11292009 2
ii. penurunan DPK sebagai indikator penurunan kepercayaan, yang bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum LBU maupun hasil
pengamatan langsung oleh pengawas Bank Indonesia; iii. interbank stress-testing dampak contagion, yang bersumber dari hasil
kajian Bank Indonesia dengan menggunakan data-data dari LBU ; iv. simulasi ketahanan likuiditas perbankan terhadap 18 bank peer dan 5
bank dengan Total Asset yang hampir sama dengan Bank Century yang bersumber dari hasil kajian Bank Indonesia dengan menggunakan data
LBU dan informasi pengawas.
v. dampak terhadap sistem pembayaran, yang bersumber dari data Real Time Gross-Settlement RTGS dan Kliring yang diselenggarakan oleh
Bank Indonesia.
3. Mengapa Bank Century dikategorikan sebagai bank gagal yang ditengarai berdampak sistemik ?
Sesuai metodologi tersebut di atas, berikut disampaikan ringkasan analisis yang menggambarkan kondisi pada waktu itu :
a. Karakteristik kejadian:
Bank mengalami kesulitan likuiditas sejak pertengahan bulan Juli 2008 ditandai dengan telah terjadinya pelanggaran GWM beberapa kali.
Bank Century gagal kliring pada tanggal 13 November 2008 karena faktor teknis berupa keterlambatan penyetoran prefund.
Kondisi Bank Century telah memicu rumor yang menurunkan kepercayaan masyarakat serta mengganggu kinerja bank-bank lainnya.
Walaupun gangguanshock di sektor keuanganperbankan masih bersifat sporadis, pada saat yang bersamaan terdapat 23 bank dan beberapa BPR
yang kondisi likuiditasnya sangat rentan terhadap adanya isu-isu tersebut. Dikhawatirkan eskalasi permasalahan menjadi lebih cepat dan
berpotensi menjalar ke bank-bank lainnya.
b. Kondisi sistem keuangan dan sektor riil Dengan kondisi ekonomi dan keuangan global yang terus memburuk,
kondisi sistem keuangan domestik terus tertekan, ditandai oleh melemahnya IHSG dan cenderung menurunnya harga SUN, terdapat potensi
terjadinya capital flight ke luar negeri karena tidak adanya sistem penjaminan penuh full guarantee di Indonesia.
Kondisi neraca pembayaran terus tertekan, cadangan devisa menurun,
diikuti oleh meningkatnya country risk Indonesia dan terus melemahnya nilai tukar Rupiah. Permintaan domestik masih relatif kuat, meskipun telah terdapat
tanda-tanda mulai melemah dalam Q-III2008 yang diharapkan dapat mengurangi impor. Namun peningkatan pembayaran utang luar negeri
dalam Q-IV2008 perlu diwaspadai, khususnya terhadap ketersediaan USD dan kestabilan nilai tukar. Selain itu pelemahan kegiatan ekonomi berpotensi
meningkatkan kredit bermasalah.
Kondisi sektor swasta memburuk. Berbagai informasi menunjukkan bahwa
sektor swasta sedang mempertimbangkan berbagai penyesuaian dalam bentuk kenaikan upah buruh, peningkatan biaya produksi dan pemutusan hubungan
kerja;
11292009 3
Respons dari Pemerintah dan Bank Indonesia untuk menenangkan pasar
telah dilakukan antara lain dengan pelonggaran likuiditas, kenaikan batas atas penjaminan simpanan menjadi Rp 2 miliar, pemberian jaminan ketersediaan
valas bagi perusahaan-perusahaan domestik, dll. Namun langkah-langkah ini masih membutuhkan waktu sebelum diketahui efektivitasnya.
Sementara itu untuk menghadapi gejolak dan potensi krisis yang mungkin timbul di sektor keuangan Pemerintah telah mengeluarkan 3 PERPPU,
yaitu tentang JPSK, amandemen UU LPS dan amandemen UU BI.
c. Analisis Peran Bank Century dalam Perekonomian