EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KOLOID DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR LANCAR

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
PADA MATERI KOLOID DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERPIKIR LANCAR

Oleh
MUHAMMAD ANDALAN

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013

ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PADA MATERI KOLOID DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERPIKIR LANCAR

Oleh
MUHAMMAD ANDALAN

Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan efektivitas pembelajaran inkuiri
terbimbing pada materi koloid dalam meningkatkan keterampilan berpikir lancar
yang merupakan salah satu indikator keterampilan berpikir kreatif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012-2013 yang berjumlah 200 siswa dan sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA2 dan XI IPA3 semester Genap Tahun Pelajaran
2012-2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling.
Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan Non Equivalent
Control Group Design. Efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing diukur berdasarkan perbedaan n-Gain yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata n-Gain keterampilan
berpikir lancar pada kelas kontrol sebesar 0,46 dan pada kelas eksperimen sebesar
0,63. Berdasarkan pengujian hipotesis, disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri
terbimbing efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir lancar.

Kata kunci : inkuiri terbimbing, keterampilan berpikir lancar

DAFTAR ISI


Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix
I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................

1

B. Rumusan Masalah ...........................................................................

4

C. Tujuan Penelitian .............................................................................

4

D. Manfaat Penelitian ...........................................................................


5

E. Ruang Lingkup Penelitian ...............................................................

5

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Konstruktivisme ........................................................

7

B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ........................................

8

C. Keterampilan Berpikir Kreatif .........................................................

12


D. Konsep .............................................................................................

15

E. Kerangka Berpikir............................................................................

22

F. Anggapan Dasar ...............................................................................

23

G. Hipotesis Penelitian .........................................................................

23

III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Teknik Sampling ........................................................

24


v

B. Jenis dan Sumber Data .....................................................................

25

C. Metode dan Desain Penelitian ........................................................

25

D. Instrumen Penelitian dan Validitasnya ............................................

26

E. Pelaksanaan Penelitian .....................................................................

27

F. Teknik Analisis Data .......................................................................


28

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian dan Analisis Data...................................................

32

B. Pembahasan .....................................................................................

35

V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ..........................................................................................

45

B. Saran ................................................................................................

45


DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1.

Pemetaan Kelas Eksperimen ............................................................

49

2.

Silabus Kelas Eksperimen ...............................................................

62

3.

Silabus Kelas Kontrol ......................................................................

73


4.

RPP Kelas Eksperimen ....................................................................

77

5.

RPP Kelas Kontrol ...........................................................................

107

6.

Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ..........................................

114

7.


Kisi-kisi Soal Pretest .......................................................................

148

8.

Soal Pretest ......................................................................................

157

9.

Pedoman Penskoran Soal Pretest ...................................................

162

10. Kisi-kisi Soal Posttest ......................................................................

176


11. Soal Posttest .....................................................................................

185

vi

12. Pedoman Penskoran Soal Posttest ..................................................

191

13. Penilaian Psikomotor dan Afektif Kelas Eksperimen ....................

205

14. Tabel Data Nilai Pretest, Nilai Posttest dan n-Gain ........................

219

15. Perhitungan .....................................................................................


220

16. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ....................................

225

vii

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Kimia adalah ilmu yang
mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam
yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan
energetika zat. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan,
yaitu kimia sebagai produk yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori;
dan kimia sebagai proses atau kerja ilmiah (BSNP, 2006).

Kimia sebagai proses meliputi mengamati, menafsirkan pengamatan, meramalkan,
menerapkan konsep, merencanakan penelitian, mengkomunikasikan penelitian
dan mengajukan pertanyaan. Mengamati merupakan dasar dari semua keterampilan proses lainnya. Ketika mengamati, siswa dituntut melatih keterampilan berpikir kreatifnya yaitu mengumpulkan data tentang fenomena yang diamati langsung
menggunakan inderanya, menafsirkan hasil pengamatan, mengkomunikasikan gagasan dan pendapatnya kepada orang lain serta mengajukan pertanyaan.

Namun faktanya, pembelajaran kimia di sekolah masih cenderung menekankan
hanya pada aspek produknya saja. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara

2

yang telah dilakukan di SMA Negeri 7 Bandar Lampung, diperoleh data bahwa
pembelajaran kimia masih didominasi dengan penggunaan metode ceramah dan
kegiatan lebih berpusat pada guru sehingga siswa tidak memiliki kesempatan untuk mengajukan gagasan dan pendapatnya. Hal ini tidak sesuai dengan aspek proses belajar menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menempatkan siswa sebagai subyek pembelajaran dan guru sebagai fasilitator.

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), siswa harus menguasai standar kompetensi pada setiap jenjang pendidikannya dan standar kompetensi ini dijabarkan dalam bentuk kompetensi dasar. Salah satu standar kompetensi yang harus dicapai siswa kelas XI semester genap adalah menjelaskan
sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dengan
kompetensi dasar membuat berbagai sistem koloid dari bahan-bahan yang ada di
sekitarnya dan mengelompokkan sifat-sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Materi pembelajaran kimia yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar di atas adalah materi sistem koloid. Pada materi sistem koloid, siswa dapat diajak untuk mengamati fenomena dalam kehidupan sehari-hari dan diajak untuk melakukan eksperimen. Contohnya pada saat siswa menemukan konsep sistem koloid melalui eksperimen, siswa diberikan berbagai macam campuran kemudian merancang prosedur percobaan dengan cara mereka sendiri dibawah bimbingan guru, dengan demikian siswa akan terpacu untuk berkreativitas dan mendapatkan pengalaman langsung dalam mempelajari materi tersebut yakni menemukan berbagai contoh campuran dalam kehidupan sehari-hari yang karakteris-

3

tiknya mirip dengan campuran yang terdapat dalam percobaan, menemukan definisi koloid melalui eksperimen, dan mengemukakan gagasannya tentang koloid
yang berbeda dari eksperimen. Dengan demikian pembelajaran materi sistem koloid akan dapat melatih keterampilan berpikir kreatif siswa.

Untuk melatih keterampilan berpikir kreatif siswa, diperlukan model pembelajaran yang berfilosofi konstruktivisme, yakni pembelajaran yang menitikberatkan pada keaktifan siswa dan mengharuskan siswa membangun pengetahuannya sendiri.
Salah satu model pembelajaran berfilosofi konstruktivisme yang dapat digunakan
untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa adalah model inkuiri terbimbing. Hal ini diperkuat dari hasil penelitian yang mengkaji penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing adalah Sohibi dan Siswanto (2012) yang meneliti
pengaruh pembelajaran berbasis masalah dan inkuiri terbimbing terhadap kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa SMA Negeri 1 Comal Kabupaten Pemalang
pada materi GLB dan GLBB, jenis penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitian Control Group Postest-only Design. Dari analisis n-Gain menunjukkan bahwa peningkatan keterampilan berpikir kreatif pada
materi GLB dan GLBB, bagi siswa yang memperoleh pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi jika dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki ciri-ciri yaitu pembelajaran dimulai dengan memberikan pertanyaan atau permasalahan. Melalui pemberian
pertanyaan atau permasalahan, siswa akan terlatih untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan jawaban dari permasalahan, yang tidak lain adalah keteram-

4

pilan berpikir kreatif. Setelah masalah diungkapkan, siswa mengembangkan pendapatnya dalam bentuk hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Langkah selanjutnya siswa mengumpulkan data-data dengan melakukan percobaan dan telaah
literatur. Siswa kemudian menganalisis data untuk meyakinkan bahwa hipotesisnya tersebut benar, tepat dan rasional; langkah terakhir menarik kesimpulan dari
pembelajaran yang telah dilakukan (Gulo dalam Trianto, 2010). Dari tahapantahapan ini keterampilan berpikir kreatif khususnya indikator keterampilan berpikir lancar pada materi koloid sesuai dengan tahapan-tahapan model pembelajaran
inkuiri terbimbing. Pembelajaran Inkuiri terbimbing diharapkan efektif menggali
kemampuan berpikir kreatif siswa sehingga mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Oleh karena itu dilaksanakanlah penelitian ini dengan judul
“Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Koloid dalam
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Lancar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
Bagaimanakah efektivitas pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi koloid dalam meningkatkan keterampilan berpikir lancar siswa kelas XI IPA SMAN 7 Bandar Lampung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
Untuk mendeskripsikan efektivitas pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi

5

koloid dalam meningkatkan keterampilan berpikir lancar.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:
1.

Bagi siswa
Dengan diterapkannya model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam kegiatan
belajar mengajar akan memberikan pengalaman baru bagi siswa dalam memecahkan masalah kimia dan meningkatkan keterampilan berpikir kreatif.

2.

Bagi guru
Model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat menjadi salah satu alternatif
model pembelajaran yang inovatif dan kreatif bagi guru.

3.

Bagi Sekolah
Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan
mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing dikatakan efektif meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan n-Gain yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen (Nuraeni dkk, 2010).

2.

Pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Gulo (Trianto, 2010) yang

6

terdiri dari 5 fase, yaitu; mengajukan pertanyaan atau permasalahan (fase 1),
merumuskan hipotesis (fase 2), mengumpulkan data (fase 3), menganalisis
data (fase 4), dan menarik kesimpulan (fase 5).
3.

Keterampilan berpikir lancar merupakan salah satu indikator keterampilan
berpikir kreatif yang akan diteliti, meliputi mencetuskan banyak gagasan, jawaban, atau penyelesaian masalah; memberikan banyak cara atau saran untuk
melakukan berbagai hal; selalu memikirkan lebih dari satu jawaban
(Munandar, 2008).

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata (Trianto, 2010).

Menurut Glasersfeld (Marlinda, 2012) mengemukakan: “Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri”. Glasersfeld juga
menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi
sendiri, maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain.

Para penganut konstruktivisme percaya bahwa pengetahuan itu telah ada pada diri
seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu
saja dari otak sang guru ke otak siswa. Siswa sendirilah yang harus mengartikan
apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan pada pengalaman-pengalaman mereka sebelumnya (Lobach dan Tobin dalam Suparno, 2006). Pengalaman ini tidak

8

harus berupa pengalaman fisik semata namun termasuk juga pengalaman kognitif
dan pengalaman mental. Banyaknya siswa yang salah menangkap apa yang diajarkan oleh gurunya memperlihatkan bahwa pengetahuan memang tidak dapat dipindahkan begitu saja. Siswa masih harus menkonstruksi atau minimal menginterpretasi pengetahuan tersebut dalam dirinya.

Teori konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturanaturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori
psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Nur dalam Trianto, 2010).

Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi. Asimilasi ialah pemaduan data baru dengan stuktur kognitif yang ada. Akomodasi ialah penyesuaian
stuktur kognitif terhadap situasi baru, dan equilibrasi ialah penyesuaian kembali
yang terus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi (Bell, 1994).

B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses
bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan.
Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap obyek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu
proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan obser-

9

vasi atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah dengan
bertanya dan mencari tahu (Roestiyah, 2001).
Menurut Gulo (Trianto, 2010) inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar
yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing adalah sebagai berikut:
1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
Kegiatan metode pembelajaran inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.
2. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru
membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.
3. Mengumpulkan data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru
membimbing siswa untuk menentukan langkah-langkah pengumpulan
data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik.
4. Analisis data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan
menganalisis data yang telah diperoleh. Setelah memperoleh kesimpulan,
dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.
5. Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan
berdasarkan data yang diperoleh siswa.
Model inkuiri terbimbing merupakan salah satu model pembelajaran yang menitikberatkan kepada aktifitas siswa dalam proses belajar. Tujuan umum dari pembelajaran inkuiri terbimbing adalah untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir intelektual dan keterampilan lainnya seperti mengajukan pertanyaan dan keterampilan menemukan jawaban yang berawal dari keingintahuan

10

mereka. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan siswa secara maksimal terlibat langsung dalam proses kegiatan belajar, sehingga dapat meningkatkan
kemampuan siswa tersebut dan mengembangkan sikap percaya diri yang dimiliki
oleh siswa tersebut. Inkuiri terbimbing adalah sebagai proses pembelajaran dimana guru menyediakan unsur-unsur asas dalam satu pelajaran dan kemudian meminta pelajar membuat generalisasi. Menurut Sanjaya (2008) pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya
guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian
perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah.
Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatankegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan
bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang
beripikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu
mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan berpikir tinggi tidak memonopoli kegiatan, oleh sebab itu guru harus
memiiki kemampuan mengelola kelas yang bagus.
Sikap ilmiah sangat dibutuhkan oleh siswa ketika mengikuti proses pembelajaran
dengan menggunakan inkuri terbimbing. Seperti dikutip dari Lestari (Marlinda,
2012) sikap ilmiah adalah sikap yang dimiliki seseorang yang sesuai dengan
prinsip-prinsip ilmiah seperti:
1. jujur terhadap data,
2. rasa ingin tahu yang tinggi,
3. terbuka atau menerima pendapat orang lain serta mau mengubah
pandangannya jika terbukti bahwa pandangannya tidak benar,
4. ulet dan tidak cepat putus asa,
5. kritis terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa
adanya dukungan hasil observasi empiris, dan

11

6. dapat bekerja sama dengan orang lain. Sikap ilmiah merupakan faktor
psikologis yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan
siswa.
Pada penelitian ini tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan oleh
Gulo (Trianto, 2010). Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing tersebut dapat
dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing
No.

Fase

Kegiatan Guru

1.

Mengajukan
pertanyaan atau
permasalahan

Guru membimbing siswa
mengidentifikasi masalah.
Guru membagi siswa
dalam kelompok

2.

Membuat hipotesis

3.

Mengumpulkan
data

4.

Menganalisis data

Guru memberikan
kesempatan pada siswa
untuk curah pendapat
dalam membuat hipotesis.
Guru membimbing siswa
dalam menentukan
hipotesis yang relevan
dengan permasalahan dan
memprioritaskan hipotesis
mana yang menjadi
prioritas penyelidikan.
Guru membimbing siswa
mendapatkan informasi
atau data-data melalui
percobaan maupun telaah
literatur.
Guru memberi kesempatan pada tiap siswa untuk
menyampaikan hasil
pengolahan data yang
terkumpul.

5.

Membuat
kesimpulan

Guru membimbing siswa
dalam membuat
kesimpulan.

giatan Siswa
Siswa mengidentifikasi masalah dan
siswa duduk dalam
kelompoknya
masing-masing.
Siswa memberikan
pendapat dan menentukan hipotesis
yang relevan dengan
permasalahan.

Siswa melakukan
percobaan maupun
telaah literatur untuk
mendapatkan datadata atau informasi.
Siswa mengumpulkan dan menganalisis data serta
menyampaikan hasil
pengolahan data
yang terkumpul.
Siswa membuat
kesimpulan.

12

C. Keterampilan Berpikir Kreatif

Menurut model struktur intelek oleh Guilford (Munandar, 2008), “Berpikir divergen (disebut juga berpikir kreatif) ialah memberikan macam-macam kemungkinan
jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan kesesuaian”.

Pemikiran kreatif akan membantu seseorang untuk meningkatkan kualitas dan keefektifan pemecahan masalah dan hasil pengambilan keputusan yang dibuat
(Evans, 1991). Definisi kemampuan berpikir secara kreatif (Arifin, 2000) dilakukan dengan menggunakan pemikiran dalam mendapatkan ide-ide yang baru, kemungkinan yang baru, ciptaan yang baru berdasarkan kepada keaslian dalam
penghasilannya.

Menurut model Killen (2009) perilaku siswa yang termasuk dalam keterampilan
kognitif kreatif dapat dijelaskan pada Tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2. Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif
Perilaku
1) Berpikir Lancar
(fluency)
2) Berpikir Luwes
(fleksibel)

a.
b.
a.
b.
c.

2) Berpikir Orisinil
(originality)

Arti
Menghasilkan banyak
gagasan/jawaban yang relevan;
Arus pemikiran lancar.
Menghasilkan gagasan-gagasan
yang beragam;
Mampu mengubah cara atau
pendekatan;
Arah pemikiran yang berbeda.
Memberikan jawaban yang tidak
lazim, yang lain dari yang lain,
yang jarang diberikan kebanyakan
orang.

13

Lanjutan Tabel 2. Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif
4) Berpikir Terperinci
(elaborasi)

a. Mengembangkan, menambah,
memperkaya suatu gagasan;
b. Memperinci detail-detail;
c. Memperluas suatu gagasan.

Sedangkan menurut Guilford (Herdian, 2010) menyebutkan lima indikatorindikator berpikir kreatif, yaitu:
1. Kepekaan (problem sensitivity), adalah kemampuan mendeteksi, mengenali dan memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi atau
masalah.
2. Kelancaran (fluency), adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak
gagasan.
3. Keluwesan (flexibility), adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah.
4. Keaslian (originality), adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan
dengan cara-cara yang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakan
orang.
5. Elaborasi (elaboration), adalah kemampuan menambah suatu situasi atau
masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya secara detail, yang di
dalamnya terdapat berupa tabel, grafik, gambar model, dan kata-kata.

Munandar (2008) memberikan uraian tentang aspek berpikir kreatif sebagai dasar
untuk mengukur kreativitas siswa seperti terlihat dalam Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Indikator kemampuan berpikir kreatif
Pengertian
Berpikir Lancar (Fluency)
1) Mencetuskan banyak gagasan,
jawaban, penyelesaian masalah
atau jawaban.
2) Memberikan banyak cara atau
saran untuk melakukan berbagai
hal.
3) Selalu memikirkan lebih dari
satu jawaban.

Perilaku
a. Mengajukan banyak pertanyaan.
b. Menjawab dengan sejumlah
jawaban jika ada.
c. Mempunyai banyak gagasan
mengenai suatu masalah.
d. Lancar mengungkapkan gagasangagasannya.
e. Bekerja lebih cepat dan melakukan
lebih banyak dari orang lain.
f. Dapat dengan cepat melihat
kesalahan dan kelemahan dari suatu
objek atau situasi.

14

Lanjutan Tabel 3. Indikator kemampuan berpikir kreatif
Berpikir Luwes (Flexibility)
1) Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi.
2) Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda.
3) Mencari banyak alternatif atau
arah yang berbeda.
4) Mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran.
Berpikir Orisinil (Originality)
1. Mampu melahirkan ungkapan
yang baru dan unik.
2. Memikirkan cara-cara yang tak
lazim untuk mengungkapkan diri.
3. Mampu membuat kombinasikombinasi yang tak lazim dari
bagian-bagian atau unsur-unsur.
Berpikir Elaboratif (Elaboration)
1. Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau
produk.
2. Menambah atau merinci detaildetail dari suatu objek, gagasan
atau situasi sehingga menjadi
lebih menarik.
Berpikir Evaluatif (Evaluation)
1. Menentukan kebenaran suatu pertanyaan atau kebenaran suatu
penyelesaian masalah.
2. Mampu mengambil keputusan
terhadap situasi terbuka.
3. Tidak hanya mencetuskan gagasan tetapi juga melaksanakannya.

a. Memberikan bermacam-macam
penafsiran terhadap suatu gambar,
cerita atau masalah.
b. Menerapkan suatu konsep atau asas
dengan cara yang berbeda-beda.
c. Jika diberikan suatu masalah
biasanya memikirkan bermacammacam cara untuk
menyelesaikannya.

a. Memikirkan masalah-masalah atau
hal yang tidak terpikirkan orang
lain.
b. Mempertanyakan cara-cara yang
lama dan berusaha memikirkan
cara-cara yang baru.
c. Memilih cara berpikir lain daripada
yang lain.
a. Mencari arti yang lebih mendalam
terhadap jawaban atau pemecahan
masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci.
b. Mengembangkan atau memperkaya
gagasan orang lain.
c. Menambah garis-garis, warnawarna, dan detail-detail (bagianbagian) terhadap gambaranya sendiri atau gambar orang lain.
a. Memberi pertimbangan atas dasar
sudut pandang sendiri.
b. Mencetuskan pandangan sendiri
mengenai suatu hal.
c. Mempunyai alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
d. Menentukan pendapat dan bertahan
terhadapnya.

Pada penelitian ini yang akan dijadikan tolak ukur kemampuan berpikir kreatif
adalah kemampuan berpikir lancar.

15

D. Konsep

Herron et al. (1977) (Saputra, 2011) berpendapat bahwa belum ada definisi tentang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep disamakan dengan ide. Markle dan Tieman (Saputra, 2011) mendefinisikan konsep
sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada.

Lebih lanjut lagi, Herron et al. (1977) (Saputra, 2011) mengemukakan bahwa analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong
guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep.
Prosedur ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer
dkk. Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama atau label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel, posisi konsep, contoh, dan non contoh.

Tabel 4. Analisis konsep materi koloid

1

Label
Konsep
Campuran

2

Suspensi

3

Larutan

No

Definisi
Jenis
Konsep
Konsep
Komponen
 Konsep
yang terdiri
konkrit,
dari dua zat
contoh
atau lebih da- konkrit
pat berupa
suspensi, larutan, koloid.
Campuran he-  Konsep
terogen yang
konkrit,
terdiri dua zat contoh
atau lebih, da- konkrit
pat dibedakan
antara pelarut
dan zat terlarutnya, yang
ukuran partikelnya lebih
besar dari larutan dan koloid yaitu l >
100 nm
atau lebih, di-  Konsep
mana salah
konkrit,
satunya bercontoh
tindak sebagai konkrit
zat terlarut se-

Atribut Konsep
Kritis
Variabel
 Suspensi
 Zat terlarut
 Larutan
 Zat pelarut
 Koloid
 Ukuran
partikel

Konsep
Superordinat
Koordinat
 Senyawa

 Zat
 Partikel
terlarut
 Zat
 Zat pelarut
 Ukuran
partikel
 Larutan

 Campuran

 Campuran
heterogen

 Zat
 Partikel
terlarut
 Zat
 Zat pelarut
 Ukuran
partikel

 Campuran

 Campuran
homogen

Subordinat
 Campuran
homogen
 Campuran
heterogen

-

 Larutan
elektrolit
dan nonelektrolit
Larutan

Contoh
Udara

NonContoh
Gas
nitrogen,
gas
oksigen

Campuran
air dengan
pasir,
campuran
air dengan
minyak

Santan,
susu

Larutan
gula,
larutan
garam

Campuran
air dengan
pasir,
campuran
air dengan
16

17

4

Koloid

5

Aerosol

dangkan yang
lainnya sebagai zat pelarut, yang
ukuran
partikelnya lebih kecil dari
larutan dan
koloid yaitu <
1 nm
Campuran he-  Konsep
terogen yang
konkrit,
terdiri dari
contoh
medium penkonkrit
dispersi dan
fase terdispersi, memiliki ukuran
partikel lebih
kecil dari suspensi dan lebih besar dari
larutan dapat
berupa aerosol, emulsi,
buih, sol, gel.
Jenis koloid  Konsep
yang terdiri
abstrak,
dari fase tercontoh
dispersinya
konkrit

 Medium
pendispersi
 Fase terdispersi
Koloid

asam basa

 Aerosol
 Emulsi
 Buih
 Sol
 Gel

 Partikel
 Zat

 Fase terdispersi
cair
 Fase ter-

 Fase
 Medium

 Campuran

 Jenis-jenis
koloid

 Campuran
heterogen

 Koloid
liofil
 Koloid
liofob

Fase terdis-  Aerosol
persinya cair
padat
atau gas dan  Aerosol
cair
medium

minyak

Susu,
santan,
cat, tinta,
agar-agar,
sol
belerang

Campuran
air dengan
pasir,
campuran
air dengan
minyak

Asap,
debu,
kabut,
awan

Air sungai,
cat

17

18

6

Emulsi

7

Buih

8

Sol

9

Gel

cair atau gas
dan medium
pendispersinya gas.
Jenis koloid  Konsep
yang terdiri
abstrak,
dari fase tercontoh
dispersinya
konkrit
cair dan medium pendispersinya cair
Jenis koloid  Konsep
yang fase ter- abstrak,
dispersinya
contoh
gas dan mekonkrit
dium pendispersinya cair
Jenis koloid  Konsep
yang terdiri
abstrak,
dari fase tercontoh
dispersinya
konkrit
padat dan medium pendispersinya cair
Jenis koloid  Konsep
yang setengah abstrak,
kaku (antara
contoh
padat dan
konkrit
cair) memiliki

dispersi
cair gas
 Emulsi

pendispersinya gas

 Medium
pendispersi
cair
 Buih

 Fase
 Medium

 Jenis-jenis
koloid

Fase terdis-  Emulsi
persinya cair
padat
dan medium  Emulsi cair
pendispersinya cair

 Medium
pendispersinya
cair
 Sol

 Fase
 Medium

 Jenis-jenis
koloid

 Fase terdispersinya padat
 Medium
pendispersinya
cair
 Gel
 Efek
Tyndall
 Gerak
Brown
 Koagulasi

 Fase
 Medium

 Jenis-jenis
koloid

Fase terdispersinya
gas dan medium pendispersinya
cair
Fase terdispersinya
padat dan
medium
pendispersinya cair

 Fase
 Medium

 Jenis-jenis
koloid

Koloid yang
setengah
kaku (antara
padat dan
cair)

-

Susu,
santan,
mutiara,
jeli

Kabut,
awan

 Buih padat
 Buih cair

Buih
sabun,
karet
busa, batu
apung

Susu,
santan, jeli

 Sol padat
 Sol cair

Sol sabun,
sol
detergen,
sol kanji

Santan,
susu,
mayones

Gel silika,
gelatin,
agar-agar

Sabun,
karet busa,
awan

18

19

sifat-sifat
yang khas
seperti efek
Tyndall,
koagulasi, gerak Brown,
adsorpsi,
elektroforesis,
dan dialisis.
Sifat khas koloid yang dapat menghamburkan berkas
cahaya oleh
partikel
koloid
Gerak zig-zag
partikel koloid yang
dapat diamati
dengan
mikroskop
ultra

 Adsorpsi
 Elektroforesis
 Dialisis

 Konsep
abstrak,
contoh
konkrit

 Sifat khas
partikel
koloid
 Gerak
Brown

 Partikel

 Sifat
koloid

Terhamburnya berkas
cahaya

-

Sorot
lampu
pada
malam
berkabut

Pemurnian
gula tebu

 Konsep
abstrak,
contoh
abstrak

 Sifat khas
partikel
koloid
 Koagulasi

 Partikel

 Sifat
koloid

Gerak zigzag partikel koloid

-

Sorot
lampu pada
malam
berkabut

Koagulasi

Peristiwa
 Konsep
penggumabstrak,
palan partikel contoh
koloid
konkrit

 Sifat khas
partikel
koloid
 Adsorbsi

 Partikel

 Sifat
koloid

Penggumpalan partikel koloid

-

Adsorpsi

Penyerapan

 Konsep

 Sifat khas

 Partikel

 Sifat

Penyerapan

-

Pengamat
an partikel
ko-loid
pada susu
menggunakan
mikroskop
ultra
Sol
Fe(OH)3
ditetesi
larutan
NaCl
Pemur-

10

Efek
Tyndall

11

Gerak
Brown

12

13

Pemurnian
gula,
penjernihan
air
Identifikasi
19

20

14

Dialisis

15

Elektroforesis

zat atau ion
abstrak
pada permukaan partikel
koloid
Campuran ko-  Konsep
loid yang daabstrak
pat dipisahkan
dari ion yang
mengganggu
kestabilan
koloid
Pergerakan
 Konsep
partikel
abstrak
koloid dalam
medan listrik

16

Koloid
liofil

Koloid yang  Konsep
medium penabstrak
dispersinya
zat cair dan
mengabsorbsi
cairan

17

Koloid
liofob

Koloid yang  Konsep
medium penabstrak

partikel
koloid
 Dialisis

koloid

 Sifat khas
partikel
koloid
 Elektroforesis

 Partikel

 Sifat
koloid

 Sifat khas
partikel
koloid
 Koloid
liofil
 Koloid
liofob

 Partikel

 Sifat
koloid

 Koloid
yang
medium
pendisper
sinya zat
cair
 Koloid
liofob
 Koloid
yang

medium
pendispersinya zat cair

medium
pendisper-

pada
permukaan
partikel
koloid
Pemurnian
Koloid

nian gula,
penjernihan air
-

DNA untuk
mengetahui
pelaku
kejahatan
Proses
Campuran
pemisahan koloid yang
hasil-hasil dapat
metabolis dipisahkan
me
dari

Pergerakan
partikel
koloid

-

Identifikasi DNA
untuk
mengetahui
pelaku
kejahatan

Koloid

Mengabsorbsi
cairan

-

Agar-agar, Busa
sabun,
sabun, keju
kanji

Koloid

Tidak
meng-

-

Sol
logam,

Pengamatan
partikel
koloid pada
susu menggunakan
mikroskop
ultra

Sabun,
kanji
20

21

dispersinya
zat cair dan
tidak mengabsorbsi
cairan
18

Cara
dispersi

19

Cara
kondensasi

Pembuatan
 Konsep
koloid dengan konkret
cara mengelilingi atau
menggerus
koloid hingga
halus dan
mencampur
dengan medium pendispersi
Pembuatan
 Konsep
koloid dengan konkret
cara memperbesar ukuran
partikel, dari
larutan diubah
menjadi
koloid

medium
pendisper
si-nya zat
cair
 Pembuata
n Koloid
 Pembuatan koloid
dari
partikel
suspensi

sinya zat cair

absorbsi
cairan

As2S3, sol
Fe(OH)3

 Partikel

 Pembuatan
koloid

 Dispersi

 Cara
dispersi
langsung
 Homo
genisasi
 Peptisasi
 Busur
bredig

Pembuata
n sol
belerang

Pembuatan
sol
Fe(OH)3

Pembuatan
koloid dari
partikel
larutan

 Partikel

 Pembuatan
koloid

 Kondensasi

 Reaksi
hidro-lisis
 Reaksi
redoks
 Pertukaran ion

Pembuata
n sol
Fe(OH)3

Pembuatan
sol
belerang

21

22

E. Kerangka Berpikir

Prinsip dasar model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah guru memberikan
permasalahan kemudian siswa diminta untuk memecahkan permasalahannya tersebut melalui pengamatan, eksplorasi dan prosedur penelitian.

Pada tahap awal pembelajaran inkuiri terbimbing ialah merumuskan masalah, siswa diberikan permasalahan oleh guru kemudian siswa bekerja untuk menemukan
jawaban terhadap permasalahan tersebut dibawah bimbingan guru. Pada tahap
tersebut, siswa akan termotivasi untuk bertanya dan menemukan kemungkinan jawaban atas permasalahan yang diberikan oleh guru. Setelah permasalahan diungkapkan, siswa mengembangkan jawabannya dalam bentuk hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Setelah siswa mengembangkan hipotesis, langkah selanjutnya
siswa mengumpulkan data dengan melakukan percobaan dan telaah literatur untuk
membuktikan bahwa hipotesis siswa tersebut benar, tepat dan rasional. Pada tahap ini siswa akan terpacu berpikir, bertanya, dan bereksperimen sehingga keterampilan berpikir kreatif terutama keterampilan berpikir lancar siswa dapat berkembang, siswa dapat mengajukan banyak pertanyaan/gagasan/cara berkaitan dengan percobaan yang dilakukan, kemudian siswa diminta untuk menyajikan data
hasil percobaan dalam bentuk tabel hasil pengamatan. Langkah berikutnya menganalisis data hasil pengamatan. Pada tahap ini siswa dapat mengemukakan banyak gagasannya dalam menganalisis data, kemudian guru memberikan kesempatan pada tiap siswa masing-masing kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul. Terakhir siswa dapat menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini pula, siswa diminta menyampaikan
banyak gagasannya dalam membuat kesimpulan dari masalah yang telah diberi-

23

kan oleh guru pada awal pembelajaran, kemudian siswa dibimbing oleh guru untuk mendapatkan kesimpulan yang relevan. Berdasarkan uraian dan langkahlangkah di atas dengan diterapkannya pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi koloid akan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif terutama pada
indikator keterampilan berpikir lancar siswa.

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1.

Siswa-siswi kelas XI IPA3 semester genap SMA Negeri 7 Bandar Lampung
tahun pelajaran 2012/2013 yang menjadi subjek penelitian mempunyai kemampuan dasar yang sama.

2.

Perbedaan n-Gain keterampilan kreatif siswa semata-mata terjadi karena perubahan perlakuan dalam proses belajar.

3.

Faktor-faktor lain diluar perilaku pada kedua kelas diabaikan.

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan keterampilan
berpikir lancar pada materi koloid.

24

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Teknik Sampling

1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012-2013 yang berjumlah 200 siswa. Siswa
tersebut merupakan satu kesatuan populasi, karena adanya kesamaan-kesamaan
sebagai berikut:
a.

Siswa-siswa tersebut berada dalam dua kelas yang sama, yaitu kelas XI IPA
SMA Negeri 7 Bandar Lampung.

b.

Siswa-siswa tersebut berada dalam semester yang sama, yaitu semester genap.

c.

Dalam pelaksanaan pengajarannya, siswa-siswa tersebut diajar dengan kurikulum yang sama (KTSP), dan jumlah jam belajar yang sama (lima jam pelajaran dalam setiap minggu).

2. Teknik Sampling
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Purposive
sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat
populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Berdasarkan pertimbangan dari peneliti dengan bantuan guru mitra maka diambil 2 kelas sampel yaitu kelas XI IPA2

25

dan XI IPA3 karena kedua kelas tersebut memiliki kemampuan awal yang tidak
jauh berbeda atau dianggap sama kemudian ditentukan kelas XI IPA3 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA2 sebagai kelas kontrol.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat
kuantitatif yaitu data hasil tes sebelum belajar (pretest) dan hasil tes setelah belajar (posttest) siswa. Sumber data dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
1.

Data hasil pretest dan posttest kelompok eksperimen.

2.

Data hasil pretest dan posttest kelompok kontrol.

Data penelitian ini bersumber dari seluruh siswa kelas eksperimen dan seluruh
siswa kelas kontrol.

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain Non
Equivalence Control Group Design menurut Louis Cohen (2007) (Saputra, 2011).
Di dalamnya terdapat langkah-langkah yang menunjukkan suatu urutan kegiatan
penelitian yaitu:
Tabel 5. Desain penelitian
Kelas
Kelas eksperimen
Kelas kontrol

Pretest
O1
O1

Perlakuan
X
-

Posttest
O2
O2

Sebelum diterapkan perlakuan kedua kelompok sampel diberikan pretest (O1)
yang terdiri dari 5 soal uraian terlebih dahulu. Kemudian pada kelas eksperimen

26

diterapkan perlakuan model pembelajaran inkuiri terbimbing (X) dan pada kelas
kontrol diterapkan pembelajaran konvensional. Selanjutnya, kedua kelompok
sampel diberikan posttest (O2) yang terdiri dari 5 soal uraian.

D. Instrumen Penelitian dan Validitasnya

Instrumen adalah alat yang berfungsi mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 2004). Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan antara lain adalah silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), LKS kimia yang menggunakan model inkuiri terbimbing pada materi koloid sejumlah 4 LKS, soal pretest dan soal posttest yang berupa soal
uraian mewakili keterampilan berpikir lancar.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan
dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dalam konteks pengujian kevalidan instrumen dapat dilakukan dengan cara judgment. Instrumen ini menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah kesesuaian antara instrumen dengan ranah atau domain yang diukur (Ali, 1992). Adapun pengujian kevalidan isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur
itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk
digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang ber-

27

sangkutan. Oleh karena itu, dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan
keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini
dilakukan oleh Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. sebagai dosen pembimbing untuk
mengujinya.

E. Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah:
1.

Observasi Pendahuluan

Tujuan observasi pendahuluan:
a.

Mengadakan observasi ke sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan informasi tentang data siswa, karakteristik siswa, jadwal dan sarana-prasarana
yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung pelaksanaan penelitian.

b.

Menentukan populasi dan sampel penelitian.

2.

Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
a.

Tahap persiapan, menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

b.

Tahap pelaksanaan penelitian, adapun prosedur pelaksanaan penelitian adalah
(1) melakukan pretest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol; (2) melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi koloid
sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas,
pembelajaran inkuiri terbimbing diterapkan di kelas eksperimen serta pem-

28

belajaran konvensional diterapkan di kelas kontrol; (3) melakukan posttest
dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol; dan (4)
melakukan tabulasi dan analisis data. Adapun langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada alur penelitian sebagai berikut:
Observasi Pendahuluan
1. Menentukan Populasi dan Sampel
2. Mempersiapkan Perangkat
Pembelajaran dan Instrumen
3. Validasi Instrumen

Kelas Kontrol
Pembelajaran
Konvensional

Pretest
Posttest

Kelas Eksperimen
Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing

Analisis Data
Pembahasan dan kesimpulan
Gambar 1. Alur penelitian

F. Teknik Analisis Data

1.

Penentuan nilai pretest dan posttest

Nilai Siswa 

skor jawaban yang benar
x 100
skor maksimal

..................................(1)

Setelah data nilai diperoleh kemudian ditentukan n-Gain masing-masing siswa selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis.

2.

Perhitungan
Melalui perhitungan ini didapatkan data n-Gain sejumlah siswa yang meng-

29

ikuti tes tersebut. Dalam hal ini 39 data pada kelas XI IPA3 (kelas eksperimen) dan 39 data pada kelas XI IPA2 (kelas kontrol). n-Gain dirumuskan sebagai berikut:


=

(
(

3.

Pengujian Hipotesis

a.

Uji homogenitas dua varians

)
)

.....................................(2)

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian berawal dari kondisi yang sama atau homogen, yang selanjutnya untuk
menentukan statistik-t yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Uji
homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai
varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut:
H0 :  12   2 2 (data penelitian mempunyai variansi yang homogen)
H1 :  12   2 2 (data penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen)
Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus:
F

Varians terbesar
Varian terkecil

..........................................(3)
..................

(Sudjana, 2005)

Keterangan :
F = Kesamaan dua varians
Kriteria : Pada taraf 0,05, tolak Ho jika F hitung  F ½ (1,2)
Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima. Yang berarti kedua kelompok tersebut
mempunyai varians yang sama atau dikatakan homogen.

30

b.

Uji perbedaan dua rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan seberapa efektif
perlakuan terhadap sampel dengan melihat n-Gain keterampilan berpikir lancar materi pokok sistem koloid yang lebih tinggi antara pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan pembelajaran konvensional dari siswa SMA Negeri 7
Bandar Lampung.
Rumusan Hipotesis:
H0 : µ 1x≤ µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir lancar pada materi koloid pada kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih rendah atau sama dengan rata-rata n-Gain keterampilan berpikir lancar pada kelas yang diterapkan pembelajaran
konvensional.
H1 : µ 1x> µ 2x : Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir lancar pada materi koloid pada kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada rata-rata n-Gain keterampilan berpikir lancar pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

Keterangan:
µ 1 : Rata-rata n-Gain (x) pada materi pokok koloid pada kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing.
µ 2 : Rata-rata n-Gain (x) pada materi koloid pada kelas yang diterapkan
pembelajaran konvensional.
x : keterampilan berpikir lancar.

31

Jika data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen (

=

), maka

pengujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t dengan
rumus sebagai berikut:
t

=

dengan S =

(

)

(

)

..............................(4)

(Sudjana, 2005)

Keterangan:
thitung = Perbedaan dua rata-rata.
= Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir lancar pada materi koloid yang
diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing.
= Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir lancar pada materi koloid yang
diterapkan model pembelajaran konvensional.
= Simpangan baku gabungan.
= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan inkuiri terbimbing..
= Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
= Simpangan baku siswa yang diterapkan inkuiri terbimbing.
= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Dengan kriteria uji : Terima H0 jika thitung < t (1-α) dan tolak sebaliknya.

45

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa:
1. Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir lancar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada rata-rata n-Gain keterampilan berpikir
lancar dengan pembelajaran konvensional.
2. Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi koloid efektif
dalam meningkatkan keterampilan berpikir lancar.

B. saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :
1.

Pembelajaran inkuiri terbimbing hendaknya diterapkan dalam pembelajaran
kimia, terutama pada materi koloid karena terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir lancar.

2.

Bagi calon peneliti lain yang juga tertarik untuk menerapkan pembelajaran
inkuiri terbimbing, hendaknya lebih mengoptimalkan persiapan yang diperlukan terutama pada persiapan instrumen pembelajaran.

46

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung.
Andriani, Y. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving dalam
Meningkatkan Keterampilan Mengelompokkan dan Penguasaan Konsep
Siswa Pada Materi Koloid. (Skripsi). Tidak diterbitkan.
Arifin. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Bandung. Jurusan Pendidikan Kimia
FPMIPA UPI.
Arikunto, S. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Bell, G.M.E. 1994. Belajar dan Membelajarkan. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Badan Standar Nasional
Pendidikan. Jakarta.
Evans, J.R. 1991. Berpikir Kreatif, dalam Pengambilan Keputusan dan
Manajemen. Bumi Aksara. Jakarta.
Herdian. 2010. Berfikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran Matematika.
Diakses pada tanggal 8 Juni 2013 dari
http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-berfikir-kreatif-siswa
Justiana, S. Muchtaridi. 2009. Kimia 2. Yudishtira. Jakarta.
Killen, R. 2009. Effective Teaching Strategies, Australia: social science press.
Marlinda, M. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam
Meningkatkan Keterampilan Menyebutkan Contoh dan Mengidentifikasi
Kesimpulan Pada Materi Laju Reaksi. (Skripsi). Tidak diterbitkan.
Munandar, S.C.U. 2008. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Rineka
Cipta. Jakarta.
Nuraeni, N. dkk. 2010. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Generatif
untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Mata Pelajaran Teknologi
Informasi dan Komunikasi. Makalah. UPI-Bandung. Bandung.

47

Purba, M. 2007. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta.
Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses
Pembelajaran. Kencana Pramuda Media Group. Jakarta.
Saputra, A. 2011. Model Pembelajaran Problem Solving pada Materi Pokok
Kesetimbangan Kimia Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa. (Skripsi). Tidak diterbitkan.
Sohibi, M. Siswanto, J. 2012. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masa