Proyek Management Pengawasan PT.Cinovasi Rekaprima Untuk Load Rack Computer System (LRCS) Pada Sistem Truck Loading Distribusi BBM Di PT. Pertamina (Persero) Terminal Transit Utama Tuban
DI PT. PERTAMINA (PERSERO)
TERMINAL TRANSIT UTAMA TUBAN
KERJA PRAKTEK Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Kerja Praktek
Program Strata Satu Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer
Universitas Komputer Indonesia
MUCHAMMAD NURUL RAMDHAN
10106412
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
(2)
(3)
iii LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Madsud dan tujuan ... 3
1.3.1 Madsud ... 3
1.3.2 Tujuan ... 4
1.4 Sistem Pelaksanaan Kerja Praktek ... 4
1.5 Batasan Masalah ... 5
1.6 Sistematika Pelaporan ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8
2.1 Profile Tempat Kerja Praktek ... 8
2.1.1 Sejarah Perusahaan Tempat Kerja Praktek ... 8
2.1.2 Logo Perusahaan ... 9
(4)
iv
2.1.7 Bidang Pekerjaan Divisi / Departement Tempat Kerja
Praktek ... 11
2.2 Landasan Teori ... 13
2.2.1 Peralatan Dan Operasi Pergerakan Produk ... 13
2.2.1.1 Jenis Fasilitas Dan Produk ... 14
2.2.1.2 Operasi Pergerakan BBM ... 15
2.2.1.3 Peralatan Penyaluran Darat ... 16
2.2.2 Tinjauan Umum Terminal Automation System ... 19
2.2.2.1 Definisi ... 19
2.2.2.2 Level Otomasi ... 21
2.2.2.3 Peralatan Instrumentasi dan Otomasi untuk TAS ... 25
2.2.2.4 Peratalan Pada Penyaluran Darat dengan Truk Tanki ... 26
2.2.2.5 Modul TAS ... 30
2.2.2.6 Arsitektur TAS Terminal Transit Utama Tuban ... 34
BAB III PEMBAHASAN ... 35
3.1 Jadwal Kerja Praktek ... 35
3.2 Cara / Teknik Kerja Praktek ... 35
3.3 Terminal Transit Utama Tuban ... 37
(5)
v
3.5.2 Control Room ... 50
3.5.3 Tuban LRC Client Operator Workstation ... 51
3.5.4 Operator Previllage... 52
3.5.5 TTES Sistem ... 53
3.5.6 Gate Out Sistem ... 54
3.5.7 Truck Loading – Terminal Configuration ... 54
3.5.8 Aturan Truck Tanki di TTU-TUBAN ... 55
3.5.9 LRC Bay Assignment Rules... 55
3.6 Typical LRC Sistem Arsitektur ... 57
3.6.1 ESD Interface ... 59
3.6.3 User Management ... 59
3.6.3 Alarm Management ... 60
3.6.4 Gate Access Control ... 62
3.6.5 Batch Control Interface ... 63
3.6.6 Manual Entry ... 66
3.6.7 Redundance Feature ... 68
3.7. TTU-TUBAN Truck Loading Sequence ... 70
3.7.1 Proses Pengisian Normal ... 73
3.8 HMI web Display dan Contoh Report ... 76
(6)
vi
4.1 Kesimpulan ... 96 4.2 Saran ... 98
(7)
vii
Tabel 2.2 Peralatan tambahan untuk implementasi TAS ... 25
Tabel 3.1 Uraian Kegiatan Kerja Praktek Selama di Site ... 35
Tabel 3.2 Uraian Kegiatan Kerja Praktek Selama di Office ... 36
Tabel 3.3 Daftar Istilah/Singkatan Umum Pada TTU – TUBAN ... 39
Tabel 3.4 LRC sistem Master Tabel ... 54
Tabel 3.5 Layout bay (area pengisian) ... 55
Tabel 3.6 User Management ... 60
Tabel 3.7 Alarm Supported ... 61
Table 3.8 Typical Batch Controller I/O ... 64
Table 3.9 Single or multiple Order table ... 72
(8)
viii
Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT.Cinovasi Rekaprima ... 10
Gambar 2.3 Diagram Peralatan Instrumentasi Operasi Penyaluran Darat ... 18
Gambar 2.4 Level 2 : Operasi Penyaluran Darat Remote Operation ... 27
Gambar 2.5 Level 2 : Operasi Penyaluran Darat, Semi Automatic ... 28
Gambar 2.6 Level 2 : Operasi Penyaluran Darat, Full Automation ... 29
Gambar 2.7 Arsitektur Design Terminal Transit Utama Tuban (TTU-TUBAN) ... 34
Gambar 3.1 PT. PERTAMINA TRUCK LOADING BUSINESS PROCESS ... 47
Gambar 3.2 Work Flow Proses Bisnis Operasi Penyaluran Darat Menggunakan Truk Tanki di TTU – TUBAN Proses Gate Entry ... 48
Gambar 3.3 Work Flow Proses Bisnis Operasi Penyaluran Darat Menggunakan Truk Tanki di TTU – TUBAN Proses Filling/Pengisian ... 49
Gambar 3.4 Typical LRC Sistem Arsitektur ... 57
Gambar 3.5 LRC User Screen ... 59
Gambar 3.6 Alarm Sumarry Page ... 62
Gambar 3.7 Posisi Penempatan Card Reader dan Barrier Gate di Gate In dan Gate Out ... 63
(9)
ix
Gambar 3.12 Order dapat memiliki 1 atau lebih shipment dan dapat
dilayani oleh satu atau lebih Truck Tanki ... 70
Gambar 3.13 shipment dapat melayani 1 atau lebih order dengan 1 buah Truck Tanki ... 71
Gambar 3.14 1 buah oder dipecah menjadi beberapa shipment ... 71
Gambar 3.15 Truck Tanki, 1 atau lebih oder ke Tujuan yang berbeda ... 71
Gambar 3.16 Single or multiple order Table ... 72
Gambar 3.17 Area configuration ... 72
Gambar 3.18 Configurasi Product, Compartement dan Bay ... 73
Gambar 3.19 Contoh BOL (BilL Of Loading) / Surat Jalan ... 75
Gambar 3.20 Contoh Operator Truck Loading Graphic TUBAN LRC ... 76
Gambar 3.21 contoh Tampilan Graphic Antrian di Bay ... 76
Gambar 3.22 Share Holder page ... 77
Gambar 3.23 Loding Area Page ... 78
Gambar 3.24 TAS User Page ... 78
Gambar 3.25 Access Card Page ... 79
Gambar 3.26 Unit Off Measurment Page ... 79
Gambar 3.27 Base Product Page ... 80
Gambar 3.28 Bay and Meter Page ... 80
(10)
x
Gambar 3.33 Carrier Company Page ... 83
Gambar 3.34 Driver Page ... 83
Gambar 3.35 Vehicle Page ... 84
Gambar 3.36 Order Page ... 84
Gambar 3.37 Shipment Page ... 85
Gambar 3.38 Manual Entry Page ... 85
Gambar 3.39 Seal Entry Page ... 86
Gambar 3.40 Print Out Surat Jalan ... 88
Gambar 3.41 Audit Report ... 89
Gambar 3.42 Master Report ... 89
Gambar 3.43 TAS User Report ... 90
Gambar 3.44 Vehicle Crew Report And Produc Report ... 90
Gambar 3.45 Truck Report ... 91
Gambar 3.46 Bay Report ... 91
Gambar 3.47 Customer Report ... 92
Gambar 3.48 Daily Vehicle Trip Summary Report ... 92
Gambar 3.49 Yearly Product Summary Report ... 93
Gambar 3.50 Monthly Daily Product Summary Report ... 94
(11)
xi
Lampiran B Surat Balasan Kerja Praktek ... B-1 Lampiran C Daftar Kehadiran Kerja Praktek ... C-1 Lampiran D Nilai Kerja Praktek ... D-1
(12)
1
1.1 Latar Belakang
PT. PERTAMINA (PERSERO) Direktorat Pemasaran dan Niaga saat ini sedang melaksanakan Pembangunan Terminal Transit Utama Tuban (TTU-TUBAN) dan Pipanisasi Tuban dengan Tujuan utama adalah untuk meningkatkan pasokan BBM ke Jawa Timur, khususnya pasokan instalasi Surabaya Group (ISG) Perak Surabaya.
Agar tetap dalam posisi memimpin (lead) dalam bisnis BBM di tanah air, PERTAMINA memerlukan pemutakhiran peralatan, sistem operasi, dan sumber daya manusia, agar proses bisnis berjalan dengan cepat, efisien dengan target zero losses.
Sekilas tentang fasilitas penerimaan, penimbunan, dan penyaluran milik PERTAMINA banyak yang telah berumur lebih dari sepuluh tahun. Fasilitas tersebut dibangun sesuai dengan zamannya, sehingga tidak dapat lagi memenuhi tuntutan masa kini dalam hal kecepatan pelayanan dan efisiensi yang tinggi. Beberapa Depot dan Terminal Transit dibangun dengan mempertimbangkan pengembangan di masa depan, seperti menyediakan ruangan untuk tambahan peralatan dan fasilitas. Namun depot-depot ini dibangun oleh kontraktor yang berbeda-beda, dan menerapkan filosofi operasi yang berbeda pula. Sehingga untuk suatu operasi yang sama (misalnya penerimaan BBM dari Kapal Tangker) peralatan operasi depot yang satu berbeda dengan depot yang lain. Ini
(13)
menyebabkan perbedaan prosedur dan kualitas operasi dari satu depot ke depot yang lain. Situasi ini mempunyai dampak yang kurang menguntungkan dalam perhitungan/akuntansi produk.
Terminal Automation System atau biasa disingkat TAS, merupakan sebuah solusi yang saat ini akan diterapkan oleh PT. PERTAMINA khususnya pada Fasilitas Depot dan Terminal Transit. Pembangunan Terminal Transit Utama Tuban (TTU-TUBAN) dan Pipanisasi Jawa Timur merupakan Fasilitas baru yang akan di miliki PT. PERTAMINA dengan implementasi Terminal Automation System (TAS) salah satunya adalah untuk fasilitas “TRUCK LOADING SYSTEM” yang merupakan ujung tombak pelaksanaan Distribusi BBM terhadap Konsumen secara langsung.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas diperlukan satu aplikasi yang dapat memonitoring proses-proses yang terjadi di lapangan, maka penulis diberi tugas untuk melaksanakan kerja praktek yang berhubungan dengan hal tersebut dengan judul “ PROYEK MANAGEMENT PENGAWASAN PT.CINOVASI REKAPRIMA UNTUK LOAD RACK COMPUTER SYSTEM (LRCS) PADA SISTEM TRUCK LOADING DISTRIBUSI BBM DI PT. PERTAMINA (PERSERO) TERMINAL TRANSIT UTAMA TUBAN ”.
(14)
1.2 Perumusan Masalah
Dibandingkan dengan penelitian bidang ilmu eksakta, dimana pengukuran variabel-variabelnya mudah untuk dikuantisir, maka penelitian analisis dibidang Instrumentasi dan Control ternyata jauh lebih sulit untuk mengukurnya secara kuantitatif, karena terkait dengan prilaku user. kebutuhan manusia yang selalu berubah – ubah seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi serta kondisi lapangan yang belum tentu sama antara yang satu dan lainnya.
Standarisasi Internasional terhadap peralatan instrument dan system otomasi menjadi batasan dan tolak ukur terhadap sistem yang akan dibangun. Namun disamping adanya standar insternasional Memahami proses bisnis yang diinginkan oleh owner sangat diperluakan oleh sistem integrator yang sedang melaksanakan pembangunan sebuah sistem di suatu instalasi.
1.3 Maksud dan Tujuan
1.3.1 Maksud
Adapun maksud dari penulisan laporan kerja praktek ini adalah untuk menuliskan hasil analisis terhadap sistem Truck Loading Distribusi BBM di PT. PERTAMINA (Persero) Terminal Transit Utama Tuban dari hasil Proyek Management Pengawasan yang di lakukan oleh PT CINOVASI REKAPRIMA .
(15)
1.3.2 Tujuan
Sedangkan tujuan penulis melaksanakan kerja praktek ini adalah :
1. Untuk membantu PT. PERTAMINA (PERSERO) dalam pelaksanaan Pengawasan Proyek Pembangunan Terminal Transit Utama Tuban (TTU-TUBAN) dan Pipanisasi Jawa Timur khususnya pada fasilitas sistem penyaluran darat BBM menggunakan Truk Tanki (Truck Loading System) 2. Melakukan pengujian terhadap Truck Loading System yang akan di
gunakan di TTU-TUBAN.
3. Memberikan solusi atau masukan terhadap sistem yang sedang di bangun khususnya untuk Truck Loading System yang akan di gunakan di TTU-TUBAN.
1.4 Sistem Pelaksanaan Kerja Praktek
Metodelogi penelitian yang diterapkan pada penelitian laporan kerja praktek ini adalah :
1. Observasi/Site Survey
Merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung ke lapangan untuk mengetahui proses yang terjadi dilapangan secara langsung.
2. Wawancara
Merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada pihak-pihak yang mengetahui terhadap hal-hal yang berkaitan dengan program aplikasi yang akan dibangun.
(16)
3. Literatur
Merupakan metode pembelajaran yaitu mempelajari pemikiran dari bahan, buku-buku maupun sumber literatur lainnya yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dihadapi.
1.5 Batasan Masalah
Terminal Automation System (TAS) pada instalasi Depot atau Terminal Transit merupakan sebuah sistem terintegrasi yang didalamnya secara garis besar mencakup 3 fasilitas yaitu Fasilitas Penerimaan, Fasilitas Penimbunan, dan Fasilitas Penyaluran. Pada penulisan Laporan Kerja Praktek ini penulis membatasi materi yang akan disampaikan yaitu mengenai fasilitas penyaluran.
Untuk itu agar tercapai tujuan diatas, maka diperlukan adanya batasan – batasan masalah agar pembahasan tidak menyimpang dari objek penelitian, batasan - batasan masalah yang akan dibahas antara lain :
1. Terminal Transit Utama TUBAN.
2. Tinjauan umum Terminal Automation System (TAS), Peralatan dan Operasi Pergerakan BBM terutama yang berkaitan dengan fasilitas proses penyaluran darat distribusi BBM menggunakan truck tanki.
3. Sekilas tentang Instrumentasi dan Otomasi TAS, Arsitektur Jaringan TAS di Terminal Transit Utama Tuban (TTU-TUBAN) dan Kualifikasi Personil Pemeliharaan.
(17)
4. Functional Design Load Rack Computer System (LRCS) Sistem penyaluran darat Distribusi BBM menggunakan Truck Tanki pada Terminal Transit Utama Tuban (TTU-TUBAN)
5. Load Rack Computer System (LRCS) inOperation. 6. Load Rack Computer System (LRCS)Reporting.
7. Perbandingan Load Rack Computer System (LRCS) dengan System lain untuk yang menangani Penyaluran darat Distribusi BBM menggunakan Truck Tanki.
8. Kesimpulan dan Saran
1.6 Sistematika Pelaporan
Penulisan laporan kerja praktek ini disusun secara sistematis guna memudahkan pemahaman isi yang terkandung didalamnya. Sistematika penulisan laporan kerja praktek ini adalah :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, maksud dan tujuan, batasan masalah, metode penelitian, dan sistematika penulisan laporan Kerja Praktek.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini meliputi sejarah, tempat dan Kedudukan, bentuk dan badan hukum, Bidang Pekerjaan, Bidang Pekerjaan divisi/departemen tempat Kerja Praktek dan Struktur Organisasi Perusahaan.
(18)
BAB III : PEMBAHASAN
Bab ini meliputi jadwal, cara/teknik dan data-data pada saat melakukan kerja praktek.
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan-kesimpulan serta saran tentang kerja praktek yang dilakukan.
(19)
8
2.1 Profile Tempat Kerja Praktek
2.1.1 Sejarah Perusahaan Tempat Kerja Praktek
Cikal bakal berdirinya PT.Cinovasi Rekaprima berawal dari sebuah laboratorium yang bergerak dalam bidang instrumentasi dan control dibawah Departemen Teknik Fisika – Institut Teknologi Bandung, dengan diberi nama Laboratorium Control atau disingkat LABKON.
Kegiatan utama laboratorium ini sebenarnya adalah tempat mahasiswa melakukan penelitian dalam bidang instrumentasi serta otomasi, seiring dengan perkembangan waktu karena banyak bidang yang berhubungan dengan dunia industri maka kegiatan penelitian lebih banyak terlibat langsung dalam dunia industri. Karena permasalahan di dunia industri sangat kompleks yang memerlukan solusi yang tepat, tidak jarang dari pihak industri membawa permasalahan tersebut ke dalam dunia pendidikan untuk dijadikan contoh kasus. Atas dasar itulah karena melihat kepentingan bisnis yang baik maka dibuat kerjasama antara pihak industri dengan lembaga pendidikan yang dalam hal ini di wakili oleh laboratorium kontrol.
Perkembangan laboratorium kontrol sendiri mengalami perubahan lembaga yang asalnya hanya cakupannya satu departemen teknik fisika berkembang menjadi Pusat Instrumentasi Dan Otomasi dengan nama CITA (Center for Instrumentation Technology and Automation) yang langsung dibawah lembaga
(20)
Institut Teknologi Bandung, yang mempunyai kegiatan mengadakan pelatihan dan kerjasama bisnis dengan pihak industri.
Pada tahun 2006 dikarenakan ada kebijakan ITB mengenai kerjasama bisnis industri dengan dunia pendidikan harus diluar area kampus, maka kemudian lembaga CITA membentuk perusahaan dengan nama PT.Cinovasi Rekaprima dengan tujuan untuk mengakomodir kerjasama bisnis dengan pihak industri, sedangkan lembaga CITA sendiri kegiatannya terfokus kepada kegiatan pelatihan serta pendidikan magang kepada mahasiswa.
2.1.1 Logo Perusahaan
Gambar 2.1Logo PT.Cinovasi Rekaprima
2.1.2 Tempat dan Kedudukan Perusahaan
PT. Cinovasi Rekaprima merupakan perusahaan yang bergerak di bidang engineering instrumentasi serta otomasi. Lokasi perusahaan PT.Cinovasi Rekaprima bertempat di Jl. Kanayakan Dalam No. 28 Bandung.
(21)
2.1.3 Bentuk dan Badan Hukum Perusahaan
Bentuk permodalan Cinovasi Rekaprima adalah permodalan dalam negeri berbadan hukum perseroan terbatas (PT) sebagai perusahaan swasta nasional yang bergerak dalam bidang engineeering minyak dan gas, serta dalam bidang pengukuran, PLC, dan otomatisasi.
2.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan
Berikut ini adalah gambar struktur diagram PT.Cinovasi Rekaprima :
Gambar 2.2Struktur Organisasi PT.Cinovasi Rekaprima
2.1.5 Bidang Pekerjaan Perusahaan
Bidang pekerjaan yang ditangani oleh PT. Cinovasi Rekaprima antara lain: a. Automation Software Development
(22)
c. PLC System
d. Measurement and Control System Integration e. Instrumented Safety Shut down System
f. Equipment/Instrumentation Reverse Engineering g. Production Equipment/Instrumentation Reconditioning
Selain dari bidang yang ditangani di atas PT. Cinovasi Rekaprima memiliki kemampuan untuk memberikan layanan dukungan siklus lengkap untuk Otomasi yang meliputi:
h. Engineering Design i. Reverse Engineering j. Installation
k. Commissioning l. Effective support
m. Sustainable technology update n. Project Inspection Management
2.1.6 Bidang Pekerjaan Divisi / Departemen Tempat Kerja Praktek
Penulis ditempatkan di divisi Engineering And System, dimana divisi ini mengerjakan sistem yang berhubungan dengan Reverse engineering, engineering design, field engineering, PLC Programing, Instrumentation Instalation, dll. Divisi ini berawal dari sebuah pengerjaan dasar dalam engineering yang hampir melibatkan semua personel yang tergabung di divisi ini. Reverse Engineering
(23)
merupakan awal cikal bakal divisi ini berdiri dan berkembang sampai sekarang menjadi menjadi sebuah divisi utama di PT. Cinovasi Rekaprima.
Dari divisi Engineering And System atau biasa di sebut ”Sys-Eng” telah berkembang menjadi sebuah divisi yang dapat menangani berbagai pekerjaan yang berhubungan dengan Engineering dan Sistem. Pada saat penulis melakukan kerja praktek di divisi ini penulis di tempatkan untuk menangani sebuah project management inspection terkait pengerjaan pembangunan Terminal Transit Utama Tuban (TTU-TUBAN) dan Pipanisasi Jawa Timur. Dimana disini penulis diberikan tugas utama sebagai berikut :
1. Melakukan inspeksi terhadap pengerjaan Instrumentasi pada pembangunan Terminal Transit Utama Tuban (TTU-TUBAN) dan Pipanisasi Jawa Timur PT. Pertamina (PERSERO).
2. Melakuan inspeksi terhadap pengerjaan (Terminal Automation System) TAS pada pembangunan Terminal Transit Utama Tuban (TTU-TUBAN) dan Pipanisasi Jawa Timur PT. Pertamina (PERSERO).
3. Melakukan Pengetesan dan Commissioning Instrument dan Terminal Automation System (TAS).
4. Melakukan Pengetesan, Commissioning dan Pendampingan Operasi sementara untuk Load Rack Computer System pada sarana penyaluran/distribusi BBM menggunakan monil tangki (Truck Loading Sytem) di Terminal Transit Utama Tuban (TTU-TUBAN) PT. Pertamina (PERSERO).
(24)
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Peralatan Dan Operasi Pergerakan Produk BBM Dalam Depot / Terminal Transit
2.2.1.1 Jenis Fasilitas Dan Produk
1. Sarana Penimbunan dan Distribusi
PERTAMINA mengenal beberapa istilah sarana distribusi BBM di tanah air. Secara umum, berdasarkan fungsinya, sarana yang ada diberi nama sebagai berikut:
a. DEPOT: Sarana penimbunan bagi BBM yang akan didistribusikan kepada konsumen besar atau sarana retail (a.l. SPBU) melalui truk tangki. Ada dua cara memasok depot, yakni melalui jalur pipa, atau melalui RTW (Rail Tank Wagon, tangki kereta api).
b. TRANSIT TERMINAL: Sarana penimbunan bagi BBM yang akan didistribusikan kepada DEPOT. Transit Terminal juga berfungsi sebagai Depot bagi konsumen besar di wilayahnya. Transit Terminal menyalurkan BBM ke depot-depot melalui kapal tangker, jalur pipa, atau RTW, atau kombinasi diantaranya.
c. INSTALASI: Sarana penimbunan BBM dan produk lain yang akan didistribusikan ke depot dan konsumen besar.
2. Produk yang Didistribusikan
Produk dibagi kedalam kategori BBM dan non BBM. Kajian ini hanya membahas produk BBM.
(25)
Produk BBM terdiri atas: a. Premium
b. Kerosin
c. Solar (HSD: High Speed Diesel) d. MDF (Marine Diesel Fuel)
e. MFO (Marine Fuel Oil, Minyak Bakar).
2.2.1.2 Operasi Pergerakan BBM
Operasi pergerakan BBM terdiri atas operasi penerimaan, penimbunan, dan penyaluran.
1. Operasi Penerimaan
Operasi penerimaan adalah kegiatan yang akan mengakibatkan bertambahnya stok BBM di suatu depot atau transit terminal.
Depot atau terminal transit dapat menerima produk melalui jalur pipa, kapal tangker, dan RTW (Rail Tank Wagon), atau kombinasinya. Kajian ini tidak membahas penerimaan dengan RTW.
Kegiatan ini meliputi:
a. Mempersiapkan sarana penerimaan, yakni memilih tangki penerima dan jalur menerimaan menuju tangki dimaksud.
b. Mengukur volume produk dalam tangki yang akan digunakan untuk menerima produk.
c. Berkordinasi dengan pihak pengirim produk (Kilang atau Terminal Transit) mengenai jadwal kedatangan, jenis produk, dan jumlah produk.
(26)
d. Dalam hal penerimaan produk melalui pipa, perencanaan penerimaan disesuaikan dengan batch program, dan operasi disesuaikan apakah akan melakukan heart cut atau juga menerima interface.
Batch Program : Rencana pengiriman produk melalui pipa yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap depot yang dilalui jalur pipa. Program memperhitungkan kecepatan alir, urutan produk, dan volume setiap produk, sesuai dengan kebutuhan depot tujuan.
Heart Cut: Pengambilan/penerimaan produk dari pipa yang hanya mengambil produk murni saja.
Interface: Produk campuran antara Premium dan Kerosin atau Solar dengan Kerosin yang terjadi dalam pipa akibat tidak adanya pemisah fisik antara produk-produk tsb. Interface juga disebut feedstock, yang nanti akan dicampurkan (blending) kepada Premium dalam jumlah tertentu.
2. Operasi Penimbunan
Operasi penimbunan adalah operasi penyimpanan dan pergerakan BBM dalam depot atau terminal transit.
Pergerakan BBM dalam depot terjadi bila diperlukan pemindahan produk dari suatu tangki ke tangki lainnya (intertank transfer)karena sesuatu hal (kerusakan peralatan, pemeliharaan peralatan, degradasi produk, blending).
(27)
Pergerakan produk dalam depot sedapat-dapatnya mengikuti prosedur pengiriman dan penerimaan, sekalipun pengirim dan penerima adalah tangki-tangki yang ada dalam depot.
3. Operasi Penyaluran
Operasi penyaluran adalah kegiatan yang akan mengakibatkan berkurangnya stok BBM di suatu depot atau transit terminal.
Depot atau terminal transit dapat menyalurkan produk melalui jalur pipa, kapal tangker, dan RTW (Rail Tank Wagon), atau kombinasinya. Kajian ini tidak membahas penyaluran dengan RTW.
Kegiatan ini meliputi:
a. Mempersiapkan sarana pengiriman, yakni tangki yang produknya akan disalurkan, jalur penyaluran, pompa penyaluran, alat ukur penyaluran.
b. Mengukur volume BBM pada tangki sebelum disalurkan.
c. Melaksanakan prosedur administrasi dan keuangan yang berkaitan dengan penyaluran.
Dalam hal penyaluran dengan pipa, berkordinasi dengan pihak penerima dalam melaksanakan batch program penyaluran.
2.2.1.3 Peralatan Penyaluran Darat 1. Penyaluran Darat
Diagram di bawah ini memperlihatkan susunan peralatan di Transit Terminal yang menyalurkan BBM melalui truk tangki.
(28)
Keterangan Gambar: 1. Tank Gauge
2. Manifold Penyaluran Darat 3. Pompa
4. Hand valve 5. Strainer 6. Loading Meter 7. Pressure Indicator 8. Temperature Indicator 9. Flow Control Valve
10. Meter Proving/Master Meter Connection 11. Loading Arm ( Filling Point )
(29)
(30)
2.2.2 Tinjauan Umum Terminal Automation System (TAS)
2.2.2.1 Definisi
1. Terminal Automation System (TAS) didefinisikan sebagai sistem otomasi yang menggabungkan proses bisnis dengan pengoperasian yang didukung oleh peralatan instrumentasi di lapangan, dalam rangka meningkatkan efisiensi pengoperasian, keamanan, dan pelayanan serta meningkatkan kinerja sistem informasi manajemen di Depot/Transit Terminal dan di tingkat korporat (Pertamina Pusat).
2. Berdasarkan proses bisnis dan kegiatan utama yang dilaksanakan dalam Depot dan Transit Terminal Pertamina, lingkup utama dari TAS dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Automatic Monitoring & Operation System, untuk menangani pelaksanaan pemantauan dan pengoperasian peralatan. Automatic Monitoring & Operation ini meliputi
a. Sistem pergerakan produk BBM, baik untuk transaksi dagang (custody transfer) maupun yang bukan transaksi dagang (non-custody transfer)
b. Sistem Interlock & Safety, untuk menjaga keamanan dan kehandalan pada setiap bagian proses pergerakan produk BBM. 2. Automatic Transaction System,untuk pelaksanaan proses bisnis, yaitu
(31)
a. Sistem pengawasan (supervisory) pelaksanaan prosedur kerja bagi setiap jenis transaksi pergerakan produk BBM
b. Sistem pelaporan yang diperlukan dalam setiap jenis transaksi.
3. Di dalam TAS setiap subsistem dari Automatic Monitoring & Operation System serta subsistem dari Automatic Transaction System saling terkait dengan erat, dan bukan merupakan subsistem yang terpisah-pisah (stand-alone). Karenanya setiap peralatan dan subsistem TAS harus memenuhi persyaratan ’open system protocol communication’, sehingga mampu melakukan komunikasi secara otomatis dengan subsistem yang terkait.
4. Penerapan TAS pada Depot dan Terminal Transit mencakup pelaksanaan fungsi-fungsi berikut:
a. Melakukan pemantauan secara otomatis yang meliputi:
- akuisisi data dari hasil pengukuran oleh instrumen di lapangan. - perekaman data pengukuran dan data operasi
- pengolahan data secara elektronik oleh komputer.
5. Melaksanakan pengaturan pengoperasian (supervisi) secara otomatis terhadap alur kerja (workflow) untuk menjaga operasi-operasi pergerakan produk BBM terlaksana secara konsisten sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP).
(32)
6. Memunculkan peringatan dan alarm terhadap kondisi operasi proses yang sudah berada di luar batas toleransi yang diperbolehkan.
7. Merekam alarm dan kejadian (event) penting yang berkaitan dengan pengoperasian, untuk kelak bisa digunakan dalam pelacakan (troubleshooting) permasalahan.
8. Melaksanakan aksiinterlockmaupunsafety & shutdown(SSD), untuk menjaga keamanan, keselamatan dan kehandalan pada setiap bagian proses pergerakan produk BBM.
9. Melaksanakan secara otomatis pengawasan (supervisory) dan pemantauan prosedur transaksi pergerakan produk BBM di lingkungan Terminal Transit sehingga sesuai dengan SOP, rencana operasi, dan target-target operasional
10. Melakukan pengolahan dan penyajian informasi secara terpadu dan menghasilkan berbagai pelaporan untuk keperluan operasional, keuangan, pemeliharaan, dan manajemen, termasuk integrasi dengan sistemEnterprise Resources Program (ERP)seperti SAP.
2.2.2.2 Level Otomasi
1. Peralatan-peralatan yang digunakan untuk mengoperasikan proses dapat difungsikan dengan berbagai cara, mulai dari pengoperasian secara menual hingga pengoperasian secara otomatis.
(33)
2. Sebagai bagian dari keutuhan fungsionalitas sistem untuk memenuhi berbagai aspek operasional, kehandalan, keamanan dan keselamatan, maka suatu perangkat otomasi perlu memiliki tingkatan/level pengoperasian otomasi sebagai berikut
a. Pengoperasian manual (manual operation)
b. Pengoperasian dan pemantauan dari jarak jauh (remote monitoring/ operation)
c. Pengoperasian secara semi-otomatis (semi-automation)
d. Pengoperasian otomasi secara terintegrasi (integrated/full automation)
3. Dalam pengoperasian secara manual dilakukan hal berikut,
a. Skenario dan prosedur pengoperasian peralatan maupun pengukuran besaran proses dilakukan secara manual oleh petugas di lokasi peralatan dan instrumen di lapangan.
b. Hasil pengukuran dan pengoperasian dicatat oleh petugas.
c. Peralatan instrumentasi di lapangan tidak terhubung satu sama lain d. Pengoperasian secara manual dari suatu peralatan otomatis merupakan
tindakan pengoperasian dalam keadaan darurat/khusus.
4. Ciri dari pengoperasian secara jarak jauh adalah sebagai berikut,
a. Skenario pengoperasian peralatan dan pemantauan pengukuran di lapangan dilakukan secara manual oleh petugas melalui panel kontrol dan monitoring yang tersedia di Control Room.
(34)
b. Peralatan instrumentasi di lapangan tidak terhubung satu sama lain c. Hasil pengukuran dan pengoperasian yang ditunjukkan pada panel di
control room dicatat oleh petugas.
5. Pada pengoperasian secara semi-otomatis terintegrasi dilakukan sebagai berikut,
a. Bagian tertentu dari skenario pengoperasian dilakukan secara manual oleh petugas melalui panel ataupun komputer di Control Room, selebihnya dilakukan secara otomatis.
b. Sebagian peralatan instrumentasi dalam suatu lingkup pengontrolan sudah saling terhubung.
c. Sebagian hasil pengukuran dan pengoperasian sudah terekam dalam format elektronik, dan memungkinkan untuk ditingkatkan menjadi sistem otomasi terintegrasi.
d. Fungsi dari petugas adalah memberikan verifikasi dan konfirmasi serta pengawasan.
6. Pada sistem otomatis terintegrasi pengoperasian dilakukan sebagai berikut, a. Skenario dan prosedur pengukuran maupun skenario pengoperasian peralatan seluruhnya dilakukan secara otomatis dan terintegrasi oleh sistem, sehingga cukup diawasi di Control Room.
b. Peralatan instrumentasi dalam suatu lingkup pengontrolan sudah saling terhubung.
(35)
c. Petugas dapat memfokuskan diri pada fungsi pengawasan.
d. Tersedia piranti lunak aplikasi terintegrasi untuk pengolahan informasi yang merujuk pada hasil pengukuran di lapangan, dan pembuatan pelaporan untuk mendukung pengambilan keputusan oleh manajemen
e. Hampir seluruh informasi dapat diakses langsung oleh manajemen melalui jaringan perusahaan.
7. Penerapan TAS harus mampu mengakomodasi seluruh level otomasi yang disebutkan di atas. Jika suatu peralatan ataupun subsistem mengalami gangguan, sehingga berfungsi kurang baik, maka secara keseluruhan TAS tetap berfungsi, yaitu dengan cara mengetikkan (manual entry) data pengukuran dan status pengoperasian alat tersebut, sehingga integrasi dengan subsistem lain tetap bisa dilaksanakan.
8. TAS juga harus mampu menangani peralatan buatan berbagai pabrik yang berlainan dengan tingkat teknologi yang berbeda. Jika peralatan yang berlainan ini tidak memiliki kemampuan ’open system protocol communication’, maka perlu ditambahkan suatu instrument interfacing agar peralatan tersebut dapat dihubungkan dengan peralatan dan subsistem TAS lainnya.
(36)
2.2.2.3 Peralatan Instrumentasi dan Otomasi Untuk TAS
Agar TAS dapat berfungsi dan efektif, sarana yang ada di depot/transit terminal yang umum di pasang.
Tabel 2.1Perangkat Terminal Transit Sebelum Implementasi TAS
No Perangkat Non TAS TAS Tindakan
1 Valve Handwheel/Lever MOV (Motor
Operated Valve)
Memasang electric actuator pada valve existing.
2 Densitometer Indikasi saja
Digital output, dengan ketelitian empat desimal (g/cc atau kg/liter)
Menambah modul komunikasi digital
3 Tank Gauge Indikasi lokal
Digital output, dengan kemampuan pengukuran density dan averaging temperatur. Menambahkan
modul, firmware, PC, dan software yang diperlukan.
4 Turbine
meter Indikasi saja Digital output
Menambahkan digital communication module, temperatur transmitter, dan pressure transmitter 5 Batch
Controller Local Operation Remote preset
Memanfaatkan fitur komunikasi yang ada, atau
menambahkannya.
Tabel 2.2Peralatan tambahan untuk implementasi TAS
No Perangkat Fungsi Keterangan
1 TAS Server Menyimpan dan mengolah data
2 PLC
Pengendalian i. Interlock MOV ii. Jalur aliran BBM iii. Alarm
iv. Pengaturan pompa
Kapasitas (I/O count tergantung tingkat kerumitan operasi Depot)
3 TAS Computer Menjalankan modul-modul
software sesuai dengan business
Jumlahnya
(37)
process dan SOP. Melakukan
akuntansi produk dan
menerbitkan laporan. kerumitan operasi depot 4 Sarana identifikasi (Smart Card, i-button) Access Control Dapat diterapkan untuk kendaraan pengangkut dan personel
5 Perangkat jaringan Komunikasi antar komputer dan instrumen lapangan
Disesuaikan dengan situasi lapangan 6 Communication
Server
Komunikasi (up load & down load) ke ERP (SAP).
Seperti telah diuraikan pada bab III, otomatisasi depot/transit terminal memiliki tingkat tertentu, tergantung konfigurasi dan kondisi peralatannya. Berikut ini digambarkan peralatan Depot/Transit Terminal menurut tingkatannya.
2.2.2.4 Peralatan Pada Penyaluran Darat dengan Truk Tanki
1. Penyaluran Darat, Level 1, Manual , SepertiGambar 2.3
2. Penyaluran Darat, Level 2, Remote Operation Keterangan Gambar (Lanjutan Hal.15 ) :
12. Motor Operated Valve (MOV)
13. Remote MOV Control and Open/Close Indicator 14. Remote Motor Control and On/Off Indicator 15. Batch Controller
16. MOV PLC 17. Pump PLC 18. ATG Computer
19. Modul TAS untuk Remote Tank Gauging 20. Modul TAS untuk Penyaluran Darat
(38)
(39)
3. Penyaluran Darat, Level 3, Semi Automatic
(40)
4. Penyaluran Darat, Level 4, Full Automation
(41)
2.2.2.5 Modul TAS
1. TAS dibangun dari subsistem dan modul sebagai berikut: a. Instrumen lapangan
b. Peralatan di Control Room (komputer dan jaringan) c. Modul Perangkat Lunak
d. Peralatan Kontrol (PLC)
Secara umum arsitektur suatu Terminal Automation System ditunjukkan pada Gambar 3.1. Di dalam TAS semua modul dan komponen saling terhubung dan terintegrasi, baik secara fisik yang dihubungkan dengan saluran komunikasi, maupun secara logika yang dihubngkan dengan data dan informasi.
2. Instrumen lapangan yang terhubung dengan TAS mencakup peralatan berikut
d. Automatic Tank Gauging (ATG) e. Motor Operated Valve (MOV) f. Meter Arus
g. Batch controller h. Meter Prover i. Densitometer j. Pompa k. Valve
(42)
3. Peralatan di Control Room, meliputi: a. Komputer
b. Peralatan Jaringan
c. Programmable Logic Controller (PLC) d. Printer
4. Perangkat lunak, dapat dikelompokkan menjadi modul-modul berikut:
a. Modul Data Entry: untuk pemrosesan Truk Tangki yang masuk dan keluar Area Terminal. Pada modul ini dilakukan pemrosesan Delivery Order, penerbitan PIN untuk diketikkan pada keypad di gerbang masuk dan keluar (Gate Entry & Exit) dan pada keypad di Filling Shed.
b. Modul konektivitas ke SAP: untuk menghubungkan data/aplikasi keuangan dengan SAP secara otomatis, antara lain pemrosesan Delivery Order (D.O.) dan penerbitan Goods Issue bisa langsung dilaporkan ke Server SAP
c. Modul Penyaluran Darat: untuk pemantauan penyaluran BBM (Premium, Kerosene, Solar) di Filling Points
d. Modul Penerimaan dan Penyaluran Laut: untuk pemantauan penerimaan dan penyaluran BBM menggunakan ATG dan flowmeter di Dermaga.
(43)
e. Modul Monitoring ATG: untuk pemantauan dan pengoperasian ATG, sehingga bisa diperoleh data pengukuran Level ullage, level interface (air), temperatur, dan density
f. Modul Analisa dan Pelaporan: sebagai Office Automation untuk melakukan perhitungan dan menerbitkan berbagai pelaporan, seperti Tank Ticket Open & Close, B/L, CQD, CQL, Daily Product Calculation (Stock Inventory).
g. Modul konektivitas data Laboratorium: untuk pemrosesan pemberian data hasil pengukuran dan analisis laboratorium.
h. Modul Database: sebagai database untuk menyimpan seluruh data pengukuran di lapangan, seperti data dari ATG dan flowmeter. Data yang tersimpan sudah dilengkapi dengantime stamp sesuai dengan saat pengukuran dan aktifitas yang dilakukan.
i. Modul MMI-MOV dan Pompa: untuk pelaksanaan fungsi kontrol, interlock dan shutdown system, yang terkait dengan pengoperasian pompa, MOV dan Batch Controller
j. Instrument Interfacing,
a. Smart Card Software & Programming b. ATG
c. MOV
(44)
e. Batch Controller f. Pompa
g. Alarm & Event Recording
Diimplementasikan pada masing-masing modul software yang relevan.
5. Sistem Kontrol Interlock & Safety meliputi,
h. Sistem interlock untuk pengaturan MOV secara otomatis, sehingga pergerakan produk BBM terlaksana pada jalur-jalur pipa yang sesuai dengan peruntukannya dan tidak terjadi kotaminasi antar produk BBM.
i. Pump Sequencer, untuk pengaturan jumlah pompa yang aktif agar sesuai dengan permintaan kebutuhan (demand) dari penyaluran, sehingga tidak terjadi tekanan aliran yang kurang dari kebutuhan ataupun sangat berlebihan, yang dapat menurunkan kinerja operasi penyaluran dan dapat menurunkan kehandalan pengoperasian pompa
Sistem interlock & safety ini dimplementasikan menggunakan Programmable Locic Controller ataupun peralatan mikroprosesor.
(45)
2.2.2.6 Arsitektur TAS Terminal Transit Utama Tuban (TTU-TUBAN)
(46)
35
3.1 Jadwal Kerja Praktek
Jadwal kerja praktek yang dilaksanakan oleh penulis adalah selama kurang lebih 3 bulan, dimulai dari tanggal 12 Oktober 2009 hingga tanggal 7 Januari 2010, dimana penulis melakukan kerja praktek setiap hari kerja, dari pukul 08.30 sampai dengan pukul 17.30 atau disesuikan dengan beban kerja.
3.2 Cara/Teknik Kerja Praktek
Kegiatan yang dilakukan penulis selama kerja praktek adalah melaksakan pengawasan dan pendampingan terhadap pelaksanaan dan implementasi Truck Loading Sistem pada proses penyaluran darat distribusi BBM menggunakan Mobil Tanki pada Proyek Pembangunan Terminal Transit Utama Tuban (TTU-TUBAN) dan Pipanisasi Jawa Timur.
Adapun yang penulis laksanakan pada saat proses Pengawasan disertai pendampingan.
Tabel 3.1.Uraian Kegiatan Kerja Praktek Selama di Site
Kegiatan Lokasi Uraian
Instrument Spesification cek
CR & Filling Shed
Melakukan Pengecekan terhadap spesifikasi alat pada semua intrument/peralatan untuk sistem Truck loading yang akan diapasang. Dengan referensi Bill Of Material dan Datasheet. Instrument installation
Visual Cek
CR & Filling Shed
Melakukan pengecekan visual terhadap isntrument/peralatan yang terpasang untuk kebutuhan sistem Truck Loading
(47)
Wiring cek & Continuiti test
CR & Filling Shed
Melakukan pengecekan terhadap wiring installation untuk intrument cable, electrical cable, dan communication cable, dan kontinuitas insatalasi kabel dari Field(Filling Shed Area) ke Control Room (CR).
Loop Test CR & Filling Shed
Melakukan pengetesan kontinuiti tertutup dari masing - masing intrument di lapangan dari sistem di control room
Communication cek & test
CR & Filling Shed
Melakukan test komunikasi dari sistem ke instrument di field
Monitoring & Remote Testing
CR & Filling Shed
Monitor Perubahan nilai atau status instrument di field dari sistem di control room
Local Batch Simulation CR & Filling Shed
Melakukan simulasi pengisian ke mobil tangki dari local pada masing - masing Bay (area pengisian truck tanki)
Ramote Batch Simulation
CR & Filling Shed
Melakukan simulasi pengisian ke mobil tangki remote dari control roomuntuk semua Bay (area pengisian truck tanki) Sequence Test CR & Filling
Shed
Melakukan siklus pengisian mobil tanki lengkap dengan entry access dari awal sampai akhir
Identification Misc Procedure
CR & Filling Shed
Melakukan indentifikasi terhadap kerja sistem apakah masih ada prosedure atau fungsi yang terlewatkan, atau tidak bekerja pada saat proses pengisisan ke truck tanki Full Control Sequence
Filling Process
CR, Filling Shed, metering area
Melakukan sequence test full dengan dikerjakan seluruhnya oleh sistem.
Tabel 3.2.Uraian Kegiatan Kerja Praktek Selama di Office
Kegiatan Lokasi Uraian
Study pustaka Office
Melakukan study pustaka dan mencari referensi sistem yang berhubungan dengan Terminal Automation System (TAS). Penulisan Laporan Office Pembuatan laporan harian, dan laporan kerja
(48)
3.3 Terminal Transit Utama Tuban
Terminal Transit Utama Tuban (TTU-TUBAN) berlokasi di Desa Remen, kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban. Proyek Pembangunan Terminal Transit dan Pipanisasi Jawa Timur ini diharapkan akan rampung pada awal Tahun 2010 ini.Proyek yang dimulai pada Februari Tahun 2008 ini telah mengalami beberpa rekonstruksi dari sejak awal perancangan, terutama untuk sistem Penyaluran Darat Distribusi BBM menggunakan mobil Truck Tanki.
Proyek yang dikerjakan oleh PT. IKPT (Inti Karya Persada Teknik) Konsorsium dengan PT. CPM (CIPTA PRIMA MANDIRI) mempercayakan pembuatan integration sistem TAS (Terminal Automation System ) Kepada PT. HONEYWELL Indonesia sebagai pelaksana sistem integrator.
Proyek pembangunan TTU-TUBAN ini bertujuan untuk meningkatkan kehandalan pasokan BBM di wilayah Jawa Timur, khususnya pasokan ke ISg (Instalasi Surabaya Group ) Perak Surabaya, dan sekaligus menggantikan floating storage yang saat ini di operasikan. Fasilitas yang nantinya akan dimiliki oleh TTU-TUBAN ini adalah :
1. Fasilitas Penerimaan
a. Proses Menerima BBM dari SPM 150.00 DWT untuk Produk Kerosine dan solar untuk submarine Pipe 32" dengan nominal Flowrate 3500KL/jam.
b. Menerima BBM dasi SPM 35.000 DWT untuk produk Premium melalui submarine pipe 18" dengan nominal Flowrate 1100 KL/jam
(49)
c. Menerima BBM Produk solar 350 KL/jam atau Kerosine 350 KL/ ja, melalui masing - masing pipa dengan diameter 10" dari TPPI
2. Fasilitas Penimbunan
a. Penimbunan Premium ke tangki premium dengan spesifikasi tangki : 3 x tangki20.000KL jenis Floating Roof
b. Penimbunan Solar ke tanki solar dengan
spesifikasi tangki :3x30.000KL jenis Fixed Roof c. Penimbunan Kerosene ke tanki Kerosene dengan
spesifikasi tanki :4x50.000KL jenis Fixed Roof d. Own Use tank1x200KL Jenis Fixed Roof
e. Sump Tank1x200KL Vesel
f. Penimbunan ke Tanki Interface jenis Fixed Roof di ISG Surabaya kapasitas2x500KL
g. Daily Tank jenis Fixed Roof dengan kapasitas1x200KL di Surabaya
3. Fasilitas Penyaluran
a. Penyaluran BBM ke ISG(Instalation Surabaya Group) melalui Pipa 16"
dengan rata2Flowrate700KL/jam
b. Penyaluran BBM ( Kerosine dan Solar) ke Tanker 35.000 DWT melalui SPM dengan2jalur pipa18"dengan flowrate1100KL/jam
c. Menyalurkan BBM ( Kerosine, Premium, dan Solar ) ke Pengisian Mobil Truk pengangkut BBM
(50)
e. Kerosine5Bays masing - masing1filling Shed f. Solar3Bays masing- masing3filling Shed
3.4 Load Rack Computer System ( LRCS )
Load Rack Computer System merupakan sebuah software berbasi web client – Server yang dibuat untuk menagani proses Truck Loading System dari sbuah instalasi depot dan terminal. LRCS merupakan product yang dibuat oleh HONEYWELL.CO. LRCS TUBAN ini di dirancang secara customize, sebagai sebuah sistem yang dapat melakukan management suatu proses business yang dimiliki oleh PT. PERTAMINA.
3.4.1 Daftar istilah Umum Pada Terminal Tuban
Tabel 3.3Daftar Istilah/Singkatan Umum Pada TTU – TUBAN
List Singkatan Description
AC Alternating Current
AI Analog Input
AO Analog Output
BC Batch Controller
BOL Bill of loading
CCC Central Control Complex
CCR Central Control Room
CAR Card Reader
CR Control Room
CMS Custody Metering System
DB Database
DCS Distributed Control System
DI Digital Input
DO Digital Output
DSA Distributed System Architecture
EMG Emergency
(51)
ESD Emergency ShutDown System
EWS Engineer WorkStation
EXPS Experion PKS Server
FAN Filling Advice Note
FC Flow Computer
FGS Fire & Gas System
FOC Fiber Optic Converter
FTA Field Termination Assembly
GAC Gate Access Control
HMI Human Machine Interface
HTML Hyper Text Markup Language
IE Internet Explorer (web client/browser)
JB Junction Box
K-factor Compensation/Correction factor
LA Loading Arm
LED Light Emitting Diode
LEWS Local Engineering Work Station
LPG Liquefied Petroleum Gas
LRC Load Rack Computer
MA Movement Automation
MCC Motor Control Center
OCP Operator Console
OWS Operator Workstation
PDB Power Distribution Cabinet
PID Proportional Integral & Derivative Controller
PRT Printer
PSU Power Supply Unit
SCADA Supervisory Control And Data Acquisition
SE Safety Earth
SQL Structured Query Language
DSA Distribution System Arcithecture
EMG Emergency
EPKS Experion Process Knowledge System
ESD Emergency ShutDown System
EWS Engineer WorkStation
EXPS Experion PKS Server
FAN Filling Advice Note
(52)
FGS Fire & Gas System
FOC Fiber Optic Converter
FTA Field Termination Assembly
GAC Gate Access Control
HMI Human Machine Interface
HTML Hyper Text Markup Language
IE Internet Explorer (web client/browser)
JB Junction Box
K-factor Compensation/Correction factor
LA Loading Arm
LED Light Emitting Diode
LEWS Local Engineering Work Station
LPG Liquefied Petroleum Gas
LRC Load Rack Computer
MA Movement Automation
MCC Motor Control Center
OCP Operator Console
OWS Operator Workstation
PDB Power Distribution Cabinet
PID Proportional Integral & Derivative Controller
PRT Printer
PSU Power Supply Unit
SCADA Supervisory Control And Data Acquisition
SE Safety Earth
SQL Structured Query Language
Daftar Instilah Teknik di sekitar Terminal terkait dengan equipment yang ada di Terminal Transit Utama Tuban Terutama pada fasilitas Truck Loading.
a. Access Card
Proximity card digunakan untuk mengidentifikasi Truck Tanki atau supir ketika melakukan transaksi di dalam terminal.
(53)
Proximity card reader digunakan untuk membaca ID/number dari Access Card kemudian mengirim data hasil pembacaan ke TUBAN LRC server untuk di verifikasi.
c. Base Product/Product
Product disini adalah BBM (Bahan Bakar Minyak) yang akan dikelola oleh Terminal Transit Utama Tuban. BBM tersebut adalah“Solar, Kerosene, dan Premium”.
d. Batch Controller
Perangkat otomasi berupa microprosseor yang berbasis elektronik yang digunakan untuk mengatur penyaluran produk BBM sesuai dengan harga volume yang ditentukan (preset). Batch Controler ini pada umumnya memiliki Display dan Keypad sebagai interface nya.
e. Bay/Loading Bay
Biasanya menandakan lokasi dimana Mobil Truck Tanki akan mengisi Product BBM yang akan diangkut.
f. Bay Assignment / Bay Allocation
Merupakan proses penempatan/pemilihan Loading Bay kepada Mobil Truck tangki. Dimana proses ini dapat dilakukan secara otomatis oleh sistem dengan algoritma-algoritma tertentu, atau manual oleh operator berdasarkan aturan – aturan tertentu.
(54)
g. Card ID/ Card Number
h. Identifikator atau nomer yang unik yang dimiliki oleh sebuah access card yang dideskrripsikan sebagai data dari supir truck tangki dan mobil truck tanki nya sendiri.
i. Compartement
Ruang partisi yang dimiliki oleh Tanki pada Mobil Truck untuk untuk menyimpan/menempatkan BBM product yang akan diangkut. Pada masing-masing Truck Tangki dapat memiliki lebih dari 1 kompartemen. j. Check – in / Gate in
Proses registrasi atau pencatatan Mobil Truck Tanki, setelah truck tiba dan siap untuk memuat product, biasanya ketika akan masuk ke area pengisisian atau Bay yang sudah ditentukan mengikuti yang tertulis di print out Load Slip (FAN).
k. Gate Access Control
Suatu konsol yang terinstall di entry/exit barrier gate pada area pengisian truck tanki dilokasi terminal/depot. Dimana terdapat proximity card reader untuk otorisasi bahwa truck dapat akses masuk ke dalam terminal.
l. Fill Advice Note ( FAN )
Merupakan catatan berupa print out yang digunakan untuk memberikan informasi kepada supir tangki mengenai product yang akan disisi, akan dimasukan ke kompartemen mana, dan bay mana yang sudah dipihkan untuk melakukan proses pengisian.
(55)
Merupakan tools/alat digunakan untuk proses pengisian produk ke dalam kompartemen pada Truck Tanki.
n. MOV
Motor listrik yang menaktuasi/mengerakan valve untuk membuka/menutup dari local/remote.
o. Meter ( Flow Meter )
Field instrument yang berfungsi untuk mengukur aliran minyak/product, penggunaan flow meter pada sebuah metering sytem normalnya di sambungkan ke Batch Controller atau Flow Computer.
p. Order
Di TTU-TUBAN order adalah satu atau banyak product beserta
quantity/jumlah yang akan di salurkan oleh truck tangki.Bisa dikatakan juga mengacu pada Loading Order/pemesanan pengisian juga. Dinamakan Truck Loading Order apabila menggunakan Truck Tangki, dan Ship Loading Order apabila digunakan kepal tangker yang akan mengangkut product BBM.
q. Seal, Seal Number
Sebuah plastic, atau metal, dimana tercantum nomer yang digunakan sebagai segel pada setiap inlet kompartemen atau semua yang terbuka pada tangki, yang dipasangkan setelah proses loading selesai.
r. Shipment
Shipment merupakan spesifikasi truck/ship untuk di schedulekan sebagai Loading Product pada setiap harinya.
(56)
s. Terminal Server
Terminal server merupakan multiple channel hardware untuk digunakan sebagai media koneksi yang menghubungkan serial device di lapangan dengan Network.
3.5 Sistem Arsitektur
3.5.1 Proses Bisnis Work Flow Distribsi BBM
Pada proses bisnis ini akan dibahas mengenai cara-cara pengoperasian Terminal / Depot dengan menggunakan sistem TAS terutama untuk proses operasi penyaluran darat / Truck Tanki. Secara umum Proses Bisnis Pengoperasian TAS yang dimili oleh Pertamina adalah sebagai berikut :
1. SAP menerbitkan DO.
2. Depot mengunduh DO melalui TAS Computer.
3. DO dimasukkan kedalam TAS sebagai ”siap diambil”. 4. Truk Tangki datang ke Depot, memasukkan data diri dengan
menempelkan smart card atau i-button ke card reader atau i-button reader. 5. Komputer TAS membaca data yang masuk melalui reader, memutuskan
apakah data yang masuk merupakan data yang valid. Data tersebut: a. Nomor truk tangki
b. Pemilik truk tangki c. Masa berlaku ijin-ijin
d. Kategori produk e. Kapasitas angkut f. Pengemudi , Dsb.
(57)
46
7. TAS computer di dispatcher mencetak instruksi pengisian (jumlah pengisian dan nomor bangsal pengisian).
8. Truk tangki pergi ke bangsal pengisian yang ditentukan, memasang loading arm, grounding, vapour return dan overfill detector.
9. Pengemudi menempelkan smart card atau i-button ke device reader di loading bay. Berdasarkan data dari smart card atau i-button ini TAS akan mendownload angka preset ke batch controller, dan angka preset
ditayangkan pada monitor batch controller.
10. Pengemudi menekan tombol start pada batch controller, pengisian dimulai. 11. Setelah angka preset tercapai, pengisian berhenti.
12. Pengemudi melepaskan semua koneksi dari truk tangki. 13. Truk tangki menuju loket keluar di Dispatcher.
14. Petugas melakukan penyegelan truk tangki.
15. Pengemudi menempelkan smart card atau i-button ke device reader di loket keluar.
16. Berdasarkan data dari smart card atau i-button ini TAS menerbitkan surat jalan yang merupakan isntruksi bagi truk tangki untuk mengantarkan muatan ke alamat yang tertera.
(58)
(59)
Dari proses bisnis operasi penyaluran darat menggunakan Truck Tangki yang dimiliki oleh Pertamina, di implementasikan ke dalam Sistem Truck Loading yang dimiliki oleh Terminal Transit Utama Tuban yaitu pada LRCS (LOAD RACK COMPUTER SYSTEM) . Berikut adalah gambar workflow yang di implementasikan pada LRCS TUBAN :
Gambar 3.2Work Flow Proses Bisnis Operasi Penyaluran Darat Menggunakan Truck Tanki di TTU – TUBAN Proses Gate Entry
(60)
Gambar 3.3Work Flow Proses Bisnis Operasi Penyaluran Darat Menggunakan Truck Tanki di TTU – TUBAN Proses Filling/Pengisian
(61)
3.5.2 Control Room
Perangkat Hardware dan Software TUBAN LRC Server komponen berlokasi di ruang Control Room lantai 2. Di ruangan ini juga terdapat peralatan control lainnya seperti Hardware dan Software untuk TAS PLC, MOV, ATG.
Dari Control Room ini LRC dihubungkan dengan network untuk dapat berkomunikasi dengan perangkat di field seperti Card Reader, Batc Controller, Flow meter dan lainnya melalui Terminal Server. Melalui jaringan ini pertukaran data dari TAS Server Utama dengan Sitem LRC menjadi lebih simple untuk menyediakan integrasi system yang baik. LRC menggunakan jaringan ini untuk melakukan pertukaran data membaca informasi dari ESD dan ATG.
LRC server di install pada PC dengan kemampuan redundant (Bergantian), dengan aplikasi berbasis web client – Server. Operator Worktation dapat mengakses melalui web – client (IE) untuk di gunakan dengan User / ID yang telah diberikan. Engineering Workstation dapat diganakan juga pada operasi Truck Loading, ini perlukan sebagai alternative pada pelaksanaan proses Truck Loading atau pengisian menggunakan mobil Truck Tanki.
LRC system dapat diakses dari semua PC yang sudah di berikan otorisasi terhadap network melalui Internet Explorer, dan dengan User / ID yang sudah di sediakan serta valid.
Operator Workstation dapat memantau dan mengontrol kegiatan operasi Truck Loading menggunakan LRC Client Station yang sudah disediakan.
(62)
3.5.3 Tuban LRC Client Operator Workstation
Tuban LRC Client workstation disediakan di Control Room lantai 2 untuk mengikuti semua operasi terminal menggunakan Experion Station software dan LRC Web Client ( IE Web browser).
a. Monitor Kedatangan Mobil Truck Tanki
b. View/Update/Delete Truck Loading Order pada kasus kasus tertentu seperti Communication failure.
TUBAN MIS.ie SAP ERP sistem digunakan untuk mengenerate Informasi Order. Informasi ini di download ke LRC sitem untuk dilakukan proses Filling (Pengisian). Untuk itu, LRC system akan mengupdate data Order ini pada Database. Kemudian data Order ini akan dibagi menjadi beberapa Multiple Shipment Unit i.e sebagai individual Truck Loading yang dilakukan oleh Operator. Operasi / kegiatan ini dinamakan Shipment Compartement Planning pada LRC system Terminologi.
c. Manual Entry / Update / Delete Truck Loading Order apabila terjadi suatu kejadian Communication failure antara SAP dan LRC.
d. Manage Status Truck loading Order (e.g Pending, Inprogress, Complete, cancelled, dan Partially Complete).
e. Update Access Card / keys terhadap LRC system Database.
f. Assign / pemilihan Loading Bay, Meter. Loading Arm to the shipment. g. Monitor kegiatan di Loading Bay dengan menggunakan Tampilan Bay
(63)
h. Monitor Alarm , termasuk didalamnya ESD dan Process Alarm dihubungkan ke LRC pada Area Truck Loading.
i. Assign Seal Number. j. Print FAN dan BOL.
k. Print Out Dialy Transaction report dan End Of Day Report.
l. Print Out Daily/ weekly / Monthly/ Yearly dan statistical report lainnya dari semua transaksi.
m. Open exit gate untuk trucks pada saat Proses Checkout (GateOut).
3.5.4 Operator Previlages
Untuk semua Operator diberikan hak level akses yang berbeda sesuai dengan rules yang diajalankan oleh terminal. Administrator memiliki Control penuh pada terminal. Administrator dapat rule terhadap Operator dan Assignment/pemberian fungsi dari operator. Setiap Operator akan dibirikan user dan password. Sehingga dapat mengakses dan menggunakan LRC sistem
Operator di Control Room lantai 2 memiliki keterbatasan akses, diantaranya adalah :
a. Assign Bay pada shipment b. Monitor Loading Sequence c. Print semua Transaksi report d. Monitor Truck Loading Area
(64)
Operator di Control Room dengan keterbatasannya tidak diberikan permissive untuk melakukan setting utama, seperti :
a. Bay Configuration b. Changing PLC Logic
c. Merubah master Data Truck Tanki seperti nomer plat mobil, jumlah Compartement, dan capasitas mobil truck tersebut.
Tidak ada batasan penggunaak Hardware dan Software di Control Room, ini merupakan Good Practice Engineering dengan memiliki satu tempat dimana semua master creation/ dan kejadian modifikasi.
3.5.5 TTES Sistem
TTES sistem adalah Client dari LRC sitem. TTES Sistem ini murni menggunakan Internet Explorer based dan dapat di buka menggunakan authorized node pada network provide access ke LRC Server. Yang dapat dilakukan dari Fungsionalitas TTES Client.
a. Displaying of Pending FANs. b. Manual Bay Allocation.
c. Availablity Following Information 1. Product to be Filled.
2. Compartement Information.
3. List of Loading Bay’s available for assign. d. Fan printing
(65)
3.5.6 Gate Out Sistem
Gate Out sistem merupakan komponen bagian dari LRC sitem. Seorang Operator akan melambaikan (swipes) proximity card pada Exit Gate CAR ( Gate Out ). Kegiatan ini dilakukan setelah proses sealing pada mobil Truck sudah dilakukan. LRC akan memvalidasi kartu dan jika kartu sesuai dengan shipment yang benar dan sudah di seal, LRC memungkinkan perator untuk melakukan verifikasi informasi tersebut.
3.5.7 Truck Loading – Terminal Configuration
LRC sistem master tabels mencakup ( Bay, Product, Meter, Loading Arm, Card reader, Access Card detail). Detail ini mandatory hanya untuk TUBAN LRC sistem. Kebayakan dari detai ini sudah fixed dan tidak boleh dilakukan perubahan terlalu sering, dikarenakan TUBAN LRC tabel akan mengalami pre-configure mengikuti perubahan detail. Tabel di bawah menjelaskan detail – detail yang dapat dirubah apabila terdapat required dari site oleh opetaror yang bertindak sebagai Administrator role.
Tabel 3.4LRC sistem Master Tabel
Master tabel Description
Product Stores the Product information like Product name, type etc. Bay Stores the Bay details like Bay name, type, Area etc.
BCU Stores the details related to Batch Controller like name, type, number of associated meters, type, model etc.
Meter Stores the details related to meter like name, type, model, address Loading Arm
Stores the details related to Loading Arm like name, inches, product,
associated meters, products, associated Bay etc.
Card Reader Stores the information related to Card Reader like name, type, make, address, location etc.
Access Card Stores the information related to Access Cards like card number, type etc.
(66)
3.5.8 Aturan Truck Tanki di TTU – TUBAN
Dengan mengukuti aturan, dari basis assignment loic bay allocation di TTU-TUBAN, sistem yang terpasang sekarang dapat :
a. Satu batch Controller dapat melayani 1 bay dengan maksimal 5 buah bottom loading type loading arm.
Tabel 3.5Layout bay (area pengisian)
Bay # L A #1 L A #2 L A #3 L A #4 LA #5 1 Premium Premium Premium Solar(F) Solar(F) 2 Premium Premium Solar(F) Solar(F) Kerosene 3 Premium Premium Solar Solar Kerosene 4 Premium(F) Premium(F) Solar Solar Kerosene
Note : L A =Loading Arm refer to Product
Loading Arm yang dibuat abu – abu dan cetak miring merupakan rencana future yang saat ini belum di implementasikan, namun sudah disiapkan.
b. Bay 1 # 4 : satu batch controller dedicated untuk 5 loading Arm pada masing – masing bay.
c. Truck / Bay hanya dapat melakukan pengisian hanya satu produk dalam satu waktu.
d. Sebuat Truck tanki dapat melakukan satu atau lebih compatement pengisian pada waktu yang sama
e. Setiap Batch Controller connect point to point dan memiliki unique Address.
f. Earthsing signal pada masing – masing Bay.
g. Loading Arm dilengkapi Overfill Safety Signal to Batch Controller h. Bay #n dan Bay#n+1 dapat melayani Truck tangki yang berbeda secara
simultan dengan Batch controller / Loading Arm yang berbeda.
3.5.9 LRC BAY Assignment rules
LRC akan mengecek setiap Bay yang aktif, produk yang sesuai , Loading Arm, Nomer Truck, sebelum mengalokasikan Bay yang dipilih untuk truck tersebut. LRC akan memberikan pemilihan bay yang terbaik dengan memilihkan lokasi bay yang tepat dengan mempertimbangkan posisi terdekat bay yang dituju, shortes Queue, serta produk yang berbeda yang akan diambil dan jarak terpendek ke masing – masing bay. Sehingga Truck tersbut tidak perlu berpindah dari bay
(67)
satu ke bay yg lain. Dengan Demikian dapat mengoptimalkan urutan pemuatan. Namun jika Oprator melakukan pemindahan bay tehadap shipment dari apa yang sudah di assign oleh LRC, operator dapat menggantikannya dan memilihkan bay yang sesuai secara manual.
Kriteria – criteria/ aturan pemilihan Bay yang dilakukan oleh LRC adalah sebagai berikut :
a. Product To Be loaded.
Jenis Produk yang akan di angkut. b. Bay’s and Assosiate Product.
Lokasi Bay yang sesuai dengan product yang akan diangkut. c. Bay’s Availability.
Kesiapan (active/maintenance) Bay yang akan dipilih. d. Meter’s Availability.
Kesiapan (active/maintenance) dari meter yang terdapat pada bay yang akan dipilih.
e. Distance to the bay ( minor selection ). Jarak untuk mencapai lokasi bay f. No. Of truck in the queue.
Jumlah antrian dari bay yang akan dipilih
(68)
3.6 Typical LRC Sistem Arsitektur
Gambar 3.4Typical LRC Sistem Arsitektur
Bagian ini menjelaskan tentang berbagai komponen dan modul perangkat lunak yang tersedia di dalam sistem LRC, dan bagaimana komponen / modul pertukaran informasi satu sama lain untuk memenuhi persyaratan sistem otomasi terminal.
2. Experion Terminal Automation System (TAS) adalah web Perangkat lunak berbasis web client-server aplikasi yang membantu untuk mengotomatisasi operasi dalam terminal.
3. LRC Experion menggunakan PKS (Product knowledge System) merupakan flatform utuk sebagian besar pengendalian proses operasi
(69)
seperti pump sequencing, notified field level loading alarm, graphics, ATG untuk level tanki, ESD untuk interlock, DCS information exchange. 4. Truck Loading Workflow Engine (TLWFE) adalah component software LRC yang dijalankan di diatas Experion PKS untuk mengontrol Truck Loading Operation di terminal.
5. Field Device Manager adalah LRC software channel adalah perangkat lunak yang menghandle komunikasi dengan field device. FDM ini merupakan Hardware Layer Abstaction antara Field Device dan LRC. Secara continue melakukan pengecekan terhadap kesehatan network dan mengambil tindakan perbaikan dengan beralih ke network yang aktif apabila terjadi communication failure. TLWFE menggunakan Field Device Manager sebagai saluran komunikasi untuk Field Devices.
LRC menggunakan SQL Server sebagai backend database untuk menyimpan master dan data transaksi dan menggunakan SQL Server Reporting Layanan untuk kebutuhan pembuatan laporan.
(70)
3.6.1 ESD Interface
ESD, (Emergency Shut Down) sistem adalah sistem penting yang mengontrol aspek-aspek keselamatan (Safety) terminal dalam keadaan darurat. Tapi tidak akan ada individu yang terkait dengan ESD di TUBAN LRC sistem. Semua ESD alarm yang terkait dengan LRC, dibuat tersedia melalui TAS Server (EPKS / Master Logic).
3.6.2 User Management
TUBAN LRC Software user dapat di klasifikasikan berdasarkan peran funsional dan level access. Yaitu berdasarkan Penjadwalan, supervisor, managaer, administrator, dll, sesuai kebutuhan. Izin akses data dapat didefinisikan baik di tingkat bentuk atau field role untuk masing-masing kategori peran. diantaranya reaf only ,read /write, Hide/visible.
(71)
Secara Default aturan pembuatan user management ini sudah dibuat untuk TUBAN LRC. Namun apabila dilakan perubahan penambahan, pengurangan, atau update role dari user, dapat dilakukan oleh administratornya.
Tabel 3.6User Management
Role Description
Administrator
Administrator user memiliki akses penih untuk semua master konfiguration, dan transaction screen, dan ke field. Di ijinkan untuk menambah, mengurangi dan modifikasi user.
LRC Manager
Memiliki akse yang hampir sama dengan administraor, namun dibatasi hak aksenya untuk melakukan perubahan configurasi Bay, meter, Batch Controller, Load Arm dan Product.
Supervisor
Supervisor memiliki pengguna memiliki hak akses lebih sedikit daripada pengguna Administrator. Dapat melakukan WIRTE akses ke beberapa item konfigurasi master dan transaksi layar misalnya produk, kendaraan, driver dll, READ Mereka memiliki akses ke beberapa layar konfigurasi master.
Scheduling
Scheduling user memiliki akses penuh untuk membuat, mengedit atau menghapus pengiriman termasik perencanaan pengiriman kompartemen, mereka tidak dapat menetapkan pemilihan bay atau akses lain ke layar.
LRC Operator (truck)
pengguna operator untuk area truk saja. Mereka memiliki
akses hanya untuk
Bay / Meter tugas untuk pemuatan, beban pencetakan slip,
BOL dan laporan harian lainnya. Di
Operator lain hanya akan memiliki akses untuk menambah / menyunting supir/ kendaraan entri.
3.6.3 Alarm Management
Alarm Manajemen adalah fitur standar sistem LRC TUBAN. TUBAN LRC alarm akan memberitahu situasi di area pengisian truck tanki ke operator di LRC
(72)
Control Room. TUBAN LRC komprehensif menyediakan alarm dan event management, dan fasilitas report.Salah satu kunci untuk efektivitas operator adalah presentasi informasi alarm kepada operator. Banyak tools yang disediakan untuk menargetkan proses cepat pemecahan masalah, termasuk Multiple alarm prioritas, Dedicated zona alarm, Audible alarm, Hierarchical alarming dll.
Alarm dapat di unacknowledged individualy maupun per page. Titik standar perilaku alarm adalah alarm akan berkedip merah jika tidak di unacknowledged di alarm dan akan tetap merah jika unacknowledged, menunjukan masih dalam kondisi alarm.
Tabel 3.7Alarm Supported
Loading bay/ berth
Low flow / High flow / Unauthorized flow Overspill protection, Earthing
relay disconnect alarm Valve control failure alarm
Temperature transmitter failure alarm Pressure transmitter failure alarm
Tank level Low level / Low Low level / High level / High High level High temperature
Pump House Pump trip
System Server failure, communication failure
TUBAN LRC Experion menggunakan sistem standar PKS alarm menampilkan tingkat lapangan untuk memberikan informasi alarm ke Control Room LRC Operator.
(73)
Gambar 3.6Alarm Summary Page
3.6.4 Gate Access Control
Keamanan sangat penting untuk sebuah terminal minyak. TUBAN LRC menyediakan kepada setiap supirAccess Card/key dengan multifunction proximity card . Yang digunakan pertama untuk gate access yang hanya diperuntukan kepada supir dan truck yang sudah terdaftar. Selanjutnya truck akan dicatat oleh sistem, waktu kedatangan akan dicatat dan dianalisis dimasukan ke daftar antrian untuk menunggu ada order yang siap diangkut. Terakhir sampai truck melakukan pengisian dan keluar terminal dengan mengswipe proximity carf di gateout akan tercat dan akan dibuatkan laporan untuk masing – masing truck.
a. Entry Gate Access dengan Card Reader
Hanya melakukan otorisasi driver dan Truck ( registered, and shipment) dengan membuka barrier gate ketika melambaikan (swipe) proximity card.
(74)
Me-record waktu truck tangki pada saat keluar terminal Memastikan bahwa truck tanki sudah di seal (segel)
Gambar 3.7Posisi Penempatan Card Reader dan Barrier Gate di Gate In dan Gate Out
3.6.5 Batch Control Interface
Setiap batch controller dapat diatur ke dua mode: Remote atau mode lokal dari loading Bay interface di area Filling Shed . Pada Mode Remote Batch Controller berada di bawah control penuh dari LRC Sistem sehingga meminimalisir kesalahan manusia, seperti kesalahan memasukan jenis product, besarnya preset quantity yang akan di isi, dll. Untuk loka Operate diperlukan permissive sesuai dengan procedure yang ada.
Selanjutnya Costudy meter, Batch Controller ( biasa disebut electronic preset ) merupakan critical komponen dari sebuah terminal yang memiliki fungsi sebagai berikut :
(75)
a. Product Load Control – Memberikan jumlah preset dari product, Batch Controller memonitor laju aliran product pada saat proses pengisisan, dan mengontrol buka tutup Digital Control Valve (DCV) untuk mendapatkan hasil product yang dikeluarkan sesuai dengan preset.
b. Temperature, Preassure, Desity Compensation – untuk koreski secara otomatis volume pengukuran terhadap variasi suhu, tekanan dan kerapatan yang berbeda.
Table 3.8Typical Batch Controller I/O
Input / Output Purpose
Flow input Pulse input from the Corollis flow meter
Temperature input Analog input from the temperature transmitter
Pressure input Analog input from the pressure transmitter
Permissive inputs (interlocks)
Earthing sensor from Earthing relay Overfill sensor
Pump demand
output Digital output to demand start / stop of the loading pump Digital valve
control output
Digital outputs to control the 2 stage solenoid valve or set/stop valve
Loading rm indication
Digital Input to identify whether the loading arm is on the left or right side. Loading arm can swing between left and right to connect to trucks in different bays in a gantry.
Loading rm Indication
Digital input to identify whether the loading arm is pulled down to load the truck.
(76)
c. ID Verification : Ketika supirTruck Tanki mencapai gate-entry(gate in), supirdi minta untuk meswipe / melambaikan proximity card pada card reader yang sudah disediakan. LRC sistem akan membaca data dari card tersebut untuk di verifikasi oleh sistem apakah Supirdan Truck tanki tersebut diperbolekhan masuk atau tidak.
d. Permisive :Setelah di izinkan untuk masuk, dan memiliki izin untuk melakukan pengisian, batch controller akan memeriksa interlock safety yang harus terpasang sebelum melakukan proses filling/pengisisan. Dengan mengkoneksikan Earthing Relay, Overfill Sensor, dan grounding clamp.
e. Preset Download :Setelah interlock tgerpasang dan tidak ada indikasi fail, selanjutnya LRC sistem akan mengirim data preset untuk setiap kompartemen ( akan ditampilkan pada interface Batch Controler) dan menunggu start pompa oleh oleh supirsetelah semua nya siap. Hal ni dilakukan untuk mencegah terjadinya Human Error ketika memasukan nilai quantity preset yang tidak diperbolehkan. Setiap kegiatan otorisasi pemberian loading preset ini akan dicatat, dimonitor dan dibuat report oleh LRC sistem.
f. Alarm Propagation :Batch Controller merupakan Intellegent Microprocessor berbasis electronic preset, dan dapat menyimpan serta menginformasikan pembacacaan alarm khusus seperti temperature transmitter failure, flow (laju aliran) yang tidak stabil, serta valve failure condition. TUBAN LRC sistem ini memanfaatkan kemampuan dari batch
(77)
controller ini melalui jaringan komunikasi kemudian menggenerate semua alarm tersebut menjadi summary alarm display. Sehingga dapat menghemat wiring dan pemakaian I/O.
g. Loading Intteruption : TUBAN LRC TLCR memungkinkan operator dapat menghentikan atau melanjut operasi jarak jauh. Dari grafik Bay. Gate entry Operaor atau Supir Truck Tanki dapat menghentikan proses loading dengan menekan Tombol emergency apabila terjadi sesuatu yang tidak di inginkan (abnormal field condition).
Gambar 3.8Batch Controller Intallation
3.6.6 Manual Entry
TUBAN LRC sistem memungkin untuk melakukan entry manual untuk melakukan proses shipment menggabungkan/mengawinkan nomer Delivery
(78)
order(DO/Loading Order (LO) dengan Mobil Truck Tanki yang akan mengangkut. Dengan alas an tertentu, yaitu :
1. Ketika ada kegagalan komunikasi antara Field Device dengan LRC sistem.
2. Ketika LRC sistem down ( mati ).
3. Manual Loading dapat dilakukan dengan alasan – alasan tertentu di lapangan. Misalkan ada alat yang mati.
4. Apabila terjadi perbedaan pengukuran,oleh sistem dengan aktual dan operator ingin melakukan pengecekan
Gambar 3.9Sample manual Entry Screen
LRC sistem tidak mengijinkan operator biasa untuk melakukan pengisian fields pada manual entry page ini, hanya operator yang memiliki otorisasi saja yang
(79)
diperbolehkan untuk melakukan manual entry. Misalnya Administrator, atau user tertentu yang sudah di tentukan. LRC juga akan mencatat no DO/LO yang di entry kan secara manual.
3.6.7 Redundance Feature
TUBAN LRC memiliki kemampuan multiple redundancy level untuk mengatasi masalah titik tunggal point.
Level Redudancy TUBAN LRC sistem : 1. TUBAN LRC Server level 2. Network level
3. Field Devices level
Server Redudancy : Untuk memastikan ketersedian tertinggi, TUBAN LRC server di design dengn kemampuan redundancy server. Di tempat lain biasanya hanya terdapat satu server utama dan satu server untuk Back-up. Primary server secara langsung melakukan control dan monitoring setiap kegian operasi terminal. ( loading, gate access, dll) sedangkan backup akan memonitor dari primary nya. Ketika terjadi primary server fail, backup akan berfungsi secara otomatis mengambil peran utama seluruh kegiatan yang dilakukan oleh primary server sebelumnya, dengan hanya memerlukan kurang dari 1 menit untuk melakukan switching/perpindahan.
(80)
Primary server akan memberikan semua database transaction ke backup server melalui redundant network sehingga isi kedua database di primary dan backup server akan tersinkronisasi dengan lengkap.
Server cadangan mengambil alih dari server primer jika salah satu kondisi berikut terjadi:
a. Primary Server hardware (computer) fail atau computer backup tidak dapat melakukan komunikasi dengan server;
b. Ketika semua link jaringan antara primary server dan Backup server terputus;
Selain sinkronisasi file-file database , redundancy subsistem secara otomatis dapat melakukan menyalin semua file dari server utama ke server backup. File – file seperti Custom display, Application Source File, dan historical archive regular interval, jika terdapat perubahan pada saat proses sinkronisasi terakhirkalinya.
Field Devices Communication Redudancy :TUBAN LRC sistem redundancy juga melakukan redundancy pada jalur data komunikasi serial, terhadap semua field devices dengan menggunakan 2 buah terminal server dan port RS-485 yang terpisah pada setiap batch controller , Card reader, gate access terminal semuanya sudah diaplikasikan
(81)
Gambar 3.10Software Arbitration
3.7. TTU-TUBAN Truck Loading Sequence
Aturan pada Software Configuration LRC TUBAN yang dapat dihandle untuk melakukan transaksi truck loading:
1.
Gambar 3.111 Order dapat memiliki 1 jenis product atau lebih 2.
Gambar 3.121 Order dapat memiliki 1 atau lebih shipment dan dapat dilayani oleh satu atau lebih Truck Tanki
(82)
3.
Gambar 3.131 shipment dapat melayani 1 atau lebih order dengan 1 buah Truck Tanki
4. 1 order bias saja di pecah menjadi beberapa shipment. Setiap bias dilayani oleh satu buah Truck Tanki. Sebuah Truck Tanki bisa memiliki lebih dari satu buah untuk mengangkut 1 buah order.
Gambar 3.141 buah oder dipecah menjadi beberapa shipment
5. 1 buah Truck Tanki dapat melayani 1 atau lebih order ke tempat tujuan yang berbeda.
(83)
Gambar 3.16Single or multiple order Table
Table 3.9Single or multiple Order table
Sl.No. Order Product Shipment
(Truck/Ship)
1 Single Single Single
2 Single Single Multiple
3 Single Multiple Single
4 Single Multiple Multiple
5 Multiple Single Single
6 Multiple Multiple Single
7 Multiple Multiple Multiple
8 Multiple Single Multiple
6. Pada suatu area bisa terdapat satu atau lebih bay, pada setiap bay bisa terdapat satu atau lebih batch k Controller/ Flow Computer. Tetapi di TTU-TUBAN Hanya terdapat 1 Batch Controller pada masing – masing bay. Batch Controller/Flow Computer dapat memiliki satu atau lebih merter. Satu meter dapat melayani satu jenis product pada satu waktu.
(84)
7. Configurasi Product, Compartement dan Bay
Gambar 3.18Configurasi Product, Compartement dan Bay
Table 3.10Hubungan Product, Compartement dan Bay
Sl.No. Product Compartment Bay/Berth
1 Single Single Single
2 Single Multiple Single
3 Multiple Multiple Single
4 Multiple Multiple Multiple
5 Single Multiple Multiple
3.7.1 Proses Pengisian Normal Step 1
Mobil yang sudah terdaftar dapat masuk ke area Parkir dengan melambaikan proximity card yang terpasanga di Guard house sebagai pengabsenan. Kemudian masuk Ke area parkir dan menunggu untuk di assign dengan nomer Order tertentu yang sudah disediakan. Sistem secara otomatis akan melakukan proses registrasi mengkawinkan/mengabungkan no Order dengan truck tangki yang ada dan siap untuk mengangkut.
(85)
LRC sistem akan melakukan proses:
a. Bay Allocation
Melakukan pemilihan bay
b. Queue Size
Melakukan pengecekan antrian pada setiap bay dan bay yang dipih
c. Optimum Bay Assignment
Melakukan optimasi pemilihan bay apabila terdapat lebih dari satu bay yang siap untuk di gunakan.
Step 2
Setelah proses registrasi pada step 1, Truck Tanki yang sudah siap untuk Loading akan di tampilkan pada EDU ( Electronic Display Unit) untuk di panggil dan segera melakukan Gate-in lalu masuk ke area pengisian. Pada Proses Gate-in akan dicetak FAN (Filling Allocation Number) yang beriskikan catatan kemana Truck tersebut harus melakukan proses Loading.
Step 3
Setelah sampai di bay area pengisian Supir Truck Tanki harus melambai proximity card kembali untuk memastikan apakah dia berada di bay yang tepat. Apabila sudah di bay tepat secara otomatis informasi DO dan Preset akan dikirim ke Batch controller interface oleh LRC sistem, Driver akan memasangka Bottom loading Arm pada Truck tangki sesuai dengan yang di tampilkan pada interface Batch controller satu persatu kemudian di verifikasi untuk menghindari kesalahan pemasangan.Pemasangan Safety Equipment (
(86)
Earth Grounding, Overfill Sensor, dan Grounding Truck) untuk melepaskan Interlock.
Step 4
Proses pengisian di lakukan setelah semua langkah 1-3 sudah siap, supir truck selanjutnya tinggal menekan tombol start pada keypad interface Batch Controller, untuk menyalakan pompa, membuka valve.
Step 5
Setelah proses pengisian selesai, supir tangki harus melakukan pengsegelan pada bottom arm Truck Tanki. Kemudian jalan menuju Gate-Out. Melakukan Proses Gate-Out dengan melambaikan kembali proximity card pada card reader yang terdapat di gate out. Dan Kemudian Surat Jalan akan dicetak oleh operator di Gate Out untuk dibawa oleh Supir Truk.
Berikut bawah adalah Bill Of Material (BOL) dan surat jalan.
(87)
Gambar 3.20Contoh Operator Truck Loading Graphic TUBAN LRC
Gambar 3.21contoh Tampilan Graphic Antrian di Bay
3.8 HMI web Display dan Contoh Report 3.8.1 HMI Web display
HMI Web Design Builder dapat membuat kostumasi display menggunakan fitur-fitur berbasis web dana penyimpanan file display adalah dalam format HTML.Sebuah HMI Web Design Builder dapat berjalan di atas
(88)
flatfor EPKS pada computer server atau client. Berikut di bawah adalah gambar – gambar sample dari HMI Display LRCS Tuban beserta dengan menu nya.
TAS TUBAN MENU 1. User & Roles :
a. ShareHolder b. Loding Area c. Tas User d. Access Card 2. Product Info
a. Unit of measurement b. Product
3. Bay Info a. Bay
b. Bacth Controller
c. Loading Arm d. Meters 4. Company Info
a. Customer Carriers b. Carrier Company c. Drivers
d. Vehicle 5. Transactions
a. Order b. Shipment c. Manual Entry d. Seal Entry
(89)
Gambar 3.23Loding Area Page
(90)
Gambar 3.25Access Card Page
(91)
Gambar 3.27Base Product Page
(92)
Gambar 3.29Batch Controler Page
(93)
Gambar 3.31Meter Page
(94)
Gambar 3.33Carrier Company Page
(95)
Gambar 3.35Vehicle Page
(96)
Gambar 3.37Shipment Page
(97)
Gambar 3.39Seal Entry Page
3.8.2 Contoh – Contoh Report
Field – field yang dugunakan untuk pembuatan report, adalah sebagai berikut :
Report Name(s) Parameter(s)
Master Reports RoleReport.rdl UserReport.rdl DriverReport.rdl ProductReport.rdl TruckReport.rdl BayReport.rdl
(98)
CustomerReport.rdl Other Transaction Reports
VehicleDailyTripSummaryReport.rdl Date, Vehicle
VehicleMonthlyTripSummaryReport.rdl Month, Year, Vehicle VehicleYearlyTripSummaryReport.rdl Year, Vehicle
VehicleTripDailyReport.rdl Date, Vehicle
VehicleTripMonthlyReport.rdl Month, Year, Vehicle VehicleTripYearlyReport.rdl Year, Vehicle
ProductSummaryDailyReport.rdl Date
ProductSummaryMonthlyReport.rdl Month, Year ProductSummaryYearlyReport.rdl Year
ProductLoadedDailyReport.rdl Date
ProductLoadedMonthlyReport.rdl Month, Year ProductLoadedYearlyReport.rdl Year
MovDailyOrderReport.rdl Date
MovMonthlyOrderReport.rdl Month, Year MovYearlyOrderReport.rdl Year
BayUsageDailyReport.rdl Date, Bay BayUsageMonthlyReport.rdl Month, Bay (Surath Jalan) BillofLadingReport.rdl LoadSlipReport.rdl Shipment Number AuditReport.rdl
(99)
(100)
Gambar 3.41Audit Report
(1)
93
(2)
94
(3)
95
(4)
96 BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Praktek kerja lapangan merupakan salah satu syarat mengakhiri proses perkuliahan di bangku universitas yang wajib dilakukan oleh setiap mahasiwa/mahasiswi, selama 3 bulan penulis melakukan praktek kerja lapangan di sebuah perusahan yang bergerak dibidang engineering instrumentasi dan otomasi pada proyek management pengawasan mengenai Load Rack Computer System (LRCS) untuk distrubusi BBM melalui penyaluran darat di Terminal Transit Utama Tuban, kesimpulan yang dapat penulis ringkas selama Praktek Kerja Lapangan adalah sebagai berikut :
1. Pengoperasian Sebuah instalasi Terminal Atau Depot akan lebih optimal dengan adanya Terminal Automation System (TAS).
2. LRCS sistem yang di bangun untuk Proses Penyaluran darat di TTU-TUBAN merupakan sebuah bagian dari TAS yang saat ini merupakan sistem yang paling modern kedua yang nantinya akan dimiliki oleh PT. PERTAMINA khususnya untuk Terminal dan Depot, setelah Depot Cikampek yang lebih awal mengimplemntasikan TAS dan Truck Loading sistem.
3. Walaupun sudah merupakan sistem yang modern ternyata LRCS TTU-TUBAN ini pada kenyataannya Culture yang sudah melekat ada di PT. PERTAMINA belum menjadikan sistem ini berjalan Zero Operator,
(5)
97
khususnya di area Gate-in, dan Gate Out saat ini yang masih harus memerlukan operator untuk melakukan proses pencetakan FAN dan BOL, tidak seperti depot Cikampek yang saat ini sudah tidak memerlukan Personel di Gate-In dan Gate-Out.
Selama penulis melakukan Praktek kerja lapangan di PT.Cinovasi Rekaprima, banyak hal yang penulis pelajari disini tidak hanya masalah instrumentasi dan kesisteman saja tapi masalah hubungan culture (kebiasan) , serta kesiapan dalam melakukan setiap pekerjaan khusunya pada saat kerja di sebuah proyek yang sedang berjalan. Dimana Penulis dituntut untuk selalu dapat memenuhi target – target yang diberikan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan waktu yang cukup sempit dan hasil yang sempurna atau memenuhi criteria dan penilaian hasil kerja.
4.2 Saran
Dari hasil pelaksanaan kerja Praktek ini Penulis telah melihat, mempelajari dan menghasilkan tambahan wawasan. Saran dari penulis mengenai sistem apllikasi TAS dan LRCS untuk Truck Loading System yang saat ini telah di aplikasikan di TTU-TUBAN, amtara lain :
a. Sistem TAS dan Truck Loading Sistem yang ada sekarang tidak akan berjalan sesuai dengan design yang telah dibuat apabila
(6)
98
PT. PERTAMINA belum bisa menghilangkan Culture lamanya yang terkadang sering menjadi kendala implementasi TAS dan Truck Loading Sistem.
b. Diperlukan kemampuan SDM yang lebih baik untuk menunjang pelaksanaan pengoperasian dari sistem TAS. Terutama Mengenai masalah safety equipment sistem yang terkadang sering terlupakan. c. Dengan adanya tekhnologi GPS saat ini sepertinya akan menambah kesempurnaan dari sistem, apabila di integrasikan dengan dengan sistem TAS yang sudah ada sekarang, untuk memantau Perjalanan Mobil Truck Tanki Pada saat melakukan delivery BBM ke konsumen.