ANALISIS NILAI-NILAI HUMANIS DALAM CERPEN MAJALAH HORISON DENGAN PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SMA

  

A NA LISIS NILA I-NILA I HUM A NIS DA LAM CERPEN M A JA LA H

HO RISO N DENGA N PENDEKA TA N PSIKOLOGI SA STRA

SEBA G A I BA HA N PEM BELA JA RA N

APRESIASI SA STRA DI SM A

  

The Analysis of Humanist Values in Short Stories in Horison Magazine : Literary Psychology

Approach as Teaching Material of Literary Appreciation in High School

M oh. Taufik dan Ruganda

  UPBJJ Universitas Terbuka Bandung, Jalan Panyileukan Raya Nomor 1A Soekarno-Hatta Bandung, Telp: 081324440056, Pos-el: moh-taufik@ut.ac.id , ruganda@ut.ac.id

  Naskah masuk: 2 Mei 2012—Revisi akhir: 31 Mei 2013

  

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang (a) perubahan unsur-unsur cerpen,

(b) karakter para tokoh dalam cerpen, dan (c) nilai-nilai humanis dalam cerpen sebagai alternatif bahan

pembelajaran apresiasi sastra. Penelitian ini menggunakan metode analisis konten dengan pendekatan

psikologi sastra. Tahapan penelitian dilakukan dengan studi dokumentasi, yaitu diawali dengan mempelajari

teori, lalu mengumpulkan cerpen-cerpen yang monumental dari majalah Horison, kemudian

menganalisisnya, melakukan uji coba, dan menyimpulkan. Hasil penelitian menunjukkan adanya

perkembangan unsur-unsur cerpen: ditemukan berbagai karakter dalam tokoh cerita serta ditemukan juga

nilai-nilai luhur dalam cerpen yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran di kelas. Cerpen-cerpen tersebut

dapat dijadikan bahan pembelajaran sastra yang menyenangkan bagi siswa dan berguna bagi kehidupan

sehari-hari masyarakat.

  Kata kunci: nilai-nilai, humanis, psikologi sastra

Abstract: This study is aimed at obtaining the description of (a) the changes in the elements of

short stories, (b) a picture of the characters in short story, and (c) a picture of humanist values

in short story as an alternative learning materials of literary appreciation. This study uses content

analysis to psychology literature approach. The stage of the research is conducted by studying the

related theory, collecting short stories from the Horison magazine, and analyzing, conducting

trials and error, and making conclusion. The results of research shows that there is the develop-

ment of the elements of the short story: finding a variety of characters and great value in the story

that can be applied to the teaching-learning process in the classroom as a fun learning materials

for students of literature and useful for everyday social life.

  Key words: values, humanist, and literary psychology

1. Pendahuluan

  Cerita pendek sebagai salah satu genre kemanusiaan, kepekaan batin atau sosial, sastra Indonesia modern mempunyai fungsi kecerdasan, dan kesejahteraan rohani. Hal dalam kehidup an manusia, di antaranya ini sejalan d eng an p end ap at Sum ard jo m eng g am barkan situasi d an ko nd isi

  (1988:16) bahwa sebagai cabang kesenian,

   M OH .T AU FI K D AN R UGAN D A : A NALI SI S N I LAI - N I LAI H UMANI S DLM C ERPEN M AJALAN H ORI SON ...

  sastra berfungsi memperjelas, memperdalam, d an memp erkaya penghayatan manusia terhadap kehidupan mereka.

  Situasi sosial masyarakat kita akhir-akhir ini memang semakin mengkhaw atirkan. A da berbagai macam p eristiw a d alam d unia pend id ikan yang semakin merendahkan harkat d an d erajat manusia. Hancurnya nilai-nilai moral, merebaknya ketidakadilan, dan tipisnya rasa solidaritas telah terjadi dalam lembaga pendidikan kita.

  Ratna (2003) mengungkapkan bahw a eksistensi karya sastra bukan semata-mata gejala ind ivid ual, melainkan juga gejala sosial. Lebih jauh, apabila dikaitkan dengan perkembangan kontemporer, sastra lebih bany ak m em berikan aksentuasi p ad a asumsi-asumsi yang berhubungan dengan masyarakat, yaitu interaksi antarindividu, bukan individu.

  Fenomena sekarang dalam era globalisasi ini, kondisi masyarakat sudah terlepas dari keberfungsian dirinya sebagai homo socius sebagai jalinan antarind ivid u. Kita bisa melihat fakta-fakta keretakan cultural akhir- akhir ini. Sebagai contoh, gerakan-gerakan

  vandalisme dari sekelompok o rang cukup

  meresahkan masyarakat. Contoh lain yang lebih mengecew akan, banyaknya taw uran antarpelajar. Padahal, pelajar seharusnya menjadi model ketaatan dan teladan bagi masyarakat.

  Mangunw ijaya (1988:11) menjelaskan bahw a pada awal mula, segala sastra adalah

  religius . Religius berasal dari kata religio,

  yaitu kata re-ligo yang berarti ‘menambatkan kembali’ . Secara umum manusia religiosus dapat diartikan manusia yang berhati nurani serius, saleh, teliti dalam pertimbangan batin dan sebagainya. Untuk itu, pendidikan harus senantiasa to leran d an tund uk p ad a p erubahan no rm atif d an kultural yang terjad i. Pend idikan merupakan lembaga sosial yang berfungsi sebagai pembentuk insan y ang berbud aya d an m elakukan proses pembudayaan nilai-nilai. Untuk itu p ula, sastra harus m enjad i d ay a tarik tersend iri d alam mengubah p arad ig ma siswa dalam menghadapi kehidupan.

  Pembelajaran apresiasi terhadap cerpen menjadi penting untuk dilakukan. Cerpen merupakan cerminan dari sebagian realitas. Untuk itu, apresiasi cerpen sangat penting bagi sisw a untuk memp elajari tahapan- tahap an m eng enai etika d an nilai-nilai kehid up an. Tujuan yang mend asar d ari pembelajaran ini adalah siswa mempelajari sastra bukan untuk m enjad i seo rang sastrawan, melainkan mampu berpikir dan bersikap kritis dalam membaca kehidupan sehari-hari.

  Agar dapat memilih bahan pembelajaran sastra dengan tepat, beberapa aspek perlu dipertimbangkan dengan baik. Aspek yang tidak boleh dilupakan dalam memilih bahan pengajaran sastra, yaitu aspek bahasa, aspek psikologi, dan aspek latar belakang budaya. Dalam pendekatan pendidikan humanistik, ketig a asp ek tersebut d ijelaskan d an diperhatikan dengan saksama.

  D i Ind o nesia, analisis kary a sastra dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra m asih sang at lang ka. A d ap un beberap a peneliti yang telah melakukan analisis karya sastra Ind o nesia d eng an pendekatan psikolo gi sastra adalah M.S. Hutagalung dan Boen S. Oemarjati. Mereka menerapkan p endekatan “ p siko analisis” terhadap Jalan Tak Ada Ujung karya Muchtar Lubis dan Atheis-nya Akhdiyat Kartamiharja. Penelitian semacam ini p erlu d ilakukan karena analisis cerpen yang menekankan p ad a nilai-nilai hum anis d eng an pendekatan psikologi sastra masih jarang dilakukan.

  Kajian ini menganalisis beberapa cerpen d ari majalah Horison, yaitu “ Tsunami” (karya Putu Wijaya, 2005), “ Cut” (karya A sm a N ad ia, 2005), “ Pernikahan Gelombang” (karya A. Rahim Qahhar, 2005), dan “ Ibu Berperahu Sajadah” (karya Isbedy Setiawan Z.S., 2005). Adapun unsur yang akan dianalisis adalah perkembangan unsur cerp en, y aitu nilai-nilai hum anis serta karakter para tokoh yang ada dalam cerpen dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra. METASASTRA , Vol. 6 No.

  1

  , Juni 2013: 34—44 Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Bagaimana karakter tokoh dalam cerpen-cerpen majalah Horison itu? A p akah to ko h-to ko h cerp en d alam majalah Horison tersebut memiliki nilai-nilai humanis? A pakah cerp en-cerp en dalam majalah Horison tersebut dap at dijadikan bahan pembelajaran apresiasi sastra siswa di SMA?

  Penelitian ini menggunakan meto d e analisis ko nten dan yang menjad i dasar p enentuanny a, y aitu m eng analisis kand ung an nilai-nilai humanis cerp en- cerp en d alam majalah Horison d eng an menggunakan pendekatan psikologi sastra. Penulis melakukan eksplorasi dan analisis terhadap data yang diperoleh. Kemudian, hasil analisis diinterpretasikan berdasarkan teori yang ada dan disimpulkan.

  Langkah kerja pend ekatan psikologi sastra—setelah dimodifikasi dan disesuaikan oleh penulis berdasarkan pada kebutuhan p enelitian—menurut Semi (2010) adalah sebagai berikut. a) Pendekatan p sikologi m enekankan analisis terhad ap unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen, tapi unsur intrinsik diberi penekanan lebih. Pada unsur intrinsik, p enekanan d ilakukan p ad a penokohan atau perw atakannya. b) Unsur ekstrinsik yang dipentingkan untuk dibahas ad alah m eny angkut m asalah kejiw aan tokoh-tokoh dalam cerita: cita-cita, aspirasi, keinginan, falsafah hidup, obsesi, dan lain- lain. c) Di samping menganalisis penokohan dan perw atakan, dilakukan pula analisis yang lebih tajam terhadap tema cerpen. Pendekatan psikologis sangat tepat diterapkan pada penganalisisan perwatakan dan tema. d) Analisis perwatakan berdasarkan pendekatan p siko lo g i sastra ad alah m encari nalar tentang perilaku tokoh. Dari segi psikologi, ap akah p erilaku to ko h tersebut d ap at diterima atau tidak? Apa saja motif dan niat yang mendukung tindakan tersebut. Jika ada perubahan w atak secara tajam pad a diri tokoh, misalnya dari brutal menjadi tenang, peneliti atau penelaah akan menganalisisnya dengan mencari data-data yang diperkirakan d ap at mendukung hal tersebut. Peneliti secara jeli mengikuti tingkah laku tokoh dari satu peristiwa ke peristiwa lain. e) Konflik yang erat kaitannya dengan p erw atakan d an alur cerita d ikaji lebih mend alam . Bahkan jika perlu, gejala penyakit neurosis, psikosis, dan halusinasi yang menghinggapi p erw atakan to ko h d ikaji p ula. D alam menganalisis konflik, akan dilihat apakah ko nflik itu terjadi dalam diri tokoh atau konflik dengan tokoh lain atau situasi yang berada di luar dirinya. f) A nalisis d ap at diteruskan pada analisis pengaruh karya sastra terhadap pembaca.

  2. Kajian Teori

  2.1 Unsur-Unsur Cerpen

  Rusyana (1982:4) mengatakan bahw a sastra adalah karangan rekaan, hasil cipta seseorang sebagai ungkapan penghayatannya ke d alam w ujud bahasa. Selanjutny a, Rusy ana (1982: 5) jug a m enerang kan bahw a sastra itu ad alah hasil kegiatan kreatif manusia dalam mengungkap kan p enghayatannya d eng an menggunakan bahasa. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sastra merupakan bentuk ekspresi pengalaman hidup pengarang. Pengalaman tersebut dapat berisi p engalaman hidup pengarang atau orang lain yang diwujudkan dengan bahasa setelah melalui perenungan, penghayatan, dan penjiwaan .

  Cerita pendek merupakan karya fiksi bergenre prosa yang memuat p eristiw a- p eristiw a kehid up an m anusia y ang diperankan oleh tokoh-tokoh imajiner atau bisa jug a berup a to ko h-to ko h faktual. Cerp en y ang baik haruslah memenuhi kriteria kepaduan. Artinya, segala sesuatu yang d iceritakan bersifat d an berfungsi mendukung tema utama. Penyajian berbagai peristiwa yang susul-menyusul membentuk plot, meskipun waktu yang disajikan tidak bersifat kronologis, namun tetap saja harus berkaitan secara lo gika (N urgiyanto ro , 2010:14).

  Menurut bentuk fisiknya, cerpen adalah cerita yang pendek. Ciri dasar yang lain, cerpen adalah sifat rekaan (fiction). Cerpen bersifat naratif atau bersifat penceritaan

   M OH .T AU FI K D AN R UGAN D A : A NALI SI S N I LAI - N I LAI H UMANI S DLM C ERPEN M AJALAN H ORI SON ...

  (Sumardjo, 1988:36). Selanjutnya, Sumardjo (1988:37) mengatakan bahwa secara umum dapat d isimpulkan bahw a cerpen adalah cerita atau narasi yang fiktif (tidak benar- benar telah terjadi, tetapi dapat terjadi di mana saja dan kapan saja) serta berw ujud relatif pendek.

  Berd asarkan beberap a p end ap at tersebut, diidentifikasikan kekhasan cerpen sebagai karya sastra, yaitu (1) biasanya ditulis dalam bentuk prosa; (2) merupakan cerita rekaan yang pendek, padat, dan padu; (3) hanya menimbulkan satu efek saja dalam pikiran pembaca; (4) merupakan interpretasi pengarang tentang konsep kehidupan, baik langsung maupun tak langsung; (5) memiliki tokoh utama yang menentukan; (6) memberi dampak atau kesan tertentu bagi pembaca; (7) m eng g unakan bahasa y ang tajam , sugestif, dan menarik perhatian.

  Unsur-unsur instrinsik yang membangun cerp en menurut Nurgiyanto ro (2010:12) adalah plo t, tema, penokohan, dan latar. A dapun Sumardjo (1988:37) mengatakan bahwa keutuhan atau kelengkapan sebuah cerp en d ap at d ilihat d ari unsur y ang m em bentukny a. Unsur-unsur tersebut ad alah p eristiw a cerita (alur atau p lo t), tokoh cerita (karakter), tema cerita, suasana cerita (mood) dan atmosfer cerita, latar cerita (setting), sud ut p and ang pencerita (poin of view ), serta gaya (style) pengarangnya.

  Konsepsi moral kepatuhan pada hukum m o ral m eng and ung tig a hal p enting .

  Pertama,

  bidang mo ralitas berkisar p ad a tindakan manusia secara sukarela. Kedua, tindakan tersebut selaras dengan keyakinan seseorang tentang kew ajiban yang harus diemban. Ketiga, kewajiban seseorang atau apa yang benar dan baik adalah yang tidak m elang g ar huku m , d alam arti sec ara u n iv e rsal d iatur o leh alam kehid up an manusia d alam masyarakat. Ko nsep si ini disebut juga konsepsi moralitas naturalistik.

  Konsepsi moralitas yang kedua berfokus p ad a cara manusia bertind ak terhad ap aturan-aturan sosial yang dipandang sangat serius. Konsepsi ini dapat dikatakan lebih kuno karena tidak membedakan moralitas dan kebiasaan sosial. Akan tetapi, konsepsi ini menjadi lebih modern disebabkan oleh munculnya ilmu-ilmu sosial yang mendorong banyak orang untuk mendukung relativisme kultural. Hal ini menghasilkan kepercayaan bahw a moralitas dap at d idasarkan pada kode tingkah laku apa pun, asalkan disetujui oleh masyarakat.

  Ko nsep si mo ralitas o to no mi rasional dalam hubungan antarpribadi disebut juga dengan formalism. Menurut pandangan ini, istilah m o ralitas m erujuk p ad a bentuk wacana rasional tertentu dalam kehidupan manusia yang digunakan untuk menentukan hal yang baik dan harus dikerjakan.

  Konsepsi yang terakhir adalah otonomi eksistensial dalam pilihan seseorang. Formalism dipandang hanya sebagai suatu inovasi yang canggih dari kerangka tradisional filosofi rasionalisme yang diduga keras merupakan bagian dari konsepsi universal. Konsepsi mo ralitas ini sangat mempertimbangkan p erso alan p ribad i d an m eng harg ai keberadaan individu. Dalam p andangan personalisme, konsep si fo rmalistis p erlu didukung atas penekanannya pada otonomi, tetapi juga harus dikritik karena memandang rendah keputusan yang dibuat dalam situasi tertentu d emi tuntutan intelektual untuk mencapai konsistensi rasional.

2.2 Konsep Nilai

  2.3 Nilai-Nilai Humanis

  Menurut Nurgiyantoro (2010:323), jenis ajaran m o ral d ap at mencakup masalah yang boleh dikatakan bersifat tak terbatas. M em p erso alkan nilai-nilai hum anis berkaiatan erat dengan persoalan manusia d an p erso alan mo ral. A jaran mo ral itu sangat luas, dapat melingkupi hidup dan kehid up an, y aitu p erm asalahan y ang menyangkut harkat dan martabat manusia.

  Moral dalam cerita, biasanya dimaksudkan sebagai suatu sarana yang berhubungan d eng an ajaran m o ral tertentu, bersifat p raktis, d an d apat diambil (ditafsirkan) lew at cerita y ang bersang kutan o leh p em baca. M enurut Sary o no (2009:57), METASASTRA , Vol. 6 No.

  1

  , Juni 2013: 34—44 dalam apresiasi sastra sering juga terhidang p eng alam an hum anistis, p eng alam an manusiaw i. Pengalaman humanistis ialah pengalaman-pengalaman yang bermuatan nilai-nilai kemanusiaan, menjunjung harkat d an m artabat m anusia, serta m eng g am barkan situasi d an ko nd isi kemanusiaan. Meskip un p enggambaran situasi d an ko nd isi kemanusiaan y ang dihidangkan kepada kita bisa bermacam- macam, misalnya tragis, dramatis, sinis, ironis, humoris, riang, murung, garang, dan p enasaran, nam un p eng g am baran- penggambaran itu tetap saja berpihak pada nilai-nilai kemanusiaan dan harkat martabat m anusia. M anusia d an kem anusiaan menjadi tambatan akhir.

  Berdasarkan pendapat para ahli yang telah d ip ap arkan tersebut, dalam karya sastra terdapat penerapan nilai-nilai moral melalui sikap dan tingkah laku para tokoh cerita. Dari karya sastra tersebut pembaca d iharap kan d ap at m em etik hikm ah berd asarkani p esan m o ral y ang diamanatkan.

  M enurut Ratna (2008:55), beberap a pendekatan sastra dapat digunakan untuk meng analisis kary a sastra. Pend ekatan tersebut, di antaranya pendekatan biografi sastra, sosio lo gi sastra, psikologi sastra, antro p o lo g i sastra, histo ris, m ito p o ik, ekspresif, pragmatik, mimetik, dan objektif. Pendekatan psikologi menjadi salah satu alat yang dapat digunakan untuk menganalisis kary a sastra karena p end ekatan ini d im ung kinkan d ap at m eng o p erasikan sejumlah teori dan metode.

  Sco tt (d alam End rasw ara, 2008:64) berpend ap at bahw a penelitian psikologi sastra y ang o tentik m elip uti tig a kemungkinan. Tiga sasaran analisis tersebut ad alah sebag ai berikut: (1) p enelitian hubungan ketidaksejajaran antarpengarang d an p embaca, (2) p enelitian kehid up an pengarang untuk memahami karyanya, dan

  (3) penelitian karakter para tokoh yang ada dalam karya yang diteliti.

  Asumsi dasar penelitian psikologi sastra, antara lain, dip engaruhi oleh (1) adanya anggapan bahw a karya sastra merupakan produk dari suatu kejiwaan dan pemikiran p eng arang y ang berad a p ad a situasi setengah sadar atau subconcious. Setelah jelas barulah dituangkan ke dalam bentuk karya secara sadar (conscious). Situasi antara sadar d an tak sad ar selalu m ew arnai p ro ses imajinasi pengarang; (2) kajian psiko logi sastra d i sam p ing m eneliti p erw atakan to ko h secara p siko lo g i, jug a m eng kaji as p e k - asp ek p em ikiran d an p erasaan p eng arang ketika m encip takan kary a tersebut (Endraswara, 2008:96).

  Daya tarik d ari penerapan psikologi sastra p ada analisis karya sastra adalah banyaknya hal unik yang dapat diungkap dari karya sastra. Ketika mengkajinya secara m end alam , kita d ap at m eng ung kap beragam w atak p ara to ko h d alam karya sastra. Sem ua p erw atakan tersebut melukiskan potret jiwa manusia.

2.4 Pendekatan Psikologi Sastra

  2.4.2 Penopang Pendekatan Psikologi Sastra

  Psiko lo gi sastra d ito p ang o leh tig a pendekatan. Pertama, pendekatan tekstual yang mengkaji aspek psikologi tokoh dalam karya sastra. Kedua, pendekatan reseptif- pragmatik yang mengkaji aspek psikologis p embaca sebagai penikmat karya sastra yang terbentuk dari pengaruh karya yang d ib ac a se rta p ro ses resep s i p em b ac a d alam menikmati karya sastra. Ketiga, pendekatan ekspresif yang mengkaji aspek psikologis sang penulis ketika melakukan p ro ses kreatif y ang terp ro y eksi lew at karyanya, baik p enulis sebag ai p ribad i m aup un sebag ai w akil m asy arakatny a (Roekhan dalam Endraswara, 2008:97—98).

2.4.1 Landasan Psikologi Sastra

  2.4.3 Fokus Penelitian Psikologi Sastra

  Menurut Fokkema (dalam Endraswara, 2008:67), sastra adalah sebuah dokumen, monumen, dan tanda. Dalam studi psikologi sastra, ketiga hal tersebut perlu dipegang

   M OH .T AU FI K D AN R UGAN D A : A NALI SI S N I LAI - N I LAI H UMANI S DLM C ERPEN M AJALAN H ORI SON ...

  teguh agar fokus penelitian tidak meleset.

  Langkah kerja pend ekatan psikologi sastra menurut Semi (2010:79—80) adalah sebagai berikut. (1) Pendekatan psikologis menekankan analisis terhadap keseluruhan kary a sastra, baik intrinsik m aup un ekstrinsik. (2) Seg i ekstrinsik y ang d ip enting kan untuk d ibahas ad alah mengenal diri pengarang yang menyangkut masalah kejiw aannya: cita-cita, asp irasi, keinginan, falsafah hidup, obsesi, dan lain- lain. (3) Selain menganalisis penokohan dan perw atakan, dilakukan pula analisis yang lebih tajam tentang tema utama karya sastra. (4) Di d alam menganalisis p erw atakan harus dicari nalar tentang prilaku tokoh. (5) Proses penciptaan merupakan hal lain yang mesti mendapat perhatian. (6) Konflik serta kaitannya d engan perw atakan d an alur cerita harus p ula mend ap at kajian. (7) A nalisis dap at diteruskan p ada analisis pengaruh karya sastra terhadap pembaca.

  Istilah ap resiasi berasal d ari bahasa Latin, y aitu apreciantio y ang berarti ‘ m eng ind ahkan’ atau ‘ m eng harg ai’ (A minuddin, 1995:34). Jika mengacu pada p end ap at Go v e (d alam A m inud d in, 1995:34), dalam ko nteks yang lebih luas istilah ap resiasi mengandung makna (1) pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin dan (2) pemahaman dan pengakuan terhad ap nilai-nilai keind ahan y ang diungkapkan pengarang.

  Berto lak d ari p end ap at-p end ap at tersebut, kegiatan ap resiasi terjad i o leh karena ad any a d o ro ng an d an resp o ns pembaca terhad ap karya sastra sehingga p embaca tertarik untuk m engg auliny a. A presiasi sastra (cerpen) dapat bermakna sebagai kegiatan menggauli cerpen yang didorong oleh pengalaman empiris dengan sung g uh-sung g uh sehing g a tim bul pengertian, pemahaman, penghargaan dan d ay a kritis terhad ap nilai-nilai y ang dikandung untuk menambah pengalaman estetik dan merespons kehidupan dengan baik.

  3. Hasil dan Pembahasan

  Berdasarkan fokus penelitian psikologi sastra, dokumen yang diteliti adalah cerpen yang tercipta pada saat terjadi pristiwa yang monumental, yaitu tsunami di Aceh dengan penekanan pada stuktur kejiw aan tokoh- tokohnya. Cerpen-cerpen yang dianalisis ad alah “ Tsunam i” (kary a Putu W ijay a, 2005), “ Cut” (karya A sma Nadia, 2005), “ Pernikahan Gelombang” (karya A. Rahim Q o hhar, 2005), d an “ Ibu Berp erahu Sajad ah” (kary a Isbed y Setiaw an Z .S., 2005). Seluruh cerp en tersebut d ianalisis dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra.

  Tema besar cerpen “ Tsunami” adalah peristiw a tsunami sebagai peristiw a yang monumental. Di dalamnya terkandung pula subtema perihal tragedi kemerosotan moral yang hantamannya lebih besar d aripad a tsunami itu sendiri. Cerpen “ Cut” bertema besar tsunami d engan subtema kerelaan berkorban untuk orang yang sangat dicintai. Cerpen “ Pernikahan Gelombang” bertema besar tsunami d i A ceh dengan subtema kesetiaan pada janji yang dijunjung tinggi. A dapun cerpen “ Ibu Berperahu Sajadah” bertema hikmah dari ketakw aan kepada Tuhan.

2.5 A presiasi

  Dalam cerpen “ Tsunami” , tokoh Ibu d igambarkan sebagai seo rang ibu yang memiliki keinginan sangat besar untuk menyejahterakan, khususnya rakyat Aceh dan umumnya menyejahterakan bangsa. Selain itu, ia juga berkeinginan membentuk p ribad i anaknya m enjad i p ribad i y ang peduli terhadap lingkungan dan orang lain. Namun, anaknya selalu membangkang dan selalu menyalahkan kead aan. Tokoh Ibu selalu dibayangi kekhawatiran jika anaknya akan terbawa gelombang lebih dahsyat dari g elo m bang tsunam i, y akni g elo mbang kemerosotan mo ral kemanusiaan. Si Ibu send iri merasa khaw atir karena ia takut terbaw a hany ut d i d alam ny a. Kekhaw atirannya itu samp ai terbaw a ke dalam mimpinya.

  Pad a saat tsunami terjad i, anaknya y ang terbaw a g elo m bang d ap at METASASTRA , Vol. 6 No.

  1

  , Juni 2013: 34—44 menyelamatkan ibunya. Setelah keluar dari gelombang itulah si anak baru menyadari akan harap an y ang d iimp ikan ibunya. Ib u selalu berpesan agar anaknya tidak meniru bapaknya yang p engkhianat dan selalu menyalahkan keadaan. Meskipun tokoh anak digambarkan sebagai seorang anak yang p embangkang, selalu p ro tes terhad ap kead aan sekeliling, d an tid ak ped uli terhadap lingkungannya, ia tetap p uny a tekad y ang kuat untuk d ap at memp erbaiki kead aaan pad a masa yang akan d atang . Kekhaw atiran ibu akan anaknya yang terseret gelombang tragedi kemanusiaan, pada akhirnya tidak terbukti. Si anak justru d ap at m eny elam atkan manusia dari gelombang tsunami.

  Adapun tokoh Bapak, dalam cerpen ini digambarkan oleh tokoh Ibu sebagai seorang pengkhianat terhadap bangsa dan negara. Hal itu sep erti term uat d alam kutip an berikut.

  “ Bapak juga dulu berkata begitu. Bahkan lebih rinci. Dia sudah mengibarkan bendera besar yang muluk-muluk atas nama kemanusiaan. Tapi sesudah dapat jabatan, punya kekuasaan, sesud ah bapakmu mampu memberi, d ia jadi keasyikan dan akhirnya berbalik haluan. Bukan memenuhi kew ajiban, tetapi menyalahkan keadaaan. Katanya negeri ini sudah terlalu parah cacatnya, tak akan mungkin lagi bisa melangkah dengan benar. Niat yang seluhur apa pun akan kandas karena terlalu banyak tikus jahat yang sud ah mencuri d i d alam kandang sendiri.” (“ Tsunami” , 2005:10)

  Dalam cerpen “ Cut” , diceritakan tokoh Z ein mencari istrinya di tengah peristiw a yang sangat menyakitkan, yaitu tsunami.

  Proses pencariannya itu tidak semata-mata hanya m eng inginkan istriny a kem bali, namun hal itu d id o ro ng juga oleh energi d ari sikap kesad aran. Kesad aran yang dimunculkan pada tokoh Zein merupakan kesadaran yang tanpa rekayasa. Kesadaran itu keluar d ari d iriny a karena Cut m erup akan bag ian d ari kesad aran itu.

  Kesadaran Zein merupakan kesadaran yang bero rientasi p ad a realitas d an isiny a berubah terus. Isi kesadarannya terdiri dari hal-hal yang terjadi, baik di luar maupun di d alam tubuh. Kesad aran ko lektif y ang tumbuh p ada kejiw aan tokoh Z ein tidak hanya terjadi p ad a realitas yang sedang d ihad ap iny a: d i had ap an M utia anak kesayangannya yang sed ang tergeletak lemas. Kesadaran yang diperlihatkan oleh tokoh Zein dalam cerpen karya Asma Nadia ini m erup akan bag ian d ari sikap sup eregonya. Z ein tidak mementingkan dirinya sendiri, tetapi beranggapan bahwa dirinya merupakan bagian d ari Cut d an anakny a. Z ein sangat berharap d ap at m enem ukan istriny a y ang terbaw a gelombang tsunami, meskip un harap an untuk menemukan istrinya sangatlah tipis sehingga ia hanyalah bisa berserah d iri kepada Tuhan.

  Cerpen “ Pernikahan Gelombang” karya

  A. Rahim Qahhar menggambarkan suasana kemesraan yang ditampilkan dengan apik. Kem esraan m enjad i p eng antar y ang p restisius, cinta m enjad i seo lah-o lah kekuatan y ang m am p u m em bend ung kead aan y ang sesulit ap a p un. D alam cerpen tersebut diceritakan tokoh Inong dan Agam yang akan menikah meskipun mereka berada di tengah di tengah arus gelombang. Kedua tokoh ini mampu berdialog satu sama lain m eski ked ua to ko h ini sed ang menghad ap i cobaan yang mahad ahsyat, yaitu terjangan gelombang “ tsunami” .

  Tokoh aku (Cut) dalam cerpen “ Ibu Berp erahu Sajad ah” bercerita tentang kenangan masa kecilnya. Ia ingat masa lalunya yang p enuh d engan kenangan kebahagiaan, seakan-akan ia tid ak bisa menerima kepergian ibunya. Namun, di samping itu, tokoh aku digambarkan juga merasa “ bahagia” dengan kepergian ibunya. Ia merasa bahagia karena kepergian ibunya diibaratkan menaiki perahu sajadah. Ibu pergi dengan cara mengembangkan kain lay ar y ang d ijahitny a d eng an benang ketakw aan. To ko h Ibu d alam cerita ini digambarkan sebagai seorang yang saleha.

   M OH .T AU FI K D AN R UGAN D A : A NALI SI S N I LAI - N I LAI H UMANI S DLM C ERPEN M AJALAN H ORI SON ...

  Ia selalu mengajarkan ketakw aan kepada anak-anaknya melalui keteladanannya. Ia juga selalu menceritakan riwayat para nabi dan melarang berbuat kemungkaran kepada anak-anaknya.

  Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Dari cerpen yang dianalisis dapat d ip ero leh latar sebag ai berikut. D alam cerp en “ Tsunam i” latar d ig am barkan dengan suasana kengerian tragedi tsunami dan setelahnya. Seorang ibu dan anaknya ingin membantu korban tsunami dengan caranya send iri. Dalam cerp en tersebut d igambarkan p ula seo rang bap ak yang berwatak pengkhianat terhadap bangsa dan negara. Dalam cerp en “ Cut” latar cerita sama dengan “ Tsunami” , yaitu kengerian traged i tsunami d i A ceh. Kengerian itu dialami dan disaksikan sendiri oleh tokoh Zein yang kehilangan istri tercinta dan harus menghadapi kematian anak kesayangannya.

  Cerp en “ Pernikahan Gelo m bang ” berlatar cerita di tengah-tengah tragedi tsu- nami. Seorang ibu ingin melangsungkan pernikahan anaknya, Inong dengan calon menantunya, Agam. Pernikahan pun tetap dilangsungkan meskipun dalam keadaan y ang sang at m em p rihatinkan. D alam p ernikahan anaknya itu, burung camar menjadi wali nikah dan ombak serta karang menjadi saksinya. Cerpen “ Ibu Berperahu Sajadah” juga berlatar cerita gelombang tsu- nam i. Tsunam i telah m eng hany utkan seorang ibu, diiringi oleh kerelaan seorang anak untuk melepaskan ibunya.

  A lur atau p lo t berd asarkran kriteria urutan waktu dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu kronologis, tak kronologis, d an cam p uran. Cerp en “ Cut” d an “ Pernikahan Gelombang” mempunyai alur maju. Penceritaan beralur maju dari awal hingga akhir. Cerpen “ Tsunami” dan “ Ibu Berperahu Sajad ah” d iceritakan d engan alur mundur.

  Sud ut p and ang m erup akan cara pandang yang digunakan oleh pengarang untuk meyakinkan tokoh, tindakan latar, dan berbagai peristiw a yang membentuk cerita. Dari cerpen yang diteliti, beberapa di antaranya menggunakan sudut pandang

  omnicient of view,

  sudut p andang “ yang berkuasa” . Cerp en “ Ibu Berp erahu Sajadah” menggunakan sudut pandang poin

  of view,

  orang pertama (aku) seperti orang yang menceritakan pengalamannya sendiri. Gaya erat kaitannya dengan ciri dan cara khas pengarang dalam mengungkap kan hasil karya sastra. Di dalamnya tercakup pilihan kata, struktur kalimat, d an gaya bahasa. Gaya p engarang d alam cerp en “ Tsunami” menggunakan logika berpikir dan gaya ironi. Gaya yang digunakan dalam cerp en “ Cut” meng gambarkan suasana psikologis secara detail dalam memberikan daya imajinasi. Dalam cerpen “ Pernikahan Gelo m bang ” g ay a y ang d ig unakan pengarang banyak menggunakan budaya daerah, seperti istilah, nyanyian, dan tarian. Gay a p eng arang d alam cerp en “ Ibu Berperahu Sajadah” banyak mengemukakan cerita d alam cerita, sep erti cerita N abi N uh, Nabi Yunus, d an Nabi Luth, serta penyajian doa-doa.

  3.1 Nilai-Nilai Humanis

  Tokoh ibu dan anak dalam cerpen “ Tsu- nami” merupakan orang yang memiliki rasa kemanusian yang sangat besar, yaitu ingin menyejahterakan rakyat. Nilai humanis y ang terd ap at d alam cerp en “ Cut” terg am bar p ad a to ko h Z ein. D alam p etualangan mencari istri d an anaknya yang dihanyutkan gelombang tsunami, Zein rela berkorban apa saja demi orang-orang y ang d icintainy a. To ko h Z ein p un m eng g am barkan ketaw akalan seo rang hamba dalam menghadapi musibah dengan cara berserah d iri kep ad a Tuhan. Nilai hum anis y ang terd ap at d alam cerp en “ Pernikahan Gelo m bang ” ad alah melaksanakan janji yang telah menjad i kesepakatan d i antara Inong dan A gam. Adapun nilai humanis yang dapat dipetik dari cerpen “ Ibu Berperahu Sajadah” adalah ajakan to ko h cerita untuk m enjauhi perbuatan mungkar. METASASTRA , Vol. 6 No.

  1

  , Juni 2013: 34—44

3.2 Uji Coba Pembelajaran

  Uji co ba p em belajaran d ilakukan terhadap sisw a SMA. Jumlah sisw a yang d iuji co ba sebany ak 40 o rang. Uji co ba dilaksanakan pada mata pelajaran Bahasa Ind o nesia, p ad a stand ar ko m p etensi membaca (memahami wacana sastra puisi dan cerpen). Pembelajaran apresiasi sastra tersebut dilakukan melalui beberapa tahapan kegiatan berikut.

  Tahap pertama, pembelajaran diaw ali dengan siswa membaca pemahaman karya sastra yang berupa cerpen. Pada langkah pertama ini diharapkan siswa memperoleh p eng alam an ap resiasi sastra, y aitu memahami unsur-unsur cerpen yang telah dibacanya. Berdasarkan hasil pengamatan, sisw a terlihat bersunguh-sungguh dalam memahami cerpen yang dibacanya. Tahap kedua, siswa menceritakan kembali cerpen. Sisw a d itunjuk secara acak untuk menceritakan kembali isi cerp en. Pad a um um ny a sisw a d ap at m enceritakan kem bali d eng an lancar, y aitu mengungkapkan jalan cerita. Tahap ketiga, siswa dengan bimbingan guru menentukan unsur-unsur p embangun cerpen. Tahap keempat (Tahap Kegiatan Pertemuan II), siswa mengaplikasikan pengetahuan sastra untuk mengapresiasi cerpen yang berbeda. Pad a tahap ini sisw a m eng ap res iasi c e rp e n d eng an p enuh kesung g uhan, menikmati karya sastra yang d ibacanya, menghayati unsur-unsur intrinsik, d an menghayati nilai-nilai yang terdapat pada cerpen. Kegiatan tersebut dilakukan selama 30 menit sebagai persiapan dalam kegiatan p embelajaran d iskusi kelo mp o k. Tahap kegiatan selanjutnya, siswa mengkaji cerpen d eng an berd iskusi kelo m p o k (ad a 8 kelompok) dengan menjawab pertanyaan- pertanyaan yang telah disediakan oleh guru. Mereka menuliskan jaw aban pada lembar jaw aban y ang telah d ised iakan. Hasil k e rja kelo m p o k d ibacakan d i d ep an kelompok lain secara bergantian.

  Berdasarkan pengamatan, pengungkapan karakter tokoh dalam cerpen yang disusun oleh siswa masih sangat sederhana, hanya mengungkap hal-hal sisi luar yang tertulis dalam naskah dan belum mengungkap sisi dalam dari karakter para toko h. Peneliti memaklumi hal tersebut sebab siswa masih belum mampu mengap resiasi sisi dalam kejiwaan tokoh. Hal ini dapat dimaklumi peneliti karena waktu yang disediakan juga terbatas.

  N ilai-nilai hum anis y ang d ap at diungkapkan siswa dari cerpen “ Tsunami” d i antarany a, to lo ng -meno lo ng sesama manusia dan ikut berpartisipasi jika ada saudara kita yang mendapatkan musibah. Kita juga seharusnya tid ak cukup hanya mempunyai rasa empati saja, tetapi kita harus terjun langsung membantu saudara- saudara kita yang tengah terkena musibah.

  Tahap akhir dari pembelajaran adalah tany a-jaw ab d an ev aluasi hasil p eny am p aian tiap kelo m p o k. Setiap kelompok memberikan satu pertanyaan dan juga mend ap atkan satu pertanyaan d ari kelo m p o k lain. Kelo m p o k y ang m end ap atkan p ertany aan m enjaw ab pertanyaan. Setelah kelompok menjaw ab pertanyaan kelompok lain, guru melakukan keg iatan akhir p em belajaran d eng an menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Simpulan yang diperoleh dari pembelajaran ini adalah bahwa apresiasi itu bersifat p ersonal karena karya sastra itu fiktif: tidak akan ada interpretasi yang benar secara mutlak, tetapi yang ada adalah cara mengapresiasi yang baik.

  Setelah p em belajaran berakhir, diupayakan ada tanggapan dari siswa atas bahan pembelajaran apresiasi sastra yang berup a resp o ns sisw a. Resp o ns sisw a te rse b u t d ilak s an ak an d e n g an c ara bertanya kepada siswa secara lisan di dalam kelas. Sisw a d itunjuk secara sukarela. Um um ny a sisw a m eny atakan ketertarikannya terhad ap p em belajaran apresiasi sastra (cerpen). Selain itu, sisw a diminta untuk mengisi kuesioner. Hasilnya tercantum pada tabel 1.

   M OH .T AU FI K D AN R UGAN D A : A NALI SI S N I LAI - N I LAI H UMANI S DLM C ERPEN M AJALAN H ORI SON ...

  77,5% 22,5%

  Cerpen “ Cut” dapat dipilih sebagai bahan dalam pembelajaran sikap rela berkorban untuk kep enting an o rang lain d an bertang g ung jaw ab atas am anah y ang d iberikan Tuhan. Cerp en “ Pernikahan Gelombang” merupakan cerpen yang tepat untuk menanamkan kesetiaan pada janji. Cerp en “ Ibu Berp erahu Sajad ah” d ap at d igunakan sebagai bahan p embelajaran yang menekankan pada perlunya kita selalu memberikan telad an serta menjalankan amalan yang baik. Keempat cerp en d ari majalah Horison tersebut secara um um d ap at d ijad ikan bahan p em belajaran apresiasi sastra untuk siswa SMA.

  Tabel 1: Hasil Angket Evaluasi dalam Implementasi Bahan Belajar p em belajaran untuk tid ak m eniruny a.

  7. Apakah pengetahuan nilai-nilai humanis dapat dicari dengan mengapresiasi cerpen? 87,5% 12,5%

  95% 5%

  6. Apakah cerpen “Tsunami” majalah Horison telah memuat informasi (menambah pengetahuan) melalui apresiasi sastra?

  5. Apakah cerpen “Tsunami“ majalah Horison memuat contoh unsur-unsur cerpen secara detail? 67,5% 32,5%

  4. Apakah penggunaan cerpen majalah Horison menarik perhatian Anda dalam implementasi proses belajar mengajar apresiasi sastra? 52,5% 47,5%

  3. Apakah isi dari cerpen ”Tsunami” majalah Horison memenuhi syarat dalam menjelaskan unsur-unsur cerpen?

  Berd asarkan hasil analisis nilai-nilai humanis dalam cerpen dengan pendekatan p siko lo g i sastra y ang berfo kus p ad a d o kum en cerp en-cerp en d ari m ajalah

  65 % 35%

  2. Apakah cerpen “Tsunami” majalah Horison dapat dimanfaatkan secara efektif sebagai bahan ajar apresiasi sastra?

  1. Dapatkah cerpen majalah Horison digunakan untuk meningkatkan kemampuan apreiasi sastra? 97,5% 2,5%

  

No. Pertanyaan Ya (%) Tidak(%)

4. Simpulan

  Cerpen “ Tsunami” dap at d ijadikan bahan ajar untuk megapresiasi nilai-nilai humanis sebagai pembentukan karakter siswa karena dalam cerpen tersebut tersirat rasa kemanusiaan yang tinggi. Tokoh Bapak yang berkarakter pengkhianat dalam cerpen “ Tsunami” d ap at p ula d ijad ikan bahan

  (cerp en “ Tsunam i” , “ Cut” , “ Pernikahan Gelo m bang ” , d an “ Ibu Berp erahu Sajad ah” ), p ara toko h d alam cerpen tersebut memberikan cerminan nilai- nilai humanis.

  H orison

1 METASASTRA , Vol. 6 No.

  , Juni 2013: 34—44

  Daftar Pustaka Aminuddin. (1995). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

  Endraswara, S. (2008). Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Medpress.

Endraswara, S. (2008). Metode Penelitian Psikologi Sastra: Teori Langkah dan Penerapannya.

  Yogyakarta: Medpress. Esten, M. (1978). Kesusastraan Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: Angkasa. Gani, R. (1988). Pengajaran Sastra Indonesia Respons dan Analisis. Jakarta: Depdiknas.

Ismail, T. dkk. (2002). Horison Sastra Indonesia 2 Kitab Cerita Pendek. Horison Kaki Langit. Jakarta:

The Ford Foundation .

  

Kementerian Pendidikan Nasional. (2010). Desain Induk, Pembangunan Karakter Bangsa. Jakarta:

Rapat Kordinator Tingkat Menteri Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.

Mangunwijaya, Y.B. (1986). Ragawidya Religiusitas Hal-Hal Sehari-hari. Yogyakarta: Penerbit

Kanisius. Mangunwijaya, Y.B. (1986). Sastra dan Religiusitas. Yogyakarta: Kanisius. Nurgiantoro, B. (2010). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University.

Ratna, N.K. (2010). Metode Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya.

  Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ratna, N.K.(2003). Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rusyana, Y. (1982). Metode Pengajaran Sastra. Bandung: CV Gunung Larang.

Rusyana, Y. (1999). “Mengolah Lahan Untuk Menyuburkan Pengajaran Sastra di Indonesia”. Majalah

Horison, Juli. Jakarta.

  Saryono, J. (2009). Dasar Apresiasi Sastra.Yogyakrta: Elmatera Publishing. Stanton, R. (2007). Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wellek, R. dan Austin W. (1985). Teori Kesusastraan. Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh

Melani Budianta, Ph.D. Jakarta: Gramedia.

  

Zuchdi, D. (2010). Humanisasi Pendidikan Menemukan Kembali Pendidikan yang Manusiawi.

  Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. Majalah Sastra Horison. Tahun XXXIX, No.1. 2005. Jakarta: PT Gramedia. Majalah Sastra Horison. Tahun XXXIX, No.3. 2005. Jakarta: PT Gramedia.