Pengaruh sinetron religi terhadap sikap keberagamaan siswa : studi kasus di smp negeri 1 cigombong-bogor

(1)

PENGARUH SINETRON RELIGI TERHADAP SIKAP

KEBERAGAMAAN SISWA

(Studi Kasus di SMP Negeri 1 Cigombong-Bogor)

Disusun Oleh :

AN-AN SITI FARIHAH

102011023581

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

PENGARUH SINETRON RELIGI TERHADAP SIKAP KEBERAGAMAAN SISWA

(Studi Kasus Di SMPN 1 Cigombong Bogor)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Oleh:

AN-AN SITI FARIHAH

NIM:102011023581

Di Bawah Bimbingan:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. H. M. Alisuf Sobri Drs. Rusdi Jamil, M. A

NIP. 150 033 454 NIP. 150 274 762

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “PENGARUH SINETRON RELIGI TERHADAP

SIKAP KEBERAGAMAAN SISWA (Studi Kasus di SMP Negeri 1 Cigombong-Bogor)” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17 November 2006. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 17 November 2006 Sidang Munaqasyah

Dekan/ Pembantu Dekan I/

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Prof. Dr. Dede Rosyada, M. A Prof. Dr. H. Aziz Fahrurrozi, M. A

NIP. 150 231 356 NIP. 150 202 343

Anggota

Penguji I Penguji II

Drs. Khalimi, M. Ag Dra. Hj. Siti Salmiah, M. A


(4)

KATA PENGANTAR

ـﱠ ا

ـــــــــْ ــــــــ ﺣﱠﺮ ا

ـــــــ ْﺣﱠﺮ ا

ﻪــــــ

Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis mempunyai kekuatan dan ketabahan untuk menyelesaikan penelitian ini.

Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, beserta para keluarga dan sahabatnya.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bimbingan, bantuan serta pengarahan-pengarahan sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih ini ditujukan kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Ketua, Sekertaris beserta staf

Jurusan Pendidikan Agama Islam

2. Bapak Drs. HM. Alisuf Sabri dan Bapak Rusdi Jamil, M. Ag, selaku Dosen

Pembimbing I dan II yang telah membimbing dan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran di sela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

3. Kepala Sekolah SMPN I Cigombong, Bapak Drs. H. Ade Tatang Risyadi, MM.

beserta keluarga besar SMPN 1 Cigombong yang telah membantu pelaksanaan penelitian.

4. Yang tercinta dan tersayang, kedua orang tuaku Ayahanda (Bapak Drs. H.


(5)

Isnaeni) dan segenap keluarga besar H. R. M. Cholil Wirakarta (Alm) yang dengan penuh keikhlasan memberikan perhatian, dorongan dan bantuan yang tak terhingga.

5. Seluruh staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

Perpustakaan Umum Islam Iman Jama’ yang telah bersedia memberikan fasilitas kepada penulis pada saat mencari referensi.

6. Belahan jiwaku Muhammad Ihsan, S. Th.I yang tak henti-hentinya memberikan

perhatian, do’a, dorongan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penelitian ini dengan sebaik-baiknya. Teman-teman satu kost yang telah memberikan motivasinya selama penulis menyelesaikan penelitian ini. Rekan-rekan PAI kelas “D” seluruh angkatan 2002 spesial untuk Ai Ida Rosdiana, Keluarga Istana dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi rasa sayang dan persahabatan yang telah terjalin.

Akhirnya, besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca budiman umumnya.

Ciputat, November 2006


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Metode Pembahasan... 6

E. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Televisi... ... 1...Definisi ... 8

2...Keuntun gan dan Keterbatasan Televisi ... 10


(7)

3...Isi Tayangan Televisi ... 11 B. Sinetron Religi ... 12 1...Pengerti

an Sinetron Religi... 12 2...

Macam-macam Sinetron Religi... 16 3...Nilai

Pendidikan Dalam Sinetron Religi... 21 4...Indikator

Sinetron Religi yang Mendidik ... 22 C. Sikap Keberagamaan... 23 1...Pengerti

an Sikap Keberagamaan... 23 2...Dimensi

Sikap Keberagamaan... 27 3...Faktor

Yang Mempengaruhi Sikap Keberagamaan... 30 4...Indikator

Sikap Keberagamaan... 34 D. Kerangka Berfikir ... 35 E. Hipotesis... 37


(8)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 38

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 41

C. Populasi dan Sampel ... 41

D. Teknik Pengumpulan Data... 42

E. Teknik Analisis dan Pengolahan Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN A...Kondisi Kependidikan SMPN 1 Cigombong Bogor ... 48

1...Sejarah Berdirinya SMPN 1 Cigombong Bogor... 48

2...Kondisi Guru, Siswa dan Fasilitas Pendidikan... 49

3...Kurikulu m dan Pendidikan Agama Islam ... 57

B...Deskrips i Data ... 64

C...Analisa dan Interpretasi Data ... 86

1...Analisa Data ... 86


(9)

2...Interpret asi Data... 88

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 91 B. Saran-saran... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Salah satu aspek positif dari modernitas zaman adalah berkembangnya teknologi dan media informasi dewasa ini. Media itu dapat berupa media cetak, elektronik, audio dan masih banyak lagi. Contoh kongkrit jenis media elektronik adalah seperti televisi dan radio.

Dari sekian banyak media massa yang ada saat ini, televisi merupakan salah satu produk kemajuan teknologi komunikasi yang lebih sempurna dan dapat menutupi kekurangan yang ada pada media komunikasi lainnya yaitu, surat kabar, majalah, radio dan film. Televisi secara utuh mampu menampilkan gambar secara nyata dan lengkap dengan suara aslinya, sehingga dapat dikatakan bahwa televisi akan mempunyai pengaruh yang lebih besar dan lebih luas.

Televisi merupakan salah satu media informasi dan sarana komunikasi umum yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Tak dapat dipungkiri televisi mempunyai banyak manfaat, khususnya acara-acara yang menayangkan berita aktual, film dokumenter, dan mengungkap alam dan ilmu pengetahuan. Hal ini karena adanya kelebihan yang dimiliki oleh cara kerjanya, yaitu memadukan antara gambar dan suara, yang membuat penyampaian informasi lebih mudah difahami oleh semua


(11)

lapisan. Disamping itu, acara-acara televisi sangat digemari oleh anak-anak karena mengandung daya pikat dan kemampuan yang tinggi dalam menghipnotis anak untuk menghabiskan waktu di depan televisi disamping mudah diperoleh dan mudah dioperasikannya.1

Para ahli mengatakan bahwa “75 % dari pengetahuan manusia sampai ke

otaknya melalui mata dan yang selebihnya melalui pendengaran dan indera-indera lainnya.”2 dalam hal ini, televisi adalah media yang memberikan pengetahuan yang lebih mudah diterima oleh manusia. Televisi mampu menembus ruang dan waktu, menembus batas-batas negara, batas-batas ideologi, keyakinan dan agama.

Kebanyakan orang menganggap bahwa televisi merupakan suatu kebutuhan primer yang mendesak, sehingga hampir semua rumah memiliki pesawat televisi. Pesawat ini diduga dapat menguasai hati orang dewasa terlebih anak, dan kebanyakan orang senantiasa mengikuti acara-acara penayangannya, tanpa membatasi diri atau membuat aturan, sehingga seringkali waktu anak menyaksikannya lebih lama dari waktu yang digunakan untuk belajar, bermain, sosialisasi dengan teman lainnya.3

Sebagaimana kita ketahui bahwa stasiun televisi kita di tanah air, memiliki kecenderungan untuk meniru satu dengan lainnya. Jika sebuah program di sebuah

1

Fadhlan Abu Yasir, Pengaruh Media Televisi Terhadap Pendidikan Aqidah Anak, (Solo: Makalah Seminar Horor, Mei 2004)

2

Amir Sulaiman Hamzah, Media Audio Visual Untuk Pengajaran dan Penyuluhan, (Jakarta : Gra media, 1981), h. 17

3


(12)

stasiun TV ternyata booming, stasiun-stasiun TV lain akan beramai-ramai meniru program itu dan menampilkannya dengan sedikit rekayasa agar terkesan berbeda. Tiru-meniru menjadi lumrah, duplikasi progam bukan hal aneh.

Fenomena “latah” inilah yang seringkali kita lihat pada dunia pertelevisian kita dewasa ini. Beberapa waktu yang lalu, dunia pertelevisian kita diwarnai oleh tayangan-tayangan misteri. Tayangan tersebut tidak hanya digandrungi oleh kalangan biasa, namun bagi kalangan elit pun tayangan misteri ini mendapat rating yang cukup tinggi.

Fenomena tersebut, masih ada sampai saat ini dengan menjamurnya tayangan-tayangan religi, termasuk diantaranya sinetron yang bertemakan religius. Cerita yang ditayangkan, biasanya diambil dari majalah-majalah Islami yang sebelumnya telah mendapat tempat di hati masyarakat kita. Banyak dari majalah tersebut mengangkat kisah-kisah nyata. Hingga saat ini, hampir semua stasiun televisi seolah tidak ingin ketinggalan untuk menayangkan tayangan-tayangan religi tersebut.

Akibat dari banyaknya tayangan religi tersebut, tentunya memiliki pengaruh yang tidak dapat disangkal lagi. Tentunya ada pengaruh yang positif dan ada pula yang negatif. Pengaruh positif diantaranya dapat memberikan motivasi kepada kita untuk selalu berbuat baik sesuai dengan yang diajarkan agama, sedangkan dampak buruknya dapat menciptakan suatu masyarakat yang selalu bermimpi (dreaming society), karena dengan banyaknya tayangan religi mengakibatkan masyarakat awam


(13)

beranggapan bahwa do’a itu sifatnya instan saja, tanpa memerlukan usaha dari kita. Padahal tidak demikian, selain berdo’a kita juga harus berusaha.

Televisi yang menayangkan program religi tersebut bisa berpengaruh terhadap kehidupan dunia anak. Apalagi anak-anak zaman sekarang tidak dapat lepas dari menonton televisi. Tentunya mereka mengetahui tayangan-tayangan religi, termasuk diantaranya sinetron religi. Lalu, dengan sinetron religi tersebut apakah dapat berpengaruh terhadap keberagamaan? Apakah dengan menonton sinetron religi bisa memperbaiki kualitas ibadah?. Oleh karena itulah, penulis merasa tertarik untuk membahas masalah ini dalam bentuk skripsi, yang berjudul :

“PENGARUH SINETRON RELIGI TERHADAP SIKAP

KEBERAGAMAAN SISWA; Studi Kasus di SMPN 1 Cigombong-Bogor”

Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

a. Sinetron religi hanya dibatasi pada sinetron “Rahasia Ilahi” yang ditayangkan di TPI, “Hidayah” yang ditayangkan TRANS TV, dan “Maha Kasih” yang ditayangkan RCTI.

b. Sikap siswa (menyangkut persepsi, afeksi dan konasi) setelah menyaksikan

sinetron religi


(14)

2. Perumusan Masalah

a. Bagaimana pandangan siswa setelah menyaksikan sinetron religi? b. Dimensi keberagamaan apa saja yang dipengaruhi oleh sinetron religi?

c. Bagaimana sikap keberagamaan siswa setelah menyaksikan sinetron

religi?

d. Nilai pendidikan apa saja yang bisa diambil dari menyaksikan sinetron

religi?

e. Seberapa besar frekuensi menonton sinetron religi “Rahasia Ilahi”,

“Hidayah”, dan “Maha Kasih”

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sinetron religi terhadap sikap keberagamaan siswa SMPN 1 Cigombong-Bogor

2. Manfaat Penelitian

Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah: Jika memang ditemukan adanya pengaruh positif kepada anak akibat menyaksikan sinetron


(15)

religi, maka penulis berharap dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak terkait untuk melakukan kebijakan yang positif.

Metode Pembahasan

Metode pembahasan yang digunakan adalah penelitian deskriptif analisis. Yaitu menganalisa keterkaitan antara variabel-variabel dalam suatu fenomena yang diteliti dan menguraikan data-data yang ada untuk kemudian disimpulkan. Adapun sifat penelitian ini adalah:

Library Reseach (Penelitian Kepustakaan)

Yaitu dengan cara membaca buku-buku yang ada hubungannya dengan permasalahan ini.

Field Reseach (Penelitian Lapangan)

Yaitu dengan cara meneliti langsung ke obyeknya. Metode seperti ini menggunakan fenomena yang ada di lapangan, tanpa membuat manipulasi terhadap variabel yang akan dilihat atau diukur. Metode penelitian ini digunakan dengan tujuan agar hasil yang diperoleh – pengaruh tayangan sinetron religi terhadap sikap keberagamaan siswa – mendekati gambaran yang sama dengan keadaan seharusnya.

Teknis penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku pedoman Skripsi, Tesis dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh UIN JAKARTA PRESS tahun 2002.


(16)

Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan, pada bab ini dikemukakan latar belakang masalah,

identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode pembahasan serta sistematika penulisan.

BAB II Kajian Teori, yang terdiri atas pembahasan pengertian televisi,

keuntungan dan keterbatasan media televisi, isi tayangan televisi, pengertian sinetron religi, macam-macam sinetron religi, nilai pendidikan dalam sinetron religi, indikator sinetron religi yang mendidik, pengertian sikap keberagamaan, dimensi sikap keberagamaan, faktor-faktor yang mempengaruhi keberagamaan, indikator sikap keberagamaan, kerangka berfikir dan hipotesis.

BAB III Metodologi Penelitian, yang berisi variabel penelitian dan definisi

operasional, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, metode penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik pengolahan dan analisis data.

BAB IV Hasil Penelitian, merupakan hasil yang terdiri atas gambaran umum

objek penelitian dan analisis data.


(17)

BAB II KAJIAN TEORI

TELEVISI

Definisi Televisi

Kata televisi berasal dari bahasa Inggris, television. Kata tele diambil dari bahasa Yunani yang berarti jauh dan vision diambil dari bahasa Latin yang berarti

pandangan atau pemandangan.4 M.O. Pelapah dan Atang Syamsuddin menjelaskan

bahwa “televisi adalah salah satu bentuk mass media yang memancarkan suara dan gambar yang berarti sebagai reproduksi dari kenyataan yang disiarkan melalui gelombang-gelombang elektromagnetik sehingga dapat diterima oleh pesawat penerima di rumah.”5

Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer dikemukakan bahwa “televisi (pesawat televisi) adalah pesawat sistem penyiaran gambar yang objeknya bergerak dan disertai suara, digunakan untuk menyiarkan pertunjukan, berita, dan sebagainya.6

Menurut Arsyad Azhar, televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang.7 Sedangkan

4

Takariawan Cahyadi, Media Massa Virus Peradaban, (Tarbiyatuna, November ) Cet. I, h. 15

5

Depdikbud RI, Pesan-pesan Budaya Film Anak-Anak dalam Tayangan Televisi; (Studi Tentang Pengaruh Sistem Terhadap Perilaku Sosial Remaja Kota Ciganjur), (Jakarta : CV. Eka Putra, 1955), h. 31

6

Salim Peter dan Yeni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta : Modern English Press, 1991), Cet. Ke-I, l. 1570

7


(18)

Oemar Hamalik (1985: 134): “Television is an electric motion picture with conjoinded or attended sound;both picture and sound reach the eye and ear simultaneously from remote broad cast point”.8 Definisi tersebut menjelaskan bahwa televisi sesungguhnya adalah perlengkapan elektronik yang pada dasarnya sama dengan gambar hidup yang meliputi gambar dan suara. Maka televisi sebenarnya sama dengan film, yang dapat didengar dan dilihat. Media ini berperan sebagai gambar hidup dan juga sebagai radio yang dapat dilihat dan didengar secara bersamaan. Televisi juga dapat memberikan kejadian-kejadian sebenarnya pada saat suatu peristiwa terjadi dengan disertai komentar penyiarnya. Kedua aspek tersebut secara simultan dapat didengar dan dilihat oleh para pemirsa. Peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian tersebut langsung disiarkan dari stasiun pemancar televisi tersebut.

Televisi sebagai media massa memiliki tiga fungsi utama, yaitu sebagai media

informasi (information), sebagai media pendidikan (education), sebagai media

hiburan (entertainment).9 Walaupun kebanyakan orang membeli televisi dengan

tujuan untuk mendapatkan hiburan melalui acara yang ditayangkan, namun mereka tetap mengharapkan di dalam hiburan tersebut terdapat unsur pendidikan.10

8

Asnawir dan Basyirudin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta : Ciputat Press, 2000), Cet. I, h. 101

9

Zamris Habib, et. al., Penelitian Film Anak-Anak di televise Dalam Rangka Pembangunan Pendidikan Budi Pekerti Melalui Televisi, Jurnal Teknodi, Vol IX (Oktober ; 2001), h. 7

10

Tatik Kartika Sari, Pesan-pesan Budaya Film Anak Dalam Tayangan Televisi, (Jakarta : CV. Eka Putra, 1995), Cet. I, h. 31


(19)

Keuntungan dan Keterbatasan Televisi

Televisi sebagai media pengajaran mengandung beberapa keuntungan antara lain :

a. Bersifat langsung dan nyata, serta dapat menyajikan peristiwa-peristiwa sebenarnya;

b. Memperluas tinjauan kelas, melintasi berbagai daerah atau negara; c. Dapat menciptakan kembali peristiwa masa lampau;

d. Dapat mempertunjukkan banyak hal dan banyak segi yang beraneka

ragam;

e. Banyak mempergunakan sumber-sumber masyarakat;

f. Menarik minat anak;

g. Dapat melatih guru baik dalam free-service maupun in service training;

h. Masyarakat diajak berpartisipasi dalam rangka meningkatkan perhatian

mereka terhadap sekolah.

Televisi disamping memiliki keuntungan, tapi juga memiliki keterbatasan diantaranya adalah:

a. Film bersuara tidak dapat diselingi dengan keterangan-keterangan sewaktu film diputar, penghentian pemutaran akan mengganggu konsentrasi audiens;

b. Audiens tidak dapat mengikuti dengan baik kalau film diputar secara


(20)

c. Apa yang telah lewat sulit diulang kecuali memutar kembali secara keseluruhan;

d. Biaya pembuatan dan peralatannya cukup tinggi dan mahal.

Isi Tayangan Televisi

Budaya menonton televisi telah demikian mengakar pada bangsa Indonesia. Masuknya media elektronik berupa televisi dan maraknya stasiun pertelevisian swasta yang menawarkan beraneka macam hiburan, juga turut menopang lestarinya budaya tersebut. Memang, bangsa kita tengah mengalami lompatan budaya, dimana belum tercapainya reading society, maka telah didahului oleh watching society sebagai gambaran yang tidak asing lagi dalam masyarakat kita. Masyarakat kita berada dalam posisi kenyamanan dalam kebudayaan kelisanan (watching society termasuk di dalamnya), seakan tidak mengenal budaya tulisan (literer).

Ketika dalam masyarakat kita terbentuk watching society, maka content dari media pertelevisian menjadi teramat penting. Apapun yang disuguhkan oleh lebih dari 10 stasiun televisi berskala nasional, dan sejumlah besar stasiun televisi lokal sebagai media hiburan dan informasi, akan menimbulkan pengaruh pada pembentukan persepsi umum yang ada di masyarakat.11

11


(21)

Ada beberapa macam isi tayangan televisi menurut Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Barat Dian Wardiana Sjuchro mengungkapkan fakta, di televisi banyak kekerasan, seks, jurnalisme menyimpang, takhayul, dan mistik. Tokoh masyarakat, Ny. Otje Djundjunan, dengan mengutip apa yang dikatakan Presiden SBY mengungkapkan, dewasa ini sering ada tayangan-tayangan yang menurut kacamata kita orang timur kurang pada tempatnya. Menurut psikolog Afra Hafny Noer, materi seksual lebih banyak diekspos daripada (unsur) pendidikannya. Sedangkan Asri Arum Sari yang khusus membahas mengenai tayangan sinetron, mengungkapkan kegetirannya oleh banyaknya sinetron yang tidak bermutu tetapi daya serap penontonnya cukup tinggi.12

Sinetron Religi

Pengertian Sinetron Religi

Sinetron merupakan penggabungan dan pemendekan dari sinema dan elektronika. Elektronika disini tidak semata mengacu pada pita kaset yang proses perekamannya berdasar kaidah-kaidah elektronis. Elektronika dalam sinetron itu lebih mengacu pada mediumnya. Yaitu televisi dan televisual, yang merupakan medium elektronik selain siaran radio.13

Sinetron disebutkan juga sama dengan televisi play, sama dengan teledrama, sama dengan sandiwara televisi atau sama dengan lakon televisi. Inti persamaannya

12

http://www.pikiran-rakyat.com 13

Veven Sp. Wardana, Kapitalisme Televisi dan Strategi Budaya Massa, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 1997), h. 1


(22)

sama-sama ditayangkan di media audio visual yang disebut televisi. Seperti telah disebutkan diatas, sinetron adalah kependekan dari sinema dan elektronika berdasarkan kata sinema saja, ini sudah mengarah pada sebuah konsep film (sinema). Oleh sebab itu, sinetron dalam penerapannya tidak jauh berbeda dengan film layar putih (layar lebar). Demikian juga tahapan penulisan dan format naskah. Yang berbeda hanyalah film layar putih menggunakan kamera optik, bahan seloid dan medium sajiannya menggunakan proyektor dan layar putih di gedung bioskop. Sedangkan sinetron menggunakan kamera elektronik dengan video record dan pita di dalam kaset sebagai bahannya, penayangannya melalui medium televisi.14

Walaupun sinetron memiliki beberapa prinsip dasar yang sama dengan film layar putih (layar lebar) tetapi masing-masing memiliki dinamika yang berbeda. Televisi memiliki dinamikanya sendiri, yang pertama adalah dalam ukuran layar, film layar yang dipancarkan proyektor lalu terlayang pada sebuah layar yang besar. Sementara gambar sinetron yang direkam langsung dalam pita kaset ditayangkan melalui televisi yang layarnya relatif kecil.

Kedua dari segi penonton/pemirsa, penonton film adalah mereka yang sejak awal benar-benar memiliki niat untuk menonton. Adapun penonton sinetron karena tak pernah langsung memilih (dari jenis sinema, judul, hingga jadwal waktu), jenis

14


(23)

penontonnya jauh lebih beragam, beragam dari tingkat ekonominya, intelektualitasnya, dan kategori lainnya.15

Film layar lebar dapat ditonton secara khusus, diruang khusus biasanya dengan sistem pembayaran tertentu. Sinetron justru sebaliknya yaitu selalu membuka peluang ditonton secara tidak khusus/ tidak ada bayaran khusus. Misalnya ditonton sambil menerima tamu, arisan atau makan, tempatnya bisa ditempat tidur, bandara, kafe dan lain-lain. Sinetron memiliki jeda yang biasanya berupa iklan. Dengan kata lain sudut pembuatannya sinetron adalah karya plus, artinya semua elemen dasarnya sama, tetapi khusus sinetron harus puas disesuaikan untuk konsumsi televisi.16

Atas kondisi diatas, maka dinamika dan ritme plot sinema televisi harus mampu menarik perhatian penonton. Caranya bisa beragam, misalnya menghadirkan cuplikan adegan-adegan yang menarik yang akan muncul pada malam itu dengan tujuan penonton akan terpaku untuk menyaksikan adegan demi adegan yang menarik. Cara lainnya, sesuai dengan kondisi pemirsa yang tidak bisa memilih, maka irama kisah tidak bisa dibiarkan berlama-lama untuk sampai pada jeda tertentu, atau pouse. Biasanya untuk iklan pada saat jeda inilah pemirsa bisa ke dapur terlebih dahulu, kamar dulu mengambil sesuatu dan kegiatan lainnya lagi sebelum kisah dimulai lagi, inilah satu ciri-ciri sinetron.

15

Veven Sp. Wardana, op. cit., h. 279 16

Wina Ardana SA, SH, MBA, Sinetron Sebagai Produk Seni dan Medium Komunikasi Budaya, (Makalah Dalam Seminar Sehari Sinetron: Memacu Peningkatan Kualitas Produksi Sinetron Indonesia), Oktober 1997


(24)

Kelebihan-kelebihan sinetron seperti yang telah disebutkan diatas tadi maka tak heran mengapa sinetron banyak ditonton pemirsa. Beberapa faktor yang membuat sinetron disukai yaitu:

a. Isi pesannya sesuai dengan realitas sosial pemirsa

b. Isi pesannya mengandung cerminan tradisi nilai luhur dari budaya

masyarakat (pemirsa)

c. Isi pesannya lebih banyak mengangkat permasalahan atas persoalan

yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.17

Paket sinetron yang tampil di televisi adalah salah satu bentuk untuk mendidik masyarakat dalam bersikap dan berprilaku sesuai dengan tatanan norma dan nilai budaya setempat. Otomatis, isi pesan yang terungkap secara simbolis dalam paket sinetron berwujud kritik sosial dan kontrol sosial terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam masyarakat.

Kelahiran sinetron di Indonesia, secara tidak langsung adalah akibat dari maraknya industri televisi di Indonesia saat ini. Televisi swasta lahir sepanjang tahun 1989-2002 (RCTI, SCTV, TPI, ANTV, INDOSIAR, METRO TV, LATIVI, TRANS TV, TV7, GLOBAL TV) yang ternyata mampu mempengaruhi kehidupan masyarakat dengan banyaknya acra-acara yang ditampilkan bagi masyarakat. Sebagai implikasi dari bangkitnya industri televisi di Indonesia adalah stasiun televisi harus mampu menyediakan tayangan program acara untuk memikat pemirsa. Sebuah

17

Wawan Kusnadi, Komunikasi Massa, Sebuah Analisa Media Massa, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h. 130


(25)

survey telah memberi data akurat bahwa tayangan lokal lebih disukai. Hal ini karena, fakta menunjukkan ada titik jenuh pemirsa terhadap produk yang tidak berpijak pada budaya sendiri.18

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, religi adalah kepercayaan terhadap Tuhan; kepercayaan akan adanya kekuatan adikodrati di atas manusia; kepercayaan (animisme, dinamisme); agama.

Jadi yang dimaksud dengan sinetron religi adalah sebuah tayangan televisi yang menceritakan tentang peri kehidupan keagamaan Islam, baik yang taat maupun yang ingkar untuk dijadikan ibrah bagi yang menyaksikannya.

Macam-macam Sinetron Religi

Sinetron religi ada beberapa macam yang bisa kita lihat dari beberapa sudut pandang. Jika dilihat dari segi penayangannya, maka sinetron religi terdiri dari tiga

macam, yakni: pertama cerita yang berada dalam satu paket (Judul Besar)

ditayangkan per-episode terdapat judul kecil dan langsung selesai. Dan kebanyakan sinetron religi termasuk ke dalam jenis ini. Contohnya : Hidayah, Maha Kasih, Rahasia Ilahi, Kuasa Ilahi, Takdir Ilahi, Suratan Takdir, Astagfirullah, dan lain sebagainya. Yang kedua adalah yang ceritanya bersambung pada setiap episodenya. Contohnya : Kiamat Sudah Dekat. Dan yang ketiga adalah cerita yang berada dalam

18


(26)

satu paket (Judul Besar), dalam setiap penayangannya terdapat judul kecil namun setiap episodenya bersambung. Contohnya : Lorong Waktu.

Jika dilihat dari latar belakang ceritanya ada sinetron religi yang berasal dari cerita fiksi (karangan saja dan penulis skenario terinspirasi oleh kisah-kisah Islami), dan ada pula yang berasal dari kisah nyata (non fiksi).

Tabel 1

Beberapa Judul Sinetron Religi dan Stasiun Televisi Yang Menayangkan :

No Stasiun Televisi Judul

1) TPI Rahasia Ilahi

Suratan Takdir

2) RCTI Pintu Hidayah

Maha Kasih Taqwa

Kusebut Nama-Mu Jalan Kebenaran Cahaya Surga

3) SCTV Astaghfirullah

Lorong Waktu Kiamat Sudah Dekat Kuasa Ilahi

4) INDOSIAR Hikmah 3

Allah Maha Besar

5) ANTV Jalan Menuju Surga

Nauzubillahi Min Dzalik

6) TRANS TV Hidayah

Perkembangan Sinetron Religi di Indonesia

Ternyata, tidak hanya di bulan Ramadhan sinetron Islami digemari pemirsa dan membawa berkah bagi stasiun televisi. Awalnya, memang tidak pernah diperhitungkan. Namun, ketika TPI meraih sukses menyajikan sinetron Rahasia Ilahi,


(27)

dan Takdir Ilahi, sejumlah stasiun televisi pun berlomba-lomba menyajikan sinetron Islami.

Lihatlah SCTV, yang kini menyajikan sinetron Astagfirullah dan menyusul Kuasa Ilahi. Lalu, Lativi dengan sinetron Azab Ilahi dan menyusul PadaMu Ya Rabb.

Trans TV pun menyajikan sinetron Taubat dan Indosiar dengan tayangan sinetron

Titipan Ilahi.

Sinetron Rahasia Ilahi tiap Senin di TPI mengangkat kisah-kisah nyata yang terjadi di tengah masyarakat yang pernah dimuat di Majalah Hidayah, yakni tentang bagaimana Allah SWT memberi contoh kepada manusia tentang azab yang diturunkannya. Tiap episode berganti topik dan diakhir cerita ada pesan yang disampaikan dengan memunculkan ustadz Arifin Ilham.

Sukses Rahasia Ilahi, TPI menghadirkan sinetron sejenis bertajuk Takdir Ilahi. Kalau Rahasia Ilahi berdasarkan kisah nyata, Takdir Ilahi berpedoman pada hadist Bukhari-Muslim yang ditulis oleh Muhammad Amin Al-Jundi Al-Muttaqin

dalam buku Miah Qishshah wa Qishshah fi Anis Ash-Shalihin wa Samir Al-Muttaqin

dan kitab Madarijus Salikin karangan Ibnu Qayyim Al-Jauziah.

''Jadi, kisah yang disuguhkan dalam Takdir Ilahi sama dengan kejadian pada masa Rasulullah SAW. Hanya disesuaikan dengan perkembangan zaman. Formatnya lebih modern,'' ujar sutradara Kaonawan Sumirah mengenai sinetron itu.


(28)

Menurut Kaonawan, sinetron berdurasi 60 menit yang ditayangkan tiap Jumat pukul 21.00 itu akan menampilkan seorang ahli hadist, KH Ali Mustafa Yaqub MA, pada akhir episode. KH Ali akan memberikan gambaran yang dapat diambil hikmahnya bahwa segala sesuatu yang dikerjakan dengan ikhlas, sabar dan hanya mengharapkan ridhlo Allah SWT, akan mendapatkan ganjaran yang setimpal.

Yang menarik, sinetron Rahasia Ilahi dan Takdir Ilahi mampu menjadi

kontributor terbesar yang mendongkrak posisi TPI dari tujuh besar ke posisi tertinggi di Indonesia.

Berdasarkan survei AC Nielsen, dari 15 Maret sampai 15 April 2005, TPI dengan share 15,8 persen berada di urutan pertama, disusul SCTV (15,2 %), RCTI (14,9 %), Indosiar (12,4 %), Lativi (11,2 %), Trans TV (share 10,7 %), TV7 (share 6,2%), ANTV (share 6,2 %), Global TV (share 2,8 %), Metro TV (share 2,5 %) dan TVRI Pusat (share 1,7 %).19

Tidak hanya TPI yang meraup berkah dari sinetron Islami. Sinetron Astagfirullah di SCTV dan Azab Ilahi di Lativi juga mampu mendongkrak rating kedua stasiun televisi tersebut.

Sinetron Astaghfirullah ditayangkan tiap Senin, pukul 20.30 WIB. Sinetron ini juga berasal dari kisah nyata yang dimuat Majalah Ghoib. Skenarionya digarap

19


(29)

oleh H Misbach Yusa Biran. ''Sinetron ini diharapkan dapat menjadi sinetron yang akan memberi tauladan pada pemirsa. Kisah-kisah nyata seri ini akan memperlihatkan betapa bukti-bukti kebesaran Allah SAW tiada batas adanya,'' ujar sutradaranya, Chaerul Umam.

Sedangkan sinetron Azab Ilahi hadir di layar kaca Lativi tiap Jumat pukul 20.30 WIB. Juga sangat digemari dan merupakan salah satu program yang mampu mendongkrak stasiun televisi ini ke posisi lima besar. ''Kami memang concern pada program bernilai pendidikan,'' kata Raldy Doy, manajer humas Lativi saat peluncuran sinetron itu awal April lalu.

Booming sinetron Islami, menurut ustadz Jeffry Al Bukhari, harus disambut baik. ''Mencontoh yang berdampak kebaikan justru dianjurkan,'' ujar ustadz Jeffry yang ikut berperan sebagai penyampai pesan di akhir cerita sinetron Azab Ilahi.

Ustadz Jeffry menilai bermunculan sinetron Islami dapat memberikan dampak positif untuk menjadi penyeimbang bagi tontonan sejenis yang lebih menekankan sisi hura-hura dan glamor. ''Kebutuhan akan keseimbangan rohani dalam diri manusia sangatlah manusiawi,'' kata ustadz muda ini.

Ustadz Jeffry menyarankan perlunya badan syariah untuk mengontrol maraknya sinetron Islami. Komentar senada dikemukakan Agus Idwar Jumhadi. ''Perlu ada kontrol untuk menghindari munculnya adegan yang tidak sesuai dengan


(30)

nilai keislaman. Di sinilah diperlukan adanya semacam badan syariah terhadap produk-produk sinetron religius yang kini makin marak,'' kata personil Snada itu.

Kesuksesan sinetron bernuansa Islam, menurut Agus, membuktikan bahwa masyarakat pemirsa sudah jenuh dan muak pada sinetron yang menjual mimpi, kemewahan, kegemerlapan dan kekerasan yang banyak menayang di televisi selama ini.

Nilai Pendidikan Dalam Sinetron Religi

Jikalau kita melihat dari citra yang ditampilkan sinetron religi, maka akan tampak simbol-simbol Islam di sana. Bagaimana istri yang sholehah mengenakan jilbabnya dengan anggun. Secara tidak sadar, hal ini bisa berpengaruh terhadap proses penyadaran kepada Kaum Hawa untuk mengenakan jilbab. Memang, hal ini tidaklah cukup karena penyadaran untuk mengenakan jilbab semacam itu hanya sebatas simbol dan bukan kesadaran secara internal yang konsisten. Penguatan lebih lanjut tentunya diperlukan dengan pendalaman pengetahuan agama dan giat dalam beribadah.

Nuansa Islam secara simbolis yang ditampilkan sinetron religi ini bisa menyadarkan umat Islam untuk meningkatkan kadar keberagamaannya. Semisal, yang mulanya tidak pernah sholat menjadi rajin sholat karena takut kepada Allah. Karena pencitraan orang yang mendapatkan ganjaran di sinetron tersebut memang tidak menunaikan sholat (atau memang terlewatkan), sedangkan pribadi yang


(31)

teraniaya dan selamat dari peristiwa mistis tersebut adalah muslim yang taat beribadah. Hal ini juga dapat menumbuhkan semangat bagi masyarakat pada

umumnya untuk mengenali dan mengkaji Islam lebih mendalam.20

Indikator Sinetron Religi Yang Mendidik

Sinetron religi dengan mistik kerap diresahkan masyarakat. Satu sisi ingin mengajak ummat bertakwa kepada Sang Pencipta, namun pada sisi lain kemasan Sinetron itu didominasi dengan adegan berdarah-darah, kuburan atau hantu-hantu yang berterbangan. Alhasil, bukan pencerahan iman yang didapat tapi kekerasan yang dipertontonkan.

Masyarakat merindukan sinetron religi yang menyentuh kalbu, jernih, logis dan dekat dengan keseharian. Masyarakat membutuhkan sinetron religi yang sesungguhnya. Dengan demikian dapat diketahui bahwa sinetron religi yang mendidik adalah sebagai berikut :

¾ Sinetron religi yang bisa mencerahkan hati nurani. Oleh karena dalam

penayangannya sinetron religi mempunyai tujuan yang hendak dicapai adalah menyemarakkan dan melebarkan syiar Islam.

¾ Menghadirkan kisah-kisah menyentuh kalbu tanpa melibatkan mistik, karena

dikhawatirkan akan membuat pemirsanya takut dan akan berakibat syirik.

¾ Bisa merasakan kebesaran Allah SWT ketika menontonnya.

20


(32)

¾ Memiliki alur cerita yang tidak membosankan, sehingga orang merasa tertarik dan tanpa terpaksa untuk menontonnya.

¾ Terdapat tokoh alim yang bisa memberikan keteladanan kepada pemirsanya,

sehingga orang merasa terpanggil untuk melakukan kebaikan.

¾ Tidak menayangkan hal-hal yang bisa merusak aqidah, seperti kepercayaan

adanya hantu gentayangan, pocong, demit dan lain sebagainya.

Sikap Keberagamaan

Pengertian Sikap Keberagamaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa “sikap ialah perbuatan dan

sebagainya yang berdasarkan kepada pendirian (pendapat atau keyakinan) atau dapat juga diartikan sebagai pandangan hidup”.21

Dalam Bahasa Inggris sikap disebut attitude adalah “suatu cara bereaksi

terhadap suatu rangsangan atau stimulus”.22

Menurut Alisuf Sobri, dalam bukunya Psikologi Pendidikan Berdasarkan

Kurikulum Nasional IAIN Fakultas Tarbiyah mengemukakan bahwa “sikap atau

21

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 700

22

Suwadjoko Warpani, Kebijakan-kebijakan dalam Pengembangan Perkotaan, Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, (Bandung: Program Pasca Sarjana, 1992), h. 13


(33)

attitude diartikan sebagai kecenderungan untuk bereaksi terhadap suatu hal, orang atau benda dengan suka, tidak suka atau acuh tak acuh”.23

Sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. 24 Jadi sikap ialah suatu hal yang menentukan sifat, hakekat, baik perbuatan sekarang maupun perbuatan yang akan datang.

Sebelum mengemukakan pendapat para ahli tentang keberagamaan, terlebih dahulu akan dikemukakan kata dasar dari keberagamaan yaitu agama. Secara etimologi dalam Kamus Bahasa Arab oleh Mahmud Yunus, agama berasal dari kata bahasa Arab adalah Diin ( tunduk, patuh, balasan dan beragama).25 Secara etimologi banyak pula yang mendefinisikan agama diantaranya :

Robert H. Thouless mendefinisikan “Agama adalah adalah sikap atau cara

penyesuaian diri terhadap dunia yang mencakup acuan yang menunjukkan lingkungan yang lebih luas dari pada lingkungan dunia fisik yang terikat ruang dan waktu (Dunia Spiritual)”.26

23

M. Alisuf Sobri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional IAIN Fakultas Tarbiyah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995), Cet. Ke-I, h. 83

24

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakrta: Bulan Bintang, 1996), Cet. Ke-VII, h. 94

25

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1989), h. 132 26

Robert H. Thouless, Pengantar Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), cet. II, h. 22


(34)

Muslim Nurdin menyatakan bahwa “Agama adalah sebagai ketentuan Tuhan yang mengantarkan manusia dengan berpegang teguh kepadaNya untuk mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat.”27

Taib Abdul Mu’in mengemukakan bahwa, “Agama adalah suatu peraturan

Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal untuk berkehendak dan pilihannya sendiri mengikuti peraturan tersebut, guna mencapai kebahagiaan dunia akhirat”.28

Menurut Quraish Shihab bahwa “Agama adalah sebagai hubungan antara

makhluk dengan Khaliknya, hubungan ini terwujud dalam sikap batinnya serta tampak pada ibadah yang dilakukannya, dan tercermin pula sikap kesehariannya”.29

Kata “keberagamaan” berasal dari kata “beragama”, kata beragama dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan antara lain: 1. menganut (memeluk), 2. beribadat, taat kepada agama (baik hidupnya menurut agama). Misalnya “ia berasal dari keluarga yang taat agama”.30

Keberagamaan (religiusitas) lebih melihat aspek-aspek yang ada “di dalam hati”, riak gerak hati nurani, dan sikap personal.31

27

Muslim Nurdin, Moral dan Kognisi Muslim, (Bandung: Alfabeta, 1993), Cet. I, h. 20 28

Ahmad Abdul Mujid, Disrosah Islamiyah, (Pasuruan: Garoeda Buana Indah, 2000), Cet. I, h. 12

29

Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1999), Cet. XVII, h. 210 30

J. S. Badudu, Suta Muhammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), Cet. Ke-I, h. 11

31

Masri Sangarimbun, Sopian Efendi, Metodologi Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 1987), Cet. Ke-I, h. 127


(35)

Keberagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorong seseorang untuk bertingkah laku yang berkaitan dengan agama.

Dari uraian mengenai sikap dan keberagamaan

maka dapat disimpulkan bahwa

sikap keberagamaan

adalah suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang

mendorongnya untuk bertingkah laku yang berkaitan

dengan agama.

Agama menyangkut kehidupan batin

manusia, oleh karena itu kesadaran dan pengalaman

agama seseorang lebih menggambarkan sisi batin dalam

kehidupan yang ada kaitannya dengan sesuatu yang

sakral dan ghaib.

Pengertian sikap keberagamaan di atas sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh Jalaluddin, yaitu “sikap keberagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama, sikap keberagamaan tersebut oleh adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur afektif dan perilaku terhadap agama sebagai unsur konatif”.32

32


(36)

Dimensi Sikap Keberagamaan

Tiap-tiap sikap mempunyai tiga aspek, yaitu : a. Aspek Kognitif

Yaitu persepsi, kepercayaan dan stereotif yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Komponen kognitif ini sering disamakan dengan pandangan atau opini, terutama apabila menyangkut masalah issu atau problem yang kontroversial.

Dalam ajaran Islam, aspek kognitif hampir sama dengan aqidah. Aqidah secara etimologi berasal dari Bahasa Arab, jika dilihat berdasarkan Tasrif Istilahii aqidah adalah bentuk masdar ghairu miim dari kata kerja :

عقد

يعقد

اﺪﻘ

-

ةﺪ ﻘ و

, yang berarti mengikat, menyimpulkan atau membuhulkan tali.33

Adapun secara terminologi sering diartikan atau

disamakan dengan keimanan, yang menunjukkan pada

seberapa tingkat keyakinan seseorang terhadap

kebenaran ajaran-ajaran agamanya yang bersifat

fundamental dan dogmatis, sebagaimana dalam

bukunya Yusuf al-Qardhawy yang dikutip dari Sayid

33


(37)

Sabiq, bahwa mendefinisikan aqidah atau keimanan itu

terdiri dari 6 perkara, yaitu :

1) Percaya kepada Allah

2) Percaya terhadap alam ghaib

3) Percaya kepada kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah

4) Percaya kepada nabi-nabi atau rasul-rasul yang dipilih oleh Allah 5) Percaya terhadap hari akhir dan peristiwa yang berkaitan dengan itu 6) Percaya kepada taqdir (Qadha dan Qadar)

b. Aspek Afektif

Yaitu menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Komponen afektif ini merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional ini yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap sesorang atau penilaian.34

Dalam ajaran Islam hampir sama dengan aspek ibadah. Yaitu yang berisi peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung seorang muslim dengan khaliknya dan dengan sesama manusia, yang menunjukkan seberapa patuh tingkat ketaatan seorang muslim dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual keagamaan

34

Syaifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002), h. 23 - 28


(38)

yang diperintahkan dan yang dianjurkan, baik yang menyangkut ibadah (ritual) dalam arti khusus maupun dalam arti yang luas,yang merupakan media komunikasi langsung dan integral serta sarana konsultasi antara makhluk dan khaliknya.

c. Aspek Konatif

Yaitu berwujud proses tendensi atau kecenderungan untuk berbuat sesuatu objek misalnya : kecenderungan memberi pertolongan, menjauhkan diri dan sebagainya.35

Dalam ajaran Islam hampir sama dengan akhlak. Secara etimologi, kata

akhlak berasal dari Bahasa Arab, yaitu jamak dari kata khuluq

(

خلق

خلقان

اخلاق

)

yang berarti tabi'at, budi pekerti, kebiasaan atau adat, keperwiraan, kesatriaan, kejantanan dan kemarahan.36

Secara terminology, kata akhlak didefinisikan dalam beberapa pendapat, salah satunya adalah pendapat Al-Ghozali bahwa akhlak adalah :

ﻖْ ْﺎ

ةرﺎ

ْ

ﺔﺌْه

ْ ﱠ ا

ﺔ ار

ﺎﻬْ

رﺪْﺼ

لﺎ ْ ﻻْا

ﺔ ْﻮﻬ

ﺮ و

ْ

ﺮْﻏ

ﺔ ﺎﺣ

ﻰ إ

ﺮْﻜ

ﺔ ْؤرو

35

Abu Ahmadi, Psikologi Sosial (edisi revisi), (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), cet. Ke-I, h. 162 36

Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1994), Jilid III, h. 58


(39)

Artinya : "Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan yang dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan"

Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Keberagamaan

Faktor Penunjang

a. Faktor Intern

"Manusia adalah homo religius (makhluk beragama) karena manusia sudah mempunyai potensi untuk beragama. Potensi tersebut bersumber dari faktor intern manusia yang termuat dalam aspek kejiwaan manusia seperti naluri, akal, perasaan maupun kehendak dan sebagainya”.37

1). Kebutuhan manusia akan agama (naluri untuk beragama), yaitu kebutuhan manusia terhadap pedoman hidup yang dapat menunjukan jalan kearah kebahagiaan dunia dan akhirat.

Hasan Langgulung mengatakan: "salah satu ciri fitrah ini ialah, bahwa manusia menerima Allah sebagai Tuhan, dengan kata lain manusia itu adalah dari asal mempunyai kecenderungan beragama, sebab agama itu sebagian dari fitrahnya".38

37

Abu Ahmadi, op.cit., h. 226 38


(40)

2). Adanya dorongan untuk bersyukur, taat, patuh atau mengabdi kepada Allah SWT sesuai dengan firman-Nya yang menegaskan tentang tujuan diciptakannya manusia yang berbunyi:

ْﻘ ﺎ و

ﱠ ْا

ﻹْاو

نوﺪ ْ ﱠﻻإ

Artinya:

"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (Q.S. al-Dzariyat 56)

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern (luar) yang mempengaruhi

perkembangan sikap keberagamaan manusia, faktor

tersebut berupa interaksi sosial di luar kelompok.

Faktor-faktor tersebut antara lain:

1) Lingkungan keluarga

Keluarga mempunyai peranan yang penting terhadap pembentukan sikap keberagamaan seseorang, hal ini dikarenakan keluarga merupakan lingkungan terdekat yang dikenali seseorang setelah ia dilahirkan ke dunia.

Menurut Rasulullah SAW fungsi dan peran orang tua bahkan mampu untuk membentuk arah dan keyakinan anak-anak mereka. Menurut beliau setiap bayi yang dilahirkan sudah memiliki potensi untuk beragama, namun


(41)

bentuk keyakinan agama yang dianut anak sepenuhnya tergantung dari bimbingan, pemeliharaan dan pengaruh kedua orang tua mereka.39

Keluarga disebut lingkungan pertama karena dalam keluarga inilah anak pertama kalinya mendapatkan pendidikan dan bimbingan. Dan keluarga disebut sebagai lingkungan pendidikan yang utama karena sebagian besar hidup anak berada dalam keluarga, maka pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah di dalam keluarga.

Demikian besar dan sangat mendasar pengaruh keluarga terhadap perkembangan pribadi anak terutama dasar-dasar kelakuan seperti sikap, reaksi dan dasar-dasar kehidupan lainnya seperti kebiasaan makan, cara berpakaian, cara bicara, sikap terhadap orang lain termasuk sifat-sifat kepribadian lainnya yang semuanya itu terbentuk pada diri anak melalui interaksinya dengan pola-pola kehidupan yang terjadi dalam keluarga.

Peranan keluarga dalam pendidikan terdapat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Nomor 2 tahun 1989, pasal 10, ayat 4 dan penjelasannya mengemukakan bahwa Pendidikan Keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga yang tugas dan peranannya adalah untuk memberikan/menanamkan : keyakinan agama, nilai-nilai budaya, nilai-nilai moral dan keterampilan.

39


(42)

Dengan demikian, pendidikan di lingkungan keluarga ini oleh Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, diakui sangat penting peranannya dalam upaya pendidikan pada umumnya, sehingga berarti tanpa adanya pendidikan dalam keluarga yang terlaksana dengan baik maka pembentukan kepribadian yang diharapkan oleh tujuan pendidikan nasional akan sulit dapat diwujudkan oleh lembaga-lembaga pendidikan selanjutnya karena dasar-dasar kepribadiannya kurang terbentuk dengan baik waktu di lingkungan keluarga.40

2) Lingkungan sekolah

Pendidikan agama di lembaga pendidikan akan memberi pengaruh bagi pembentukan jiwa keagamaan pada anak. Namun demikian besar kecilnya pengaruh tersebut sangat tergantung bagaimana faktor yang dapat memotivasi anak untuk memahami nilai-nilai agama. Sebab pendidikan agama pada hakikatnya merupakan pendidikan nilai oleh karena itu pendidikan agama lebih dititikberatkan pada bagaimana membentuk kebiasaan yang selaras dengan tuntutan agama. Fungsi sekolah dalam kaitannya dengan pembentukan jiwa keagamaan pada anak antara lain sebagai penerus pendidikan agama di lingkungan keluarga atau membentuk jiwa keagamaan pada diri anak yang tidak menerima pendidikan agama dalam keluarga.

40

Drs. HM. Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet. I, h. 15-17


(43)

Selain itu, pendidikan di sekolah itu sebenarnya adalah bagian dari pendidikan dalam keluarga yang sekaligus juga merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Dan kehidupan di sekolah adalah merupakan jembatan bagi anak yang akan menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan masyarakat kelak.41

3) Lingkungan masyarakat

Masyarakat merupakan lapangan pendidikan yang ketiga. Masyarakat yang dimaksud sebagai faktor lingkungan di sini bukan dari segi kumpulan orang-orangnya, tetapi dari segi karya manusianya, budayanya dan sistem-sistemnya serta pemimpin-pemimpin masyarakat baik yang formal maupun informalnya. Media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dan pemberian sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang dan kepercayaan orang. Para pendidik umumnya sependapat bahwa lapangan pendidikan yang ikut mempengaruhi perkembangan anak didik adalah keluarga, kelembagaan pendidikan dan lingkungan masyarakat. Keserasian antara ketiga lapangan pendidikan ini

41


(44)

akan memberi dampak yang positif bagi perkembangan anak, termasuk dalam pembentukan jiwa keagamaan mereka.

Indikator Sikap Keberagamaan

Menurut Yusuf al-Qardhawy dimensi-dimensi atau pokok-pokok Islam yang secara garis besar dibagi tiga,42 yaitu:

Aqidah

™ Percaya kepada Allah SWT

™ Percaya kepada alam ghaib

™ Percaya kepada kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah SWT

™ Percaya kepada nabi-nabi dan rasul-rasul yang dipilih oleh Allah SWT ™ Percaya kepada hari akhir

™ Percaya kepada qadha dan qadar

Ibadah

™ Melaksanakan shalat5 waktu

™ Melaksanakan shalat sunnah

™ Melaksanakan puasa di bulan Ramadhan

™ Melaksanakan ibadah haji bagi yang mampu

Akhlak

™ Menghormati orang yang lebih tua (orang tua, guru dan sebagainya)

42

Yusuf al-Qardhawy, Pengantar Kajian Islam, Penerjemah Setiawan Budi Utomo, (Jakarta: Pustaka al-Kausar, 1997), h. 55


(45)

™ Suka menolong

™ Jujur

™ Bersedekah

™ Suka memaafkan

™ Menyayangi sesama

™ Memiliki sikap toleransi

Kerangka Berfikir

Sinetron religi adalah sebuah tayangan televisi yang menceritakan tentang peri kehidupan religi, baik yang taat maupun yang ingkar untuk dijadikan ibrah bagi yang menyaksikannya.

Harus kita akui memang benar sinetron memberikan peluang untuk terjadinya peniruan perilaku apakah itu positif atau negatif. Perilaku disini difahami sebagai manifestasi dari proses psikologis yang merentang dari persepsi sampai sikap. Suatu rangsangan dalam bentuk sinetron dipersepsi kemudian dimaknai berdasarkan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang. Jika tayangan tersebut sesuai, rangsangan itu akan dia hayati yang menyebabkan pembentukan sikap. Sikap inilah yang secara kuat memberikan bobot dan warna kepada pelaku.

Para ahli mengatakan bahwa “75 % dari pengetahuan manusia sampai ke otaknya melalui mata dan yang selebihnya melalui pendengaran dan indera-indera


(46)

lainnya.” 43 dalam hal ini, televisi adalah media yang memberikan pengetahuan yang lebih mudah diterima oleh manusia. Televisi mampu menembus ruang dan waktu, menembus batas-batas negara, batas-batas ideologi, keyakinan dan agama.

Untuk kita ketahui bersama, rangsangan yang ditimbulkan oleh televisi melalui program-programnya jauh lebih tinggi dibandingkan media cetak. Karena, pada televisi gambar-gambarnya bersifat moving, sedangkan media cetak bersifat

statis. Menurut psikologi gambar yang moving dapat tertanam dalam benak kita

dalam tempo lama sekali. Makin besar daya pikatnya atau rangsangan yang ditimbulkannya, makin dalam pula dampak yang ditimbulkannya. Artinya, kita akan sering teringat dan membayangkannya.

Dari sinilah timbul suatu pemikiran bahwa sinetron religi pun bisa mempengaruhi sikap keberagamaan seseorang. Karena sesuai dengan yang disajikan dalam sinetron religi maka tayangan-tayangannya akan dipersepsi kemudian dimaknai berdasarkan struktur kognitif yang dimiliki seseorang. Sehingga, memberikan peluang untuk terjadinya peniruan perilaku.

Hipotesis

Hipotesis menurut Amirul Hadi-Haryono dalam bukunya Metodologi Penelitian Pendidikan 2 adalah dugaan yang mungkin benar juga salah setelah dilakukan pengujian.44

43

Amir Sulaiman Hamzah, Media Audio Visual Untuk Pengajaran dan Penyuluhan, (Jakarta : Gra media, 1981), h. 17


(47)

Hipotesis akan diterima jika bukti-bukti akan membenarkan dan akan ditolak jika tidak benar. Penolakan dan penerimaan hipotesa tergantung pada penyelidikan bukti-bukti yang dikumpulkan. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, pertama sinetron religi sebagai variabel bebas (X), yang kedua sikap keberagamaan sebagai variabel terikat (Y), dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Hipotesis Alternatif (Ha), yaitu ada pengaruh sinetron religi (X) terhadap sikap keberagamaan (Y)

2) Hipotesis Nol (Ho), yaitu tidak ada pengaruh antara sinetron religi (X)

terhadap sikap keberagamaan (Y).

44

Amirul Hadi-Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan 2, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 177


(48)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah field reseach atau penelitian lapangan. Metode seperti ini menggunakan fenomena yang ada di lapangan, tanpa membuat manipulasi terhadap variabel yang akan dilihat atau diukur. Metode penelitian ini digunakan dengan tujuan agar hasil yang diperoleh – pengaruh tayangan sinetron religi terhadap sikap keberagamaan siswa – mendekati gambaran yang sama dengan keadaan seharusnya.

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi objek penelitian. Dengan

demikian penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu :

a. Variabel Bebas atau Independent Variabel adalah variabel yang

mempengaruhi, yaitu sinetron religi

b. Variabel Terikat atau Dependent Variabel adalah variabel yang dipengaruhi, yaitu sikap keberagamaan siswa.

2. Definisi Operasional

Untuk dapat mengukur variabel yang dijadikan objek penelitian oleh penulis, maka diperlukan definisi operasional, yaitu semacam petunjuk pelaksanaan


(49)

bagaimana cara mengukur suatu variabel. Adapun definisi operasional dari kedua variabel diatas adalah ;

Sinetron religi adalah tayangan/gambar hidup yang berisi tentang sesuatu yang bersifat keagamaan Islam. Sinetron religi yang dimaksud adalah Rahasia Ilahi (TPI), Hidayah (Trans TV) dan Maha Kasih (RCTI).

Secara operasional yang dimaksud sikap keberagamaan siswa adalah skor yang diperoleh para responden dengan menggunakan perangkat angket terhadap keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama dan adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif, perasaan terhadap agama sebagai unsur afektif dan perilaku terhadap agama sebagai unsur konatif, melalui indikator aspek-aspek aqidah, ibadah dan akhlak.

Berdasarkan definisi tersebut, variabel sinetron religi dapat diukur melalui angket (kuisioner) dengan menggunakan pendekatan dimensi dan indikator seperti pada tabel berikut :

Tabel 2

Kisi-Kisi Angket Untuk Variabel X (Sinetron Religi)

No Dimensi Indikator No. Item

1 Alur Cerita ™ Mencerahkan hati nurani

™ Bisa merasakan kebesaran Allah SWT

setelah menonton

™ Tidak membuat pemirsanya bosan

™ Ceritanya mengandung unsur kebenaran

™ Tidak menakuti (mengandung unsur

mistik)

1 3 4, 5 dan 6

19 2 dan 13


(50)

™ Memperlihatkan kepedulian kepada orang lain

12

3 Keberadaan tokoh

alim

™ Keinginan untuk melihat tokoh alim

™ Keinginan untuk mengikuti tokoh alim

8 dan 18 9, 10 dan

11

4 Unsur Pendidikan ™ Memperlihatkan azab bagi orang

sombong

™ Meningkatkan ketaqwaan

™ Menenangkan hati

13, 14, 15 dan 20

16 17

Adapun variabel sikap keberagamaan dapat diukur melalui angket :

Tabel 3

Kisi-Kisi Angket Untuk Variabel Y (Sikap Keberagamaan)

No Dimensi Indikator No. Item

1 Aqidah ™ Percaya kepada Allah SWT

™ Percaya kepada nabi-nabi dan rasul-rasul yang dipilih oleh Allah SWT

™ Percaya kepada hari akhir

™ Percaya kepada qadha dan qadar

3, 4, 6 dan11

2 5 1

2 Ibadah ™ Melaksanakan shalat

™ Melaksanakan puasa di bulan Ramadhan

™ Melaksanakan ibadah haji bagi yang

mampu

™ Berdo’a

™ Zikir

7, 13 dan 16 14, 15

12 9, 10, 17

dan 18 8

3 Akhlak ™ Menghormati orang yang lebih tua

(orang tua, guru dan sebagainya)

™ Suka menolong

™ Patuh pada aturan agama

19 22 20 dan 21


(51)

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 1 Cigombong Bogor pada bulan September 2006 sampai dengan Oktober 2006.

Alasan penulis memilih tempat penelitian di SMPN 1 Cigombong adalah :

1. Lokasi SMPN 1 Cigombong dekat dengan rumah penulis sehingga dapat

dijangkau dengan mudah.

2. Penulis sudah mengenal keadaan sekolah tersebut sehingga memudahkan

dalam observasi.

Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, peristiwa sebagai sumber data yang menilai karakteristik tertentu dalam sebuah penelitian.45

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang memiliki 10 kelas. Jumlah populasi yang ada mencapai 419 siswa.

Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan karakteristik yang sama, sehingga betul-betul mewakili populasi. Guna menyederhanakan proses pengumpulan dan pengolahan data maka penulis

45

Herman Warsito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 1992), h. 49


(52)

mengambil teknik sampling. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel sebanyak 25 % dari jumlah populasi yang ada yaitu 419 dengan perhitungan 25 % x 419 = 104 responden (pembulatan). Hal ini berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto sebagai berikut :

"Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10 – 15 %, atau 20 – 25 % atau lebih."46

Sedangkan teknik pengambilan sampelnya dengan menggunakan teknik random sampling. Adapun pengambilan secara random dimaksudkan agar setiap kelas terwakili populasinya sebagai responden dalam dalam memberikan pandangannya mengenai sinetron religi terhadap sikap keberagamaan siswa.

Teknik Pengumpulan Data

Observasi

Yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematika fenomena yang diselidiki dalam arti yang luas. Dimana observasi ini dilakukan dengan cara mengunjungi SMPN 1 Cigombong untuk mengamati siswa, guru, sarana pendukung kegiatan, lingkungan sekitarnya sebagai data penelitian.

46

Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1998), h. 117


(53)

Angket

Angket adalah daftar yang langsung diberikan kepada siswa yang ingin dimintai sikap atau pendapatnya dalam hal pencapaian tujuan penelitian. Penelitian memberikan tes tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Melalui angket ini penulis dapat memperoleh data tentang pengaruh sinetron religi terhadap sikap keberagamaan siswa SMPN 1 Cigombong-Bogor.

Angket atau kuesioner yang digunakan penulis adalah angket atau kuesioner tertutup yang berisi pertanyaan yang disertai sejumlah jawaban terikat pada sejumlah kemungkinan jawaban yang sudah disediakan.

Teknik Analisis dan Pengolahan Data

Data yang berasal dari kepustakaan digunakan sebagai teori yang dijadikan pedoman penulis untuk penelitian lapangan. Adapun data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini selanjutnya diolah dan dianalisa untuk mengungkapkan pokok masalah yang diteliti, sehingga dapat diperoleh kesimpulan.

Dalam menganalisa hasil penelitian berupa “Pengaruh Sinetron Religi Terhadap Sikap Keberagamaan Siswa” digunakan analisa kuantitatif yaitu analisa yang dilakukan terhadap data yang berwujud angka, dengan cara menjumlahkan, mengklasifikasikan, mentabulasikan dan selanjutnya dilakukan perhitungan dengan menggunakan data statistik.


(54)

Dalam pengolahan data, penulis menggunakan teknik sebagai berikut :

1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan dan pengisian angket atau kuesioner yang berhasil dikumpulkan.

2. Skoring, yaitu memberikan nilai pada setiap jawaban angket sebagai

berikut:

Tabel 4

Skor Item Alternatif Jawaban Responden

Positif ( + ) Negatif ( - )

Jawaban Skor Jawaban Skor

Sangat Setuju 5 Sangat Setuju 1

Setuju 4 Setuju 2 Ragu 3 Ragu 3

Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 4

Sangat Tidak Setuju 1 Sangat Tidak Setuju 5

3. Tabulating, yaitu mentabulasi data jawaban yang berhasil dikumpulkan ke

dalam tabel yang telah disediakan.

Setelah pengumpulan data dilakukan, maka tahap berikutnya data tersebut di analisa dengan analisa kuantitatif secara deskriptif analisis yang sebelumnya telah ditentukan prosentasenya dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi :

Rumus : P = F x 100 %

N

Keterangan :

P : Presentase F : Frekuensi


(55)

Kemudian, untuk mengetahui bagaimana pengaruh sinetron religi (variabel x) terhadap sikap keberagamaan siswa (variabel y), penulis menggunakan rumus product moment dari Carl Pearson sebagai teknik analisanya. Cara operasional data dilakukan melalui tahap sebagai berikut:47

a. Mencari angka korelasi dengan rumus :

rxy = N Σ XY – (Σ X) (ΣY)

√[NΣX2 – (ΣX) 2] [NΣY2 – (ΣY)2]

Keterangan :

rxy : Angka Indeks korelasi “r” Product moment

N : Number of Cases

ΣXY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y

ΣX : Jumlah seluruh skor X

ΣY : Jumlah seluruh skor b. Memberikan interpretasi terhadap rxy yaitu

1. Memberikan sederhana dengan cara mencocokkan hasil perhitungan dengan

indeks korelasi “r” product moment seperti dibawah ini :

Tabel 5

Indeks Korelasi Product Moment

Besarnya “r” Product Moment (rxy) Interpretasi

0,00 – 0,20 Antara variabel X dan variabel Y

memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y).

0,20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y

terdapat korelasi yang lemah atau rendah.

0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y

47

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Rajawali Press, 2001), Cet. Ke-XII, h. 180 dan 193


(56)

terdapat korelasi yang sedang atau cukup.

0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y

terdapat korelasi yang kuat atau tinggi.

0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y

terdapat korelasi yang sangat tinggi.

2. Interpretasi terhadap indeks korelasi product moment dengan jalan

berkonsultasi pada table nilai “r” product moment. Apabila cara ini akan ditempuh maka prosedur yang akan dilalui adalah sebagai berikut :

- Merumuskan hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil (Ho)

- Menguji kebenaran dari hipotesa yang telah dirumuskan dengan jalan

membandingkan besarnya “r” product moment dengan “r” yang tercantum dalam tabel (rt) baik pada taraf signifikansi 1% maupun 5%

namun terlebih dulu mencari derajat bebasnya (db) atau Degrees or Freedomnya (df).

Rumusnya : df = N – nr

Keterangan :

df : degree of freedom (derajat bebas)

N : Jumlah subjek penelitian (sampel)

nr : Jumlah variabel

Karena jumlah sampel dalam penelitian sebanyak 104, maka df nya adalah (104 – 2 = 102), jika r hitung lebih besar dari tabel maka korelasi dianggap signifikan atau Ho ditolak dan Ha diterima, namun jika hasil r


(57)

penghitungan lebih kecil dari tabel nilai maka korelasi tidak signifikan atau Ho diterima dan Ha ditolak.

Setelah memberikan interpretasi secara kasar atau sederhana maupun interpretasi dengan menggunakan nilai r tabel. Langkah selanjutnya yakni mencari seberapa kontribusi yang diberikan variabel x terhadap variabel y, dalam hal ini penulis menggunakan rumus sebagai berikut :48

KD = r2 x 100 %

Keterangan :

KD : Kontribusi variabel x terhadap variabel y

r2 : Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y.

48


(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Kondisi Kependidikan SMPN 1 Cigombong Bogor 1. Sejarah Berdirinya SMPN 1 Cigombong

SMP Negeri 1 Cigombong Kabupaten Bogor didirikan pada tahun 1980 oleh Drs. H. Atang Suriaatmadja, beliau menjabat sebagai Kepala SMP Negeri 1 Cigombong Kabupaten Bogor yang pertama. Pada saat pendirian menempati lokasi di Sekolah Dasar Cigombong III dan IV, yang memiliki 9 (sembilan) ruang kelas belajar, sehingga SMP Negeri 1 Cigombong untuk kegiatan pembelajaran dilaksanakan siang hari.

Pada tahun 1981 SMP Negeri 1 Cigombong pindah lokasi ke Kampung Bojong Kiharib Desa Wates Jaya Kecamatan Cigombong hingga sekarang.

Tabel 6

Susunan Kepala Sekolah Yang Pernah Menjabat

No. Nama Periode menjabat

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Drs. Atang Suriaatmadja Drs. Omal Syarif

Drs. Jayus Masjudin

H. Endjang Surjadi, Amd.Pd.

Dra. Hj. Sri Sugiharti, M.Pd. Drs. H. Ade Tatang Risyadi, MM.

1979 – 1989 1990 – 1995 1996 – 1999 1999 – 2002 2002 – 2006 2006 – sekarang

SMP Negeri 1 Cigombong Kabupaten Bogor pada saat kepemimpinan Bapak Drs. Jayus Masjudin, mengantarkan dalam berbagai prestasi, yaitu sebagai Juara II Lomba Kebersihan Tingkat Provinsi Jawa Barat yang dilanjutkan oleh kepala sekolah selanjutnya, sehingga prestasi terus dipertahankan sebagai sekolah yang paling diminati masyarakat Cigombong khususnya dan masyarakat Bogor pada umumnya.


(59)

2. Kondisi Guru, Siswa dan Fasilitas Pendidikan Tabel 7

Jumlah Tenaga Kependidikan Tahun 2006

No. Mata Pelajaran GT GTT Jumlah Ket

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Pendidikan Agama PPkn Bahasa Indonesia Matematika Bahasa Inggris Penjaskes Kertakes IPA-Fisika IPA-Biologi IPS-Geografi IPS-Ekonomi IPS-Sejarah Bahasa Sunda Mulok Pembukuan Mulok Komputer BP/BK 1 1 3 6 4 2 - 2 5 1 3 2 1 2 1 1 3 2 4 1 3 1 2 - - - 2 - - 1 - - 4 3 7 7 7 3 2 2 5 1 5 2 1 3 1 1 JUMLAH

34 20 54

Tabel 8

Gambaran Pendidikan Guru

No. Mata Pelajaran D1 D2 D3 S1 S2 Jumlah

1. Pendidikan Agama 4 4

2. PPKn 2 1 3

3. Bahasa Indonesia 2 5 7

4. Matematika 7 7

5. Bahasa Inggris 6 6

6. Kertakes 2 2

7. Penjaskes 1 2 3

8. IPA-Fisika 1 1 2

9. IPA-Biologi 5 5


(60)

11. IPS-Ekonomi 2 3 5

12. IPS-Sejarah 2 2

13. Bahasa Sunda 1 1

14. Mulok Pembukuan 1 1 1 3

15. Mulok Komputer 1 1

16. BP/BK 1 1

JUMLAH 4 3 2 44 1 54

Tabel 9 Keadaan Siswa

2003/2004 2004/2005 2005/2006 2006/2007 Kelas

L P Jml L P Jml L P Jml L P Jml I 221 219 440 220 189 409 211 198 409 215 258 473 II 201 244 445 205 227 432 221 190 411 184 235 419 III 205 253 458 200 248 449 205 227 432 200 193 393 Jml 627 716 1343 625 664 1289 637 615 1252 599 686 1285 Jml.

Rombel 30 30 30 30

Kegiatan Belajar Mengajar

Waktu Kegiatan : Pagi

Target : 1. Terpenuhinya target kurikulum dalam bentuk ketuntasan belajar.

2. Guru dapat menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara efektif minimal 90% dari kalender kegiatan belajar setiap Semester.


(61)

3. Seluruh kegiatan belajar mengajar berpusat pada kepentingan siswa untuk meningkatkan kemampuan belajar.

Potensi Lingkungan Sekolah

Potensi lingkungan sekolah diharapkan mendukung program sekolah, di antaranya:

a. Kualifikasi tenaga kependidikan yang memadai. b. Kedisiplinan tenaga kependidikan yang baik. c. Adanya hubungan yang baik antara teman sejawat.

d. Kreativitas tenaga kependidikan dalam mengembangkan program sekolah.

e. Sarana dan prasarana cukup tersedia.

f. Dukungan dana baik dari pemerintah maupun masyarakat. g. Motivasi belajar siswa tinggi.

Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler

Jenis kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SMP Negeri 1 Cigombong Kabupaten Bogor, antara lain: 1.Bimbingan Belajar Siswa

2.MIPA

3.Bimbingan Keagamaan 4.English Study Club 5.Drum Band

6.Seni Tradisional Degung 7.Team Voli Ball


(62)

8.Team Sepak Bola 9.Team Pencak Silat

Sarana Dan Prasarana

I. Tanah dan Halaman

Status : Hibah

Luas Tanah : 10.000 M2 Lapangan Upacara/Olah raga : 384 M2

Pagar : 850 M (1.700 M2)

II. Gedung dan Bangunan

Status : Negeri Luas Bangunan : 3.266 M2

III. Kondisi Lingkungan

Ruang Kepala Sekolah : Baik 1 Unit Ruang Tata Usaha : Baik 1 Unit

Ruang Guru : Baik 1 Unit Ruang Perpustakaan : Baik 1 Unit

Ruang Laboratorium : Baik 1 Unit Ruang BP/BK : Baik 1 Unit Ruang Keterampilan : Baik 1 Unit Musholla/Masjid : Baik 1 Unit

Ruang OSIS : Baik 1 Unit Ruang PMR : Baik 1 Unit Ruang Koperasi : Baik 1 Unit

Gudang : Baik 1 Unit Kantin : Baik 1 Unit

Ruang Kesenian : Baik 1 Unit

IV. Ruang Komputer

Ditunjang dengan 26 perangkat komputer yang digunakan untuk praktek siswa.

V. Laboratorium IPA

Fungsi laboratorium IPA dapat berjalan secara efektif sesuai dengan program kerja Laboratorium IPA.

VI. Koleksi Perpustakaan

Koleksi buku yang ada di perpustakaan, antara lain: a. Buku Pelajaran 10 judul, 7277 eksemplar. b. Buku Penunjang 82 Judul, 8138 eksemplar. c. Jumlah seluruhnya 92, dengan 15415 eksemplar.


(63)

Hubungan Masyarakat

Hubungan dengan Orang tua Siswa:

Hubungan dengan orang tua siswa dilaksanakan melalui Dewan Sekolah/BP.3 dengan 5 (lima) peran dalam kegiatan, antara lain:

a. Orang tua siswa sebagai donatur dalam menunjang kegiatan belajar

dan penyempurnaan fisik sekolah.

b. Orang tua sebagai mitra sekolah dalam pembinaan edukatif.

c. Orang tua sebagai mitra sekolah dalam membimbing kegiatan siswa.

d. Orang tua sebagai mitra sekolah dalam mengembangkan pendidikan

secara inovatif.

e. Orang tua sebagai sumber belajar maupun penyedia sumber

pembelajaran penunjang bidang-bidang keilmuan yang dibutuhkan sekolah.

Hubungan dengan Alumni

Koordinasi dengan alumni di arahkan kepada peningkatan peranserta, sebagai berikut:

a. Sebagai sumber dana dan materi lain untuk kegiatan pembelajaran

siswa maupun sekolah.

b. Sebagai sumber belajar dalam bentuk bimbingan ekstrakurikuler.


(64)

Hubungan dengan lembaga usaha, sering diadakan secara insidental sebagai sponsor kegiatan siswa.

Prestasi Sekolah

Prestasi yang diperoleh, antara lain:

a. Tahun 1985 Juara Sepak Bola Tingkat Kewedanaan Ciawi.

b. Tahun 1986 Juara I Lomba Gerak Jalan Kabupaten Sukabumi.

c. Tahun 1988 Juara III Lomba Tata Upacara Sekolah Tingkat Kabupaten

Bogor.

d. Tahun 1989 Juara I Puteri Lomba Karaoke Tingkat Kabupaten Bogor.

e. Tahun 1993 Juara III Lomba Wawasan Wiyatamandala Kabupaten Bogor.

f. Tahun 1995 Juara I Lomba Tingkat III Puteri Kwarcab Kabupaten Bogor.

g. Tahun 1997 Utusan Group Drum Band pada Upacara Hari Kesadaran

Nasional Tingkat Provinsi Jawa Barat.

h. Tahun 1997 Juara II Lomba Penghijauan Sekolah Tingkat Provinsi.

i. Tahun 2001 Juara I Sepak Bola Mini Antarkabupaten dan Kota Bogor.

j. Tahun 2001 Juara III Putera/Puteri PORKAB Pencak Silat Tingkat

Kabupaten Bogor.

k. Tahun 2002 Juara I Basket Putera PERBASI CUP I Tingkat Kabupaten


(65)

l. Tahun 2003 Juara II Lomba Model Pembelajaran Portofolio mata Pelajaran PPKn Tingkat Provinsi Jawa Barat.

m. Tahun 2003 Juara II Basket Putera PERBASI CUP II Tingkat Kabupaten

Bogor. Tahun 2004:

a. Juara I, II, dan III Lomba Baca Puisi, Lomba Pidato Tingkat

Kabupaten Bogor.

b. Juara I dan II Lomba Baca Puisi, Pidato, Kaligrafi Tingkat Kabupaten Bogor (MGMP PAI).

c. Juara I, II, dan III Lomba Mata Pelajaran Tingkat Kabupaten Bogor. d. Juara I, II, dan III Lomba Cepat Tepat dan Pidato Tingkat Kabupaten

Bogor dan Sukabumi.

e. Juara II Olimpiade Matematika Tingkat Kabupaten Bogor.

f. Juara I Lomba Melukis Tingkat Kabupaten Bogor.

g. Juara I, dan III Lomba Mata Pelajaran Tingkat Kabupaten Bogor.

h. Juara II Lomba Pasanggiri Pencak Silat Tingkat Kabupaten Bogor

dan Sukabumi.

i. Juara I dan Juara Umum Lomba LKBB PPI Tingkat Kabupaten

Bogor, Kota Bogor, dan Kota Depok.


(66)

a. Juara I dan II Lomba Mengarang Bahasa Indonesia Tingkat Kabupaten Bogor.

b. Juara I Lomba Pidato Tingkat Kabupaten Bogor.

c. Juara I Lomba PASKIBRA Tingkat Kewedanaan dan Kabupaten

Bogor.

d. Juara I Lomba Pencak Silat Tingkat Kabupaten Bogor.

e. Juara I Lomba Pencak Silat (PESILANI) Tingkat Kabupaten Bogor.

3. Kurikulum dan Pendidikan Agama Islam

Struktur kurikulum SMP Negeri 1 Cigombong meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai Kelas VII sampai dengan Kelas IX. Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Kurikulum SMP Negeri 1 Cigombong memuat 10 mata pelajaran,

muatan lokal, dan pengembangan diri seperti tertera pada Tabel.

b. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SMP Negeri 1

Cigombong merupakan "IPA Terpadu" dan "IPS Terpadu".

c. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan

sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum.


(67)

e. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38 minggu.

Tabel 10

Struktur Kurikulum SMP Negeri 1 Cigombong

Kelas dan Alokasi Waktu Komponen

VII VIII IX A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraaan 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4 4

4. Bahasa Inggris 4 4 4

5. Matematika 4 4 4

6. Ilmu Pengetahuan Alam 4 4 4

7. Ilmu Pengetahuan Sosial 2 2 2

8. Seni Budaya 2 2 2

9. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan

2 2 2 10. Keterampilan/ Teknologi Informasi dan

Komunikasi

2 2 2 B. Muatan Lokal : 1. Baca Tulis Al-Qur'an

2. Bahasa Inggris

2 2

C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*)

Jumlah 32 32 30

2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran. Dilaksanakan diluar jam pelajaran efektif. Pengembangan diri meliputi :

a. BP/BK

b. MIPA

c. Baca Tulis Al Qur'an (BTQ)

d. Brum Band

e. Seni Tradisional Degung f. Bola Basket


(68)

g. Pencak Silat

h. Pramuka/Paskibra/Pasus

i. PMR

j. Paduan Suara

k. Seni Tari

l. Sanlat Pada Bulan Ramadhan

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan. PAI yang hakikatnya merupakan sebuah proses itu, dalam perkembangannya juga dimaksudkan sebagai rumpun mata pelajaran yang diajarkan di sekolah maupun di perguruan tinggi.

Sebagai mata pelajaran, rumpun mata pelajaran atau bahan kajian, PAI memiliki ciri khas atau karakteristik tertentu yang membedakannya dengan mata pelajaran lain. Adapun karakteristik mata pelajaran PAI itu dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. PAI merupakan rumpun mata pelajaran yang dikembangkan dari

ajaran-ajaran pokok (dasar) yang terdapat dalam agama Islam. Karena itulah PAI merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran Islam. Ditinjau dari segi isinya, PAI merupakan mata pelajaran pokok yang


(69)

menjadi salah satu komponen, dan tidak dapat dipisahkan dari rumpun mata pelajaran yang bertujuan mengembangkan moral dan kepribadian peserrta didik.

2. Tujuan PAI adalah terbentuknya peserta didik yang beriman dan

bertakwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti luhur (berakhlak mulia), memiliki pengetahuan tentang ajaran pokok agama Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, serta memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang Islam sehingga memadai baik untuk kehidupan bermasyarakat maupun untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

3. Pendidikan Agama Islam, sebagai sebuah program pembelajaran,

diarahkan pada (a) menjaga aqidah dan ketaqwaan peserta didik, (b) menjadi landasan untuk lebih rajin mempelajari mempelajari ilmu-ilmu lain yang diajarkan di madrasah, (c) mendorong peserta didik untuk kritis, kreatif dan inovatif, dan (d) menjadi landasan perilaku dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. PAI bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang Agama Islam, tetapi juga untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari (membangun etika sosial).

4. Pembelajaran PAI tidak hanya menekankan penguaaan kompetensi

kognitif saja, tetapi juga afektif dan psikomotoriknya.

5. Isi mata pelajaran PAI didasarkan dan dikembangkan dari


(1)

H. JENIS KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

Jenis kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SMP Negeri 1 Cigombong Kabupaten Bogor, antara lain:

1.Bimbingan Belajar Siswa 2.MIPA

3.Bimbingan Keagamaan 4.English Study Club 5.Drum Band

6.Seni Tradisional Degung 7.Team Voli Ball 8.Team Sepak Bola 9.Team Pencak Silat

I. SARANA

DAN

PRASARANA

1. Tanah dan Halaman

a) Status : Hibah b) Luas Tanah : 10.000 M2 c) Lapangan Upacara/Olah raga : 384 M2

d) Pagar : 850 M (1.700 M2) 2. Gedung dan Bangunan

b) Status : Negeri c) Luas Bangunan : 3.266 M2 3. Kondisi Lingkungan

a) Ruang Kepala Sekolah : Baik 1 Unit b) Ruang Tata Usaha : Baik 1 Unit

c) Ruang Guru : Baik 1 Unit d) Ruang Perpustakaan : Baik 1 Unit

e) Ruang Laboratorium : Baik 1 Unit

f) Ruang BP/BK : Baik 1 Unit g) Ruang Keterampilan : Baik 1 Unit

h) Musholla/Masjid : Baik 1 Unit

i) Ruang OSIS : Baik 1 Unit j) Ruang PMR : Baik 1 Unit k) Ruang Koperasi : Baik 1 Unit

l) Gudang : Baik 1 Unit

m) Kantin : Baik 1 Unit n) Ruang Kesenian : Baik 1 Unit


(2)

4. Ruang Komputer

Ditunjang dengan 26 perangkat komputer yang digunakan untuk praktek siswa.

5. Laboratorium IPA

Fungsi laboratorium IPA dapat berjalan secara efektif sesuai dengan program kerja Laboratorium IPA.

6. Koleksi Perpustakaan

Koleksi buku yang ada di perpustakaan, antara lain:

a. Buku Pelajaran 10 judul, 7277 eksemplar. b. Buku Penunjang 82 Judul, 8138 eksemplar. c. Jumlah seluruhnya 92, dengan 15415 eksemplar.

J. DATA ORANG TUA SISWA

a. Pekerjaan

No. Pekerjaan Kelas

VII

Kelas VIII Kelas III

Jumlah %

1 Petani 9 14 10 33 2 PNS 44 58 56 158 3 ABRI 14 14 8 36 4 Swasta 110 78 103 291 5 Wiraswasta 92 126 95 313 6 Buruh 39 35 36 110 7 Dagang 45 47 44 136

8 BUMN - - - -

9 Pensiunan 12 4 11 27 10 Lain-lain 44 34 69 147

JUMLAH 409 410 432 1251


(3)

No Pendidikan Kelas VII Kelas VIII Kelas III Jumlah %

1 SD 251 295 220 766 52,72 2 SMP 76 76 125 267 18,38 3 SMA 52 61 175 275 19,13

4 D1 5 - - 5 3,44

5 D2 15 10 7 32 2,20 6 D3/SM 30 18 10 58 3,99

7 S1 22 - 25 47 3,23

8 S2 - - - -

9 S3 - - - -

JUMLAH

K. HUBUNGAN MASYARAKAT

a. Hubungan dengan Orang tua Siswa:

Hubungan dengan orang tua siswa dilaksanakan melalui Dewan Sekolah/BP.3 dengan 5 (lima) peran dalam kegiatan, antara lain:

1. Orang tua siswa sebagai donatur dalam menunjang kegiatan belajar dan penyempurnaan fisik sekolah.

2. Orang tua sebagai mitra sekolah dalam pembinaan edukatif.

3. Orang tua sebagai mitra sekolah dalam membimbing kegiatan siswa. 4. Orang tua sebagai mitra sekolah dalam mengembangkan pendidikan

secara inovatif.

5. Orang tua sebagai sumber belajar maupun penyedia sumber pembelajaran penunjang bidang-bidang keilmuan yang dibutuhkan sekolah.

b. Hubungan dengan Alumni

Koordinasi dengan alumni di arahkan kepada peningkatan peranserta, sebagai berikut:

1. Sebagai sumber dana dan materi lain untuk kegiatan pembelajaran siswa maupun sekolah.

2. Sebagai sumber belajar dalam bentuk bimbingan ekstrakurikuler.


(4)

Hubungan dengan lembaga usaha, sering diadakan secara insidental sebagai sponsor kegiatan siswa.

L. PRESTASI SEKOLAH

Prestasi yang diperoleh, antara lain:

a. Tahun 1985 Juara Sepak Bola Tingkat Kewedanaan Ciawi. b. Tahun 1986 Juara I Lomba Gerak Jalan Kabupaten Sukabumi.

c. Tahun 1988 Juara III Lomba Tata Upacara Sekolah Tingkat Kabupaten Bogor.

d. Tahun 1989 Juara I Puteri Lomba Karaoke Tingkat Kabupaten Bogor. e. Tahun 1993 Juara III Lomba Wawasan Wiyatamandala Kabupaten Bogor. f. Tahun 1995 Juara I Lomba Tingkat III Puteri Kwarcab Kabupaten Bogor. g. Tahun 1997 Utusan Group Drum Band pada Upacara Hari Kesadaran

Nasional Tingkat Provinsi Jawa Barat.

h. Tahun 1997 Juara II Lomba Penghijauan Sekolah Tingkat Provinsi. i. Tahun 2001 Juara I Sepak Bola Mini Antarkabupaten dan Kota Bogor.

j. Tahun 2001 Juara III Putera/Puteri PORKAB Pencak Silat Tingkat Kabupaten Bogor.

k. Tahun 2002 Juara I Basket Putera PERBASI CUP I Tingkat Kabupaten Bogor.

l. Tahun 2003 Juara II Lomba Model Pembelajaran Portofolio mata Pelajaran PPKn Tingkat Provinsi Jawa Barat.


(5)

m. Tahun 2003 Juara II Basket Putera PERBASI CUP II Tingkat Kabupaten Bogor.

Tahun 2004:

• Juara I, II, dan III Lomba Baca Puisi, Lomba Pidato Tingkat Kabupaten Bogor.

• Juara I dan II Lomba Baca Puisi, Pidato, Kaligrafi Tingkat Kabupaten Bogor (MGMP PAI).

• Juara I, II, dan III Lomba Mata Pelajaran Tingkat Kabupaten Bogor.

• Juara I, II, dan III Lomba Cepat Tepat dan Pidato Tingkat Kabupaten Bogor dan Sukabumi.

• Juara II Olimpiade Matematika Tingkat Kabupaten Bogor.

• Juara I Lomba Melukis Tingkat Kabupaten Bogor.

• Juara I, dan III Lomba Mata Pelajaran Tingkat Kabupaten Bogor.

• Juara II Lomba Pasanggiri Pencak Silat Tingkat Kabupaten Bogor dan Sukabumi.

• Juara I dan Juara Umum Lomba LKBB PPI Tingkat Kabupaten Bogor, Kota Bogor, dan Kota Depok.

Tahun 2005

• Juara I dan II Lomba Mengarang Bahasa Indonesia Tingkat Kabupaten Bogor.

• Juara I Lomba Pidato Tingkat Kabupaten Bogor.

• Juara I Lomba PASKIBRA Tingkat Kewedanaan dan Kabupaten Bogor.

• Juara I Lomba Pencak Silat Tingkat Kabupaten Bogor.


(6)

Dokumen yang terkait

Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Sikap Keberagamaan Siswa Di Smp Negeri 6 Tangerang Selatan

3 26 108

Upaya SMP Islam Parung Bogor dalam meningkatkan kualitas keberagamaan siswa

0 5 76

Peran Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Dalam Mengawasi Tayangan Sinetron Tukang Bubur Naik Haji Di Rcti

2 21 135

Pengaruh kegiatan rohis dalam peningkatan sikap keberagamaan siswa : studi kasus di MAN 11 Jakarta

1 26 131

Sistem Informasi Akadmik Di SMP Negeri 1 Cigombong Bogor

0 2 1

Analisis Sikap dan Kepuasan Petani terhadap Benih Padi Hibrida di Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor

1 8 187

PENGARUH SIKAP KEBERAGAMAAN DAN KEDISIPLINAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA Pengaruh Sikap Keberagamaan Dan Kedisiplinan Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Siswa SMP N 1 Bancak.

0 3 14

PENGARUH SIKAP KEBERAGAMAAN DAN KEDISIPLINAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA Pengaruh Sikap Keberagamaan Dan Kedisiplinan Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Siswa SMP N 1 Bancak.

0 2 12

HUBUNGAN MINAT MENONTON SINETRON RELIGI DENGAN AKHLAK SISWA DI SMP YAYASAN PERGURUAN Hubungan Minat Menonton Sinetron Religi Dengan Akhlak Siswa Di SMP Yayasan Perguruan Al-Islam (Studi Kasus Kelas VII SMP Al-Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014).

0 3 18

HUBUNGAN MINAT MENONTON SINETRON RELIGI DENGAN Hubungan Minat Menonton Sinetron Religi Dengan Akhlak Siswa Di SMP Yayasan Perguruan Al-Islam (Studi Kasus Kelas VII SMP Al-Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014).

0 5 28