ANALISIS NILAI-NILAI HUMANIS DALAM CERPEN MAJALAH HORISON DENGAN PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SMA.

(1)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...

DAFTAR ISI ... 1

BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. 1.1.Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. 1.2.Identifikasi dan Pembatasan Masalah PenelitianError! Bookmark not defined. 1.3.Rumusan Masalah Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.4.Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.5.Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.6.Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined. 1.7.Asumsi ... Error! Bookmark not defined. BAB II LANDASAN TEORETIS ... Error! Bookmark not defined. 2.1.Hakikat Sastra ... Error! Bookmark not defined. 2.2.Hakikat Cerita Pendek ... Error! Bookmark not defined. 2.2.1 Sejarah Cerita Pendek...16

2.2.2. Unsur-unsur Cerita PendekError! Bookmark not defined. 2.3. Konsep Nilai...32

2.4.Nilai-nilai Humanis ... 34

2.5.Pendekatan Psikologi Sastra ... 37

2.5.1. Landasan Psikologi Sastra ... 38

2.5.2. Penopang Pendekatan Psikologi Sastra ... 40

2.5.3. Fokus Penelitian Psikologi Sastra ... 40


(2)

2.6.Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMA ... 43

BAB III PROSEDUR PENELITIAN ... 45

3.1.Metode Penelitian ... 45

3.2.Langkah-langkah Penelitian ... 45

3.3.Sumber Data ... 46

3.4.Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen ... 47

BAB IV PENELITIAN TENTANG CERITA PENDEK………...50

4.1.Data dan Analisis cerpen ... Error! Bookmark not defined. 4.2.Hasil Analisis ... 115

4.2.1. Hasil Analisis Struktur... 116

4.2.2. Hasil Analisis Nilai Humanis...119

4.2.3. Hasil Analisis Psikologis Tokoh…...121

4.3.Kesimpulan………...125

4.4. Pembahasan Hasil analisis...133

4.3.1. Psikofilosofis dalam Cerpen ... 135

4.3.1.1. Niveau Human ... 136

4.3.1.2. Neveau Religius ... 155

4.3.2. Nilai-nilai Humanis ... 158

4.3.2.1. Kecerdasan Religius ... 164

4.3.2.2. Kecerdasan Kultural ... 170

4.3.2.3. Kecerdasan Sosial ... 173

BAB V PEMBELAJARAN ... 177

5.1 Pembelajaran Apresiasi Sastra ...177


(3)

5.3 Pelaksanaan Uji Coba Pembelajaran ...179

BAB VI SIMPULAN………...188

6.1. Simpulan... 188

6.2. Saran...199

DAFTAR PUSTAKA...201

Lampiran - Lampiran...203

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran…………..………..……….203

Cerpan - Cerpen………..………..………...210

Contoh Hasil Apresiasi Kerja Kelompok Siswa………..238

Keterangan Penunjang Penelitian………242


(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Cerita pendek yang lazim disingkat menjadi cerpen merupakan salah satu genre sastra Indonesia berbentuk prosa. yang memuat peristiwa-peristiwa kehidupan manusia serta diperankan oleh tokoh-tokoh imajiner atau tokoh-tokoh faktual di dalamnya, yang telah melalui perenungan, penghayatan, dan penjiwaan pengarangnya sehingga menjadi nilai-nilai yang bermakna.

Sejalan dengan pendapat Semi (2010:77), Karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar atau subconcius setelah mendapat bentuk yang jelas dituangkan ke dalam bentuk tertentu secara sadar atau concious dalam bentuk penciptaan karya sastra.

Cerpen sebagai cabang dari seni sastra mempunyai fungsi dalam kehidupan manusia di antaranya menggambarkan situasi dan kondisi kemanusiaan, kepekaan batin, atau sosial, pendidikan atau kecerdasan, dan kesejahteraan rohani yaitu estetis (memperhalus budi pekerti). Hal ini sejalan dengan pendapat Sumardjo ( 1988:16) bahwa sebagai cabang kesenian, sastra berfungsi memperjelas, memperdalam, dan memperkaya penghayatan manusia terhadap kehidupan mereka. Dengan demikian, dengan penghayatan yang lebih baik terhadap kehidupannya, manusia dapat berharap untuk menciptakan kehidupan yang lebih sejahtera.” Endraswara (2008:125) “ Secara sederhana, dapat dinyatakan bahwa sastra memiliki fungsi bagi kehidupan jiwa. Jiwa manusia akan semakin arif dengan bergumul pada sastra” Hal itu diakui pula oleh Budianta, dkk ( Endraswara, 2008:125), pasalnya dalam hidup sehari-hari, sastra bisa digunakan sebagai alat menyatakan perasaan marah, benci, cinta. Hal ini jelas persoalan psikologis. Sastra menjadi konsumsi penting bagi jiwa.


(5)

Situasi sosial, kultur masyarakat kita akhir-akhir ini memang semakin menghawatirkan. Ada berbagai macam peristiwa dalam pendidikan yang semakin merendahkan harkat dan derajat manusia. Hancurnya nilai-nilai moral, merebaknya ketidakadilan, tipisnya rasa solidaritas, dll telah terjadi dalam lembaga pendidikan kita. Hal ini mewajibkan kita untuk mempertanyakan sejauh mana lembaga pendidikan kita telah mampu menjawab dan tanggap atas berbagai macam persoalan dalam masyarakat kita? Ada apa dengan pendidikan kita sehingga manusia dewasa yang telah lepas dari lembaga pendidikan formal tidak mampu menghidupi gerak dan dinamika masyarakat yang lebih membawa berkah dan kebahagiaan bagi semua orang? ( Koesoemah, 2010 : 112)

Goble (2002 : 149 ) “ Penyakit utama abad kita ialah tidak adanya nilai-nilai... keadaan ini jauh lebih gawat dari yang pernah terjadi dalam sejarah umat manusia; dan ... sesuatu dapat dilakukan dengan usaha umat manusia sendiri.”

Memasuki abad ke-21 banyak pendidik ingin menekankan kembali hadirnya pendidikan budi pekerti, untuk mempromosikan nilai-nilai positif bagi anak-anak muda dalam kaitannya dengan merebaknya perilaku kekerasan dalam masyarakat. (Koesoema, 2010 :117)

Brooks dan Goble ( Koesoema, 2010: 117) mengidentifikasi bahwa, “... kejahatan dan bentuk-bentuk lain perilaku tidak bertanggung jawab telah menigkat dengan kecepatan yang sangat menghawatirkan dan telah merembes menembus berbagai macam aspek kehidupan sehari-hari dan telah menjadi proses reproduksi sosial. Masyarakat kita sedang berada dalam ancaman tindak kekerasan,vandalisme, kejahatan di jalan, adanya geng-geng jalanan, anak-anak yang kabur dari sekolah/bolos( truancy), kehamilan di kalangan anak-anak-anak-anak muda, bisnis hitam ( business fraud ), korupsi dan politisi, kehancuran dalam kehidupan rumah tangga, hilangnya rasa hormat pada orang lain, dan memupusnya etika profesi.”


(6)

Pemikir lain West ( Koesoema,2010:117) misalnya, melihat bahwa kemerosotan nilai-nilai moral yang ada dalam anak-anak muda itu tidaklah hanya berlaku bagi kaum muda semata. Situasi kemerosotan moral ini sebenarnya telah menjadi semacam ciri khas kultur abad ke-20. West mengingatkan bahwa kekejaman manusia ( human brutality) abad ini semestinya membuat kita mempertanyakan tentang kodrat kemanusiaan kita sendiri. Ia menyatakan bahwa, “ Kita hidup pada penghujung abad yang ditandai dengan brutalitas dan kekejaman yang tak berkesudahan, sebuah masa di mana lebih dari dua ratus juta umat manusia telah dibunuh atas nama ideologi yang bersifat jagal ( pernicious ideology ). ...”

“Politik kotor, puisi membersihkannya”, ungkapan tersebut merupakan ungkapan yang cukup terkenal dari seorang presiden Amerika Serikat yang terkenal, John F. Kennedy. Lalu mengapa, puisi bagi Kennedy seolah-olah menjadi salah satu obat dalam dunia politiknya sebagai otoritas dirinya sebagai presiden? Sastra memang salah satu ilmu yang berbicara tentang nilai-nilai dan estetika, di dalamnya unsur -unsur kehidupan atau realitas tercermin dalam teks sastra tersebut.

Dalam khasanah sosiologi misalnya, sastra tidak terlepas dan mempertimbangkan keterlibatannya dengan struktur sosialnya dalam hal ini dunia realitas (masyarakat). Ratna (2003), menjelaskan bahwa sastra mencoba untuk menjelaskan bahwa eksistensi karya sastra bukan semata-mata gejala individual, melainkan juga gejala sosial. Lebih jauh, apabila dikaitkan dengan perkembangan kontemporer, sastra lebih banyak memberikan aksentuasi pada asumsi-asumsi yang berhubungan dengan masyarakat, yaitu interaksi antarindividu, bukan individu. Pemahaman aspek-aspek sosial dengan demikian mencoba menjelaskan eksistensi individu dalam masyarakat, individu sebagai homo sapiens sekaligus homo socius.

Fenomena sekarang dalam era globalisasi ini, kondisi masyarakat sudah terlepas dari keberfungsian dirinya sebagai homo socius sebagai jalinan antarindividu. Kita lihat fakta-fakta keretakan cultural dewasa tersebut, sebagai contoh gerakan-gerakan vandalisme dari


(7)

sekelompok orang cukup meresahkan masyarakat atau yang lebih mengecewakan banyaknya tawuran antarpelajar yang seharusnya mereka menjadi tauladan bagi masyarakat. Hal ini merupakan salah satu contoh dari lepasnya daya etika dan estetika dari kelompok tersebut.

Sebagai penyeimbang dari keretakan cultural tersebut, seyogyanya disiplin ilmu dalam hal ini sastra harus menjadi penunjang dari keretakan cultural tadi. Bagi Y.B. Mangunwijaya (1988: 11), Pada Awal Mula, Segala Sastra Adalah Religius. Religius sebagaimana dijelaskan Mangunwijaya berasal dari kata religio dating dari kata re-ligo yang berarti menambatkan kembali. Secara umum manusia religiosus dengan aman dapat diartikan manusia yang berhati nurani serius, saleh, teliti dalam pertimbangan batin dan sebagainya. Jadi belum menyebut, dia menganut agama manapun.

Sebagaimana telah dijelaskan di muka, karena sastra lebih berbicara mengenai nilai-nilai dan etika, maka sastra harus menjadi tumpuan pelajaran atau cerminan hidup bagi masyarakat untuk menciptakan manusia-manusia yang religiosus—manusia-manusia saleh.

Dalam realitas kehidupan, sebagai kondisi riil pendidikan, dapat dilihat adanya perubahan sosial yang begitu cepat, proses transformasi budaya yang semakin deras dan dahsyat, juga perkembangan politik universal, kesenjangan ekonomi yang menganga lebar serta pergeseran nilai kemanusiaan yang fundamental, mau tidak mau mengharuskan pendidikan memfokuskan bidikannya ke arah ini.

Untuk itu, pendidikan harus senantiasa toleran dan tunduk pada perubahan normatif dan cultural yang terjadi. Pendidikan sesungguhnya merupakan sebuah lembaga sosial yang berfungsi sebagai pembentuk insan yang berbudaya dan melakukan proses pembudayaan nilai-nilai. Maka dari itu, siswa harus dijadikan manusia-manusia saleh. Untuk itu pula sastra harus menjadi daya tarik tersendiri dalam mengubah paradigma siswa dalam menghadapi kehidupan yang sudah mengalami perubahan yang cukup signifikan itu. Yaitu perubahan-perubahan moral yang sudah di luar batas dari nilai dan etika.


(8)

Pembelajaran sastra dalam hal ini apresiasi terhadap cerpen-cerpen, menjadi penting untuk dilakukan. Cerpen merupakan cerminan dari sebagian realitas. Untuk itu apresiasi cerpen bagi siswa sangat begitu penting dalam mempelajari tahapan-tahapan mengenai etika dan nilai-nilai. Sebagaimana Taufik Ismail mengatakan bahwa tujuan siswa mempelajari sastra bukan untuk menjadi seorang sastrawan, melainkan siswa dituntut kritis untuk membaca kehidupannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu kegiatan berapresiasi dan berpengalaman sastra sangat penting dilakukan di sekolah.

Terlebih melakukan proses apresiasi berdasarkan konteks humanistik. Humanistik ini berarti membentuk insan manusia yang memiliki komitmen humaniter sejati, yaitu insan manusia yang memiliki kesadaran, kebebasan, dan tanggung jawab sebagai insan manusia individual, namun tidak terangkat dari kebenaran faktualnya bahwa dirinya hidup di tengah masyarakat.

Pola apresiasi berdasarkan konteks humanistik ini sesuai dengan pengertian pendidikan (Islam) humanistik (Baharudin, 2009: 23) bahwa:

“Pendidikan (Islam) humanistik adalah pendidikan yang mampu memperkenalkan apresiasinya yang tinggi kepada manusia sebagai makhluk Allah yang mulia dan bebas serta dalam batas-batas eksistensinya yang hakiki, dan juga sebagi khalifatullah (Q.S. Al-Baqarah: 30). Pendidikan (Islam) humanistik adalah pendidikan yang memandang manusia sebagai manusia, yakni makhluk hidup ciptaan Tuhan dengan fitrah-fitrah tertentu untuk dikembangkan secara maksimal dan optimal.”

Agar dapat memilih bahan pembelajaran sastra yang tepat, beberapa aspek perlu dipertimbangkan dengan baik. Menurut Rahmanto (1993: 27), ada tiga aspek yang tidak boleh dilupakan dalam memilih bahan pengajaran sastra, yaitu aspek bahasa, aspek psikologi, dan aspek latar belakang budaya. Dalam pendekatan pendidikan humanistik, ketiga aspek tersebut dijelaskan dan diperhatikan dengan seksama.

Analisis karya sastra di Indonesia dengan pendekatan psikologi sastra masih sangat langka hal ini masih dapat disebut yaitu M.S. Hutagalung dan Boen S. Oemarjati yang menerapkan pendekatan “psikoanalisa” terhadap Jalan Tak Ada Ujung karya Muchtar Lubis,


(9)

dan Atheis-nya Akhdiyat Kartamiharja. Harjana 1985 (Endraswara 2008) Jika direnungkan dari pembahasan, hal itu merupakan peta buram kritik psikologi di Indonesia. Contoh yang dipaparkan dari sastra asing. Hal itu berarti sastra asing telah berkembang pesat wawasan psokologi sastranya.

Penelitian semacam ini penting dilakukan karena analisis karya sastra merupakan salah satu bagian bidang sastra yang penting baik bagi pemahaman karya sastra, perkembangan sastra, maupun bagi keilmuan sastra. Di samping itu pula, analisis terhadap karya sastra masih sedikit, lebih-lebih analisis terhadap karya sastra berupa cerpen yang dikontribusikan terhadap pendidikan humanis dengan pendekatan psikologi sastra.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka fokus penelitian ini, akan memfokuskan pada penelitian atau analisis terhadap cerpen majalah Horison berdasarkan nilai-nilai humanis dengan pendekatan psikologi sebagai bahan pembelajaran . Berangkat dari kerangka konseptual itu, maka penulis dalam penelitian ini, memberi kerangka judul “Analisis Cerpen Nilai-Nilai Humanis dalam Cerpen Pada Majalah Horison Dengan Pendekatan Psikologi Sastra Sebagai Bahan Pembelajaran ApresiasiSastradi SMA”.

1.2. Identifikasi dan Pembatasan Masalah Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis perlu membatasi masalah supaya penelitian ini lebih jelas yang akan ditelitinya, sehingga tidak mengaburkan peneliti dan memudahkan berjalannya sebuah penelitian. Di samping itu dapat membantu dalam mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk pelaksanaannya, seperti tenaga, kesiapan, waktu dan dukungan lainnya.

Kajian penelitian ini memfokuskan pada analisis cerpen-cerpen dari majalah Horison, dan cerpen Horison dengan berdasarkan monumental peristiwa tsunami di Aceh. Cerpen-cerpen tersebut yaitu Si Kakkek dan Burung Dara ( karya M.Fodoli Zaini, !966 ), Kadis (


(10)

karya Mohammad Diponegoro, 1984), Ada Api di Atas Atap ( karya Kontowijoyo, 1998), yaitu cerpen Tsunami (karya Putu Wijaya, 2005), Cut ( karya Asma Nadia, 2005), Pernikahan Gelombang ( karya A.Rahim Qahhar,2005 ) Ibu Berperahu Sajadah ( karya Isbedy Stiawan ZS, 2005 ), Dan Perempuan Sunyi Bersama Arwah Burung-burung, 2010). Adapun unsur yang akan dianalisis perkembangan unsur cerpen, nilai-nilai humanis, karakter para tokoh yang ada dalam cerpen dengan pendekatan psokologi sastra.

1.3. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. apakah cerpen dalam majalah Horison mengalami perkembangan dari segi

unsur-unsurnya.

2. karakter apa sajakah yang ada pada tokoh-tokoh dalam cerpen-cerpen majalah Horison itu?

3. apakah cerpen-cerpen dalam majalah Horison tokoh-tokohnya memiliki nilai-nilai humanis?

4. apakah cerpen dalam majalah Horison dapat dijadikan bahan pembelajaran apresiasi sastra di SMA?

1.4. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis cerpen-cerpen majalah Horison dan penerapan nilai-nilainya.

Secara khusus penelitian ini bertujuan:

1. memperoleh gambaran perkembangan unsur cerpen dalam majalah Horison.

2. memperoleh gambaran karakter pada tokoh-tokoh cerita pendek dalam majalah Horison.


(11)

3. memperoleh gambaran nilai-nilai humanis yang ada pada cerita pendek dalam majalah Horison.

4. mengaplikasikan nilai-nilai humanis yang terdapat dalam cerita pendek sebagai bahan pembelajaran apresiasi sastra.

1.5. Manfaat Penelitian

a. Segi keilmuan

1. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan peneliti dan pihak lain yang berminat dalam bidang sastra khususnya cerpen.

2. Hasil penelitian dari menganalisis cerpen berdasarkan karakter yang didasarkan pada nilai-nilai humanis dengan pendekatan psikologi sastra diharapkan dapat bermanfaat bagi kehidupan yaitu manfaat estetis, pendidikan, kepekaan batin atau sosial, kesejahteraan rohani, menambah wawasan, pengembangan jiwa dan kepribadian.

b. Segi Praktis

Dari segi praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagi bahan dalam pembelajaran apresiasi sastra.

1.6. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran makna pada judul penelitian ini peneliti perlu menjelaskan istilah yang digunakan.

a. Cerpen, akronim dari cerita pendek.

b. Cerpen-cerpen Horison, cerpen-cerpen yang diambil dari majalah-majalah Horison yang lahir Juli 1966.


(12)

c. Nilai adalah keyakinan seseorang akan sesuatu kebaikan atau keburukan untuk di ukur.

d. Nilai-nilai Humanis, nilai humanis yaitu nilai-nilai kemanusiaan yang menjunjung harkat dan martabat manusia, tingkatan jiwa yang hanya dicapai oleh manusia, berupa perasaan belas kasihan, gotong-royong, saling bantu-membantu, rasa simpatik, renungan-renungan moral dan sebaginya.

e. Pendekatan, adalah cara-cara atau jalan menghampiri objek.

f. Psikologi Sastra, adalah cabang ilmu sastra yang mendekati karya sastra dari sudut karakter tokoh-tokoh dalam cerita.

g. Bahan Pembelajaran, sarana belajar mengajar yang digunakan oleh siswa dan guru. h. Apresiasi sastra

Apresiasi sastra adalah penghargaan atas karya sastra sebagai hasil pengenalan, pemahaman, penafsiran, penghayatan, dan penikmatan yang didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra itu.

1.7. Asumsi

Cerpen merupakan suatu produk dari suatu kejiwaan dan pemikran pengarang yang berisi nilai-nilai humais, menjunjung harkat dan martabat manusia, dan menggambarkan situasi dan kondisi kemanusiaan, nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang sangat berguna untuk membangun kesejahteraan rohani.


(13)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif analisis. Yang menjadi dasar penentuannya pada masalah yaitu menganalisis cerpen-cerpen dalam majalah Horison berdasarkan nilai-nilai humanis dengan pendekatan psikologi sastra. Peneliti melakukan eksplorasi dan analisis terhadap data yang didapat, hasil analisis diinterpretasikan berdasarkan teori yang ada dan disimpulkan.

3.2. Langkah-langkah Penelitian

Langkah kerja pendekatan psikologi sastra menurut Semi ( 2010:79-80) yang telah dimodifikasi penulis sesuai dengan kebutuhan penelitian sebagai berikut.

(1) Pendekatan psikologi menekankan analisis terhadap cerpen baik intrinsik maupun ekstrinsik. Namun tekaanan diberikan pada segi intrinsik. Dari segi intrinsik yang ditekankan adalah penokohan atau perwatakannya.(2) Segi ekstinsik yang dipentingkan untuk dibahas adalah menyangkut masalah kejiwaannya tokoh-tokoh dalam cerita cita-cita, aspirasi, keinginan, falsafah hidup, obsesi, dan lain-lain. (3) Di samping menganalisis penokohan dan perwatakan dilakukan pula analisis yang lebih tajam tentang tema utama karya sastra, karena pada masalah perwatakan dan tema ini pula pendekatan psikologis ini sangat tepat diterapkan, sedangkan aspek lain lebih cocok digunakan pendekatan lain. (4) Analisis perwatakan mencari nalar tentang perilaku tokoh. Apakah perilaku tokoh tersebut dapat diterima ditinjau dari psikologi. Juga menjelaskan motif dan niat yang mendukung tindakan tersebut. Kalau ada berubah tajam pada tokoh, misalnya brutal kemudian menjadi kalem,


(14)

maka peneliti atau penelaah menalarnya dengan mencari data-data yang diperkirakan dapat mendukung tersebut. Peneliti secara jeli mengikuti tingkah laku tokoh dari satu peristiwa ke peristiwa lain. (5) Konflik kaitannya dengan perwatakan dan alur cerita mendapat kajian. Bahkan bila perlu dijelaskan perwatakan yang dihinggapi gejala penyakit neurosis, psikosis, dan halusinasi. Dalam menganalisis konflik akan dilihat apakah konflik itu terjadi dalam diri tokoh, atau konflik dengan tokoh lain atau situasi yang berada di luar dirinya. (6) Analisis dapat diteruskan kepada analisis pengaruh karya sastra terhadap pembaca.

3.3. Sumber Data

Penelitian ini bersifat kualitatif. Data penelitian berupa dokumentasi literatur yang diterbitkan berupa cerpen-cerpen majalah Horison. Dengan mengambil peristiwa yang bersifat monumental ( peristiwa tsunami Aceh ) dari pengarang yang berbeda.

Dalam penelitian psikologi satra agar tepat sasaran perlu memperhatikan dokumen, monumen, dan struktur psikologi. Hal ini sejalan dengan pendapat Fokkema (Endraswara, 2008:67-68) bahwa sastra adalah sebuah dukumen, monumen, dan tanda (struktur indah). Ketiga hal ini dalam studi psikologi sastra perlu dipegang teguh agar fokus penelitian tidak meleset. Dengan hal tersebut populasi dalam penelitian ini adalah didasarkan pada dokumen hasil karya sastra berupa cerpen dalam majalah Horison dengan monumen, peristiwa tsunami di Aceh. Sampel penelitian ini empat cerpen dari majalah Horison yaitu: Tsunami (karya Putu Wijaya), Cut ( karya Asma Nadia), Pernikahan Gelombang ( karya A. Rahhim Qahhar), Ibu Berperahu Sajadah ( karya Isbedy Stiawan ZS ), ditambah cerpen lain yang tidak merupakan peristiwa monumental Si Kakek dan Burung Dara ( karya M. Fudoli Zaini), Kadis ( karya Mohammad Diponegoro), Ada Api di Atas Atap ( karya Kuntowijoyo), Perempuan Sunyi Bersama Arwah Burung-burung ( Karya Indra Trenggono) dengan struktur kejiwaan berupa nilai-nilai humanis.


(15)

Sampel yang peneliti gunakan adalah sampel purposif (purposive sampling). Moleong ( 2001: 164) mengatakan” ... pada penelitian kualitatif, tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan ( puposive sampling).”

Sampel bertujuan dapat ditandai dengan hal-hal berikut:

Rancangan sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu, pemilihan sampel secara beurutan, penambahan sampel dipilih untuk memperluas informasi dari sampel sebelumnya. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel-sampel dipilih atas dasar fokus penelitian, dan pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan-pengulangan informasi yang dibutuhkan.

3.4. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen

Tekinik Pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas studi pustaka, penelusuran online, angket.

1) Studi Pustaka

Teknik ini diguakan untuk menggali teori yang relevan dengan hal-hal yang akan dikaji dalam penelitian ini, diantaranya teori tentang analisis cerpen, nilai-nilai humanis, pendekatan psikologi sastra, apresiasi, dan bahan ajar.

2) Penelusuran Online

Teknik penelusuran data online adalah tata cara melakukan penelusuran data melalui media internet ( Bungin,2009: 125). Teknik ini digunakan untuk menemukan karya sastra (cerpen) yang telah diteliti dengan pendekatan psikologi sastra.

3) Angket

Untuk mengumpulkan data mengenai resepsi siswa SMA mengenai nilai-nilai humanis dalam cerpen pada majalah Horison.


(16)

Pedoman Analisis Cerpen

Identitas Cerpen :

Judul :

Pengarang :

No. Pokok Analisis Penjelasan Tujuan

1 Unsur Intrinsik - Penokohan/ perwatakan

Menafsirkan karakter tokoh atau sesuatu yang menjdi pelaku

Untuk mengethui tokoh cerita, watak yang dimilik tokoh, teknik melukiskan tokoh.

2. Unsur Ekstrinsik Psikologi tokoh

Perubahan kejiwaan tokoh Untuk mengetahui

perubahan kejiwaan tokoh 3 Tema Cerita Sesuatu yang mendasari

cerita

Untuk mengetahui gagasan(ide) cerita.

4 Nalar

- Nalar perilaku tokoh

- Motif dan minat

Logiskah perilaku tokoh berdasarkan psikologi Dorongan untuk bertindak

Untuk mengetahui kelogisan perilaku tokoh berdasarkan

psikologi.

5 Konflik Pertentangan yang dialami

tokoh

Untuk mengetahui pertentangan tokoh dgn dirinya, dengan tokoh lain, dengan Tuhan.

Pedoman Analisis Nilai-nilai Humanis

No Pokok Masalah Pejelasan Tujuan

1 Nilai-nilai Humanis - Hubungan manusia dengan dirinya. - Hubungan manusia

dengan manusia lain dalam lingkungan sosial termasuk dengan

lingkungan alam.

Ingin memetik hikmah dari pesan moral yang

diamatkan untuk diaplikasikan dalam pembelajaran apresiasi sastra.


(17)

- Hubungan manusia dengan Tuhannya.


(18)

BAB V PEMBELAJARAN 5.1. Pembelajaran Apresiasi Sastra

Pembelajaran sastra saebagai bagian dari sistem pendidikan nasional berperan untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatan kwalitas kehidupan dan martabat manusia. Peran pembelajaran sastra dalam mencapai tujuan pendidikan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, melalui kegiatan menghayati dan memahami sastra. Dengan menghayati dan memahami sastra kita dapat memahami dan menghargai nilai-nilai yang terdapat dalam karya sastra. Sejalan dengan Rusyana (1999:7) “ Melalui sastra, kita dapat menemukan makna kehidupan, sesuatu yang dalam kenyataan sehari-hari jarang terjadi, sebab dalam kenyataan, hidup itu kita jalani serpih demi serpih, sedangkan dalam sastra hidup tersaji sebagai suatu yang lebih utuh.”

Tujuan pembelajaran sastra di Sekolah Menengah Atas berdasarkan Kurikulum 2004 dapat dibagi sebagai berikut.

- Memperoleh pengalaman sastra, yaitu pengalaman mengapresiasi hasil karya sastra, dan pengalaman berekspresi sastra.

- Memperoleh pengetahuan sastra, seperti teori sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra. Pembelajaran sastra di sekolah akan bermakna dengan baik apabila bertolak dari hasil sastra untuk dihayati. Penghayatan itu semakin mendalam apabila diperoleh pemahaman nilai-nilai dari apa yang dibacanya.

Sejalan dengan Rusyana ( 1999:7) “ Tujuan beroleh pengetahuan sastra dapat terjadi secara sesungguhnya apabila dilandasi oleh pengalaman sastra, tanpa itu, yang ada hanyalah ‘tahayul’ tentang sastra.”


(19)

Berdasarkan hal di atas, berikut ini penulis tampilkan pembelajaran apresiasi sastra yang didasarkan pada pengungkapan nilai-nilai yang terdapat pada hasil sastra berupa cerita pendek.

5.2 Model Pembelajaran Apresiasi Sastra

Kegiatan pembelajaran apresiasi sastra melalui tahapan berikut. - Tahap pertama, siswa membaca hasil karya sastra.

Tahap ini bertujuan memberikan pengalaman sastra yaitu, pengalaman mengapresiasi hasil sastra, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya, penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit, mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang bersifat kongkrit, memberikan pengetahuan yang bersifat langsung, penyajian informasi yang mampu menembus batas geografis.

- Tahap kedua, menceritakan kembali hasil sastra yang telah dibaca. Tahap ini bertujuan memberikan pengalaman berekspresi sastra dari pengindraan, pendengaran, daya tanggap, daya bayang, daya pikir, daya rasa dan lainnya.

- Tahap ketiga, siswa dengan bimbingan guru menentukan unsur-unsur pembengun karya sastra.Tahap ini bertujuan, memperoleh pengetahuan sastra seperti teori sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra. Pengetahuan sastra diberikan setelah mendapatkan pengalaman sastra, dimaksudkan pengetahuan sastra dikaitkan dengan pengalaman bersastra, agar pengalaman bersastra, agar pengalaman itu lebih mendalam dan lebih luas. - Tahap keempat, siswa mengaplikasikan pengalaman dan pengetahuan sastra pada hasil sastra lainnya dengan membaca hasil sastra. Tujuan tahap ini, untuk menanamkan rasa percaya diri dan menghargai hasil sastra.


(20)

- Tahap kelima, siswa mengkaji hasil sastra secara berkelompok dan membacakannya hasil kajian di depan kelas. Pada tahap ini diharapkan pengkajian terhadap hasil sastra lebih jelas, lebih mendalam dan lebih luas.

- Tahap keenam, perwakilan kelompok membacakan hasil kajian di depan kelompok lain. Tujuan tahap ini siswa mampu mengekpresikan hasil kajian dan bertukar pengalaman hasil apresiasi dari kajian hasil sastra yang sama.

5.3Pelaksanaan Uju Coba Pembelajaran

Penelitian ini menerapkan metode deskripsi analisis dengan tujuan memperoleh gambaran pemahaman siswa akan nilai-nilai yang terdapat pada karya sastra yang dibacanya. Pada tahap akhir penelitian ini penulis melakukan uji coba pembelajaran yang disusun sebagai bentuk pemanfaatan hasil penelitian. Akan tetapi fokus penelitian ini tidak ditunjukan pada eksperimen model pembelajaran melainkan pada kajian nilai-nilai yang terkandung pada karya satra (cerpen) secara kualitatif. Uji coba ini dilakukan untuk mendapatkan masukan tentang keefektifan penggunaan bahan pembelajaran berupa cerpen untuk mengungkapkan nilai-nilai luhur dalam cerpen khususnya nilai-nilai humanis selama pembelajaran berlangsung.

Uji coba pembelajaran peneliti lakukan di SMA Negeri I Susukan Kabupaten Cirebon kelas X pada tanggal 23 dan 24 Mei 2011. Jumlah siswa yang diuji coba berjumlah 40 siswa. Uji coba dilaksanakan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada standar kompetensi Membaca ( Memahami wacana sastra puisi dan cerpen ). Pembelajaran apresiasi sastra melalui enam tahapan kegiatan. Berikut peneliti paparkan tahap pembelajaran yang telah dikakukan.

Tahap pertama, pembelajaran diawali dengan siswa membaca pemahaman karya sastra berupa cerpen “ Si Kakek dan Burung Dara” karya M. Fudoli Zaini dalam langkah pertama ini diharapkan siswa beroleh pengalaman apresiasi sastra, berupa pengetahuan


(21)

unsur-unsur cerpen dari hasil karya berupa cerpen yang dibacanya. Dari hasil pengamatan siswa bersunguh-sungguh untuk memahami cerpen tersebut; hasil dari kesungguhan akan terlihat pada kegiatan berikutnya.

Tahap kedua, menceritakan kembali hasil membaca cerpen “ Si Kakek dan Burung Dara” . Siswa ditujuk secara acak menceritakan kembali, pada umumnya siswa dapat menceritakan dengan lancar mengungkapkan jalan cerita, tokoh, latar dengan tepat.dari hasil cerpen “ Si Kakek dan Burung Dara” yang diceritakan siswa sebagai berikut. Cerpen iti menceritakan ziarah Si Kakek ke kubur istri dan anaknya. Dalam perjalanan ziarah itu, direncanakan bahwa esok, Si Kakek dan cucunya, akan mengadu burung dara. Ternyata, pagi harinya diketahui, bahwa burung dara kecintaan kakek itu, hilang dibawa musang. Si kakek tentu marah. Tetapi kemarahan itu dapat ditahan ketika mengetahui bahwa hilangnya burung dara itu semata-mata akibat kelalaian cucunya.

Tahap kegiatan ketiga, siswa dengan bimbingan guru menentukan unsur-unsur pembangun cerpen.

- Guru bertanya kepada siswa, “Siapa tokoh utama dalam cerpen’Si Kakek dab Burung Dara’?”

- Siswa menjawab, “ Kakek dan Cucu” .

- Kemudian siswa bertanya,” Mengapa dalam cerita itu yang menjadi tokoh utama bukan bapak dan anak?”

- Dari hasil jawaban siswa dengan bimbingan guru bahwa,” Tokoh Kakek dan Cucu merupakan simbolik dari generiasi tua yang akan berakhir dan genersi muda yang masih panjang dalam menempuh kehidupan. Dalam cerpen ‘si Kakek dan Burung Dara’ ini banyak simbol dan pelajaran yang dapat di tarik.”

- “Silakan beri contoh yang lain?”


(22)

- Ia menanam duluan - Aku ingin jagung bakar. - Jagung itu enak dan manis

- “ Kaliamat kutipa tersebut merupakan simbol bahwa siapa yang melakukan kerja dengan baik akan memetik hasilnya dengan manis”

- Siswa lain pun memberi contoh, dengan mengutip kaliamat berikut. - Ajianmu sekarang sudah sampe mana?

- ‘bismilah’ jawab anak itu. - ‘Alhamdulillah belum? - ‘Belum’

- “Kutipan tersebut menunjukan bahwa cucunya masih perlu belajar banyak tentang ilmu, dan kakeknya (genersi tua) berharap cucunya ( generasi muda) menjadi orang yang pandai.”

- Guru, “ Banyak lagi simbol dan pelajaran yang dapat diungkap dari cerpen tersebut kalian dapat menggali lebih dalam lagi.”

- “ Apakah tema dari cerpen ‘ Si Kakek dan Burung Dara’ ?” tanya guru. - Siswa menjawab, “Ziarah kubur, duka sepi seorang kakek, ke-Tuhanan,...”

- Mencari arti sebuah cerpen pada dasarnya adalah mencari tema yang terkandung dalam karya sastra (cerpen) tersebut, harus menentukan apa kekuatan dan kepentingan utama yang ada pada cerpen tersebut. Dari sekian tema yang dapat ditarik, ia memiliki tema besar yang dikandungnya.

- Guru bertanya,” Apakah pelajaran yang dapat dipetik dari dari cerita” Si Kakek dan Burung Dara’?”


(23)

- Siswa memberikan beberapa jawaban,” Hari esok harus lebih baik dari hari ini, Carilah ilmu selagi masih muda, kita harus menyayangi orang lain, berbuat baik supaya tidak menyesal dikemudian hari,...”

Tahap kegiatan keempat ( Tahap Kegiatan Pertemuan II), siswa mengaplikasikan pengetahuan sastra untuk mengapresiasi cerpen “Tsunami” karya Putu Wijaya. Pada tahap ini siswa mengapresiasi cerpen dengan penuh kesungguhan menikmati karya sastra yang dibacanya sebanyak tujuh halaman dengan membaca, menghayati unsur-unsur intrinsik, menghayati nilai-nilai yang terdapat pada cerpen, selama 30 menit, sebagai persiapan dalam kegiatan pembelajaran diskusi kelompok.

Selama siswa menikmati cerpen, peneliti mengamati aktivitas siswa. Berdasarkan pemantauan peneliti, setelah siswa mendapatkan pengalaman sastra dan penegtahuan sastra kesungguhan siswa dalam mengapresiasi lebih cermat, sehingga waktu yang disediakan selama 30 menit dirasakan oleh siswa masih kurang.

Tahap kegiatan selanjutnya, siswa mengkaji cerpen “ Tsunami” dengan berdiskusi kelompok (ada 8 kelompok) dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan guru, dan menuliskan jawaban pada lembar jawaban yang telah disediakan. Hasil kerja kelompok dibacakan di depan kelompok lain secara bergantian. Hasil kerja kelompok sebagai berikut. Pada pertanyaan yang belum menyentuh apresiasi sastra dengan pertanyaan, - “ Apakah judul dan siapa pengarang cerpen tersebut?” Semuanya dapat menjawab dengan jawaban yang sama dan benar.

- “ Apakah tema dari cerita pendek ‘Tsunami’?”

Jawaban dari tiap kelompok bervariasi seperti, “ Kisah sejarah tsunami 30 tahun lalu, Tragedi tsunami, tsunami yang menimpa Nangro Aceh Darussalam,...”

- Pada pertanyaan berikutnya, “ Siapakah tokoh cerita dalam cerpen ‘Tsunami’?” Pada umumnya dapat menjawan dengan benar,” Ibu (Mama), Anak, dan Bapak.”


(24)

- “ Bagaimanakah karakter tokoh tersebut?” jawaban siswa bervariasi diantaranya. - “Ibu, seorang ibu yang berjuang agar menjadi seorang yang berarti, ketika sudah

mapan dapat memberikan bantuan kepada yang terkena bencana tsunami, ketika orang sudah mulai melupakannya.”

- “ Anak, tokoh anak digambarkan anak kecil yang kritis yang selalu bertanya menanggapi cerita tsunami ibunya, anak ini pun bertekad menjadi pintar dan merebut kedudukan seperti harapan ibunya.”

- “ Bapak, tokoh Bapak digambarkan seorang yang dulu berjuang untuk negeri ini sekarang telah lupa akan niat luhurnya, setelah ia memiliki jabatan dan kedudukan, ia yang seharusnya memenuhi kewajibannya, tetapi sekarang menyalahkan keadaan.” Berdasarkan pengamatan peneliti pengungkapan karakter tokoh dari cerpen “Tsunami” yang disusun siswa masih sangat sederhana dengan hanya mengungkap hal-hal yang luar dari yang tertulis dalam naskah belum mengungkap sisi dalam dari karakter para tokoh. Peneliti memaklumi hal tersebut sebab siswa masih belum mampu mengapresiasi sisi dalam kejiwaan tokoh serta waktu yang disediakan juga sangat sempit.

Nilai- nilai humanis yang dapat diungkapkan siswa dari cerpen “Tsunami” diantaranya, saling tolong-menolong sesama manusia, ikut berpartisipasi jika ada saudara kita yang mendapatkan musibah, tidak hanya mempunyai rasa empati saja tetapi kita harus terjun untuk membantu saudara-saudara kita yag terkena musibah.

Tahap akhir pembelajaran tanya- jawab dan evaluasi hasil dari penyampaian tiap kelompok, tiap kelompok dibatasi satu pertanyaan, kelompok yang mendapatkan pertanyaan, menjawab pertanyaan.

Setelah kelompok menjawab pertanyaan kelompok lain, guru melakukan kegiatan akhir pembelajaran dengan menarik simpulan atas pembelajaran yang telah dilaksanakan.


(25)

Apresiasi itu bersifat personal karena karya sastra itu fiktif, tidak ada satupun interpretasi yang benar secara mutlak dan tidak satu pun apresiasi dianggap paling baik.

Setelah pembelajaran berakhir, peneliti berupaya memperoleh tanggapan dari siswa atas bahan pembelajaran apresiasi satra berupa respon siswa. Respon siswa tersebut dilaksanakan dengan bertanya secara lisan di dalam kelas dan ditunjuk secara suka rela. Umumnya siswa menyatakan tertarik dengan pembelajaran apresiasi sastra dengan bahan cerpen. Selain itu siswa diminta mengisi kuesioner.

Tabel 5.1

Hasil Angket Evaluasi Dalam Implementasi Bahan Belajar

No. Pertanyaan Ya Tidak

1. Dapatkah cerpen majalah Horison digunakan meningkatkan

kemampuan apreiasi sastra?

39 1

2. Apakah cerpen “Tsunami” majalah Horison dapat dimanfaatkan secara efektif sebagai bahan ajar apresiasi sastra?

26 14

3. Apakah isi dari cerpen ”Tsunami” majalah Horison memenuhi syarat dalam menjelaskan unsur-unsur cerpen?

31 9

4. Apakah penggunaan cerpen majalah Horison menarik perhatian Anda dalam implementasi proses belajar mengajar apresiasi sastra?

21 19

5. Apakah cerpen “ Tsunami “ majalah Horison memuat contoh secara detail unsur-unsur cerpen?

27 13

6. Apakah cerpen “Tsunami” majalah Horison telah memuat informasi ( menambah pengetahuan) melalui apresiasi sastra?

38 2

7. Pengetahuan nilai-nilai humanis dapat dicari dengan

mengapresiasi cerpen?


(26)

Tabel 5.2

Hasil Angket Evaluasi Dalam Implementasi Bahan Belajar

No. Pertanyaan Ya % Tidak%

1. Dapatkah cerpen majalah Horison digunakan meningkatkan

kemampuan apreiasi sastra?

97,5% 2,5%

2. Apakah cerpen “Tsunami” majalah Horison dapat dimanfaatkan secara efektif sebagai bahan ajar apresiasi sastra?

65 % 35%

3. Apakah isi dari cerpen ”Tsunami” majalah Horison memenuhi syarat dalam menjelaskan unsur-unsur cerpen?

77,5% 22,5%

4. Apakah penggunaan cerpen majalah Horison menarik perhatian Anda dalam implementasi proses belajar mengajar apresiasi sastra?

52,5% 47,5%

5. Apakah cerpen “ Tsunami “ majalah Horison memuat contoh secara detail unsur-unsur cerpen?

67,5% 32,5%

6. Apakah cerpen “Tsunami” majalah Horison telah memuat informasi ( menambah pengetahuan) melalui apresiasi sastra?

95% 5%

7. Pengetahuan nilai-nilai humanis dapat dicari dengan

mengapresiasi cerpen?


(27)

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin.(1995) Pengantar Apresiasi Karya Sastra, Bandung, Sinar Baru, Algesindo. Bungin, B. (2009) Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana Prenada Group, Cetakan ketiga Campbel,T. (1994) Tujuh Teori Sosial Sketsa, Penilaian, Perbandingan. Terjemahan F.Budi

Hardiman. Yogyakarta: Kanisius

Damaianti,V.S (Ed).(2011) Riksa Bahasa 4 Pendidikan Karakter dalam Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: Rizqi

Endraswara, S. (2008) Metodologi penelitian sastra, Yogyakarta, Medpress, Cetakan keempat ( Edisi Revisi),

Endraswara, S. (2008) Metode Penelitian Psikologi Sastra. Teori Langkah dan Penerapannya,

Esten, M. (1978) Kesusastraan Pengantar Teori dan Sejarah,Bandung, Angkasa Gani, R. (1988) Pengajaran Sastra Indonesia Respon dan Analisis, Jakarta,Depdiknas

Goble, F.G. (1987) Mazhab ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Terjemahan Drs. A. Supratinyo. Yogyakarta: Kanisius,

Ismail, T. dkk . (2002) Horison Sastra Indonesia 2 Kitab Cerita Pendek, Horison Kaki Langit. Jakarta. The Ford Foundation.

Jassin, H.B. (1965) Tifa Penyair dan Daerahnya, Jakarta: Gunung Agung, Cetakan keempat. Junus,U. (1985) Dari Peristiwa Imajinasi: Wajah Sastra dan Budaya Indonesia,

P.T.Gramedia, Jakarta Cetakan ketiga.

Kementrian Pendidikan Nasional, (2010) Desain Induk, Pembangunan Karakter Bangsa, Jakarta. Rapat Kordinator Tingkat Mentri Kementrian Kordinator Bidang kesejahteraan Rakyat.

Luxemberg, J.V. dkk.(1984) Pengantar Sastra, Jakarta,Gramedia, terjemahan Dick Hartoko. Majalah Sastra, (1998) Horison, Jakarta:Yayasan indonesia,XXXII, 13

Majalah Sastra, (1999) Horison, Jakarta: Yayasan Indonesia,XXXIII, No.4 Majalah Sastra, (2005) Horison, Jakarta: PT Gramedia, Tahun XXXIX, No.1 Majalah Sastra, (2005) Horison, Jakarta: PT Gramedia, Tahun XXXIX, No.3

Majalah Sastra, (2010) Horison, Jakarta: Pusat Bahasa kementrian Pendidikan Nasional,edisi VIII

Mangunwijaya, Y.B. (1986) Ragawidya Religiositas Hal-hal Sehari-hari. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Mangunwijaya, (1986) Sastra dan Religiusitas, Yogyakarta: Kanisius.

Minderop, A. (2005) Metode Karakterisasi Telaah Fiksi, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Cetakan Pertama.

Minderop, A. (2010) Psikologi Sastra Karya Sastra, Metode, teori dan Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Nurgiantoro, B. (2010) Teori Pengkajian Fiksi, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, Cetakan kedelapan.

Pradopo, R.D. (2007) Prinsip- prinsip Kritik Sastra, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, Cetakan keempat ( revisi ) .

Ratna, N.K. (2010) Metode Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, Cetakan I.

Ratna, N.K. (2003) Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Rusyana, Y.1984 Metode Pengajaran Sastra, Bandung, C.V. Gunung Larang,

Rusyana, Y. (1999) Mengolah Lahan Untuk Menyuburkan Pengajaran Sastra di Indonesia, Jakarta Majalah Horison Juli.


(28)

Sarwono, S.W. (1995) Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cetakan ketiga.

Saryono, J. (2009) Dasar Apresiasi Sastra,Yogyakrta: Elmatera Publishing, cetakan Pertama. Siswantoro, (2010) Metode Penelitian Sastra, Yoyakarta: Pustaka Pelajar, Cetakan 1

Stanton, R. (2007) Teori Fiksi, Yogyakarta, Pustaka Pelajar,Cetakan 1,

Sukmadinata, N.S. (2007) Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, Cetakan ketiga.

Sumardjo, J. (1980) Seluk Beluk Cerita Pendek, Bandung, Mitra Kencana.

Sumarjo, J. dan Saini K.M. (1988) Apresiasi Kesusastraan, Jakarta: PT Gramedia.

Syamsuddin A.R. dan Vismaia S.D. (2007) Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cetakan kedua.

Teeuw, A. (1983) Membaca dan Menilai Sastra, Jakarta: PT Gramedia, Cetakan kesatu. Wellek, R dan Austin W, (1985) Teori Kesusastraan, diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia oleh Melani Budianta, Ph.D., Jakarta: Gramedia, Cetakan keempat. Zuchdi, D. (2010) Humanisasi Pendidikan Menemukan kembali pendidikan Yang Manusiawi.


(1)

- Siswa memberikan beberapa jawaban,” Hari esok harus lebih baik dari hari ini, Carilah ilmu selagi masih muda, kita harus menyayangi orang lain, berbuat baik supaya tidak menyesal dikemudian hari,...”

Tahap kegiatan keempat ( Tahap Kegiatan Pertemuan II), siswa mengaplikasikan pengetahuan sastra untuk mengapresiasi cerpen “Tsunami” karya Putu Wijaya. Pada tahap ini siswa mengapresiasi cerpen dengan penuh kesungguhan menikmati karya sastra yang dibacanya sebanyak tujuh halaman dengan membaca, menghayati unsur-unsur intrinsik, menghayati nilai-nilai yang terdapat pada cerpen, selama 30 menit, sebagai persiapan dalam kegiatan pembelajaran diskusi kelompok.

Selama siswa menikmati cerpen, peneliti mengamati aktivitas siswa. Berdasarkan pemantauan peneliti, setelah siswa mendapatkan pengalaman sastra dan penegtahuan sastra kesungguhan siswa dalam mengapresiasi lebih cermat, sehingga waktu yang disediakan selama 30 menit dirasakan oleh siswa masih kurang.

Tahap kegiatan selanjutnya, siswa mengkaji cerpen “ Tsunami” dengan berdiskusi kelompok (ada 8 kelompok) dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan guru, dan menuliskan jawaban pada lembar jawaban yang telah disediakan. Hasil kerja kelompok dibacakan di depan kelompok lain secara bergantian. Hasil kerja kelompok sebagai berikut. Pada pertanyaan yang belum menyentuh apresiasi sastra dengan pertanyaan, - “ Apakah judul dan siapa pengarang cerpen tersebut?” Semuanya dapat menjawab dengan jawaban yang sama dan benar.

- “ Apakah tema dari cerita pendek ‘Tsunami’?”

Jawaban dari tiap kelompok bervariasi seperti, “ Kisah sejarah tsunami 30 tahun lalu, Tragedi tsunami, tsunami yang menimpa Nangro Aceh Darussalam,...”

- Pada pertanyaan berikutnya, “ Siapakah tokoh cerita dalam cerpen ‘Tsunami’?” Pada umumnya dapat menjawan dengan benar,” Ibu (Mama), Anak, dan Bapak.”


(2)

- “ Bagaimanakah karakter tokoh tersebut?” jawaban siswa bervariasi diantaranya. - “Ibu, seorang ibu yang berjuang agar menjadi seorang yang berarti, ketika sudah

mapan dapat memberikan bantuan kepada yang terkena bencana tsunami, ketika orang sudah mulai melupakannya.”

- “ Anak, tokoh anak digambarkan anak kecil yang kritis yang selalu bertanya menanggapi cerita tsunami ibunya, anak ini pun bertekad menjadi pintar dan merebut kedudukan seperti harapan ibunya.”

- “ Bapak, tokoh Bapak digambarkan seorang yang dulu berjuang untuk negeri ini sekarang telah lupa akan niat luhurnya, setelah ia memiliki jabatan dan kedudukan, ia yang seharusnya memenuhi kewajibannya, tetapi sekarang menyalahkan keadaan.” Berdasarkan pengamatan peneliti pengungkapan karakter tokoh dari cerpen “Tsunami” yang disusun siswa masih sangat sederhana dengan hanya mengungkap hal-hal yang luar dari yang tertulis dalam naskah belum mengungkap sisi dalam dari karakter para tokoh. Peneliti memaklumi hal tersebut sebab siswa masih belum mampu mengapresiasi sisi dalam kejiwaan tokoh serta waktu yang disediakan juga sangat sempit.

Nilai- nilai humanis yang dapat diungkapkan siswa dari cerpen “Tsunami” diantaranya, saling tolong-menolong sesama manusia, ikut berpartisipasi jika ada saudara kita yang mendapatkan musibah, tidak hanya mempunyai rasa empati saja tetapi kita harus terjun untuk membantu saudara-saudara kita yag terkena musibah.

Tahap akhir pembelajaran tanya- jawab dan evaluasi hasil dari penyampaian tiap kelompok, tiap kelompok dibatasi satu pertanyaan, kelompok yang mendapatkan pertanyaan, menjawab pertanyaan.

Setelah kelompok menjawab pertanyaan kelompok lain, guru melakukan kegiatan akhir pembelajaran dengan menarik simpulan atas pembelajaran yang telah dilaksanakan.


(3)

Apresiasi itu bersifat personal karena karya sastra itu fiktif, tidak ada satupun interpretasi yang benar secara mutlak dan tidak satu pun apresiasi dianggap paling baik.

Setelah pembelajaran berakhir, peneliti berupaya memperoleh tanggapan dari siswa atas bahan pembelajaran apresiasi satra berupa respon siswa. Respon siswa tersebut dilaksanakan dengan bertanya secara lisan di dalam kelas dan ditunjuk secara suka rela. Umumnya siswa menyatakan tertarik dengan pembelajaran apresiasi sastra dengan bahan cerpen. Selain itu siswa diminta mengisi kuesioner.

Tabel 5.1

Hasil Angket Evaluasi Dalam Implementasi Bahan Belajar

No. Pertanyaan Ya Tidak

1. Dapatkah cerpen majalah Horison digunakan meningkatkan kemampuan apreiasi sastra?

39 1

2. Apakah cerpen “Tsunami” majalah Horison dapat dimanfaatkan secara efektif sebagai bahan ajar apresiasi sastra?

26 14

3. Apakah isi dari cerpen ”Tsunami” majalah Horison memenuhi syarat dalam menjelaskan unsur-unsur cerpen?

31 9

4. Apakah penggunaan cerpen majalah Horison menarik perhatian Anda dalam implementasi proses belajar mengajar apresiasi sastra?

21 19

5. Apakah cerpen “ Tsunami “ majalah Horison memuat contoh secara detail unsur-unsur cerpen?

27 13

6. Apakah cerpen “Tsunami” majalah Horison telah memuat informasi ( menambah pengetahuan) melalui apresiasi sastra?

38 2

7. Pengetahuan nilai-nilai humanis dapat dicari dengan mengapresiasi cerpen?


(4)

Tabel 5.2

Hasil Angket Evaluasi Dalam Implementasi Bahan Belajar

No. Pertanyaan Ya % Tidak%

1. Dapatkah cerpen majalah Horison digunakan meningkatkan kemampuan apreiasi sastra?

97,5% 2,5%

2. Apakah cerpen “Tsunami” majalah Horison dapat dimanfaatkan secara efektif sebagai bahan ajar apresiasi sastra?

65 % 35%

3. Apakah isi dari cerpen ”Tsunami” majalah Horison memenuhi syarat dalam menjelaskan unsur-unsur cerpen?

77,5% 22,5%

4. Apakah penggunaan cerpen majalah Horison menarik perhatian Anda dalam implementasi proses belajar mengajar apresiasi sastra?

52,5% 47,5%

5. Apakah cerpen “ Tsunami “ majalah Horison memuat contoh secara detail unsur-unsur cerpen?

67,5% 32,5%

6. Apakah cerpen “Tsunami” majalah Horison telah memuat informasi ( menambah pengetahuan) melalui apresiasi sastra?

95% 5%

7. Pengetahuan nilai-nilai humanis dapat dicari dengan mengapresiasi cerpen?


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin.(1995) Pengantar Apresiasi Karya Sastra, Bandung, Sinar Baru, Algesindo. Bungin, B. (2009) Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana Prenada Group, Cetakan ketiga Campbel,T. (1994) Tujuh Teori Sosial Sketsa, Penilaian, Perbandingan. Terjemahan F.Budi

Hardiman. Yogyakarta: Kanisius

Damaianti,V.S (Ed).(2011) Riksa Bahasa 4 Pendidikan Karakter dalam Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: Rizqi

Endraswara, S. (2008) Metodologi penelitian sastra, Yogyakarta, Medpress, Cetakan keempat ( Edisi Revisi),

Endraswara, S. (2008) Metode Penelitian Psikologi Sastra. Teori Langkah dan Penerapannya,

Esten, M. (1978) Kesusastraan Pengantar Teori dan Sejarah,Bandung, Angkasa Gani, R. (1988) Pengajaran Sastra Indonesia Respon dan Analisis, Jakarta,Depdiknas

Goble, F.G. (1987) Mazhab ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Terjemahan Drs. A. Supratinyo. Yogyakarta: Kanisius,

Ismail, T. dkk . (2002) Horison Sastra Indonesia 2 Kitab Cerita Pendek, Horison Kaki Langit. Jakarta. The Ford Foundation.

Jassin, H.B. (1965) Tifa Penyair dan Daerahnya, Jakarta: Gunung Agung, Cetakan keempat. Junus,U. (1985) Dari Peristiwa Imajinasi: Wajah Sastra dan Budaya Indonesia,

P.T.Gramedia, Jakarta Cetakan ketiga.

Kementrian Pendidikan Nasional, (2010) Desain Induk, Pembangunan Karakter Bangsa, Jakarta. Rapat Kordinator Tingkat Mentri Kementrian Kordinator Bidang kesejahteraan Rakyat.

Luxemberg, J.V. dkk.(1984) Pengantar Sastra, Jakarta,Gramedia, terjemahan Dick Hartoko. Majalah Sastra, (1998) Horison, Jakarta:Yayasan indonesia,XXXII, 13

Majalah Sastra, (1999) Horison, Jakarta: Yayasan Indonesia,XXXIII, No.4 Majalah Sastra, (2005) Horison, Jakarta: PT Gramedia, Tahun XXXIX, No.1 Majalah Sastra, (2005) Horison, Jakarta: PT Gramedia, Tahun XXXIX, No.3

Majalah Sastra, (2010) Horison, Jakarta: Pusat Bahasa kementrian Pendidikan Nasional,edisi VIII

Mangunwijaya, Y.B. (1986) Ragawidya Religiositas Hal-hal Sehari-hari. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Mangunwijaya, (1986) Sastra dan Religiusitas, Yogyakarta: Kanisius.

Minderop, A. (2005) Metode Karakterisasi Telaah Fiksi, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Cetakan Pertama.

Minderop, A. (2010) Psikologi Sastra Karya Sastra, Metode, teori dan Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Nurgiantoro, B. (2010) Teori Pengkajian Fiksi, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, Cetakan kedelapan.

Pradopo, R.D. (2007) Prinsip- prinsip Kritik Sastra, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, Cetakan keempat ( revisi ) .

Ratna, N.K. (2010) Metode Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, Cetakan I.

Ratna, N.K. (2003) Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Rusyana, Y.1984 Metode Pengajaran Sastra, Bandung, C.V. Gunung Larang,

Rusyana, Y. (1999) Mengolah Lahan Untuk Menyuburkan Pengajaran Sastra di Indonesia, Jakarta Majalah Horison Juli.


(6)

Sarwono, S.W. (1995) Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cetakan ketiga.

Saryono, J. (2009) Dasar Apresiasi Sastra,Yogyakrta: Elmatera Publishing, cetakan Pertama. Siswantoro, (2010) Metode Penelitian Sastra, Yoyakarta: Pustaka Pelajar, Cetakan 1

Stanton, R. (2007) Teori Fiksi, Yogyakarta, Pustaka Pelajar,Cetakan 1,

Sukmadinata, N.S. (2007) Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, Cetakan ketiga.

Sumardjo, J. (1980) Seluk Beluk Cerita Pendek, Bandung, Mitra Kencana.

Sumarjo, J. dan Saini K.M. (1988) Apresiasi Kesusastraan, Jakarta: PT Gramedia.

Syamsuddin A.R. dan Vismaia S.D. (2007) Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cetakan kedua.

Teeuw, A. (1983) Membaca dan Menilai Sastra, Jakarta: PT Gramedia, Cetakan kesatu. Wellek, R dan Austin W, (1985) Teori Kesusastraan, diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia oleh Melani Budianta, Ph.D., Jakarta: Gramedia, Cetakan keempat. Zuchdi, D. (2010) Humanisasi Pendidikan Menemukan kembali pendidikan Yang Manusiawi.