Terdapat lima aspek yang digunakan Bank Indonesia untuk melakukan analisis

11292009 1 Q A TERKAIT DAMPAK SISTEMIK BANK CENTURY 1. Mengapa Bank Century harus diselamatkan pada 20 November 2008 ? a. Kegagalan Bank Century terjadi di tengah-tengah situasi dan kondisi ekonomi dan sistem perbankan domestik yang genting karena terkena dampak krisis keuangan global. Kondisi ini mencapai puncaknya pada bulan November 2008 ketika tekanan pada pasar modal dan valas serta stabilitas nilai tukar semakin meningkat. Arus modal keluar Indonesia meningkat seperti tercermin pada menurun tajamnya kepemilikan asing di SBI, SUN, dan saham di pasar modal sehingga nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika mencapai lebih dari Rp12.000,00 per USD. Selain itu sistem perbankan mengalami keketatan likuiditas yang diikuti dengan segmentasi PUAB. Situasi dan kondisi yang genting ini menyebabkan risiko-risiko yang dihadapi perbankan meningkat drastis. Indeks Kestabilan Finansial naik tajam yang mencerminkan tingginya kemungkinan terjadi krisis keuangan di Indonesia. b. Selain itu, mencermati kegentingan situasi yang ada, maka jika Bank Century tidak diselamatkan akan memberikan dampak berantai contagion effect yang dapat menciptakan instabilitas pada sistem keuangan dan perekonomian nasional mengingat kondisi perekonomian global saat itu. c. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka rapat KSSK pada 20 November 2008 akhirnya memutuskan bahwa Bank Century harus diselamatkan karena ditengarai sebagai bank gagal yang berpotensi sistemik. 2. Apa metodologi alat ukur Bank Indonesia dalam menilai suatu bank ditengarai berdampak sistemik ?

a. Terdapat lima aspek yang digunakan Bank Indonesia untuk melakukan analisis

terhadap bank gagal yang ditengarai sistemik yaitu : i. Institusi Keuangan ii. Pasar Keuangan iii. Sistem Pembayaran iv. Sektor Riil, dan v. Psikologi Pasar b. Kerangka analisis dengan menggunakan lima aspek tersebut diatas telah dapat diterima oleh Panitia Kerja RUU - JPSK Komisi XI-DPR RI periode 2004 – 2009 seperti tercantum dalam Pasal 7 dan Penjelasan Pasal 7 Draft RUU Jaring Pengaman Sistem Keuangan JPSK. c. Dalam melakukan analisis terhadap Bank Century sebagai Bank Gagal yang Berdampak Sistemik, Bank Indonesia menggunakan data kuantitatif dan kualitatif dalam merumuskan assesment dari kelima aspek diatas. Data kuantitatif yang menjadi dasar analisis bank Century sebagai bank yang ditengarai berdampak sistemik memperhatikan data kuantitatif sebagai berikut : i. kondisi makro ekonomi, termasuk data mengenai pertumbuhan ekonomi, kondisi neraca pembayaran, nilai tukar rupiah, kondisi pasar modal, dan kondisi pasar keuangan internasional. Sumber data-data ini berasal baik dari Bank Indonesia maupun BPS,Bapepam-LK dan publikasi keuangan luar negeri ; 11292009 2 ii. penurunan DPK sebagai indikator penurunan kepercayaan, yang bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum LBU maupun hasil pengamatan langsung oleh pengawas Bank Indonesia; iii. interbank stress-testing dampak contagion, yang bersumber dari hasil kajian Bank Indonesia dengan menggunakan data-data dari LBU ; iv. simulasi ketahanan likuiditas perbankan terhadap 18 bank peer dan 5 bank dengan Total Asset yang hampir sama dengan Bank Century yang bersumber dari hasil kajian Bank Indonesia dengan menggunakan data LBU dan informasi pengawas. v. dampak terhadap sistem pembayaran, yang bersumber dari data Real Time Gross-Settlement RTGS dan Kliring yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia. 3. Mengapa Bank Century dikategorikan sebagai bank gagal yang ditengarai berdampak sistemik ? Sesuai metodologi tersebut di atas, berikut disampaikan ringkasan analisis yang menggambarkan kondisi pada waktu itu :

a. Karakteristik kejadian: