KEMAMPUAN Trichoderma sp. DAN FILTRATNYA DALAM MENEKAN PERTUMBUHAN Sclerotium rolfsii SECARA IN VITRO

(1)

ABSTRAK

KEMAMPUAN Trichoderma sp. DAN FILTRATNYA DALAM MENEKAN PERTUMBUHAN Sclerotium rolfsii SECARA IN VITRO

Oleh

INDAH PUSPITA DEWI

Salah satu penyebab rendahnya produksi kedelai nasional adalah adanya serangan penyebab penyakit rebah kecambah. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan agen antagonis. Penelitian ini bertujuan mengetahui kemampuan

Trichoderma sp. dan filtratnya dalam menekan pertumbuhan Sclerotium rolfsii secara in vitro. Pengujian terdiri atas uji antagonisme dengan metode kultur ganda dan uji filtrat Trichoderma sp. terhadap pertumbuhan S. rolfsii. Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Trichoderma sp. dan filtratnya mampu menekan pertumbuhan S. rolfsii secara in vitro. Isolat Trichoderma sp. yang kemampuan penghambatannya paling tinggi adalah isolat Trichoderma harzianum.


(2)

(3)

KEMAMPUAN Trichoderma sp. DAN FILTRATNYA

DALAM MENEKAN PERTUMBUHAN Sclerotium

rolfsii SECARA IN VITRO

( Skripsi )

Oleh

INDAH PUSPITA DEWI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2014


(4)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tata letak jamur Trichoderma sp. dan S. rolfsii pada uji

antagonisme dalam cawan petri. (P = biakan S. rolfsii,

T = biakan Trichoderma sp.). ... 11

2. Penghambatan Trichoderma sp.(T) terhadap pertumbuhan Sclerotium rolfsii (Sr). (A) Trichoderma 1, (B) Trichoderma 2, (C)Trichoderma 3, dan (D) Trichoderma 4. ... 14

3. Perbandingan pertumbuhan S. rolfsii dalam media PDA yang mengandung filtrat Trichoderma pada 2 hsi. (A) Trichoderma 1, (B) Trichoderma 2, (C) Trichoderma 3, (D) Trichoderma 4, dan (K) Kontrol = tanpa filtrat Trichoderma. .

...

16

4. Mekanisme antibiosis Trichoderma sp. yang ditunjukkan oleh batas warna kecoklatan di antara Trichoderma sp. dan S. rolfsii. ... 18

5. T. harzianum secara mikroskopis. ... 29

6. T. koningii isolat 1 secara mikroskopis. ... 29


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2Tujuan Penelitian ... 2

1.3Kerangka Pemikiran ... 2

1.4Hipotesis ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1Botani Tanaman Kedelai ... 4

2.2Penyakit Rebah Kecambah ... 5

2.3Jamur Antagonis (Trichoderma sp.) ... 5

III. BAHAN DAN METODE ... 8

3.1Tempat dan Waktu Penelitian ... 8

3.2Bahan dan Alat ... 8

3.3Metode Penelitian ... 8

3.4Pelaksanaan Penelitian ... 9

3.4.1 Isolasi dan perbanyakan Sclerotium rolfsii. ... 9

3.4.2 Peremajaan dan pembuatan filtrat Trichoderma sp. ... 9

3.4.3 Pengujian antagonisme dengan metode kultur ganda. ... 10

3.4.4 Pengujian filtrat Trichoderma sp. terhadap perkecambahan dan pertumbuhan Sclerotium rolfsii. .... 12


(6)

3.4.5 Pengujian Trichoderma sp. terhadap perkecambahan

sklerotia S. rolfsii. ... 12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

4.1Hasil Penelitian ... 14

4.1.1 Pengujian antagonisme dengan metode kultur ganda. ... 14

4.1.2 Pengujian filtrat Trichoderma sp. terhadap perkecambahan dan pertumbuhan Sclerotium rolfsii ... 15

4.1.3 Pengujian Trichoderma sp. terhadap perkecambahan sklerotia S. rolfsii. ... 16

4.2 Pembahasan ... 17

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 20

5.1Kesimpulan ... 20

5.2Saran ... 20

PUSTAKA ACUAN ... 21


(7)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Persentase penghambatan Trichoderma sp. terhadap

pertumbuhan koloni S. rolfsii. ... 14 2. Rata-rata pertumbuhan koloni S. rolfsii pada media yang

mengandung fitrat (metabolit) Trichoderma sp. ... 16 3. Pengaruh filtrat Trichoderma terhadap perkecambahan sklerotia

S. rolfsii. ... 17 4. Hasil pengamatan penghambatan Trichoderma sp. terhadap

Sclerotium rolfsii metode kultur ganda 1 hsi. ... 24 5. Anova penghambatan Trichoderma sp. terhadap Sclerotium rolfsii

metode kultur ganda 1 hsi. ... 24 6. Hasil pengamatan penghambatan Trichoderma sp. terhadap

Sclerotium rolfsii metode kultur ganda 2 hsi. ... 24 7. Anova penghambatan Trichoderma sp. terhadap Sclerotium rolfsii

metode kultur ganda 2 hsi. ... 25 8. Hasil pengamatan penghambatan Trichoderma sp. terhadap

Sclerotium rolfsii metode kultur ganda 3 hsi. ... 25 9. Anova penghambatan Trichoderma sp. terhadap Sclerotium rolfsii

metode kultur ganda 3 hsi. ... 25 10.Hasil pengamatan penghambatan Trichoderma sp. terhadap

Sclerotium rolfsii uji filtrat 2 hsi. ... 26 11.Anova penghambatan Trichoderma sp. terhadap Sclerotium

rolfsii uji filtrat 2 hsi. ... 26 12.Hasil pengamatan penghambatan Trichoderma sp. terhadap

Sclerotium rolfsii uji filtrat 3 hsi. . ... 26 13.Anova penghambatan Trichoderma sp. terhadap Sclerotium rolfsii

uji filtrat 3 hsi. ... 27 14.Hasil pengamatan penghambatan Trichoderma sp. terhadap


(8)

xv

15.Anova penghambatan Trichoderma sp. terhadap Sclerotium rolfsii

uji filtrat 2 hsi. ... 27 16.Rata-rata pertumbuhan koloni S. rolfsii pada media yang

mengandung filtrat (metabolit) Trichoderma sp. ... 28 17.Rata-rata laju pertumbuhan koloni S. rolfsii pada media yang

mengandung filtrat (metabolit) Trichoderma sp. ... 28 18.Jumlah sklerotia yang tumbuh pada pengujian Trichoderma sp.


(9)

(10)

(11)

(12)

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”

(QS Ar- Rahman :13)

“And We have certainly made the Qur’an easy for remembrance. So is there any who will remember?”

(Al Qur’an 54:17)

“ Jangan berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Dia Mengampuni segala dosa.”

(Q.S. Az-Zumar:53)

Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, maka Allah akan menunjukkan kepadanya jalan keluar dari kesusahan, dan diberikan-Nya rejeki dari jalan yang tidak disangka-sangka,

dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah mencukupkan keperluannya.”

(Surah At-Talaq :2-3)

“No one despairs of solace from Allah, except people who are unbelievers.”


(13)

Alhamdulillah

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan, kupersembahkan karya

kecilku ini kepada

Ayahku tercinta, Suwondo, S.Pd., Ibuku tercinta Suprihati, S.Pd., Suamiku terkasih Budi Setiawan, S.E.,

Mamasku tersayang Hindra Susilo,

Mbakku tersayang Ryan Noviana Eka Putri, S.P. Anakku, “Princess” Naura Aulia Azzahra Naryndra


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sribhawono, Kecamatan Bandar Sribhawono, Kabupaten Lampung Timur pada tanggal 9 Mei 1992, merupakan anak bungsu dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Suwondo,S.Pd. dan Ibu Suprihati, S.Pd.

Penulis menempuh jenjang pendidikan sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri 3 Sribhawono, Kabupaten Lampung Timur lulus tahun 2004, dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bandar Sribhawono,

Kabupaten Lampung Timur, lulus tahun 2007 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bandar Sribhawono, Kabupaten Lampung Timur, lulus tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur PKAB.

Pada tahun 2013 penulis melaksanakan Praktik Umum di PT Great Giant Pineapple, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah. Pada tahun 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Agung Timur Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah.

Pada semester ganjil dan genap tahun ajaran 2013/2014 penulis dipercaya untuk menjadi asisten pada praktikum mata kuliah Bioekologi Penyakit Tanaman,


(15)

Bioekologi Hama Tanaman dan Penyakit Penting Tanaman. Selama menjadi mahasiswa, penulis juga aktif dalam organisasi internal kampus. Pada tahun 2012/ 2013 penulis dipercaya menjadi Sekretaris Bidang Penelitian dan Pengembangan UKM Lembaga Studi Mahasiswa Pertanian. pernah mengikuti pelatihan yaitu Pelatihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar (LKMM-TD) pada tahun 2011


(16)

(17)

SANWACANA

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat karunia dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. Dalam pembuatan skripsi yang berjudul “Kemampuan Trichoderma sp. dan filtratnya dalam menekan pertumbuhan Sclerotium rolfsii secara in vitro”, penulis

menyadari adanya kekurangan, untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Tri Maryono, S.P., M.Si., selaku dosen pembimbing pertama yang telah memberi arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Ibu Titik Nur Aeny, M.Sc., selaku dosen pembimbing kedua, serta ibu Dr. Ir.

Suskandini Ratih D., M.P., selaku dosen pembahas yang telah banyak memberikan arahan, nasehat dan saran dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Ayah dan Ibu penulis, Suwondo, S.Pd. dan Suprihati, S.Pd., yang telah

memberi limpahan dan curahan kasih sayang, motivasi dan dukungan hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

4. Suamiku tercinta, Budi Setiawan, S.E., yang telah mendampingi dan memberikan cinta, motivasi serta dukungan hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.


(18)

5. Bapak Ir. Muhammad Syamsoel Hadi, M.Sc., selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberikan saran, nasehat dukungan dan motivasi bagi penulis

6. Bapak Dr. Ir. Purnomo, M.S., selaku ketua bidang Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

7. Bapak Dr.Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku ketua jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

8. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

9. Bapak/ibu staf pengajar dan karyawan yang telah memberikan bekal ilmu dan bimbingan selama penulis menempuh studi di Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

10.Ayu Dwi Lestari, Cindy Margaretha, S.P., dan Ika Ayuningsih, S.P., serta teman-teman Agroteknologi yang telah membantu selama penulis

menyelesaikan studi.

11.Mba Uum, Pak Paryadi dan Mas Iwan yang telah membantu selama melakukan penelitian di laboratorium.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat. Amin.

Bandar Lampung, 16 Oktober 2014 Penulis


(19)

2

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan yang penting di Indonesia. Produksi kedelai di Indonesia mencapai angka 0,8 juta ton per tahun, sedangkan kebutuhan kedelai di Indonesia mencapai 2,5 juta ton per tahunnya (Kementan, 2013). Untuk itu perlu adanya upaya dalam meningkatkan produksi kedelai.

Upaya meningkatkan produksi kedelai masih mengalami banyak kendala, diantaranya: lahan yang kurang tersedia bagi petani kedelai dan serangan hama dan penyebab penyakit. Serangan hama dan penyebab penyakit dapat

mengakibatkan penurunan produksi tanaman kedelai. Salah satu penyakit yang sering ditemukan dalam budidaya tanaman kedelai adalah penyakit rebah kecambah (damping- off) yang disebabkan oleh Sclerotium rolfsii.

Patogen S. rolfsii relatif sulit dikendalikan karena mampu bertahan selama bertahun-tahun di dalam tanah dalam bentuk sklerotia dan mempunyai kisaran inang yang luas (Semangun, 1993). Pengendalian menggunakan fungisida belum memberikan hasil yang baik, justru memberikan dampak negatif. Oleh karena itu diperlukan cara pengendalian lain yang lebih ramah lingkungan, misalnya


(20)

2

Salah satu agen antagonis yang sering digunakan untuk mengendalikan jamur patogen tumbuhan adalah jamur Trichoderma sp. Mekanisme antagonis jamur Trichoderma sp. adalah parasitisme, lisis, antibiosis, dan kompetisi ruang

(Soesanto, 2008). Selain dapat digunakan langsung untuk mengendalikan patogen, Trichoderma sp. juga dapat digunakan secara tidak langsung untuk

mengendalikan patogen,yaitu menggunakan metabolit sekunder yang

dihasilkannya yang terkandung dalam media pertumbuhannya (Radder, 2005).

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan menguji kemampuan Trichoderma sp. dan filtratnya dalam menekan pertumbuhan S. rolfsii penyebab penyakit rebah kecambah tanaman kedelai.

1.3Kerangka Pemikiran

Salah satu mikroorganisme yang dikenal sebagai agen pengendalian hayati adalah jamur Trichoderma sp. Trichoderma sp. dapat digunakan secara langsung dan tidak langsung untuk mengendalikan patogen tumbuhan. Penggunaan

Trichoderma sp. secara langsung yaitu dengan mengaplikasikan biakan atau spora Trichoderma sp. pada patogen. Penggunaan Trichoderma sp. secara tidak

langsung yaitu dengan menggunakan metabolit sekunder yang dihasilkan dalam media tumbuhnya (media cair). Media cair yang mengandung metabolit sekunder ini disebut dengan filtrat. Filtrat Trichoderma sp. sudah dilaporkan mampu mengendalikan patogen tumbuhan (Radder, 2005; Soesanto, 2008; Gveroska dan Ziberoski, 2012).


(21)

3

Kemampuan filtrat Trichoderma dalam menghambat atau mengendalikan patogen, berkaitan dengan enzim dan toksin yang terkandung dalam filtrat tersebut. Menurut El-Katatny et al. (2000), filtrat Trichoderma mengandung enzim kitinase dan β-1,3- glukanase, sedangkan menurut Mukherjee et al. (2012), metabolit Trichoderma mengandung toksin harzianic acid, tricholin, peptaibols, gliotoxin, viridian, T22azaphilone, 1 hydroxy-3-methyl-anthraquinone, 1,8-dihydroxy-3-methyl-anthraquinone, T39butenolide, harzianolide, dan harzianopyridone.

Menurut Gveroska dan Ziberoski (2012) bahwa filtrat Trichoderma sp. efektif menghambat Alternaria alternata dan mengakibatkan abnormalitas morfologi patogen tersebut. Radder (2005) melaporkan bahwa filtrat dari Trichoderma mampu menghambat pertumbuhan miselia dan pembentukan sklerotia dari S. rolfsii penyebab penyakit layu pada kacang tanah.

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah:

1. Trichoderma sp. mampu menekan pertumbuhan S. rolfsii secara in vitro. 2. Filtrat Trichoderma sp. mampu menekan pertumbuhan S. rolfsii secara in


(22)

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Kedelai

Klasifikasi dari tanaman kedelai adalah sebagai berikut (Rukmana dan Yuniarsih, 1996) :

Divisio : Spermatophyta Classis : Dicotyledoneae Ordo : Rosales

Familia : Papilionaceae Genus : Glycine

Species : Glycine max (L.) Merill

Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merr.) termasuk dalam famili Leguminosae dan genus Glycine. Tipe perkecambahan bibit kedelai adalah tipe

perkecambahan epigeal dengan kotiledon tebal dan berdaging, berwarna kuning atau hijau. Tanaman ini memiliki morfologi biasanya tegak dan merupakan jenis tanaman yang tinggi mencapai dua meter dan kadang-kadang agak merambat. Sistem perakaran pada tanaman kedelai adalah tunggang bercabang dengan panjang akar mencapai dua meter. (Rukmana dan Yuniarsih, 1996).


(23)

5

2.2 Penyakit Rebah Kecambah

Penyakit yang disebabkan oleh S. rolfsii adalah rebah kecambah atau rebah bibit pada tanaman muda dan busuk pangkal batang pada tanaman menjelang dewasa. Soesanto (2008) menjelaskan bahwa jamur tular tanah termasuk Sclerotium rolfsii sulit di tangani karena mampu bertahan selama bertahun-tahun dalam tanah dalam bentuk sklerotium dan mempunyai kisaran inang yang luas.

S. rolfsii merupakan jamur yang bersifat parasit fakultatif yang tumbuh dan bertahan secara saprofit dalam tanah. Apabila tidak ada tanaman inang, jamur dapat membentuk struktur istirahat berupa sklerotia yang mampu bertahan di dalam tanah walaupun dalam lahan tersebut tidak terdapat pertanaman (Tjahyadi, 1995 dalam Kuswinanti, 2006). Jamur ini dapat menyebabkan beberapa penyakit mematikan pada tanaman seperti busuk batang, layu dan rebah kecambah

(Semangun, 1993).

2.3 Jamur Antagonis (Trichoderma sp.)

Mikroorganisme antagonis adalah mikroorganisme yang mempunyai pengaruh yang merugikan terhadap mikroorganisme lain yang tumbuh dan berasosiasi dengannya. Antagonis meliputi mikoparasit, kompetitor yang agresif dan antibiosis. Awalnya pertumbuhan hifa jamur Trichoderma sp. memanjang, kemudian membelit dan mempenetrasi hifa dari jamur inang, sehingga hifa inang mengalami lisis lalu hancur (Cook dan Baker, 1983).

Salah satu cara pengendalian hayati yang akhir-akhir ini mendapatkan perhatian utama dari ahli penyakit adalah dengan pemanfaatan musuh – musuh alami dari


(24)

6

patogen (secara biologis). Pemanfaatan musuh-musuh alami yang sering digunakan adalah penggunaan agen antagonis. Agen antagonis yang sering digunakan untuk pengendalian hayati adalah Trichoderma sp. (Tindaon, 2008).

Mikoparasit terjadi ketika jamur memarasit miselium pathogen dengan menembus dinding sel dan masuk kedalam sel untuk mengambil zat makanan dari dalam sel sehingga patogen akan mati (Harman, 1998). Antibiosis terjadi ketika

Trichoderma spp. menghasilkan zat antibiotik seperti alametichin, paracelsin, trichotoxin yang mampu menghancurkan sel jamur melalui perusakan

permeabilitas membran sel, dan enzim chitinase, laminarinase yang menyebabkan lisis dinding sel (Nugroho et al., 2008). Kompetisi terjadi saat Trichoderma sp. berkompetisi dengan jamur lain dalam memperebutkan makanan dan tempat hidup. Interfensi terjadi karena hifa Trichoderma spp. mengakibatkan perubahan permeabilitas dinding sel (Harman, 1998).

Menurut Streets (1980) dalam Tindaon (2008), Trichoderma sp. diklasifikasikan dalam Kingdom Fungi,Devisio Amastigomycota,Class Deutromycetes,Ordo Moniliales, Famili Moniliaceae,Genus Trichoderma, Spesies Trichoderma sp. Cendawan marga Trichoderma terdapat lima jenis yang mempuyai kemampuan untuk mengendalikan beberapa patogen yaitu T. harzianum, T. koningii, T. viride, T. hamatum dan T. polysporum. Jenis yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah T. harzianum, T. koningii, T. viride. Trichoderma sp. memiliki konidiofor bercabang- cabang teratur, tidak membentuk berkas, konidium jorong, bersel satu, dan konidium berwarna hijau biru (Semangun, 1996).


(25)

7

Trichoderma sp. dapat digunakan untuk mengendalikan patogen secara langsung yaitu dengan mengaplikasikan Trichoderma sp. langsung dengan patogen

sehingga sel Trichoderma sp. dan sel patogen dapat bertemu langsung yang mengakibatkan mekanisme antagonis terjadi. Selain itu, Trichoderma sp. dapat digunakan secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan metabolit sekunder yang dihasilkan Trichoderma sp. yang mampu menekan pertumbuhan patogen. Lorito et al. (1993) melaporkan bahwa T. harzianum menghasilkan enzim kitinolitik yang bekerja sama secara sinergis dengan bakteri dari genus Enterobacter untuk menghambat pertumbuhan dari Fusarium solani.

Filtrat Trichoderma sp. menghasilkan senyawa beracun yang dapat digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan patogen. Penggunaan filtrat Trichoderma sp. yang mengandung enzim kitinase dan β-1,3- glukanase mampu menekan

pertumbuhan patogen (El-Katatny et al., 2000). Selain mengandung enzim yang mampu menekan pertumbuhan patogen, filtrat Trichoderma sp. juga mengandung toksin harzianic acid, tricholin, peptaibols, gliotoxin, viridian, T22azaphilone, 1 hydroxy-3-methyl-anthraquinone, 1,8-dihydroxy-3-methyl-anthraquinone, T39butenolide, harzianolide, dan harzianopyridone (Mukherjee et al., 2012).


(26)

8

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bidang Proteksi Tanaman, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari April – Agustus 2014.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan antara lain; media PDA (Potato dextrose agar), media PDB (Potato dextrose broth), biakan patogen S. rolfsii, isolat Trichoderma sp., NaOCl, alkohol, asam laktat, dan lain-lain. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain shaker, rotamixer, cawan petri dengan diameter 9 cm, cork borer, alumunium foil, plastik wrap, plastik tahan panas, tabung erlenmeyer, dan lain-lain.

3.3 Metode Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan dalam sub penelitian uji antagonisme metode kultur ganda dan uji filtrat adalah rancangan acak lengkap dan data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan perbedaan nilai tengah antar perlakuan akan diuji dengan uji BNT pada α 0,05.


(27)

9

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Isolasi dan perbanyakan S. rolfsii

Jamur S. rolfsii diisolasi dari bagian tanaman kedelai yang terserang S. rolfsii. Bagian tanaman yang sakit dipotong dengan ukuran 0,5 cm. Potongan tersebut lalu direndam dalam akuades lalu direndam lagi dalam larutan NaOCl (klorok) selama 30 detik. Setelah direndam, potongan tersebut dibilas kembali dalam akuades dan ditiriskan diatas tisu. Setelah ditiriskan, potongan tersebut diletakkan di atas permukaan media PDA dalam cawan petri.

3.4.2 Peremajaan dan pembuatan filtrat Trichoderma sp.

Sebanyak 4 isolat Trichoderma sp. yaitu T. koningii, T. koningii, T. harzianum, dan Trichoderma sp. yang digunakan dalam percobaan ini didapatkan dari koleksi di Laboratorium Penyakit Tanaman Bidang Proteksi Tanaman Jurusan

Agroteknologi Universitas Lampung yang diperoleh dari hasil isolasi tanah rizosfer tanaman cabai.

Keempat isolat Trichoderma sp. yang digunakan berasal dari pengelompokkan 11 isolat yang dibedakan dari warna dan pola koloni jamur. Biakan Trichoderma sp. terlebih dahulu diremajakan pada media PDA sebelum digunakan dalam

pengujian. Peremajaan dilakukan dengan cara meletakkan potongan berbentuk cakram Trichoderma berukuran 4 mm ke dalam media PDA baru dan kemudian diinkubasi selama 7 hari. Setelah tumbuh, Trichoderma sp. diperbanyak pada media PDA baru dan selanjutnya digunakan untuk pengujian.


(28)

10

Untuk mendapatkan filtrat Trichoderma, jamur ini terlebih dahulu dibiakkan pada media cair potato dextrose broth (PDB). Komposisi media cair yang digunakan sama dengan komposisi media PDA, tetapi tanpa menggunakan agar. Sebanyak 5 potongan cakram Trichoderma sp. dimasukkan dalam 500 ml media cair yang sudah disiapkan dalam tabung Erlenmeyer, kemudian diinkubasi selama 7 hari pada suhu ruang dengan pencahayaan matahari. Setelah 7 hari, media cair tesebut disaring untuk memisahkan struktur jamur dengan cairannya. Filtrat tersebut selanjutnya digunakan dalam pengujian.

3.4.3 Pengujian antagonisme dengan metode kultur ganda

Pengujian dengan metode kultur ganda dilakukan untuk mengetahui kemampuan Trichoderma sp. dalam kemampuan parasitisme, persaingan ruang dan nutrisi, serta antibiosis dan lisis. Biakan Trichoderma sp. yang telah diinkubasi selama 4 hari kemudian dipindahkan ke dalam media PDA yang baru dengan menggunakan cork borer berdiameter 4 mm. Isolat patogen yang telah diinkubasi selama 4 hari kemudian dipindahkan ke media PDA yang sama dengan Trichoderma sp. Potongan cakram Trichoderma sp. diletakkan 3 cm dari tepi cawan, sedangkan potongan cakram isolat patogen diletakkan 3 cm dari tepi cawan pada bagian sisi depan cuplikan Trichoderma sp, kemudian diinkubasi.

Peubah yang diamati adalah jari-jari pertumbuhan koloni patogen. Pengukuran jari-jari pertumbuhan koloni patogen dilakukan dengan cara mengukur jari-jari pertumbuhan koloni yang tumbuh ke arah biakan Trichoderma sp. sebagai data perlakuan dan ke arah tepi cawan sebagai data kontrol. Pengukuran jari-jari dilakukan setiap hari sampai pertumbuhan koloni pada kontrol mencapai tepi


(29)

11

cawan. Setelah data jari-jari didapatkan kemudian dihitung persentase

penghambatan Trichoderma sp. terhadap pertumbuhan koloni patogen dengan rumus (Nduagu et al., 2008) :

K0 – K1

P = x 100% K0

P adalah persentase penghambatan, K0 = jari-jari koloni patogen ke arah tepi cawan petri (kontrol), dan K1 = jari-jari koloni patogen ke arah biakan Trichoderma sp.

Untuk mengetahui ada tidaknya lisis dan antibiosis dilakukan pengamatan pada titik pertemuan patogen dan Trichoderma sp. yang ditunjukkan adanya batas yang jelas antara koloni patogen dan Trichoderma sp. atau adanya warna kuning atau coklat yang dilihat dari bagian bawah cawan. Berikut ini merupakan tata letak uji antagonisme metode kultur ganda.

Gambar 1. Tata letak jamur Trichoderma sp. dan S. rolfsii pada uji antagonisme dalam cawan petri.(P = biakan S. rolfsii, T = biakan Trichoderma sp.).

P T

3 cm 3 cm

3 cm


(30)

12

3.4.4 Pengujian filtrat Trichoderma sp. terhadap pertumbuhan S. rolfsii.

Pada pengujian ini, media yang digunakan adalah campuran filtrat Trichoderma dan media PDA dengan perbandingan 1:1. Sebanyak 25 ml filtrat Trichoderma dicampur dengan 25 ml media PDA yang belum jadi, lalu diotoklaf pada suhu 121oC selama 10 menit. Untuk perlakuan kontrol, media yang digunakan hanya media PDA tanpa filtrat Trichoderma. Setelah selesai diotoklaf dan cukup dingin, media uji tersebut dituang dalam cawan petri dan dibiarkan membeku. Setelah beku, sebanyak 1 sklerotia S. rolfsii diletakkan tepat ditengah cawan lalu diinkubasi pada suhu ruang dengan pencahayaan matahari.

Perlakuan pada percobaan ini adalah filtrat dari 4 isolat Trichoderma sp. ditambah dengan 1 perlakuan kontrol. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Peubah yang diamati adalah pertumbuhan koloni jamur S. rolfsii. Pengamatan dilakukan setiap hari dengan mengukur pertumbuhan koloni S.rolfsii. Pengukuran dihentikan apabila pada perlakuan kontrol pertumbuhan koloni S.rolfsii telah mencapai tepi cawan petri.

3.4.5 Pengujian filtrat Trichoderma sp. terhadap perkecambahan sklerotia S. rolfsii.

Pada pengujian ini, sklerotia dari S. rolfsii terlebih dahulu direndam dalam filtrat Trichoderma terbaik. Perendaman dalam filtrat dilakukan selama 10 menit, selanjutkan ditiriskan pada kertas tisu lalu diinokulasikan pada media PDA dan inkubasi pada suhu ruang dengan pencahayaan matahari.. Media PDA yang


(31)

13

digunakan adalah media PDA tanpa dicampur filtrat Trichoderma. Untuk perlakuan kontrol, sklerotia dari S. rolfsii direndam dalam aquades steril. Setiap perlakuan terdiri atas 5 cawan Petri dan setiap cawan petri terdiri atas 10 sklerotia. Pengamatan dilakukan setiap hari dengan menghitung jumlah sklerotia yang brkecambah dan tidak berkecambah. Selain itu juga diamati perkembangan koloni Sclerotium yang terbentuk.


(32)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa Trichoderma sp.dan filtratnya mampu menghambat pertumbuhan S. rofsii. Isolat Trichoderma yang memiliki memiliki kemampuan tertinggi dalam menghambat S. rofsii adalah isolat T. harzianum.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian lanjutan mengenai cara penyiapan media kultur cair

Trichoderma sp. agar dapat meningkatkan kemampuan filtrat Trichoderma sp. dalam menghambat pertumbuhan S. rofsii.


(33)

21

PUSTAKA ACUAN

Cook R and Baker KF. 1983. The Nature and Practice of Biological Control of Plants Pathogens. American Phytopathological Society. St. Paul. Minnesota. Di Pietro, A., M. Lorito, C. K. Hayes, R. M. Broadway, and G. E. Harman. 1993.

Endochitinase from Gliocladium virens: isolation, characterization, and synergistic antifungal activity in combination with gliotoxin. Phytopathology 83:308-313.

El-katatny, M.H., Somitsch, W., Robra, K.H., El-Katatny., and Gubitz, G.M. 2000. Production of chitinase and β-1,3-glucanase by T. harzianum, Food technol. Biotechnol. 38 (3): 173-180

Gultom, J.M., 2008. Pengaruh Pemberian Beberapa Jamur Antagonis dengan berbagai Tingkat Konsentrasi untuk Menekan Perkembangan Jamur Phytium sp Penyebab Rebah Kecambah pada Tanaman Tembakau (Nicotiana

tabaccum L.) http://repository.usu.ac.id.pdf Akses 14 Maret 2014

Gveroska, B., and Ziberoski, J. 2012. Trichoderma harzianum as a biocontrol agent against Alternaria alternata on tobacco. J. Appl. Technol. & Innov. 7(2): 67-76

Harman, G. E. & C. P. Kubicek. (1998). Trichoderma and Gliocladium, Vol. 2. Enzymes, Biological Control and Commercial Applications. Taylor and Francis, London, UK. V Congreso Mundial del Aguacate. 725-733.

Kementan. 2013. Produksi Tanaman Pangan. http://aplikasi.pertanian.go.id/bdsp/ hasil kom.asp. diakses 5 Maret 2014

Kuswinanti, T., 2006. Efektivitas Trichoderma harzianum dan Gliocladium virens dalam Menekan Pertumbuhan Sclerotium rolfsii, Penyebab Penyakit Busuk Pangkal Batang pada Tanaman Kacang Tanah. Buletin Penelitian, Vol.9 (1), 10-17 hlm.

Lorito, M., A. Di Pietro, C.K. Hayes, S.L. Woo and G.E. Harman. 1993. Antifungal Synergistic Interaction Between Chitinolytic Enzymes from T. harzianum and Enterobacter cloaca. Phytopathol.83(7): 721 – 727.


(34)

22

Mukherjee, P.K., Horwitz, B.A., dan Kenerly, C.M. 2012. Secondary metabolism in Trichoderma – a genomic perspective. Microbiol. 158:35-45

Nduagu C., Ekefan E.J., and Nwankiti A. O. 2008. Effect of Some Crude Plant Extracts on Growth of Colletotrichum capsici (Synd) &Bisby, Causal Agent of Pepper Antracnose. J. of Applied Biosci. 6(2): 184-190

Nugroho, T. T, Saryono Ulina, R. S. Silitonga, A. 2008. Laminarinase Activity Produced by Riau Local Biocontrol Fungi. Paper presented at the second Gruber-Soedigdo Lecture 2008 Seminar on Protein Folding and Dynamics and Their Implication for Human Disease. Bandung. Diakses 15 Agustus 2014

Radder, Siddanagoudar R., 2005. Effect of bioagents and their metabolites on sclerotium rolfsii Sacc of groundnut. Thesis Master of Science. University of Agricultural Sciences. Dharward.

Rukmana, R. dan Yuyun Yuniarsih.1996. Kedelai Budidaya dan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta.

Schirmbock. M, M Lorito, Y L Wang, C K Hayes, I Arisan-Atac, FScala, G E Harman and C P Kubicek. 1994. Appl. Environ. Microbiol. 1994,

60(12):4364.

Semangun, H. 1993. Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Soesanto, L. 2008. Pengantar Pengendalian Penyakit Tanaman. Rajawali Pers. PT. Raja Grafindo Persada.Jakarta.

Tindaon, H., 2008. Pengaruh Jamur Antagonis Trichoderma harzianum dan Pupuk Organik untuk Mengendalikan Patogen Tular Tanah Sclerotium rolfsii Sacc. Pada Tanaman Kedelai ( Glycine max L.) di Rumah Kasa.

http://repository.usu.ac.id.pdf akses pada 2 Januari 2014

Xiao-Yan. S, Shen Qing-Tao, Xie Shu-Tao, Chen Xiu-Lan, Sun Cai-Yun & Zhang Yu-Zhong.2006. Broad-spectrum antimicrobial activityand high stability of Trichokonins fromTrichoderma koningii SMF2 against plant pathogens. State Key Laboratory of Microbial Technology, Shandong University, Ji’nan, China.


(1)

11

cawan. Setelah data jari-jari didapatkan kemudian dihitung persentase

penghambatan Trichoderma sp. terhadap pertumbuhan koloni patogen dengan rumus (Nduagu et al., 2008) :

K0 – K1

P = x 100% K0

P adalah persentase penghambatan, K0 = jari-jari koloni patogen ke arah tepi cawan petri (kontrol), dan K1 = jari-jari koloni patogen ke arah biakan Trichoderma sp.

Untuk mengetahui ada tidaknya lisis dan antibiosis dilakukan pengamatan pada titik pertemuan patogen dan Trichoderma sp. yang ditunjukkan adanya batas yang jelas antara koloni patogen dan Trichoderma sp. atau adanya warna kuning atau coklat yang dilihat dari bagian bawah cawan. Berikut ini merupakan tata letak uji antagonisme metode kultur ganda.

Gambar 1. Tata letak jamur Trichoderma sp. dan S. rolfsii pada uji antagonisme dalam cawan petri.(P = biakan S. rolfsii, T = biakan Trichoderma sp.).

P T

3 cm 3 cm 3 cm


(2)

12

3.4.4 Pengujian filtrat Trichoderma sp. terhadap pertumbuhan S. rolfsii.

Pada pengujian ini, media yang digunakan adalah campuran filtrat Trichoderma dan media PDA dengan perbandingan 1:1. Sebanyak 25 ml filtrat Trichoderma dicampur dengan 25 ml media PDA yang belum jadi, lalu diotoklaf pada suhu 121oC selama 10 menit. Untuk perlakuan kontrol, media yang digunakan hanya media PDA tanpa filtrat Trichoderma. Setelah selesai diotoklaf dan cukup dingin, media uji tersebut dituang dalam cawan petri dan dibiarkan membeku. Setelah beku, sebanyak 1 sklerotia S. rolfsii diletakkan tepat ditengah cawan lalu diinkubasi pada suhu ruang dengan pencahayaan matahari.

Perlakuan pada percobaan ini adalah filtrat dari 4 isolat Trichoderma sp. ditambah dengan 1 perlakuan kontrol. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Peubah yang diamati adalah pertumbuhan koloni jamur S. rolfsii. Pengamatan dilakukan setiap hari dengan mengukur pertumbuhan koloni S.rolfsii. Pengukuran dihentikan apabila pada perlakuan kontrol pertumbuhan koloni S.rolfsii telah mencapai tepi cawan petri.

3.4.5 Pengujian filtrat Trichoderma sp. terhadap perkecambahan sklerotia S. rolfsii.

Pada pengujian ini, sklerotia dari S. rolfsii terlebih dahulu direndam dalam filtrat Trichoderma terbaik. Perendaman dalam filtrat dilakukan selama 10 menit, selanjutkan ditiriskan pada kertas tisu lalu diinokulasikan pada media PDA dan inkubasi pada suhu ruang dengan pencahayaan matahari.. Media PDA yang


(3)

13

digunakan adalah media PDA tanpa dicampur filtrat Trichoderma. Untuk perlakuan kontrol, sklerotia dari S. rolfsii direndam dalam aquades steril. Setiap perlakuan terdiri atas 5 cawan Petri dan setiap cawan petri terdiri atas 10 sklerotia. Pengamatan dilakukan setiap hari dengan menghitung jumlah sklerotia yang brkecambah dan tidak berkecambah. Selain itu juga diamati perkembangan koloni Sclerotium yang terbentuk.


(4)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa Trichoderma sp.dan filtratnya mampu menghambat pertumbuhan S. rofsii. Isolat Trichoderma yang memiliki memiliki kemampuan tertinggi dalam menghambat S. rofsii adalah isolat T. harzianum.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian lanjutan mengenai cara penyiapan media kultur cair

Trichoderma sp. agar dapat meningkatkan kemampuan filtrat Trichoderma sp. dalam menghambat pertumbuhan S. rofsii.


(5)

21

PUSTAKA ACUAN

Cook R and Baker KF. 1983. The Nature and Practice of Biological Control of Plants Pathogens. American Phytopathological Society. St. Paul. Minnesota. Di Pietro, A., M. Lorito, C. K. Hayes, R. M. Broadway, and G. E. Harman. 1993.

Endochitinase from Gliocladium virens: isolation, characterization, and synergistic antifungal activity in combination with gliotoxin. Phytopathology 83:308-313.

El-katatny, M.H., Somitsch, W., Robra, K.H., El-Katatny., and Gubitz, G.M.

2000. Production of chitinase and β-1,3-glucanase by T. harzianum, Food technol. Biotechnol. 38 (3): 173-180

Gultom, J.M., 2008. Pengaruh Pemberian Beberapa Jamur Antagonis dengan berbagai Tingkat Konsentrasi untuk Menekan Perkembangan Jamur Phytium sp Penyebab Rebah Kecambah pada Tanaman Tembakau (Nicotiana

tabaccum L.) http://repository.usu.ac.id.pdf Akses 14 Maret 2014

Gveroska, B., and Ziberoski, J. 2012. Trichoderma harzianum as a biocontrol agent against Alternaria alternata on tobacco. J. Appl. Technol. & Innov. 7(2): 67-76

Harman, G. E. & C. P. Kubicek. (1998). Trichoderma and Gliocladium, Vol. 2. Enzymes, Biological Control and Commercial Applications. Taylor and Francis, London, UK. V Congreso Mundial del Aguacate. 725-733.

Kementan. 2013. Produksi Tanaman Pangan. http://aplikasi.pertanian.go.id/bdsp/ hasil kom.asp. diakses 5 Maret 2014

Kuswinanti, T., 2006. Efektivitas Trichoderma harzianum dan Gliocladium virens dalam Menekan Pertumbuhan Sclerotium rolfsii, Penyebab Penyakit Busuk Pangkal Batang pada Tanaman Kacang Tanah. Buletin Penelitian, Vol.9 (1), 10-17 hlm.

Lorito, M., A. Di Pietro, C.K. Hayes, S.L. Woo and G.E. Harman. 1993. Antifungal Synergistic Interaction Between Chitinolytic Enzymes from T. harzianum and Enterobacter cloaca. Phytopathol.83(7): 721 – 727.


(6)

22

Mukherjee, P.K., Horwitz, B.A., dan Kenerly, C.M. 2012. Secondary metabolism in Trichoderma – a genomic perspective. Microbiol. 158:35-45

Nduagu C., Ekefan E.J., and Nwankiti A. O. 2008. Effect of Some Crude Plant Extracts on Growth of Colletotrichum capsici (Synd) &Bisby, Causal Agent of Pepper Antracnose. J. of Applied Biosci. 6(2): 184-190

Nugroho, T. T, Saryono Ulina, R. S. Silitonga, A. 2008. Laminarinase Activity Produced by Riau Local Biocontrol Fungi. Paper presented at the second Gruber-Soedigdo Lecture 2008 Seminar on Protein Folding and Dynamics and Their Implication for Human Disease. Bandung. Diakses 15 Agustus 2014

Radder, Siddanagoudar R., 2005. Effect of bioagents and their metabolites on sclerotium rolfsii Sacc of groundnut. Thesis Master of Science. University of Agricultural Sciences. Dharward.

Rukmana, R. dan Yuyun Yuniarsih.1996. Kedelai Budidaya dan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta.

Schirmbock. M, M Lorito, Y L Wang, C K Hayes, I Arisan-Atac, FScala, G E Harman and C P Kubicek. 1994. Appl. Environ. Microbiol. 1994,

60(12):4364.

Semangun, H. 1993. Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Soesanto, L. 2008. Pengantar Pengendalian Penyakit Tanaman. Rajawali Pers. PT. Raja Grafindo Persada.Jakarta.

Tindaon, H., 2008. Pengaruh Jamur Antagonis Trichoderma harzianum dan Pupuk Organik untuk Mengendalikan Patogen Tular Tanah Sclerotium rolfsii Sacc. Pada Tanaman Kedelai ( Glycine max L.) di Rumah Kasa.

http://repository.usu.ac.id.pdf akses pada 2 Januari 2014

Xiao-Yan. S, Shen Qing-Tao, Xie Shu-Tao, Chen Xiu-Lan, Sun Cai-Yun & Zhang Yu-Zhong.2006. Broad-spectrum antimicrobial activityand high stability of Trichokonins fromTrichoderma koningii SMF2 against plant pathogens. State Key Laboratory of Microbial Technology, Shandong