

Teori ini pada dasarnya mengatakan bahwa efek merupakan reaksi terhadap sebuah situasi tertentu. Dengan demikian, seorang bisa mengharap sesuatu atau memperkirakan sesuatu dengan sejumlah pesan yang disampaikan melalui penyiaran. Teori ini memiliki 3 elemen, yakni (a) pesan (stimulus); (b) penerima (receiver/organism); dan (c) efek (respon).

Prinsip stimulus respon kemudian memunculkan teori turunan yang disebut teori jarum hipodermik, yaitu teori klasik mengenai proses terjadinya efek komunikasi massa. Dalam teori ini, isi media dipandang sebagai obat yang disuntikkan ke


(48)

29

dalam pembuluh darah audience, yang kemudian diasumsikan akan bereaksi seperti yang diharapkan.

Teori stimulus respon juga memandang bahwa pesan yang dipersepsikan dan didistribusikan secara sistematik dan dalam skala yang luas. Pesan, karenanya, tidak ditujukan kepada orang dalam kapasitasnya individu, tapi sebagai bagian dari msyarakat. Untuk mendistribusikan pesan sebanyak mungkin, pengguna teknologi merupakan keharusan, sedangkan individu yang tidak terjangkau dengan terpaan pesan, diasumsikan tidak terpengaruh dengan isi pesan. Kelemahan stimulus – respon adalah penyamaran individu.

Sesuai dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori SOR, teori ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi-reaksi yang dapat diasumsikan bahwa perilaku-perilaku tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan tertentu yaitu dapat berlangsung secara positif atau negatif. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa sinetron Raden Kian Santang telah berpengaruh terhadap perilaku religi anak. Hal tersebut sesuai dengan Teori SOR yang menyatakan bahwa respon yang terjadi pada pihak penerima (Anak) pada dasarnya merupakan suatu reaksi tertentu dari stimulus (rangsangan) tertentu.

2.8 Kerangka Pikir

Penelitian ini berdasarkan teori SOR, hal ini dikarenakan objek dari penelitian ini adalah anak-anak yang meliputi komponen-komponen perilaku anak-anak. Pengaruh media massa dalam hal ini televisi yang menayangkan sinetron Raden


(49)

Kian Santang tentu memberikan efek tertentu pada anak-anak. Efek yang timbul ini nantinya akan diwujudkan dalam perilaku sehari-hari mereka.

Komunikasi massa sebagai salah satu alat untuk memperoleh informasi dan hiburan mempunyai banyak tayangan seperti jenis-jenis film, sinetron, dan sebagainya diantara adalah Sinetron Raden Kian Santang yang bergenre kolosal yang tayang di MNC TV. Saat ini Sinetron Raden Kian Santang menjadi salah satu konsumsi masyarakat khususnya anak-anak. Sinetron Raden Kian Santang sangat cocok di konsumsi oleh anak-anak sampai orang dewasa karena memiliki nilai-nilai budaya serta religius yang cocok dikonsumsi semua kalangan.

Dalam penelitian ini Sinetron Raden Kian Santang mempunyai cerita yang menarik untuk diteliti yaitu tokoh utamanya atau pemeran utama Raden Kian santang yang mempunyai prilaku religius. Berdasarkan Teori S-O-R hal ini dapat menimbulkan perubahan dan perilaku bagi audiensnya. Oleh karena itu lah peneliti menganggap fenomena ini sebagai suatu fenomena yang menarik untuk diteliti. Pada penelitian ini ada 2 variabel yang di ukur yaitu, variabel X dan Y dengan variabel X Sinetron Raden Kian Santang indikator yang di ukur frekuensi dan durasi dan variabel Y siswa SD Negeri 5 Sukadana Pasar Lampung Timur kelas 5 dan 6 dengan indikator yang diukur pengertian, perhatian dan penerimaan

Dalam pengamatan ini peneliti bermaksud mengamati perilaku anak-anak Sekolah Dasar tentang bagaimana perilaku yang mereka berikn setelah menonton sinetron Raden Kian Santang. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran diatas, agar lebih jelas digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:


(50)

31

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

Teori S - O - R

KOMUNIKASI MASSA

Sinetron Raden Kian Santang

Variabel X

STIMULUS

Sinetron Raden Kian Santang: Frekuensi

Durasi

Variabel Y ORGANISM Perhatian Pengertian Penerimaan

Variabel Y RESPONS

anak-anak


(51)

2.9 Hipotesis

Hipotesis merupakanjawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2006 : 51).

Berdasarkan kerangka pikir tersebut, maka diambil kesimpulan yang merupakan jawaban sementara penelitian sebagai berikut :

1. Hipotesa penelitian (Hi) : Ada pengaruh sinetron raden kian santang terhadap perilaku Religi anak .

2. Hipotesa penelitian (Ho): Tidak ada pengaruh sinetron raden kian santang terhadap perilaku religi anak.


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Tipe Penelitian

Penelitian ini beranjak untuk mengamati perilaku dari anak murid Sekolah Dasar yang menonton sinetron Raden Kian Santang. Berdasarkan objek penelitian yang akan diteliti maka penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan metode kuantitatif. Ibrahim (1989) menuturkan penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada pemecahan masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan. Penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Menurut Sugiyono (2010,8) metode kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada sample filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sample tertentu, pengumpulan data menggunakan istrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif merupakan metode yang bertujuan menggambarkan secara sistematis dan faktual tentang fakta-fakta serta hubungan antar variabel


(53)

yang diselidiki dengan cara mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, dan menginterpretasi data dalam pengujian hipotesis statistik.

3.3 Definisi Konsep

Definisi konsep merupakan batasan terhadap masalah-masalah variabel, yang dijadikan pedoman dalam penelitian, sehingga tujuan dan arahnya tidak menyimpang. Definisi konsep dalam penelitian ini adalah:

a. Tayangan Bersifat Religi

Tayangan yang termasuk bersifat Religi adalah tayangan yang memberikan contoh dengan ucapan, perbuatan, dan tingkah laku. Sehingga dapat mengetahui apa-apa yang patut diucapkan, diperbuat dan dilakukan, dan dapat membedakan apa-apa ucapan, perbuatan dan tingkah laku yang patut dicontoh dan yang tidak patut dicontoh.

b. Anak

Anak adalah mereka yang belum mengerti dan memiliki apa-apa sebagai bekal dirinya untuk menghadapi kehidupan yang lebih baik. Masa anak-anak adalah masa paling kritis, khususnya bagi anak-anak-anak-anak, semua diamati dan diterima begitu saja tanpa adanya kecaman atau kritikan, masa anak-anak merupakan masa di mana anak-anak mengumpulkan ilmu pengetahuan. Anak-anak adalah pribadi yang penuh kreativitas, antusias melakukan sesuatu, aktif bereksplorasi maka segala hal ingin dipraktekannya.

c. Perilaku Religi

Perilaku yang berkaitan dengan ajaran agama, dalam hal ini adalah agama Islam yang praktekan secara sengaja sesuai dengan ajaran yang sudah ditetapkan.


(54)

35

3.4Definisi Operasional

Menurut Singarimbun (1989: 46), definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain definisi operasional adalah petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel

1. Stimulus: Tayangan Sinetron Raden Kian Santang (Variabel X) Indikator yang diukur:

 Durasi menonton tayangan, yaitu jumlah waktu menonton satu tayangan sinetron Raden Kian Santang.

 Frekuensi menonton tayangan, yaitu jumlah episode tayangan sinetron Raden Kian Santang yang ditonton perminggu.

2. Organism dan Respon: Anak-anak dan Perubahan Perilaku Religi (Variabel Y)

Indikator yang diukur:

 Perhatian: Anak-anak memperhatikan perilaku-perilaku yang dilakukan Raden Kian Santang dalam sinetron.

 Pengertian: Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.

 Penerimaan: Menyetujui perilaku-perilaku yang dilakukan Raden Kian Santang dalam sinetron.

Dari pesan yang disampaikan dalam tayangan sinetron Raden Kian Santang, akan diteliti beberapa unsur sebagai berikut:


(55)

 Anak menjadi sering beristighfar

 Anak menjadi lebih sabar

 Anak menjadi sering bersholawatan

 Anak menjadi sering mengucapkan lafazh basmallah

 Anak menjadi sering mengucapkan lafazh hamdallah

 Anak menjadi sering mengaji

 Anak menjadi taat dan tawakal

 Anak menjadi rendah hati

 Anak menjadi patuh kepada orang tua


(56)

37

Definisi operasional penelitian ini dapat dijelaskan dalam tabel dibawah ini. Tabel 2. Definisi Operasional

Variabel Indikator Konsep Variabel Ukuran Skala Pengukuran Sinetron Raden Kian Santang (X) Frekuensi menonton Intensitas menonton sinetron Raden Kian Santang

Ordimal Likert

Durasi menonton

Lama menonton tayangan sinetron raden kian santang

Ordinal Likert

Perilaku (Y)

Perhatian Anak-anak memperhatikan perilaku religi raden kian santang.

Ordinal Likert

Pengertian Memahami isi cerita sinetron Raden Kian

Santang. Ordinal Likert

Penerimaan

Anak menjadi tahu perilaku religi yang baik dan benar Anak mengucapkan lafazh Hamdalah saat mendapat kabar baik yaitu dan afazh astagfirullah saat mendengar.kabar

buruk Ordinal Likert

Anak menjadi rajin beribadah (sholat). Anak menjadi sering beristighfar.

Anak menjadi sabar. Anak menjadi sering bershalawat.

Anak menjadi rendah hati.


(57)

Anak memiliki kerendahan hati yang tinggi dan tidak pernah

menyombongkan dirinya .

Ordinal Likert Anak menjadi

pandai mengaji. Anak menjadi tawakal.

Anak menjadi jujur.

Anak menjadi patuh kepada orang tua Anak menjadi taat.

3.5 Populasi dan Sampel 3.5.1 Populasi

Adalah keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran popoulasi, sedangkan suatu nilai yang menggambarkan ciri/karakterisitik populasi disebut parameter (Sugiarto,dkk,2011). Dalam penelitian ini populasinya adalah Siswa-siswa kelas 5 dan 6 SDN 5 Sukadana Pasar (Lampung Timur). Berdasarkan hasil pra-riset berikut populasi dalam penelitian ini

Tabel 3. Hasil Pra – Riset di SD Negeri 5 Sukadana Pasar Lampung Timur. Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah

Siswa

SiswaYang Menonton

Siswa Yang Tidak Menonton

5 35 38 79 L 44 29

6 44 40 78 P 34 50

Jumlah 79 78 157 78 79


(58)

39

3.5.2 Sampel

Adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciri-ciri dan keberadaannya diharapkan mampu mewakili atau menggambarkan ciri-ciri keberadaan populasi yang sebenarnya. Suatu sampel yang baik akan dapat memberikan gambaran yang sebenarnya tentang populasi. Pengambilan sampel adalah suatu proses yang dilakukan untuk memilih dan mengambil sampel secara benar dari suatu populasi, sehingga dapat digunakan sebagai wakil yang dapat mewakili populasi tersebut (Sugiarto,dkk,2011). Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik total sampling, karena populasi yang diteliti berjumlah kurang dari 100 yaitu hanya berjumlah 78 siswa, kelas 5 yang menonton berjumlah 44 siswa dan kelas 6 ada 34 siswa. Berikut tabel sampel dibawah ini:

Tabel 4. Hasil Pra – Riset di SD Negeri 5 Sukadana Pasar Lampung Timur Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah

Siswa SiswaYang Menonton Siswa Yang Tidak Menonton

5 35 38 79 L 44 29

6 44 40 78 P 34 50

Jumlah 79 78 157 78 79

Sumber : Hasil Pra-Riset Peneliti Tahun 2014

3.6 Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini meliputi: a. Data Primer

Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2007: 62). Data primer adalah data yang


(59)

langsung diperoleh dari sumber penelitian. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner terhadap responden terpilih yang berisikan pertanyaan mengenai variabel penelitian

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan struktur data historis mengenai variabel lain yang telah dikumpulkan dan dihimpun sebelumnya oleh pihak lain. Sumber data sekunder bisa diperoleh dari suatu perusahaan, berbagai internet websites, perpustakaan umum maupun lembaga pendidikan. (Hermawan, 2005: 168). Adapun data sekunder dari penelitian ini adalah data tambahan yang diperoleh dari berbagai sumber yang mengenai objek penelitian.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data sangat diperlukan dalam analisis anggapan dasar dan hipotesis karena teknik-teknik tersebut dapat menentukan lancar tidaknya suatu proses penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kuesioner, merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk di jawab. Kuesioner ini berisi pertanyaan mengenai pengaruh tayangan sinetron Raden Kian Santang terhadap perilaku.

2. Dokumentasi dan studi pustaka

Merupakan upaya untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan penelitian yang tersedia di buku-buku, internet, jurnal, undang-undang dan lain sebagainya.


(60)

41

3.8 Teknik Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan dari beberapa sumber tersebut kemudian dianalisa. Menurut Nazir (1988:419), analisis adalah kegiatan mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi serta menyingkatkan suatu data sehingga mudah dibaca. Setelah data dari hasil penelitian dikumpulkan, tahap berikutnya adalah: a. Tahap Editing, yaitu pemeriksaan data yang diperoleh dari lapangan guna

menghindari kekeliruan dan kesalahan. Data yang telah diperoleh tersebut kemudian diperiksa mencakup kelengkapan jawaban yang diperoleh dilapangan sehingga kesempurnaan data dapat dijamin.

Menurut Vergote (Dister, 1990) individu yang memiliki perilaku adalah individu yang tahu dan mau menerima serta menyetujui aturan perilaku yang benar, yang diwariskan oleh masyarakat kepadanya dan selanjutnya ia menjadikannya sebagai milik sendiri, keyakinan pribadi, iman kepercayaan batiniah yang diwujudkannya dalam perilaku sehari-hari.

b. Tahap Koding, yaitu mengklasifikasikan menurut jenis pertanyaan dengan memberikan tanda-tanda khusus pada data yang sesuai dengan kategori yang sama.

c. Tahap Tabulasi, yaitu dilakukan dengan cara memasukan data penelitian kedalam tabel untuk mengelompokkan jawaban secara sistematis, sehingga akan memudahkan dalam membaca serta memahami hasil penelitian.


(61)

3.9 Teknik Pemberian Skor

Setiap pertanyaan dalam kuesioner akan diberi lima alternatif jawaban, yaitu SS (Sangat sering), S (Sering), RR (ragu-ragu), TS (tidak setuju) dan STS (Sangat tidak setuju). Penentuan skor untuk masing-masing jawaban adalah sebagai berikut:

a. Skor 5 merupakan nilai yang sangat diharapkan yang menunjukan kontinum yang sangat tinggi, yaitu perilaku religi anak sangat dipengaruhi oleh sinetron Raden Kian Santang

b. Skor 4 merupakan nilai yang diharapkan yang menunjukan kontinum yang tinggi, yaitu perilaku religi anak cukup dipengaruhi oleh sinetron Raden Kian Santang

c. Skor 3 merupakan nilai yang sedikit diharapkan yang menunjukan kontinum sedang, yaitu perilaku religi anak tidak dipengaruhi oleh Sinetron Raden Kian Santang.

d. Skor 2 merupakan nilai yang tidak diharapkan yang menunjukkan kontinum rendah, yaitu perilaku religi anak sangat tidak dipengaruhi oleh sinetron Raden Kian Santang.

e. Skor 1 merupakan nilai yang sangat tidak diharapkan yang menunjukkan kontinum sangat rendah, yaitu perilaku religi anak sangat tidak dipengaruhi oleh sinetron Raden Kian Santang.


(62)

43

3.10 Teknik Pengujian Instrumen Penelitian 3.10.1 Uji Validitas

Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat pengukuran itu mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas butir, dimana setiap pertanyaan dicari nilai indeks validitasnya dengan menggunakan rumus pearson product moment correlation. Jika nilai indeks

validitas butir ≤ 0.05, maka butir pertanyaan tersebut valid. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan: r = Angka kolerasi N = Jumlah responden

X = Skor pertanyaan atau pernyataan Y = Skor total sub variabel

Kemudian berdasarkan korelasi ini akan dikonsultasikan pada kriteria Guildford sebagai berikut:

< 0,2 = Tidak ada korelasi 0,2 - < 0,4 = Korelasi rendah 0,4 - <0,7 = Korelasi sedang 0,7 - <0,9 = Korelasi sangat tinggi 1,00 = Korelasi sempurna


(63)

3.11 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Dengan kata lain reliabilitas menunjukan konsisten suatu alat pengukuran di dalam mengukur gejala yang sama.

Untuk mengukur tingkat reliabilitas instrument yang digunakan dalam penelitian ini menggunkan metode Alfa-Cronbach. Standar yang digunakan dalam menentukan reliabel atau tidaknya suatu instrument penelitian umumnya adalah perbandingan antara nilai r hitung dengan r tabel pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5%. Apabila dilakukan pengujian reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach, maka nilai r hitung diwakili oleh nilai Alpha.

Rumus yang digunakan sebagai berikut:

α = [

Keterangan:

α = Nilai reliabilitas

k = Jumlah item pertanyaan atau pernyataan

Nilai varian masing – masing item

Nilai total

Tingkat reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach diukur berdasarkan skala 0 sampai dengan 1 (Triton, 248:2006). Ukuran kemantapan Alpha dapat diinterpretasi pada tabel berikut :


(64)

45

Tabel 5. Ukuran Kemantapan Alpha

Alpha Tingkat Reliabilitas

0,00 s.d 0,20 >0,20 s.d 0,40 >0,40 s.d 0,60 >0,60 s.d 0,80 >0,80 s.d 1,00

Kurang Reliabel Agak Reliabel Cukup Reliabel

Reliabel Sangat Reliabel

3.12 Uji Normalitas

Uji normalias berguna untuk menentukan data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau di ambil dari populasi yang normal. Untuk uji normalitas, penelitian ini menggunakan bantuan Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 19 dengan menggunakan uji statistik Kolmogorav Smirnov.

3.13 Teknik Analisa Data

Analisa data merupakan bagian yang sangat penting dalam sebuah penelitian untuk memberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan tabel tunggal, yang kemudian dihitung persentasenya dengan rumus :

Keterangan :

P : Persentases


(65)

N : Jumlah frekuensi seluruh kategori variasi (Soekanto, 1986:288)

Kemudian data dianalisis dengan menggunakan rumus regresi linier, gunanya untuk mengetahui besarnnya pengaruh antara variabel x dengan variabel y. Adapun rumus regresi linier sebagai berikut:

y = a + bx Keterangan:

y : Nilai variabel bebas yang diramalkan a : konstanta

b : koefisien regresi dari x

x : nilai variabel terikat yang diramalkan

Sedangkan untuk mencari nilai a dan b digunakan rumus sebagai berikut :

∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑

[∑ ∑ ∑ ] ∑ ∑

Keterangan:

y : Jumlah skor dari variabel terikat x : Jumlah skor akhir dari variabel bebas n : Jumlah sampel

Sedangkan untuk memberikan interpretasi nilai pengaruh keefektivitasan yang telah didapat maka nilai pengaruh dikonsultasikan dengan lima nilai keajegan berikut :


(66)

47

0,600 – 0,799 pengaruh kuat (tinggi) 0,400 – 0,599 pengaruh sedang 0,200 – 0,399 pengaruh lemah

0,000 – 0,199 pengaruh sangat lemah (Arikunto, 2002:167)


(67)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

4.1 Gambaran Mengenai Sinetron Raden Kian Santang di Televisi

Raden Kian Santang adalah sebuah sinetron produksi MD Entertainment yang ditayangkan MNC TV dengan durasi tayang 60 menit dalam satu episode. Sinetron ini yang dulunya tayang setiap hari pukul 20.00 WIB sampai 21.00 WIB ini sekarang berubah jam tayang menjadi pukul 21.00 WIB sampai 22.00 WIB dengan jadwal tayang tetap setiap hari. Sinetron kolosal ini menceritakan kisah Raden Kian Santang, putra Prabu Siliwangi di Kerajaan Padjajaran.

Sinetron kolosal ini menjadi acara favorit anak di MNC TV saat ini adalah sinetron kolosal Raden Kian Santang. Sinetron kolosal ini disenangi tidak hanya oleh kalangan anak-anak, namun juga remaja dan dewasa. Raden Kian Santang adalah tokoh tasawuf dari tanah pasundan kaum tasawuf ditanah air pada umumnya. Tokoh Kian Santang ini pertama kali berhembus dan dikisahkan oleh Raden Cakrabuana atau Pangeran Walangsungsang ketika menyebarkan Islam di tanah Cirebon dan pasundan.


(68)

49

Sinetron Raden Kian Santang ini juga menjadi peringkat ketiga dengan episode terbanyak di televisi dengan 835 episode dalam satu musim tayang (Sumber:http//id.m.wikipedia.org). Sinetron ini bercerita seputar kehidupan tokoh utamanya, Raden Kian Santang. Seorang pendekar cilik yang memiliki ilmu dan kekuatan yang sangat sakti. Sejak lahir Raden Kian Santang sudah menampakkan keistemewaannya. Antara lain, sejak kecil dia sudah pintar baca Al-Qur’an, bisa membaca kejadian yang akan datang,tahu apa yang ada di pikiran orang lain, suka menolong, dan lebih dekat dengan masyarakat miskin ketimbang kalangan istana. Namun, ada yang cemas dengan kelahiran Kian Santang, yaitu Nini Durga Dewi (Dwi Putrantiwi), tokoh aliran hitam. Perempuan ini sangat sakti, bisa menjelma jadi apa saja. Dia juga banyak pengikut yang sangat setia, rela melakukan apa saja yang diperintahkan Nini Durga. Lahirnya Kian Santang sudah diramalkan Nini Durga, bahwa anak itu kelak bakal menjadi penghalang sepak terjangnya. Wanita penyihir yang sakti ini berusaha menyingkirkan Kian Santang dengan berbagai cara. Dengan kesaktiannya dia menjelma jadi apa saja untuk mendekati Kian Santang Kecil. Tapi, usahanya selalu gagal karena Kian Santang sangat cerdik.

Di samping bisa membaca pikiran orang, Kian Santang juga banyak akal. Sering kali ayah Kian Santang, Prabu Siliwangi muncul menolongnya juga dengan menyamar. Syeh Hasanuddin, kakek gurunya juga terkadang muncul, mengajarkan mengaji atau ilmu-ilmu kesaktian lainnya. Raden Kian Santang juga menyajikan adegan-adegan yang bersifat religius sehingga diasumsikan dapat mendorong penonton untuk melakukan tindakan religius. Adegan-adegan tersebut misalnya, Raden Kian Santang


(69)

melakukan shalat, adzan, kemudian setiap ia ingin melakukan sesuatu dan setiap kali mengawali aktivitas ia selalu mengucapkan lafadz basmalah. Raden Kian Santang juga tidak pernah lupa untuk mengingatkan teman-temannya untuk beribadah.

4.2. Gambaran Mengenai Objek Penelitian

Gambar 1. SD Negeri 5 Sukadana Pasar Lampung Timur

PROFIL SEKOLAH

1. Nama Sekolah : SDN 5 Sukadana Pasar. 2. Alamat Sekolah

a. Jalan : Kemas Abas.

b. Kelurahan / Desa : Pasar Sukadana.


(70)

51

d. Kabupaten / Kota : Lampung Timur.

e. No. Telepon :0725625351 / 081369032018

3. Tahun beroperasi :1970.

4. Status Tanah : Milik Sendiri. 5. Luas tanah yang tersedia :1875 m² 6. Luas tanah untuk TK-SD Satu Atap : 600 m² 7. Jumlah siswa dalam 3 (tiga) tahun terakhir.

Tabel 6. Jumlah Siswa-Siswi SDN 5 Sukadana Pasar Lampung Timur Kelas

Jumlah Siswa

2012/2013 2013/2014 2014/2015

TK 29 siswa 27 siswa 31 siswa

I 93 siswa 82 siswa 91 siswa

II 86 siswa 85 siswa 74 siswa

III 85 siswa 86 siswa 86 siswa

IV 74 siswa 83 siswa 83 siswa

V 85 siswa 73 siswa 84 siswa

VI 61 siswa 85 siswa 72 siswa

Jumlah 484 siswa 494 siswa 490 siswa

Jumlah

keseluruhan+murid TK


(1)

92

dari Sig pada Uji T maupun Sig. Pada uji F sebesar 0,000 lebih kecil dibanding alfa 5%. Berdasarkan nilai R yang didapat yaitu sebesar 0,519, berada pada interpretasi koefisien korelasi Product Moment 0,40 – 0,599, maka dinyatakan bahwa sinetron Raden Kian Santang mempengaruhi proses perhatian, pengertian, dan penerimaan anak memiliki tingkat korelasi atau hubungan yang sedang.

3. Berdasarkan hasil analisis data perbandingan Thitung dikonsultasikan dengan Ttabel pada taraf signifikansi 5% untuk mencapai 95% tingkat kepercayaannya adalah 5,595> 1,665. Perbandingan ini menunjukkan bahwa Thitung lebih besar dari Ttabel. Hal ini berarti Ho ditolak dan Hi diterima. Jika Hi diterima, maka ada pengaruh dari sinetron Raden Kian Santang terhadap perilaku religi anak.


(2)

93

6.2 Saran

Setelah mengetahui hasil penelitian ini, ada sejumlah saran yang hendak peneliti sampaikan kepada pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini:

1. Sebaiknya sebagai penyelenggara televisi, para produsen televisi harus menambah lagi tayangan-tayangan yang bermanfaat dan berkualitas. Yakni dengan tidak hanya mementingkan segi komersilnya saja., namun juga dari segi informasi. Mengingat bahwa tayangan televisi dapat mempengaruhi sikap dan perilaku khalayaknya, dimana tayangan yang mengandung unsur religi akan memberikan contoh perilaku yang sangat baik bagi penonntonnya, terlebih lagi hal tersebut akan jauh lebih besar dampaknya pada anak-anak.

2. Meniru merupakan hal yang sangat wajar dilakukan oleh anak-anak, sehingga dihimbau bagi orang tua untuk semaksimal mungkin mengawasi saat anak sedang menonton televisi. Juga mengingatkan kepada anak, mana adegan-adegan yang patut dicontoh dan yang mana tidak baik untuk dicontoh. Sehingga anak-anak akan lebih mengerti bagaimana memilih acara yang sesuai untuk dirinya dan juga meminimalisir dampak buruk dari tayangan televisi itu sendiri.

3. Penelitian ini masih memiliki kekurangan. Disarankan kepada penelitian-penelitian selanjutnya, yang berkaitan dengan pengaruh tayangan televisi dapat menambahkan variabel independen lain seperti keluarga, teman sepermainan (peer group) untuk lebih melengkapi penelitiannya. Sebab


(3)

94

perubahan perilaku anak tidak hanya dipengaruhi oleh tayangan televisi namun juga dipengaruhi oleh lingkungan tempat anak itu berada dan juga masih banyak faktor-faktor lainnya yang berkemungkinan dapat mempengaruhi perilaku seorang anak.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta.

Dister, A. S. 1990. Pengalaman dan Motivasi Beragama. Yogyakarta: Kanisius. Dojosantoso. 1986. Unsur Religius Dalam Sastra Jawa. Semarang: Aneka Ilmu. Hidayat. A.A.A. 2007. Metode Penelitian dan Tehnik Analisa.

Hidayati, Arini. 1998. Televisi dan Perkembangan Sosial Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Iksan, Fuad. 1996. Metode Penelitian. Jakarta: Salemba Medika

Jensen, Jay W., River, Wiliam L. 2008. Media Massa dan Masyarakat Modern.Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Media Televisi). Jakarta: Rineke Cipta

McQuail, Dennis. 1996. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba Humanika. Mar’at. 1984. Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Masyhuri dan Zainuddin. 2008. Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Jakarta: Refika Aditama.

Muhyidin, Asep DKK. 2002. Metode Pengembangan Dakwah. Bandung: CV Pustaka Setia

Nazir, Muhammad. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Notoatmodjo, Soekidjo. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.


(5)

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka. Cipta. Jakarta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta. Ngalim Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja

Polhoupessy.F.Leonardo.1996. Perilaku Manusia, Rosda Karya: Bandung. Prawira, Triton. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Budi.

Rakhmat, Jalaluddin. 2011. Metode Penelitian Komunikasi: Dilengkapi Dengan Contoh Analistik Statistik. Bandung: Rosdakarya

Rahmat, Jalaluddin.2007. Psikologi Komunikasi (Edisi Revisi), Bandung: Remaja Eosdakarya,2007.

Rahmat, Jalaluddin.1995. Metode Penelitian Komunikasi.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Rivers, W.L, J.W Jensen, dan T. Peterson. (2008). Media Massa dan Masyarakat Modern. Edisi ke-dua. Jakarta : Kencana

Prawira, Triton. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Budi. Salim, Yenny. 1995. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES Shadaly, Hasan. 1984. Ensiklopedia Indonesia. Jakarta: Aksara Baru. Siti Karlinah, Komunikasi massa, (Jakarta: Penerbitan UT, 1999) Soekanto. Soerjono. 1986. Tinjauan Singkat. Jakarta: Rajawali Pers.

Sugiyono, 2006. Statistika Untuk Penelitian, Cetakan Ketujuh. Bandung: CV Alfabeta.

Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.


(6)

Sumber lain: Jurnal

Anwas, Oos M. 1999. Antara Televisi anak dan Keluarga, Depdiknas: Jurnal. Teknodik No.7/IV/Teknodik/1999

Internet:

http//id.m.wikipedia.org/wiki/Raden_Kian_Santang http//kpi.go.id

Skripsi :