the window, where you have to have ‘wow’ factor, the second is
just inside the door and then you have the back wall which is very important to help draw people all the way through the
store.”.Seperti yang dikatakan Moss diatas bahwa
visual merchandising
merupakan keseluruhan yang ada dalam suatu toko.
Visual merchandising
merupakan salah satu media promosi yang menggunakan
display
atau etalase yang menggunakan konsep penataan secara tepat dan sesuai dengan
image
yang diusung oleh
brand
yang menaunginya
.
Turner 2004 mengatakan bahwa apa yang dilakukan toko pada saat ini
adalah menguatkan pesan yang ingin disampaikan oleh
brand
kepada lebih dari dua juta orang yang melewati toko setiap tahunnya.
2.1.2 Sejarah
Sejarah tentang
visual merchandising
dimulai pada masa kebesaran abad ke lima belas ketika pendirian perusahaan barang-
barang seperti Marshall Co. mengalihkan bisnis mereka dari grosir ke eceran. Pada saat itu pemajangan barang
visual display
menjadi sangat penting untuk menarik para konsumen.Etalase toko
store window
menjadi sangat sering digunakan sebagai media untuk meletakkan barang dagangan para penjual untuk
menarik pembeli. Lama kelamaan, desain menjadi hal yang juga sama pentingnya dalam perancangan
window display
. Dari
window display
lalu beralih ke bagian dalam toko dan pada akhirnya menjadi bagian dari semua desain interior toko.
2.1.3 Konten
Visual Merchandising
Konten-konten dari
visual merchandising
berdasarkan buku
RETAIL DESIRE
adalah sebagai berikut: 1.
Window Display Window display
itu menggambarkan
brand
dan bisnis, selain itu penarik konsumen dan mempromosikan produk.
Window display
adalah alat penjualan yang tidak bisa diacuhkan begitu saja Dawes, 2008. Letaknya yang berada di bagian depan
toko membuatnya menjadi perhatian orang yang melewati toko.
Window display
merupakan hal yang sangat penting dalam
visual merchandising
karena fungsinya sebagai
attraction
, kesan dan pesan yang ingin disampaikan oleh toko harus dapat terlihat dan
dapat dipahami konsumen sehingga konsumen dapat menilai sebuah toko dan tertarik masuk kedalamnya.
Gambar 2.1 Oasis Window Display London
1. Manekin
Manekin adalah boneka replika tubuh manusia yang biasanya digunakan untuk memajang koleksi terbaru di sebuah
toko.Menggunakan manekin adalah tentang menciptakan suasana yang menyenangkan, mengekspresikan sikap dari pusat
perbelanjaan atau toko Pucci, 2004.Manekin dipilih karena dapat merepresentasikan sebuah baju ketika digunakan, hal itu
jauh lebih meyakinkan kosumen daripada melihat sebuah baju digantung di sebuah rak. Iqbal 2011 dalam jurnalnya yang
berjudul
Visual Mechandising and Customer Appeal
mengatakan bahwa dengan menggunakan manekin dengan bentuk yang pas
dan bagus maka dapat menampilkan dan menyampaikan karakter, sebagai contoh manekin berbentuk anak kecil dengan ekspresi
muka yang ceria dapat membawa suasana yang ceria pula pada baju yang dipakainya.
Gambar 2.2 Manekin
2. Desain Interior
Desain interior menjadi hal yang sama pentingnya dengan
window display
. Bila fungsi dari
window display
adalah untuk menarik pengunjung maka fungsi dari desain interior berfungsi
untuk membuat pengunjung terus tertarik untuk melihat satu rak baju ke rak lainnya dan nyaman untuk berlama-lama untuk
berbelanja. Desain interior meliputi warna, tata peletakan barang- barang seperti manekin, rak, meja kasir dan sebagainya.
Desain tersebut terdiri dari lima zona dan setiap zonanya memiliki fungsi masing-masing. Yang pertama
attraction
penarik yang merupakan penarik konsumen yang sedang lalu lalang didepan toko agar tertari untuk masuk. Yang kedua
decompression
pengurangan yaitu ketika klien atau konsumen masuk kedalam toko maka secara psikologis akan berkurang rasa
tertekannya atau bebannya. Zona yang ketiga yaitu
reception
penyambutan yang berfungsi untuk mengenalkan servis dan produk kepada klien atau konsumen sehingga mereka tertarik.
Zona yang keempat
discovery
penemuan yang berarti klien atau konsumen mempelajari sendiri tentang rencana finansialnya
dan akan meminta informasi lebih jauh. Dan yang terakhir adalah
engagements
perjanjian yang merupakan tempat dimana hubungan antara toko
store
dan konsumen klien dibangun.
Gambar 2.3 Desain Interior
3. Tema
Tema yang dimaksud disini bisa berarti hari besar seperti natal, tahun baru, pergantian musim seperti
autumnwinter, springsummer
ataupun tema secara teatrikal sandiwara seperti
display
tersebut menceritakan dan menyampaikan sesuatu. Warna, tekstur, bentuk, penjajaran, manekin, irama, dan tentu
saja pencahayaan yang tentu saja dan yang pasti digunakan sebagai senjata para
visual merchandiser
.Penggunaan
lighting
atau pencahayaan juga membantu memberikan pengertian pada tema khususnya yang bertemakan sandiwara
theater
Turner, 2004.
Gambar 2.4Theatrical Manekin
4. Pencahayaan
Lighting
Menurut Harry Barnitt yang merupakan
lighting manufacturer
Zumtobel Staff, etalase harus berperan seperti magnet: menarik, memikat, membangkitkan minat dan menyeret
orang untuk masuk. Pencahayaan adalah satu solusi, dimana akan terlihat menyenangkan apabila melihat etalase yang terisolasi
dengan pencahayaan yang indah. Hal itu tidak sebanyak solusi yang ada apabila anda berada di deretan pertokoan
akibatnya ‘kompetisi pencahayaan’ bisa menjadi pengelihatan yang
mengejutkan.
Gambar 2.5 Lighting
5. Grafis
Saat ini grafis telah memperindah dan menyerap setiap aspek dari penjualan. Dimulai dari bagian eksterior toko,
tumpukan, lembaran,
visual merchandising
yang terdapat di etalase, sampai ke interior toko, lebih banyak lagi
visual merchandising
, grafis informasi
signage
, lantai, tembok dan semuanya mengarah ke pengemasan.
Grafis dapat menjadi sangat efektif. Dalam dunia penjualan yang haus akan perubahan dan secara berkelanjutan
mencari tahu tentang pengalaman dan tingkah laku konsumen, grafis merupakan media yang murah, cepat dimengerti dan
efisien Turner, 2004. Grafis sangat membantu dan sangat efektif untuk media penyampaian pesan yang dilakukan oleh toko ke
konsumen, dengan adanya grafis dapat membantu dan memperkuat
visual merchandising
yang ada. Misalnya saja
sebuah toko sedang mengadakan diskon, dengan adanya tulisan ‘SALE’ atau ‘DISKON’ di bagian depan toko yang pasti dapat
dilihat konsumen yang sedang melintas didepan toko maka hal tersebut dapat menarik minat konsumen untuk masuk. Turner
dalam bukunya
RETAIL DESIRE
mengatakan bahwa dalam segi kreatif, terdapat beberapa contoh dimana tidak ada tren yang
spesifik kecuali penggunaan kata ‘diskon’. Membuat statement pernyataan yang kreatif tentang sebuah promosi diskon
mungkin akan lebih efektif daripada poster. Sejak para penjual mendapat pengertian yang lebih baik tentang perbedaan di pasar
dan lebih banyak berbicara tentang
brand
. Grafis juga dapat diterapkan pada
signage
, hal itu mempermudah konsumen untuk mengetahui lokasi-lokasi yang
terdapat pada toko, misalnya saja pada kasir,
fitting room
, letak barang-barang tertentu seperti
new arrivals
atau barang yang sedang di diskon.Hal itu sangat efektif untuk membantu
konsumen dalam mencari barang ataupun menentukan kemana arah mereka berjalan.
Gambar yang besar ataupun kecil atau
wallpaper
juga dapat memberi efek pada penjualan. Gambar besar memiliki
pengaruh kuat yang tidak bisa dihindari, dan ketika konsumen mulai lelah dengan melihat gambar-gambar di setiap toko atau di
jalan, gambar tetap merupakan hal yang baru. Grafis memiliki hirarki yang terdiri dari tiga hal, yang pertama adalah
‘
megagraphics
’ yaitu gambar vertikal dan horizontal yang
digunakan di area selamat datang
welcome area
.Kedua adalah ‘
supergraphics
’ yaitu perpaduan gambar dan tipografi untuk menceritakan sesuatu dan menimbulkan perasaan
yang dikehendaki
kepada konsumen.
Ketiga adalah
‘offer graphics’yaitu in-store grafis yang digunakaan saat
point-of-sale
dan mengontrol harga pada target tertentu.
Gambar 2.6Supergraphics
2.2
Company Profile
De Shalma 2.2.1 Sejarah
Butik De Shalma mulai dibuka pada tanggal 14 Februari tahun 2005 oleh Bapak David Kurniawan atau yang lebih dikenal
dengan nama David Yan. Beliau adalah lulusan
Fashion Design
dari Institut Kesenian Jakarta. Nama De Shalma berasal dari kata Salome yang merupakan nama dari ibu pendiri sekaligus pemilik
butik ini yaitu Maria Salome. De Shalma adalah tribute untuk ibu dari pendiri butik ini.
De Shalma memiki warna
corporate
yaitu jingga.Warna ini dipilih karena ingin merepresentasikan keberanian, percaya
diri dan semangat. Pengerjaan sebuah gaun mulai dari desain, pemilihan materi, pembuatan pola
patternizing
,
cutting
, making hingga
finishing
dilakukan di
workshop
yang terletak persis di belakang butik.
De Shalma awalnya dibuka dengan nama De Shalma galeri pengantin, dengan tujuan menjadi
one stop shopping
untuk busana pengantin, namun hal itu tidak berjalan sesuai harapan
sehingga De Shalma beralih fungsi menjadi menyewakan baju pengantin, menerima pesanan gaun dan baju pengantin.
Pada tahun 2012 De Shalma bergabung dengan Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia, sejak saat itu De Shalma
menjadi lebih produktif dengan banyak merancang gaun dengan tema yang sudah ditentukan untuk setiap tahunnya dipamerkan
dalam pagelaran busana.
2.2.2 Perkembangan De Shalma