ANALISIS PERAN KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA RINGAN TERHADAP PERKARA PENJUALAN MINUMAN KERAS (Studi Polisi Resor Kota Bandar Lampung)

ABSTRAK

ANALISIS PERAN KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN
TINDAK PIDANA RINGAN TERHADAP PERKARA
PENJUALAN MINUMAN KERAS
(Studi Polisi Resor Kota Bandar Lampung)
Oleh
ANDHITA MEGA PUSPITA

Di Indonesia minuman beralkohol diawasi peredarannya oleh negara, terutama
minuman impor. Jenis minuman beralkohol seperti, anggur, bir brendi, tuak,
vodka, wiski dan lain-lain. Makin maraknya peredaran penjualan minuman keras
sehingga mengakibatkan banyak korban yang berjatuhan. Permasalahan yang
diangkat adalah: (1) Bagaimanakah peran kepolisian dalam penyidikan tindak
pidana ringan terhadap perkara penjualan minuman keras ? dan (2). Apakah
faktor-faktor yang menghambat peranan Kepolisian dalam penyidikan tindak
pidana ringan terhadap perkara penjualan minuman keras ?
Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan secara yuridis normatif
dan yuridis empiris. Sedangkan sumber data yang digunakan adalah data primer
yang diproleh langsung dari hasil penelitian yang berupa pendapat dan cara kerja
aparat penegak hukum yang menjadi responden dan data sekumder yang diperoleh

dari studi kepustakaan. Data tersebut kemudian dianalisis secara kualitatif guna
mendapatkan suatu kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, diperoleh
kesimpulan bahwa Peran kepolisian dalam penyidikan tindak pidana ringan
terhadap perkara penjualan minuman keras di Bandar Lampung. Dimulai dari
penggeledahan pelaku tindak pidana ringan minuman keras, penyitaan barang
bukti
tindak
pidana
ringan
minuman
keras,
penangkapan

Andhita Mega puspita
pelaku tindak pidana ringan minuman keras untuk memudahkan pemeriksaan
pelaku tindak pidana minuman keras. Peran Kepolisian dalam hasil penelitian ini
menggunakan teori peran yang ideal dan peran yang seharusnya dimana peranan
tersebut harus berpatokan pada undang-undang tertulis sebagaimanan pihak
kepolisian merupakan penegak hukum yang telah ditetapkan oleh undangundang.Faktor-faktor yang menghambat dalam penyidikan tindak pidana ringan

terhadap penjualan minuman keras didasarkan atas kurangnya informasi
masyarakat kepada aparat penegak hukum atas tempat peredaran penjualan
minuman keras serta faktor kebudayaan, faktor masyarakat atau individu yang
tidak tahu akan hukum serta bagaimana dampaknya terhadap diri sendiri dan
orang lain atas peredaran penjualan minuman keras tersebut.
Adapun saran yang diberikan peneliti adalah kinerja aparat kepolisian khususnya
sabhara Polresta Bandar Lampung harus ditingkatkan, pengawasan terhadap
penjualan minuman keras yang tidak mempunyai izin yang lengkap harus ditindak
secara tegas. Serta perlu adanya bentuk koordinasi yang baik antara pihak sat Pol
PP Kota Madya Bandar Lampung dengan pihak Kepolisian Polresta Bandar
Lampung dalam penegakan Perda Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pengawasan dan
Pengendalian Pengedaran Penjualan Minuman Beralkohol selain itu, Perlu
ditingkatkanya kepedulian masyarakat akan penegak hukum terhadap upaya
penanggulangan terhadap peredaran penjualan minuman keras dengan cara
penyuluhan hukum dari aparat kepolisian kepada masyarakat.

Kata Kunci: Peran Kepolisian, penyidikan, Penjualan Minuman Keras.

ANALISIS PERAN KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN
TINDAK PIDANA RINGAN TERHADAP PERKARA

PENJUALAN MINUMAN KERAS
(Studi Polisi Resor Kota Bandar Lampung)
(Skripsi)

Oleh
Andhita Mega Puspita

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

DAFTAR ISI

Halaman
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................................................1
B. Permasalahan dan Ruang Lingkup......................................................................5
C. Tujuan dan Kegunaan Penulis.............................................................................6
D. Kerangka Teori dan Konseptual..........................................................................7

E. Sistematika Penulisan........................................................................................12
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Lembaga Kepolisian..........................................................................................14
B. Tindak Pidana Ringan.......................................................................................15
C. Tahap Penyidikan Oleh Kepolisian...................................................................19
D. Pengertian Minuman Keras dan Akibatnya.......................................................22

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah..........................................................................................28
B. Jenis dan Sumber Data......................................................................................28
C. Penentuan Populasi dan Sampel........................................................................30
D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data.....................................................31
E. Analisis Data.....................................................................................................32

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden.................................................................................33


B. Peran Kepolisian dalam Penyidikan Tindak Pidana Ringan terhadap
Perkara Penjualan Munuman Keras di Bandar Lampung....................35
C. Faktor-faktor yang menghambat dalam penyidikan tindak pidana ringan
terhadap perkara penjualan minuman keras.........................................46

V. PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................54
B. Saran......................................................................................................55

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia minuman beralkohol diawasi peredarannya oleh negara, terutama
minuman impor. Jenis minuman beralkohol seperti, anggur, bir brendi, tuak, vodka,
wiski dan lain-lain. Sering dijumpai pemberitaan, baik media cetak maupun media

elektronik mengenai dampak negatif dari mengkonsumsi minuman keras ditambah lagi
dengan munculnya minuman keras oplosan yang banyak dijumpai di kios-kios pinggir
jalan. Banyak orang yang mengkonsumsi minuman keras kemudian harus berurusan
dengan pihak kepolisian oleh karena tidak terkendalinya manusia ketika ia telah
mengkonsumsi minuman keras secara berlebihan. Masyarakat awam pun pasti tahu
bahwa ketika mengkonsumsi minuman beralkohol tanpa batas, maka manusia menjadi
tak terkendali dan senantiasa berbuat semaunya saja. Banyak kasus-kasus hukum yang
terjadi akibat dari minuman keras.
Sebagai contoh yang terjadi di kabupaten Mojokerto pada tanggal 3 januari 2004 puul
23.40 WIB, sedikitnya 14 orang tewas setelah meneggak miras nyawa mereka tidak
tertolong setelah di rawat RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo, kota Mojokerto.1
Berbagai contoh kasus dampak minuman keras cukup banyak, yaitu terjadinya berbagai
jenis tindak pidana kekerasan antara lain misalnya penganiayaan, pencurian,
zina/cabul/susila, pengrusakan, perkosaan, pembunuhaan, membuat keributan di malam
1

http://www.radarlampung.co.id/read/berita-utama-66251-mirasoplosan-tewaskan-14-orang. diakses
pada pukul 14.19 wib (29 januari 2014)

2


hari dsb. Aspek pengaturan minuman keras banyak menimbulkan pendapat yang
pro dan kontra. Disatu pihak menilai bahwa adanya ketentuan yang mengatur
minuman keras berkenaan dengan izin penjualan minuman keras, maka dengan
sendirinya turut melegalkan minuman keras itu untuk dikonsumsi masyarakat.2

Hal seperti itulah yang akan menimbulkan suatu akibat negatif dan bertentangan
dengan hukum. Untuk mengembalikan suasana dan kehidupan yang baik,
diperlukan suatu pertanggungjawaban dari pelaku tersebut. Pertanggungjawaban
itu berupa suatu
dipidana

berarti

hukuman yang disebut
dirinya

pemidanaan. Bagi seseorang yang

menjalankan


mempertanggungjawabkan perbuatannya

yang

suatu

hukuman

dikenal

kurang

baik

untuk
dan

membahayakan kepentingan umum.


Perbuatan pidana atau tindak pidana senantiasa merupakan suatu perbuatan yang
tidak sesuai atau melanggar suatu aturan hukum yang disertai sanksi pidana yang
mana aturan dan sanksi pidana tersebut ditujukan kepada orang yang melakukan
atau orang yang menimbulkan kejadian tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh
Moeljatno tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum,
larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu , bagi
barang siapa melanggar larangan tersebut.3

Dalam ilmu hukum acara pidana, salah satu bagian pokok dari peraturan hukum
acara pidana ialah mengenai pengaturan proses perkara pidana yang dilakukan
apabila timbul dugaan terjadinya tindak pidana dan ada orang yang melakukan
2

Penyalahgunaan minuman beralkohol, diakses dari http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/5f520,
pada tanggal 26 september 2013 pukul 09.16
3
Tri Andrisman, Hukum Pidana (Asas-Asas dan Dasar Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia),
Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum UNILA, Bandar Lampung, 2011, hlm. 70

3


tindak pidana untuk diperiksa, dibuktikan mendapat keputusan berdasarkan
hukum oleh aparat penegak hukum yang berwenang.4

Menjalankan peraturan hukum pidana telah diatur dalam suatu hukum acara
pidana. Hukum acara pidana yang berlaku sekarang adalah Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana yang selanjutnya disingkat KUHAP yang mengatur
mekanisme acara pidana mulai dari tahap penyidikan oleh penyidik, penuntutan
oleh penuntut umum dan pemeriksaan perkara di pengadilan.

Dari prosedur-prosedur yang telah dijelaskan tersebut dalam proses pemeriksaan
perkara pidana dalam KUHAP mengatur tiga macam acara pemeriksaan perkara.
Salah satunya acara pemeriksaan cepat yang mencakup acara pemeriksaan perkara
tindak pidana ringan yang selanjutnya disingkat Tipiring. Dasar hukum Tipiring
dapat diperiksa cepat berdasarkan ketentuan Pasal 205 Ayat (1) KUHAP yaitu:

“Yang diperiksaan menurut acara pemeriksa tindak pidana ringan ialah
perkara yang diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling lama
tiga bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya tujuh ribu lima ratus dan
penghinaan ringan kecuali yang ditentukan dalam paragraf 2 (dua) bagian

ini.”5

Pengedaran dan penjualan minuman keras telah diatur dalam Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian
Minuman

4

Beralkohol. Sebagai contoh kasus yang terjadi adalah Pengadilan

Bambang Poernomo, Pandangan Terhadap Azas-Azas Umum Hukum Acara Pidana, Liberty,
Yogyakarta, 1982, hlm. 2
5
Soenarto R. Soerodibroto ., KUHP dan KUHAP edisi kelima, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2005, hlm 447

4

Negeri yang berwenang memeriksa perkara kasus Tipiring atas nama terdakwa
Elvi Verawati Binti Butar Butar adalah Pengadilan Negeri Tanjung Karang karena
tempat terjadi/dilakukannya tindak pidana yang disangkakan kepadanya dan
tempat paling dekat dengan saksi-saksi tindak pidana.

Terdakwa Elvi Verawati Binti Butar Butar, dinyatakan bersalah dengan dakwaan
telah melanggar Pasal 17 Ayat (1) dan (2) Perda Kota Bandar Lampung No 11
Tahun 2008 tentang Pengawasan dan Pengendalian Pengedaran Penjualan
Minuman Beralkohol oleh Hakim Pengadilan Tanjung Karang.

Pengadilan Negeri Tanjung Karang yang memeriksa dan mengadili perkara
Tipiring (Tindak Pidana Ringan) yang dilakukan oleh tersangka Elvi Verawati
Binti Butar Butar.6 Pengadilan Negeri Tanjung Karang menjatuhkan putusan
Nomor. 06./PID.R/2011/2011/PN.TK Atas nama Elvi Verawati Binti Butar Butar
yang dipidana berdasarkan Pasal 17 ayat (1) Perda Kota Bandar Lampung Nomor
11 Tahun 2008 tentang Pengawasan dan Pengendalian Pengedaran Penjualan
Minuman Beralkohol. Yang pada intinya adalah sebagai berikut:

1. Menyatakan Terdakwa : Elvi Verawati Binti Butar Butar telah terbukti
bersalah melakukan pelanggaran “Menjual minuman beralkohol tanpa
surat izin dari pihak yang berwenang”;
2. Menjatuhkan pidana oleh karena itu terhadap terdakwa tersebut dengan
pidana denda sebesar Rp.250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah)

6

Praresearch di Pengadilan Negeri Tanjung Karang ( 20 September 2013)

5

dengan ketentuan jika denda tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan
selama 3 (tiga) hari;
3. Menyatakan barang bukti berupa :
-

5 (lima) botol besar minuman beralkohol (miras) Merk Sempurna dan
5 (lima) botol kecil minuman beralkohol (miras) Merk Sempurna
dirampas untuk dimusnahkan;

4. Membebankan biaya perkara terhadap terdakwa sebesar Rp. 2.000.- (dua
ribu rupiah);

Pasal 17 Ayat (1) Perda Kota Bandar Lampung:
(1) Barangsiapa melanggar Pasal 3 Ayat (1) dan Pasal 7 Peraturan Daerah
ini diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda
paling tinggi sebesar Rp. 50.000.000, (Lima Puluh Juta Rupiah).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Peran Kepolisian dalam Penyidikan Tipiring Terhadap
Perkara Penjualan Minuman Keras (Studi Pada Polisi Resor Kota Bandar
Lampung)”

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1.

Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan penulis, maka permasalahan
yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah:

6

a. Bagaimanakah peran kepolisian dalam penyidikan tindak pidana ringan
terhadap perkara penjualan minuman keras?
b. Apakah faktor-faktor yang menghambat peranan Kepolisian dalam
penyidikan tindak pidana ringan terhadap perkara penjualan minuman
keras?

2.

Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah hukum pidana dan hukum acara pidana yang terfokus
kepada peran lembaga Kepolisian dalam menanggulangi perkara tindak pidana ringan
penjualan minuman keras kemudian akan dikaitkan dengan faktor-faktor penghambat
peranan Kepolisian dalam menangani kasus tindak pidana penjualan minuman keras.
Sedangkan ruang lingkup waktu dan tempat yakni penelitian skripsi ini dilakuakan pada
tahun 2013, di wilayah Polresta Bandar Lampung.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian
Adanya penelitian ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan
permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian hukum ini
adalah sebagai berikut:
a.

Untuk mengetahui dan menggambarkan peran kepolisian dalam penyidikan
tindak pidana ringan yang berkaitan dengan minuman keras.

b.

Untuk mengetahui dan menggambarkan hambatan penyelesaian tindak pidana
ringan.

7

2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Kegunaan Teoritis
Penulisan skripsi ini diharapkan dapat berguna untuk perkembangan ilmu hukum
acara pidana dengan acuan yang disesuaikan dengan disiplin ilmu hukum
khususnya hukum pidana dan juga memperluas cakrawala berpikir tentang acara
pemeriksaan terhadap perkara tindak pidana ringan.

2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunaan untuk sumbangan pikiran pada
ilmu hukum pidana dan penegakan hukum khususnya serta dapat bermanfaat
sebagai sumber informasi bagi para pihak yang ingin mengetahui dan
memahami tentang tindak pidana ringan tersebut yang berkaitan dengan
tindak pidana ringan terhadap perkara penjualan minuman keras.

D. Kerangka Teoritis dam Kerangka Konseptual

1. Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis adalah konsep yang merupakan ekstrak dari hasil pemikiran atau
kerangka acuan yang pada dasarnya untuk mengadakan identifikasi terhadap
dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan untuk penelitian.7

Teori yang digunakan untuk menganalisa permasalahan dalam skripsi ini adalah teori
peranan. Peranan adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu pristiwa.

7

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Univerisitas Indonesia, Jakarta, 1986, hlm.
125.

8

Soerjono Soekanto menyatakan suatu peranan tertentu dapat dijabarkan kedalam dasardasar sebagai berikut:

1. Peranan yang ideal (ideal role).
2. Peranan yang seharusnya (expected role).
3. Peranan yang dianggap oleh diri sendiri (perceived role).
4. Perana yang sebenarnya dilakukan (actual role)8

Berkaitan dengan penegakan hukum, peranan ideal dan peranan yang
seharusnya adalah memang peranan yang dikehendaki dan diharapkan oleh
hukum dan telah di tetapkan oleh undang-undang. Sedangkan peran yang
dianggap oleh diri sendiri dan peran yang sebenarnya dilakukan adalah peran
yang telah mempertimbangkan antara kehendak hukum yang tertulis dengan
kenyataan-kenyataan, dalam kehendak ini kehendak hukum harus menentukan
kemampuannya berdasarkan kenyataan yang ada.
Berdasarkan teori tersebut Sunarto mengambil suatu pengertian bahwa: 9

1. Peranan yang telah ditetapkan sebelumnya disebut sebagai peranan
normatif, dalam penegakan hukum mempunyai arti penegakan hukum
secara total, yaitu penegakan hukum yang bersumber pada subtansi
(substantive of criminal law).
2. Peranan ideal dapat diterjemahkan sebagai peranan yang diharapkan
dilakukan oleh pemegang peranan tersebut. Kepolisian sebagai suatu
8

Soerjono Soekamto,Sosiologi Suatu Pengantar edisi baru, Rajawali Pers, Jakarta, 2009, hlm.213.
Kamanto Sunarto. Sosiologi Kelompok. Jakarta, 1992. Pusat Antar Universitas Ilmu-Ilmu Sosial
Universitas Indonesia. hlm 23

9

9

organisasi formal tertentu diharapkan berfungsi dalam penegakan hukum
dapat bertindak sebagai pengayom bagi masyarakat dalam rangka
mewujudkan ketertiban dan keamanan yang mempunyai tujuan akhir
untuk kesejahterahan.
3. Interaksi kedua peranan yang telah diuraikan di atas, akan membentuk
peranan faktual yang dimiliki kepolisian.

Mengingat bahwa kepolisian dalam menjalankan tugas, fungsi dan wewenang
dalam penyidikan tindak pidana ringan yang berkaitan dengan minuman keras
tidak selalu dapat berjalan lancar dan sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dalam perakteknya, banyak terdapat kekurangan dan hambatan
dalam penyidikan tindak pidana ringan yang berkaitan dengan minuman keras.
Berdasarkan teori di atas, penulis akan menerapkan dengan analisis peranan
kepolisian secara normatif dan empiris, yaitu kepolisian dalam perannya
melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya sesuai dengan kenyataan atau
yang terjadi dilapangan berdasarkan penelitian.

Teori yang digunakan dalam membahas faktor-faktor penghambat dalam peranan
kepolisian dalam penyidikan Tipiring yang berkaitan dengan minuman keras
adalah teori yang digunakan Soerjono Soekanto mengenai penghambat penegakan
hukum yaitu: 10
a. Faktor hukumnya sendiri.

10

Soerjono Soekanto. Beberapa Aspek Sosio Yuridis Masyarakat. Alumni Bandung. 1983. hlm. 34

10

Terdapat beberapa asas dalam berlakunya undang-undang yang tujuannya
adalah agar undang-undang tersebut mempunyai dampak positif. Artinya,
agar undang-undang tersebut mencapai tujaanya secara efektif dalam
kehidupan masyarakat.
b. Faktor penegak hukum.
Penegak hukum mempunyai kedudukan (status) dan peranan (role).
Seorang yang mempunyai kedudukan tertentu lazimnya dinamakan
pemegang peranan (role occupant). Suatu hak sebenarnya wewenang
untuk berbuat atau tidak berbuat, sedangkan kewajiban adalah beban atau
tugas.
c. Faktor sarana dan prasarana
Penegakan hukum tidak mungkin berlangsung lancar tanpa adanya faktor
sarana dan prasarana. Sarana dan fasilitas tersebut antara lain mencakup
tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik,
peralatan yang memadai, keuangan yang cukup dan seharusnya.
d. Faktor masyarakat.
Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai
kedamaian didalam masyarakat. Oleh karna itu, dipandang dari sudut
tertentu maka masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum
tersebut.
e. Faktor kebudayaan.
Kebudayaan (sistem) hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang
mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan konsepsi-

11

konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik (sehingga dianut) dan
apa yang di anggap buruk (sehingga dihindari),

2. Konseptual
Kerangka konseptual adalah merupakan kerangka yang menggambarkan
hubungan antara konsep-konsep khusus yang merupakan dari arti yang berkaitan
dengan istilah yang diteliti11

Adapun pengertian dasar dari istilah-istilah yang akan digunakan dalam penulisan
skripsi ini adalah:

1. Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan
penelahaan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk
memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. 12
2. Peran adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.13
3. Kepolisian adalah lembaga pemerintahan yang memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat, penegakan hukum, serta memberikan perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan masyarakat dalam rangka terpeliharanya
keamanan dalam negeri.( Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia)

4. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara
yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti

11

Soerjono Soekanto., Pengantar Penelitian Huku, I Press, Jakarta, 1986, hlm 132
Poerwandaminta, W,J,S., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1995., hlm.
116
13
Departemen Pendidikan Nasional, 2005

12

12

yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan
guna menemukan tersangkanya.( Pasal 1 angka 2 KUHAP)

5. Tindak pidana adalah kelakuan yang diancam dengan pidana, yang bersifat
melawan hukum, yang berhubungan dengan kesalahan dan yang dilakukan
oleh orang yang mampu bertanggungjawab.14
6. Tipiring (Tindak Pidana Ringan) adalah tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara atau kurungan paling lama tiga bulan atau denda
Rp.7500.15
7. Minuman keras/ minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung
ethanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung
kerbonhidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa
destilas, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau
tidak, menambah bahan lain atau tidak, maupun yang diproses dengan cara
mencampur konsentrat dengan ethanol atau dengan cara pengenceran.16

E. Sistematika Penulisan
Guna memudahkan pemahaman terhadap skripsi ini secara keseluruhan, maka
disajikan sistematika penulisan sebagai berikut:

I.

PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang Analisis Peran Kepolisian dalam
Penyidikan Tipiring Terhadap Perkara Penjualan Minuman Keras (Studi Pada

14

Moeljatno, Perbuatan dan Pertanggungjawaban dalam Hukum Pidana, Seksi Kepidanaan
Fakultas Hukum UGM, 1987, Yogyakarta, hlm 56
15
Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana, Sinar Grafika, 1992, Jakarta, hlm 360
16

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol

13

Polisi Resor Kota Bandar Lampung), Permasalahan-permasalahan dengan dibatasi
ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori dan konseptual
serta sistematika penulisan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan pengertian mengenai pemahaman pada pengertian-pengertian
umum serta pokok bahasan. Dalam uraian bab ini lebih bersifat teoritis yang
nantinya digunakan sebagai bahan studi perbandingan antara teori yang berlaku
dengan kenyataan yang terdapat dalam praktek. Adapun garis besar penjelasan
dalam bab ini adalah menjelaskan mengenai peran Kepolisian dalam penyidikan
Tipiring.
III. METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan prosedur penelitian meliputi pendekatan masalah, sumber dan
jenis data, penuntutan responden, prosedur pengumpulan data dan pengolahan
data serta analisa data.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang berisikan uraian tentang
peran kepolisian dalam penyidikan Tipiring serta faktor apa yang menghambat
penyelesaian Tipiring bagi penyidik.
V. PENUTUP
Dalam bab ini merupakan bagian akhir dari penelitian yang menguraikan tentang
kesimpulan dari penulisan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan
saran yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang ada dalam penulisan

14

skripsi ini serta uraian bagian kesimpulan yang berisi jawaban dari masalah yang
diteliti.

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah:
a.

Pendekatan Secara Yuridis Normatif
Merupakan pendekatan yang dilakukan dengan cara menelaah peraturan
peraturan, teori-teori, kosep-konsep, serta asas-asas hukum yang ada
hubungannya dengan peran kepolisian dalam penyidikan Tipiring .

b. Pendekatan Secara Yuridis Empiris
Merupakan pendekatan yang dilakukan dengan cara melihat fakta-fakta
yang ada dilapangan penelitian mengenai analisis peran kepolisian dalam
penyidikan Tipiring terhadap perkara penjualan minuman keras.

B.

Sumber dan Jenis Data

Sumber dan jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini, adalah:

29

1. Sumber data
a. Data Primer
Data Primer merupakan data yang diperoleh langsung dari narasumber data
atau orang yang berhubungan langsung dengan objek penelitian lapangan
dengan mengadakan wawancara kepada kepolisian dan orang-orang yang
terkait mengenai peran Kepolisian dalam penyidikan tindak pidana ringan
terhadap perkara penjualan minuman keras.

b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari bahan perpustakaan
dengan cara menelusuri literatur yang berhubungan dengan masalah sesuai
pokok permasalahan yang akan diteliti dalam skripsi ini

1. Bahan hukum primer, terdiri atas:
a. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP (Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana)
c. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Pengawasan dan pengendalian Minuman Beralkohol.
d. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
e. Perda Kota Bandar Lampung Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pengawasan
dan Pengendalian Pengedaran Penjualan Minuman Beralkohol.

30

2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang memberi

penjelasan

mengenai bahan-bahan primer. Berupa peraturan pelaksanaan dan
peraturan teknis yang berkaitan dengan pokok bahasan.
3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang berupa buku hukum pelengkap yang
memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder, seperti kamus besar bahasa Indonesia.

2. Jenis data
Karna penelitian ini bersifat normatif-empiris,maka jenis data yang digunakan
adalah data primer dan sekunder :
a. Data Primer
Adalah data yang diperoleh langsung dari studi lapangan, berupa
perbuatan nyata dalam proses penyelesaian hukum Tipiring di
wilayah Polresta Bandar Lampung
b. Data Sekunder
data sekunder dalam penelitian ini berupa perturan perundang
undangan, peraturan daerah, keputusan Presiden, Literatur dan buku
buku hukum yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.

C. Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi adalah sejumlah manusia atau unit yang mempunyai ciri-ciri atau
kerakteristik yang sama.1 Sehubung dengan penelitian pada skripsi ini, maka

1

Soerjono Soekanto, Op.Cit, hlm. 172

31

yang dijadikan populasi adalah aparat penegak hukum yang terdiri dari aparat
kepolisian serta yang berkaitan dengan penelitian ini.

Sedangkan sampel adalah objek yang jumlahya kurang dari populasi2. Sesuai
dengan metode pengambilan sampel dari populasi yang akan diteliti adalah
proportional purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel yang dalam
penentuan dan pengambilan anggota sampel berdasarkan atas pertimbangan
dan tujuan penulis dalam rangka mencapai tujuan dan dianggap telah mewakili
masalah yang diteliti.

oleh karena itu sampel dalam membahas skripsi ini

meliputi:
1. Penyidik POLRI dari Polresta Bandar Lampung

: 2 orang

2. Dosen pada bagian Hukum Pidana Unila

: 1 orang

3. Masyarakat Kota Bandar Lampung

: 1 orang

Jumlah

: 4 orang

D. Metode Pengumpulan dan Pengelolahan Data

1. Metode Pengumpulan Data
Dalam menulis skripsi ini, mengumpulkan data yang dilakukan dengan
dua cara, yaitu:
a. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara
Studi kepustakaan(library research) dilakukan untuk memperoleh data
skunder melalui serangkaian kegiatan membaca, mencatat dan

2

Masri Singarimbun, Sofian Effendi , Metode Penelitian Survei, Pustaka LP3ES, Jakarta 1987,
hlm., 152

32

menganalisa buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan yang
akan diteliti pada literatur, peraturan perundang-undangan dan bahan
tulis lainya.

b. Pengumpulan Data Primer dilakukan dengan cara :
Studi lapangan (field research) ini dilakukan untuk memperoleh data
primer dengan mempergunakan teknik wawancara terhadap para
responden untuk dapat mengungkapkan pendapatnya tentang apa
yang dianggapnya benar terhadap objek yang akan diteliti

2. Pengolahan Data
Setelah data tekumpul, maka dilakukan pengolahan data dengan cara sebagai
berikut

a. Seleksi data, yaitu memeriksa kembali mengenai kelengkapan, kejelasan
dan kebenaran data dengan permasalahan yang akan dibahas.
b. Evaluasi, yaitu kegiatan memeriksa atas kelengkapan data, kejelasannya,
konsistennya dan relevansinya terhadap topik penulisan skripsi ini.
c. Sistematisasi data, yaitu berupa penyajian uraian dalam bentuk kalimat
secara sistematik sehingga memiliki arti dan gambaran yang jelas tentang
masalah yang diteliti. Untuk kemudian ditarik suatu kesimpulan yang
menjawab pertanyaan.

E. Analisis Data

33

Data yang telah terkumpul secara sistematis kemudian dianalisis secara kualitatif
yaitu dengan cara menguraikan dalam kalimat-kalimat yang disusun secara
sistematis sehingga akan memudahkan dalam melakukan penarikan suatu
kesimpulan dengan menggunakan metode induktif, yaitu suatu metode
penarikan data yang didasarkan pada fakta-fakta yang bersifat umum, untuk
kemudian ditarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus, guna menjawab
permasalahan yang diteliti.

V. PENUTUP

A. Simpulan

Dari analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat dibuat
simpulan sebagai berikut:
1. Peran kepolisian dalam penyidikan tindak pidana ringan terhadap perkara
penjualan minuman keras di Bandar Lampung termasuk dalam peran yang
ideal dan peran yang seharusnya dimana peranan tersebut harus berpatokan
pada undang-undang tertulis sebagaimanan pihak kepolisian merupakan
penegak hukum yang telah ditetapkan oleh undang-undang. Peran
kepolisian dimulai dari penggeledahan pelaku tindak pidana ringan
minuman keras, penyitaan barang bukti tindak pidana ringan minuman
keras dan penangkapan pelaku tindak pidana ringan minuman keras untuk
memudahkan pemeriksaan pelaku tindak pidana minuman keras. Peran
kepolisian

sebagaimana

dengan

adanya

Operasi

Pekat

yang

di

koordinasikan dengan pihak Satpol PP, serta Giat rutin patroli dan bantuan
dari Babinkamtibnas dalam penyelesaian perkara tindak pidana ringan yang
bersangkutan dengan miras.
2. Faktor-faktor yang menghambat dari peran kepolisian dalam penyidikan
tipiring terhadap minuman keras di Bandar lampung adalah kurangnya
informasi masyarakat kepada aparat penegak hukum atas tempat peredaran

58

penjualan minuman keras serta faktor kebudayaan, faktor masyarakat atau
individu yang tidak tahu akan hukum serta bagaimana dampaknya terhadap
diri sendiri dan orang lain atas peredaran penjualan minuman keras
tersebut. Dalam hal ini faktor penegak hukum bersifat sentral, hal ini
disebabkan karena undang-undang yang disusun oleh penegak hukum,
penerapanya dilaksanakan oleh penegak hukum itu sendiri dan penegak
hukum dianggap sebagai golongan panutan hukum oleh masyarakat luas,
diharapkan pengadilan dapat memaksa para pengedar penjualan miras itu
untuk menghadiri sidang. Jika sudah tiga kali panggilan tidak hadir, maka
dilakukan penjemputan paksa dan hukuman lebih berat. Namun, hukuman
tetap merujuk pada Perda No. 11 Tahun 2008.

B. saran
1. Kinerja aparat kepolisian khususnya sabhara Polresta Bandar Lampung
harus ditingkatkan, pengawasan terhadap penjualan minuman keras yang
tidak mempunyai izin yang lengkap harus ditindak secara tegas serta perlu
adanya bentuk koordinasi yang baik antara pihak sat Pol PP Kota Madya
Bandar Lampung dengan pihak Kepolisian Polresta Bandar Lampung
dalam penegakan Perda Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pengawasan dan
Pengendalian

Pengedaran

Penjualan

Minuman

Beralkohol

guna

terwujudnya cita-cita hukum yang diharapkan serta demi terwujudnya
ketertiban dan keamanan di wilayah kota Bandar Lampung. Agar nantinya
di Bandar Lampung terciptanya daerah yang bebas akan peredaran
minuman keras sehingga tercipta rasa aman bagi masyarakat.

59

2. Perlu ditingkatkanya kepedulian masyarakat akan penegak hukum
terhadap upaya penanggulangan terhadap peredaran penjualan minuman
keras dengan cara penyuluhan hukum dari aparat kepolisian kepada
masyarakat. Meningkatkan kerjasama yang baik antara aparat kepolisian
dengan masyarakat di daerah Bandar Lampung. Dengan adanya interaksi
yang baik dalam masyarakat dan aparat kepolisian di harapkan hambatan
yang ada didalam penyidikan tindak pidana ringan dalam perkara
minuman keras dapat dikendalikan serta dapat menciptakan situasi yang
lebih aman, nyaman, serta lebih kondusif bagi masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Andrisman, Tri. 2011. Hukum Pidana (Asas-Asas dan Dasar Aturan Umum
Hukum Pidana Indonesia). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Departemen Kehakiman Republik Indonesia, 2012. Pedoman Pelaksanaan Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Jakarta.
Hamzah, Andi. 1996. Hukum Acara Pidana Indonesia. CV. Sapta Artha Jaya.
Jakarta.
Harahap , Yahya. 2006. Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP
Penyidikan Dan Penuntutan. Sinar Grafika. Jakarta.
Marpaung, Leden. 1992. Proses Penanganan Perkara Pidan. Sinar Grafika.
Jakarta.
Maryland. 1984. National trends in drug use and related factors. U.S. Department
of Health and Human.
Moeljatno. 1987. Perbuatan dan Pertanggungjawaban dalam Hukum Pidana.
Fakultas Hukum UGM. Yogyakarta.
Poernomo, Bambang. 1982. Pandangan Terhadap Azas-Azas Umum Hukum
Acara Pidana. Liberty. Yogyakarta
Poerwandaminta, W,J,S, 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesi., Balai Pustaka.
Jakarta.
Soekanto, Soerjono. 1986 Pengantar Penelitian Hukum. Univerisitas Indonesia.
Jakarta.

_______________.2009 Sosiologi Suatu Pengantar Edisi Revisi. Rajawali Pers
Jakarta.
Soerodibroto, R. Soenarto . 2005. KUHP dan KUHAP edisi kelima, PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.

Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Pengawasan dan pengendalian Minuman Beralkohol
Perda Kota Bandar Lampung No. 11 Tahun 2008 tentang Pengawasan dan
Peredaran Minuman Keras.
http://www.radarlampung.co.id.
http://sarmyendrahendy.blogspot.com.